REAKSI ELIMINASI
Oleh :
Aris Purwanto
260120160020
Pengertian lain yaitu suatu jenis reaksi organik dimana dua substituen dilepaskan
dari sebuah molekul baik dalam satu atau dua langkah mekanisme, atau dapat disebut juga
penyingkiran atau penghilangan beberapa atom yang terjadi pada suatu senyawa. Pada
reaksi ini senyawa yang berikatan tunggal berubah menjadi ikatan rangkap.
Reaksi satu langkah disebut dengan reaksi E2, sedangkan reaksi dua langkah
disebut dengan reaksi E1. Simbol angka pada huruf E (yang berarti elimination) tidak
melambangkan jumlah langkah. E2 dan E1 menyatakan kinetika reaksi, yaitu berturut-turut
biomolekuler dan unimolekuler. Pada sebagian besar reaksi eliminasi organik, minimal satu
hidrogen dilepaskan membentuk ikatan rangap dua. dengan kata lain akan terbentuk
molekul tak jenuh. Hal tersebut memungkinkan sebuah molekul melangsungkan reaksi
eliminasi reduktif, dimana valensi atom pada molekul menurun dua. Jenis reaksi eliminasi
yang penting melibatkan alkil halida, dengan gugus pergi (leaving group) yang baik,
bereaksi dengan basa Lewis membentuk alkena. Sebagai contoh reaksi berikut ini:
Reaksi eliminasi adalah kebalikan dari reaksi adisi. ketika senyawa yang tereliminasi
asimetris, maka regioselektivitas ditentukan oleh aturan Zaitsev
Karena proton yang dihilangkan terletak pada kedudukan terhadap halogen, maka reaksi
ini disebut eliminasi . Bila X adalah halogen, maka reaksi ini disebut dehidrohalogenasi.
Eliminasi dapat pula terjadi bila X adalah gugus lepas yang baik, misalnya OSO 2R,
-SR2dan -SO2R.
Sebagai contoh:
b. Reaksi Eliminasi
Reaksi eliminasi terjadi jika 2 atom atau gugus yang dihilangkan berasal dari atom
karbon yang sama. Misalnya t-butoksida akan menghilangkan proton dari tribromometan
(bromoform). Selanjutnya tribromo karbanion akan kehilangan ion bromida, sehingga
terbentuk dibromokarbena, suatu intermediet yang sangat reaktif, yang dapat ditangkap
(trapped) dengan sikloheksena
a. Mekanisme E2
Mekanisme reaksi secara langsung untuk mengeliminasi dua substitusi, misalnya
reaksu orde 2 yang tergantung dari keterlibatan kedua reaktan. Reaksi E2 adalah proses satu
tahap. Nukleofil bertindak sebagai basa dan mengambil proton (hidrogen) dari atom karbon
yang bersebelahan dengan karbon pembawa gugus pergi. Pada waktu yang bersamaan,
gugus pergi terlepas dan ikatan rangkap dua terbentuk.
Konfigurasi yang terbaik untuk reaksi E2 adalah konfigurasi dimana hidrogen yang akan
tereliminasi dalam posisi anti dengan gugus pergi. Alasannya ialah bahwa pada posisi
tersebut orbital ikatan CH dan CX tersusun sempurna yang memudahkan
pertumpangtindihan orbital dalam pembentukan ikatan baru.
b. Mekanisme E1
prodak intermediate terbentuk dari eliminasi substitusi pertama kemudian diikuti
dengan eliminasi substitusi berikutnya, misalnya reaksi tahap 1: rate-liming step, reaksi
orde I. Mekanisme E1 mempunyai tahap awal yang sama dengan mekanisme SN1. Tahap
lambat atau penentuan ialah tahap ionisasi dari substrat yang menghasilkan ion karbonium
Kemudian, ada dua kemungkinan reaksi untuk ion karbonium. Ion bisa bergabung dengan
nukleofil (proses SN1) atau atom karbon bersebelahan dengan ion karbonium melepaskan
protonnya, sebagaimana ditunjukkan dengan panah lengkung, dan memebentuk alkena
(proses E1).
