Anda di halaman 1dari 7

Alkil Halida

Alkil Halida: adalah senyawa-senyawa yang mengandung halogen yang terikat pada atom
karbon jenuh (atom karbon yang terhibridisasi sp3).
Contohnya :

KLASIFIKASI ALKIL HALIDA

1. Metil halida (CH3X):

2. Alkil halida primer (1o): Sebuah karbon yang terikat pada karbon C-X.

CH3CH2 – CH2X

3. Alkil halida sekunder (2o): Dua karbon terikat pada karbon C-X.

CH3CH2 – CHX

CH3

4. Alkil halida tersier (3o): Tiga karbon terikat pada karbon C-X.

CH3

H3C – C – X

CH3
STRUKTUR ALKIL HALIDA

Ikatan C-X (karbon-halogen) : overlap antara orbital hibrid sp 3C dengan orbital halogen
à C mempunyai geometri tetrahedral dengan sudut ikatan ±109o.

Halogen lebih elektronegatif dibanding karbon:


à Ikatan C – X akan terpolarisasi: elektron ikatan ditarik lebih ke arah halogen (x)
dibanding ke arah karbon (c)
à Karbon bermuatan positif parsial (d+) dan halogen negatif parsial (d-)

d+ d-

C X

Karena atom karbon terpolarisasi positif, maka alkil halida adalah suatu elektrofil.

ELEKTROFIL (= suka elektron) : yaitu suatu reagen yang miskin elektron (electron-
poor) dan dapat membentuk ikatan dengan menerima sepasang elektron dari suatu
reagen yang kaya elektron(elektron-rich-reagent).

REAKSI SUBSTITUSI NUKLEOFILIK dan REAKSI ELIMINASI

a. Reaksi Substitusi, yaitu reaksi yang atom, ion atau gugus dari suatu
substrat digantikan oleh atom, ion, atau gugus lain

1). Substitusi Nukleofilik (SN) : Penggantian atom atau gugus atom dari suatu molekul
atau nukleofil.

Nukleofil: spesies yang mempunyai atom dengan orbital terisi 2 elektron (pasangan
elektron)

2). Substitusi Elektrofilik (SE)

Pada umumnya terjadi pada senyawa aromatik, sedangkan pada alifatik sangat jarang
secara umum persamaan reaksi sbb:

R–Y + E+ R–E + Y+

Substrat Pereaksi Produk Leaving grup

Penyerang
1. Reaksi Substitusi Nukleofilik (SN)

Suatu nukleofil (Z:) menyerang alkil halida pada atom karbon hibrida-sp3 yang
mengikat halogen (X), menyebabkan terusirnya halogen oleh nukleofil. Halogen yang
terusir disebut gugus pergi. Nukleofil harus mengandung pasangan elektron bebas
yang digunakan untuk membentuk ikatan baru dengan karbon. Hal ini memungkinkan
gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron yang tadinya sebagai
elektron ikatan. Ada dua persamaan umum yang dapat dituliskan:

2. Mekanisme Reaksi Substitusi Nukleofilik

Pada dasarnya terdapat dua mekanisme reaksi substitusi nukleofilik. Mereka


dilambangkan dengan SN2 adan SN1. Bagian SN menunjukkan substitusi nukleofilik,
sedangkan arti 1 dan 2 akan dijelaskan kemudian.
A. Reaksi SN2 Mekanisme SN2 adalah proses satu tahap yang dapat digambarkan
sebagai berikut:

Nukleofil menyerang dari belakang ikatan C-X. Pada keadaan transisi, nukleofil dan
gugus pergi berasosiasi dengan karbon di mana substitusi akan terjadi. Pada saat
gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, nukleofil memberikan
pasangan elektronnya untuk dijadikan pasangan elektron dengan karbon. Notasi 2
menyatakan bahwa reaksi adalah bimolekuler, yaitu nukleofil dan substrat terlibat dalam
langkah penentu kecepatan reaksi dalam mekanisme reaksi. Adapun ciri reaksi SN2
adalah:
1. Karena nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi, maka
kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi kedua spesies tersebut.
2. Reaksi terjadi dengan pembalikan (inversi) konfigurasi. Misalnya jika kita
mereaksikan (R)-2-bromobutana dengan natrium hidroksida, akan diperoleh (S)-2-
butanol.Ion hidroksida menyerang dari belakang ikatan C-Br. Pada saat substitusi
terjadi, ketiga gugus yang terikat pada karbon sp3 kiral itu seolah-olah terdorong oleh
suatu bidang datar sehingga membalik. Karena dalam molekul ini OH mempunyai
perioritas yang sama dengan Br, tentu hasilnya adalah (S)-2-butanol. Jadi reaksi SN2
memberikan hasil inversi.
3. Jika substrat R-L bereaksi melalui mekanisme SN2, reaksi terjadi lebih cepat apabila
R merupakan gugus metil atau primer, dan lambat jika R adalah gugus tersier. Gugus R
sekunder mempunyai kecepatan pertengahan. Alasan untuk urutan ini adalah adanya
efek rintangan sterik. Rintangan sterik gugus R meningkat dari metil < primer <
sekunder < tersier. Jadi kecenderungan reaksi SN2 terjadi pada alkil halida adalah:
metil > primer > sekunder >> tersier.

