Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

REAKSI ELIMINASI

Oleh :
Aris Purwanto
260120160020

Untuk memenuhi salah satu tugas


Dari Mata Kuliah Stabilitas Obat

PROGRAM MAGISTER FARMASI FAKULTAS FARMASI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2016
1. Pengertian Reaksi Eliminasi
Eliminasi artinya pelepasan atau penghilangan. Reaksi eliminasi dapat dianggap
kebalikan dari reaksi adisi. Pada reaksi ini, dua atom atau gugus yang masing-masing
terikat pada dua buah atom C yang letaknya berdampingan dilepaskan oleh suatu pereaksi
sehingga menghasilkan ikatan rangkap. Reaksi ini hanya dapat berlangsung bila ada zat
yang menarik molekul yang akan dieliminasi. Reaksi eliminasi digunakan untuk membuat
senyawa-senyawa alkena dan alkuna. Sebaga contoh adalah reaksi pembuatan etena dari
etanol. Dapat dalam dua mekanisme yaitu E1 dan E2, yang mana reaksi ini menghasilkan
prodak degradasi yang memiliki peningkatan sebanyak 1 nilai ekuivalensi ikatan rangkap
ganda. Contoh untuk ikatan rangkap ganda adalah rangkap tiga/ cincin. Contoh degradasi
obat dengan mekanisme eliminasi adalah; dehidrasi, dehidrohalogenasi (eliminasi HX),
eliminasi Hofmann.

Pengertian lain yaitu suatu jenis reaksi organik dimana dua substituen dilepaskan
dari sebuah molekul baik dalam satu atau dua langkah mekanisme, atau dapat disebut juga
penyingkiran atau penghilangan beberapa atom yang terjadi pada suatu senyawa. Pada
reaksi ini senyawa yang berikatan tunggal berubah menjadi ikatan rangkap.

Reaksi satu langkah disebut dengan reaksi E2, sedangkan reaksi dua langkah
disebut dengan reaksi E1. Simbol angka pada huruf E (yang berarti elimination) tidak
melambangkan jumlah langkah. E2 dan E1 menyatakan kinetika reaksi, yaitu berturut-turut
biomolekuler dan unimolekuler. Pada sebagian besar reaksi eliminasi organik, minimal satu
hidrogen dilepaskan membentuk ikatan rangap dua. dengan kata lain akan terbentuk
molekul tak jenuh. Hal tersebut memungkinkan sebuah molekul melangsungkan reaksi
eliminasi reduktif, dimana valensi atom pada molekul menurun dua. Jenis reaksi eliminasi
yang penting melibatkan alkil halida, dengan gugus pergi (leaving group) yang baik,
bereaksi dengan basa Lewis membentuk alkena. Sebagai contoh reaksi berikut ini:

Reaksi eliminasi adalah kebalikan dari reaksi adisi. ketika senyawa yang tereliminasi
asimetris, maka regioselektivitas ditentukan oleh aturan Zaitsev

Kebanyakan reaksi eliminasi menyangkut kehilanagan atom bukan karbon:


a. Reaksi eliminasi
Bila alkilhalida yang mempunyai atom H- direaksikan dengan basa kuat, akan
terjadi reaksi eliminasi dan terbentuk alkena

Karena proton yang dihilangkan terletak pada kedudukan terhadap halogen, maka reaksi
ini disebut eliminasi . Bila X adalah halogen, maka reaksi ini disebut dehidrohalogenasi.
Eliminasi dapat pula terjadi bila X adalah gugus lepas yang baik, misalnya OSO 2R,
-SR2dan -SO2R.

Sebagai contoh:
b. Reaksi Eliminasi
Reaksi eliminasi terjadi jika 2 atom atau gugus yang dihilangkan berasal dari atom
karbon yang sama. Misalnya t-butoksida akan menghilangkan proton dari tribromometan
(bromoform). Selanjutnya tribromo karbanion akan kehilangan ion bromida, sehingga
terbentuk dibromokarbena, suatu intermediet yang sangat reaktif, yang dapat ditangkap
(trapped) dengan sikloheksena

2. Mekanisme reaksi E1 dan E2


Jika alkil halida mempunyai atom hidrogennya pada atom karbon yang
bersebelahan dengan karbon pembawa halogen akan bereaksi dengan nukleofil, maka
terdapat dua kemungkinan reaksi yang bersaing, yaitu substitusi dan eliminasi