Langkah 1:
Langkah 2:
Dalam reaksi E2, seperti dalam reaksi E1, alkil halida tersier bereaksi paling cepat
dan alkil halida primer paling lambat. (Bila diolah dengan suatu basa, alkil halide primer
biasanya begitu mudah bereaksi substitusi, sehingga sedikit alkena terbentuk)
Perbedaan antara mekanisme eliminasi E1 dan E2
E1
1. membentuk karbokation
2. karbokation memberi proton pada basa lalu terbentuk alkena
3. basa merebut proton dari atom C (beta, C yang berdampingan dengan C+)
E2
1. nukleofil langsung mengambil proton dari atom C (beta) pada atom C gugus pergi
2. tidak terjadi pembentukan karbokation
3. pembentukan secara serempak
Perbandingan E1 dan E2
E1
terjadi pada:
1. konsentrasi basa rendah
2. dengan pelarut basa
3. dengan substrat tersier dan beresonansi (alkil halida)
E2
terjadi pada:
1. pada basa kuat dengan konsentrasi tinggi
Alkil halida+basa kuat+panas E2
Alkil halida+asam kuat+panas E1
Alkohol+asam kuat+panas E1
Hasilnya adalah campuran 1-butanol dan 1-butena. Reaksi SN2 cenderung terjadi
jika digunakan pelarut yang lebih polar (air), konsentrasi basa yang sedang, dan suhu
sedang. Reaksi E2, cenderung terjadi jika digunakan pelarut yang kurang polar, konsentrasi
basa yang tinggi, dan suhu tinggi.
Seandainya kita mengganti alkil halida primer menjadi tersier, reaksi substitusi
akan terhambat (ingat, urutan reaktivitas untuk reaktivitas SN2 adalah 1 o >2o >> 3o). Tetapi,
reaksi eliminasi akan cenderung terjadi karena hasilnya adalah alkena yang lebih
tersubtitusi. Pada kenyataannya, dengan t-butil bromida, hanya proses E2 yang terjadi.
Jadi, bagaimana kita mengubah butil bromida tersier menjadi alkoholnya? Kita
tidak menggunakan ion hidroksida, melainkan air. Air merupakan basa yang lebih lemah
daripada ion hidroksida, sehingga reaksi E2 ditekan. Air juga merupakan pelarut polar,
yang menguntungkan mekanisme ionisasi. Dalam hal ini, E1 tidak dapat dihindari sebab
persaingan antara E1 dan SN1 cukup berat. Hasil utama adalah hasil subtitusi (80%), tetapi
eliminasi masih terjadi (20%).
Ringkasannya, halida tersier bereaksi dengan basa kuat dalam pelarut nonpolar
memberikan eliminasi (E2), bukan subtitusi. Dengan basa lemah dan nukleofil lemah, dan
dalam pelarut polar, halida tersier memberikan hasil utama subtitusi (SN1), tetapi sedikit
eliminasi (E1) juga terjadi. Halida primer bereaksi hanya melalui mekanisme-mekanisme
SN2 dan E2, karena mereka tidak terionisasi menjadi ion karbonium. Halida sekunder
menempati kedudukan pertengahan, dan mekanisme yang terjadi sangat dipengaruhi oleh
keadaan reaksi. Halida-halida sekunder dapat bereaksi melalui mekanisme SN1 dan SN2
secara serentak.
CONTOH REAKSI SUBSTITUSI NUKLEOFILIK DAN ELIMINASI
Nukleofil dapat digolongkan menurut jenis atom yang membentuk ikatan kovalen.
Nukleofil yang umum adalah nukleofil oksigen, nitrogen, belerang, halogen, atau karbon.
Berikut ini kita akan melihat beberapa contoh reaksi yang melibatkan reaksi nukleofil-
nukleofil tersebut dengan alkil halida
Contoh obat
Daftar Pustaka:
Dewick, Paul M. 2006. Essential of organic chemistery, England;john wiley dan sons
Li,M., 2012, Organic chemistry of drug degradation (No-29). Royal society of chemistery.
Allinger, Norman L. et.al. 1976. Organic Chemistry . Second edition. New York:Worth
Publishers Inc.
Pine, Stanley H. et. Al. 1980. Organic Chemistry. Fourth edition. McGraw-Hill