B. Reaksi SN1 Mekanisme SN1 dalah proses dua tahap. Pada tahap pertama, ikatan
antarakarbon dengan gugus pergi putus.

Gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan elektron, dan terbentuklah ion karbonium.
Pada tahap kedua (tahap cepat), ion karbonium bergabung dengan nukleofil membentuk
produk

Pada mekanisme SN1, substitusi terjadi dalam dua tahap. Notasi 1 digunakan sebab
pada tahap lambat hanya satu dari dua pereaksi yang terlibat, yaitu substrat. Tahap ini
sama sekali tidak melibatkan nukleofil.

Berikut ini adalah ciri-ciri suatu reaksi yang berjalan melalui mekanisme SN1:

1. Kecapatan reaksinya tidak tergantung pada konsentrasi nukleofil. Tahap penentu


kecepatan reaksi adalah tahap pertama di mana nukleofil tidak terlibat.
2. Jika karbon pembawa gugus pergi adalah bersifat kiral, reaksi menyebabkan
hilangnya aktivitas optik karena terjadi rasemik. Pada ion karbonium, hanya ada a
gugus yang terikat pada karbon positif. Karena itu, karbon positif mempunyai hibridisasi
sp2 dan berbentuk planar. Jadi nukleofil mempunyai dua arah penyerangan, yaitu dari
depan dan dari belakang. Dan kesempatan ini masing-masing mempunyai peluang 50
%. Jadi hasilnya adalah rasemit. Misalnya, reaksi (S)-3-bromo-3-metilheksana dengan
air menghasilkan alkohol rasemik.

Spesies antaranya (intermediate species) adalah ion karbonium dengan geometrik planar
sehingga air mempunyai peluang menyerang dari dua sisi (depan dan belakang) dengan
peluang yang sama menghasilkan X yang melalui mekanisme SN1-adalah campuran rasemik
Reaksi substrat R akan berlangsung cepat jika R merupakan struktur tersier, dan lambat jika R
adalah struktur primer. Hal ini sesuai dengan urutan kestabilan ion karbonium, 3o > 2o >> 1o.

C. Perbandingan Mekanisme SN1 dan SN2


Tabel berikut memuat ringkasan mengenai mekanisme substitusi dan
mebandingkannya dengan keadaan-keadaan lain, seperti keadan pelarut dan struktur
nukleofil.Tabel1: Perbandingan reaksi SN2 dengan SN1
Pada tahap pertama dalam mekanisme SN1 adalah tahap pembentukan ion, sehingga
mekanisme ini dapat berlangsung lebih baik dalam pelarut polar. Jadi halida sekunder
yang dapat bereaksi melalui kedua mekanisme tersebut, kita dapat mengubah
mekanismenya dengan menyesuaikan kepolaran pelarutnya. Misalnya, mekanisme
reaksi halida sekunder dengan air (membentuk alkohol) dapat diubah dari SN2 menjadi
SN1 dengan mengubah pelarutnya dari 95% aseton-5% air (relatif tidak-polar) menjadi
50% aseton-50% air (lebih polar, dan pelarut peng-ion yanglebih baik). Kekuatan
nukleofil juga dapat mengubah mekanisme reaksi yang dilalui oleh reaksi oleh reaksi
SN. Jika nukleofilnya kuat maka mekanisme SN2 yang terjadi.

3. Reaksi eliminasi, yaitu pelepasan atom atau gugus atom.

Merupakan reaksi samping pada reaksi substitusi, dikenal dengan eliminsi E1 dan E2.

a. Mekanisme reaksi E1

Mekanisme reaksi E1 merupakan alternatif dari mekanisme reaksi SN1. Karbokation dapat memberikan
sebuah proton kepada suatu basa dalam reaksi eliminasi. Mekanisme reaksi E1 terdiri dari dua tahap.
Perhatikan contoh berikut :

Tahap 1.

Tahap 1 reaksi E1 berjalan lambat.


Mekanisme reaksi E2
Reaksi E2 menggunakan basa kuat seperti OHˉ, ORˉ, dan juga membutuhkan kalor. Dengan
memanaskan alkil halida dalam KOH, CH3CH2ONa.

Permasalahannya :
Dari uraian diatas jika kekuatan nukleofil juga dapat mengubah mekanisme reaksi yang dilalui oleh reaksi
SN. Jika nukleofilnya kuat maka mekanisme SN2 yang terjadi. Bagaimana mengetahui apakah suatu
nukleofil adalah kuat atau lemah? Mohon bantuannya teman teman, terimakasih..

Anda mungkin juga menyukai