Pada reaksi substitusi, nukleofil menggantikan halogen (lihat gambr-5.5). Pada


reaksi eliminasi (gambar-5.6), halogen X dan hidrogen dari atom karbon yang bersebelahan
dieliminasi dan ikatan baru (ikatan ) terbentuk di antara karbon- karbon yang pada
mulanya membawa X dan H. Proses eliminasi adalah cara umum yang digunakan dalam
pembuatan senyawa-senyawa yang mengandung ikatan rangkap. Seringkali reaksi
substitusi dan eliminasi terjadi secara bersamaan pada pasangan pereaksi nukleofil dan
substrat yang sama. Reaksi mana yang dominan, bergantung pada kekuatan nukleofil,
struktur substrat, dan kondisi reaksi. Seperti halnya dengan reaksi substitusi, reaksi
elimanasi juga mempunyai dua mekanisme, yaitu mekanisme E2 dan E1.

a. Mekanisme E2
Mekanisme reaksi secara langsung untuk mengeliminasi dua substitusi, misalnya
reaksu orde 2 yang tergantung dari keterlibatan kedua reaktan. Reaksi E2 adalah proses satu
tahap. Nukleofil bertindak sebagai basa dan mengambil proton (hidrogen) dari atom karbon
yang bersebelahan dengan karbon pembawa gugus pergi. Pada waktu yang bersamaan,
gugus pergi terlepas dan ikatan rangkap dua terbentuk.

Konfigurasi yang terbaik untuk reaksi E2 adalah konfigurasi dimana hidrogen yang akan
tereliminasi dalam posisi anti dengan gugus pergi. Alasannya ialah bahwa pada posisi
tersebut orbital ikatan CH dan CX tersusun sempurna yang memudahkan
pertumpangtindihan orbital dalam pembentukan ikatan baru.

b. Mekanisme E1
prodak intermediate terbentuk dari eliminasi substitusi pertama kemudian diikuti
dengan eliminasi substitusi berikutnya, misalnya reaksi tahap 1: rate-liming step, reaksi
orde I. Mekanisme E1 mempunyai tahap awal yang sama dengan mekanisme SN1. Tahap
lambat atau penentuan ialah tahap ionisasi dari substrat yang menghasilkan ion karbonium
Kemudian, ada dua kemungkinan reaksi untuk ion karbonium. Ion bisa bergabung dengan
nukleofil (proses SN1) atau atom karbon bersebelahan dengan ion karbonium melepaskan
protonnya, sebagaimana ditunjukkan dengan panah lengkung, dan memebentuk alkena
(proses E1).
Langkah 1:

Langkah 2:

Dalam reaksi E2, seperti dalam reaksi E1, alkil halida tersier bereaksi paling cepat
dan alkil halida primer paling lambat. (Bila diolah dengan suatu basa, alkil halide primer
biasanya begitu mudah bereaksi substitusi, sehingga sedikit alkena terbentuk)
Perbedaan antara mekanisme eliminasi E1 dan E2
E1
1. membentuk karbokation
2. karbokation memberi proton pada basa lalu terbentuk alkena
3. basa merebut proton dari atom C (beta, C yang berdampingan dengan C+)
E2
1. nukleofil langsung mengambil proton dari atom C (beta) pada atom C gugus pergi
2. tidak terjadi pembentukan karbokation
3. pembentukan secara serempak

Perbandingan E1 dan E2
E1
terjadi pada:
1. konsentrasi basa rendah
2. dengan pelarut basa
3. dengan substrat tersier dan beresonansi (alkil halida)
E2
terjadi pada:
1. pada basa kuat dengan konsentrasi tinggi
Alkil halida+basa kuat+panas E2
Alkil halida+asam kuat+panas E1
Alkohol+asam kuat+panas E1

PERSAINGAN SUBSTITUSI DAN ELIMINASI


Ditinjau reaksi antara alkil halida dengan kalium hidroksida yang dilarutkan dalam
metil alkohol. Nukleofilnya adalah ion hidroksida, OH-, yaitu nukleofil kuat dan sekaligus
adalah basa kuat. Pelarut alkohol kurang polar jika dibandingkan dengan air. Keadaan-
keadaan ini menguntungkan proses-proses SN2 dan E2 jika dibandingkan dengan SN1 dan
E1. Misalnya, gugus alkil pada alkil halida adalah primer, yaitu 1-bromobutana. Kedua
proses dapat terjadi.

