REAKSI ELIMINASI
OLEH :
A1L1 19 078
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan perubahan
senyawa kimia. Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal yang terlibat dalam reaksi
disebut sebagai reaktan. Reaksi kimia biasanya dikarakterisasikan dengan perubahan
kimiawi, dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang biasanya memiliki ciri-
ciri yang berbeda dari reaktan. Secara klasik, reaksi kimia melibatkan perubahan yang
melibatkan pergerakan elektron dalam pembentukan dan pemutusan ikatan kimia,
walaupun pada dasarnya konsep umum reaksi kimia juga dapat diterapkan pada
transformasi partikel-partikel elementer seperti pada reaksi nuklir.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan dapat
memahami reaksi eliminasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arah Eliminasi
a. Aturan Hofmann
Aturan Hofmann adalah aturan empiris yang menentukan produk akhir
dari reaksi tertentu sebagai produk tersubstitusi terkecil. Itu berarti; reaksi
kimia terjadi menurut aturan ini jika sebagian besar produk akhir adalah olefin
(produk alkena) tersubstitusi paling sedikit. Menurut atom karbon di mana
ikatan rangkap terbentuk dalam produk akhir alkena, kita dapat
mendefinisikan aturan Hofmann sebagai "alkena yang terbentuk melalui
eliminasi hidrogen dari karbon alfa yang memiliki substituen hidrogen
terbanyak".
Mari kita lihat contohnya:
Selama pembuatan amonium dan alkena kuaterner melalui reaksi antara amina
tersier dan metil iodida berlebih, produk alkena yang paling sedikit
tersubstitusi sebagai produk utama.
b. Aturan Saytzeff?
Aturan Saytzeff adalah aturan empiris yang menentukan produk akhir dari
reaksi tertentu sebagai produk yang paling tersubstitusi. Ini sebagian besar
disebut sebagai aturan Zaitsev. Aturan ini penting dalam memprediksi
substitusi produk alkena akhir yang diperoleh dari reaksi eliminasi. Menurut
atom karbon di mana ikatan rangkap terbentuk pada produk akhir alkena, kita
dapat mendefinisikan aturan Saytzeff sebagai "alkena yang terbentuk melalui
eliminasi hidrogen dari beta-karbon yang memiliki substituen hidrogen paling
sedikit". Oleh karena itu, produk akhir yang paling tersubstitusi adalah produk
utama dari reaksi kimia, yang juga merupakan produk paling stabil.
Misalnya, 2-iodobutane mengandung gugus iodida pada karbon kedua dari
rantai karbon. Ketika senyawa ini diolah dengan asam kuat seperti kalium
hidroksida, kita bisa mendapatkan 2-butena sebagai produk utama dan produk
kecilnya adalah 1-butena. Di sini, atom karbon yang memiliki substituen
hidrogen paling sedikit adalah atom karbon ketiga; Oleh karena itu, eliminasi
atom hidrogen terjadi dari karbon ini yang menghasilkan 2-butena. Atom
karbon pertama memiliki substituen hidrogen paling banyak; dengan
demikian, eliminasi hidrogen dari atom karbon pertama membentuk produk
kecil 1-butena. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Suatu gugus pergi (disebut pula sebagai gugus lepas) adalah suatu fragmen
molekul yang lepas dengan suatu pasangan elektron dalam pembelahan ikatan kimia
secara heterolitik. Gugus pergi dapat berupa suatu anion atau molekul netral, tetapi
dalam kedua kasus tersebut yang terpenting adalah bahwa gugus pergi dapat
menstabilkan kerapatan elektron tambahan yang dihasilkan dari heterolisis ikatan.[1]
Gugus pergi anionik yang umum adalah halida seperti Cl−, Br−, dan I−, serta
ester sulfonat seperti tosilat (TsO−). Fluorida (F−) berfungsi sebagai gugus pergi
dalam agen saraf gas sarin. Gugus pergi yang merupakan molekul netral yang umum
adalah air dan amonia. Gugus pergi dapat pula merupakan kation bermuatan positif
(seperti H+ yang dilepaskan selama nitrasi benzena); hal ini juga secara spesifik
dikenal sebagai electrofuge.
Aturan Zaitsev umum juga digunakan sebagai prediksi produk dari reaksi
eliminasi, mana produk yang lebih banyak, lebih stabil, atau juga produk mana yang
lebih disukai. Aturan Zaitsev banyak sesuai untuk beberapa reaksi alkena dengan
bentuk struktur dasar, namun tidak dapat digunakan secara umum untuk beberapa
bentuk struktur yang lebih rumit dan memiliki stereokimia tertentu. Dalam beberapa
reaksi eliminasi, aturan Zaitsev memiliki beberapa pengecualian. Berikut ini beberapa
faktor yang mempengaruhi reaksi yang mengacu pada aturan Zaitsev.
a. Efek sterik
Efek sterik adalah suatu efek yang disebabkan karena adanya gugus
yang cukup besar yang berdekatan dengan atom C yang reaktif. Pada reaksi
eliminasi E2, gugus pergi dan lepasnya hidrogen terjadi secara serentak, dan
terbentuk ikatan rangkap. Jika menggunakan basa dengan ukuran kecil
misalnya NaOH, KOH, NaOEt, halangan sterik jadi sangat kecil, maka
produk Zaitsev menjadi produk utama, hal ini disebabkan karena basa tersebut
dengan mudah dapat menuju hidrogen pada β-carbon yang memiliki jumlah
substituen lebih sedikit (C sekunder, C tersier).
b. Stereokimia
a. Efek sterik
Jika menggunakan basa yang memiliki ukuran besar, contohnya
kalium t-butoksida; basa tersebut terhalang untuk dapat menuju hidrogen pada
β-carbon yang memiliki jumlah substituen lebih sedikit (C sekunder, C
tersier), maka basa tersebut akan menuju dan berinteraksi dengan hidrogen
pada C primer karena lebih terbuka.
1. Basa vs Nukleofil
Reaksi
SN2merupakanreaksidengansatutahapreaksi.yaitupenyerangannukleofil
terhadapRXyangserempakdenganlepasnya guguspergi.Reaksi SN2merupakanreaksi
berorde dua.karenalajureaksi bergantungpadakonsentrasi nukleofildankonsentrasialkil
halide.
ReaksiSN1adalahreaksisubstitusinukelofilikunimolekuleryanghanya
terjadipadaalkil
halidatersier.TerdapattigatahapanpadareaksiSN1.TahapanreaksiSN1yangpertamaadala
h pemutusan alkilhalidamenjadi sepasang ion yaitu ion halidadan suatu karbokation
kemudian dilanjutkandenganpenggabungankarbokationdengannukleofil
yangmenghasilkanproduk awal yaitualkoholberproton.Tahapterakhirdari reaksi
SN1yaitulepasnya H+darialkohol berprotonsehinggaterjadi reaksiasam
basa.Karbokationsekunderdanprimerdalam larutan
menghasilkankeduaprodukyangteramatiitu,yakniproduknormaldanprodukpenataanula
ng (rearrangement product),yaitusuatuprodukdimana kerangka atauposisi
gugusfungsional berbedadarikerangkaatau posisidalambahanalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, M., Abdel-Reheem, H., Khattab, S., & Hamed, E., 2013, International
Journal of Chemistry. 5(3).