Hasilnya adalah campuran 1-butanol dan 1-butena. Reaksi SN2 cenderung terjadi
jika digunakan pelarut yang lebih polar (air), konsentrasi basa yang sedang, dan suhu
sedang. Reaksi E2, cenderung terjadi jika digunakan pelarut yang kurang polar, konsentrasi
basa yang tinggi, dan suhu tinggi.
Seandainya kita mengganti alkil halida primer menjadi tersier, reaksi substitusi
akan terhambat (ingat, urutan reaktivitas untuk reaktivitas SN2 adalah 1 o >2o >> 3o). Tetapi,
reaksi eliminasi akan cenderung terjadi karena hasilnya adalah alkena yang lebih
tersubtitusi. Pada kenyataannya, dengan t-butil bromida, hanya proses E2 yang terjadi.

Jadi, bagaimana kita mengubah butil bromida tersier menjadi alkoholnya? Kita
tidak menggunakan ion hidroksida, melainkan air. Air merupakan basa yang lebih lemah
daripada ion hidroksida, sehingga reaksi E2 ditekan. Air juga merupakan pelarut polar,
yang menguntungkan mekanisme ionisasi. Dalam hal ini, E1 tidak dapat dihindari sebab
persaingan antara E1 dan SN1 cukup berat. Hasil utama adalah hasil subtitusi (80%), tetapi
eliminasi masih terjadi (20%).
Ringkasannya, halida tersier bereaksi dengan basa kuat dalam pelarut nonpolar
memberikan eliminasi (E2), bukan subtitusi. Dengan basa lemah dan nukleofil lemah, dan
dalam pelarut polar, halida tersier memberikan hasil utama subtitusi (SN1), tetapi sedikit
eliminasi (E1) juga terjadi. Halida primer bereaksi hanya melalui mekanisme-mekanisme
SN2 dan E2, karena mereka tidak terionisasi menjadi ion karbonium. Halida sekunder
menempati kedudukan pertengahan, dan mekanisme yang terjadi sangat dipengaruhi oleh
keadaan reaksi. Halida-halida sekunder dapat bereaksi melalui mekanisme SN1 dan SN2
secara serentak.
CONTOH REAKSI SUBSTITUSI NUKLEOFILIK DAN ELIMINASI
Nukleofil dapat digolongkan menurut jenis atom yang membentuk ikatan kovalen.
Nukleofil yang umum adalah nukleofil oksigen, nitrogen, belerang, halogen, atau karbon.
Berikut ini kita akan melihat beberapa contoh reaksi yang melibatkan reaksi nukleofil-
nukleofil tersebut dengan alkil halida

Contoh obat

Taxsimofen merupakan obat kanker payudarah, taxsimofen memblok aksi estrogen


di mana beberapa tipe dari kanker payudara membutuhkan estrogen untuk berkembang,
sehingga jika aksi estrogen dihambat, diharapkan kanker payudara bisa dihambat pula
perkembangannya.

Memotasone furoat (pro-drug kortikosteroid) indikasi sebagai anti inflamasi,


struktur kimia: memiliki gugus 9-kloro-11hidroksi, gugus yang rentan mengalami
dehidroklorinasi pada suhu 37OC menjadi mometasone furoad 9,11-epoksida. Degradasi
akan meningkat seiring meningkatnya pH. Pengebab mudahnya mengalami degradasi
antara lain adalah: posisi trans gugus 9- kloro sehingga mudah mengalami reaksi E2,
klorida merupakan leaving gruup yang baik, pada pH yang lebih tinggi, nukleofilisitas 9-
hidroksil meningkat.

Daftar Pustaka:

Dewick, Paul M. 2006. Essential of organic chemistery, England;john wiley dan sons

Li,M., 2012, Organic chemistry of drug degradation (No-29). Royal society of chemistery.

Allinger, Norman L. et.al. 1976. Organic Chemistry . Second edition. New York:Worth
Publishers Inc.

Fessenden, Fessenden. 1992. Kimia Organik. (Terjemahan Aloysius Hadyana


Pudjaatmaka). Edisi ketiga. Jakarta:Penerbit Erlangga

Pine, Stanley H. et. Al. 1980. Organic Chemistry. Fourth edition. McGraw-Hill

Anda mungkin juga menyukai