REAKSI SUBSTITUSI
Reaksi substitusi atau disebut reaksi pertukaran gugus fungsi terjadi saat
atom atau gugus atom dari suatu senyawa karbon digantikan oleh atom
atau
gugus
atom
lain
dari
senyawa
yang
lain.
Secara
umum
mekanismenya:
Atom karbon ujung suatu alkil halida mempunyai muatan positif parsial.
Karbon ini bisa rentan terhadap (susceptible; mudah diserang oleh)
serangan oleh anion dan spesi lain apa saja yang mempunyai sepasang
elektron menyendiri (unshared) dalam kulit luarnya. Dalam suatu reaksi
substitusi alkil halida, halida itu disebut gugus pergi (leaving group) suatu
istilah yang berarti gugus apa saja yang dapat digeser dari ikatannya
dengan suatu atom karbon. Ion Halida merupakan gugus pergi yang baik,
karena ion-ion ini merupakan basa yang sangat lemah. Basa kuat seperti
misalnya OH-, bukan gugus pergi yang baik. Spesi (spesies) yang
menyerang suatu alkil halida dalam suatu reaksi substitusi disebut
nukleofil (nucleophile, pecinta nukleus), sering dilambangkan dengan
Nu-. Umumnya, sebuah nukleofil ialah spesi apa saja yang tertarik ke
suatu pusat positif ; jadi sebuah nukleofil adalah suatu basa Lewis.
Kebanyakan nukleofil adalah anion, namun beberapa molekul polar yang
netral, seperti H2O, CH3OH dan CH3NH2 dapat juga bertindak sebagai
nukleofil. Molekul netral ini memiliki pasangan elektron menyendiri, yang
dapat digunakan untuk membentuk ikatan sigma.
dengan
SN2
adan
SN1.
Bagian
SN
menunjukkan
substitusi
dan gugus bebas putus, atau substrat terurai.elektron elektron ikatan terlepas bersama
dengan gugus bebas, dan terbentuklah ion karbonium. Pada tahap kedua, yaitu tahap cepat,
ion karbonium bergabung dengan nukleofil membentuk hasil.
a.
Reaksi SN2 Mekanisme SN2 adalah proses satu tahap yang dapat
digambarkan sebagai berikut:
kecepatan
reaksi.
Jika
suatu
gugus
tetangga
reaksi,
maka
kecepatan
reaksi
tergantung
pada
diperoleh
(S)-2-butanol.Ion
hidroksida
menyerang
dari
belakang ikatan C-Br. Pada saat substitusi terjadi, ketiga gugus yang
terikat pada karbon sp3 kiral itu seolah-olah terdorong oleh suatu
bidang datar sehingga membalik. Karena dalam molekul ini OH
mempunyai perioritas yang sama dengan Br, tentu hasilnya adalah
(S)-2-butanol. Jadi reaksi SN2 memberikan hasil inversi.
b. Reaksi SN1 Mekanisme SN1 dalah proses dua tahap. Pada tahap pertama,
ikatan antarakarbon dengan gugus pergi putus.
Gugus
pergi
terlepas
dengan
membawa
pasangan
elektron,
dan
campuran
rasemik
yang
melalui
mekanisme
SN1
akan
Karena
dan
N:
,berada
dalam
periode
yang
sama,
tidak
mengherankan jika pada ion -:C yang bereaksi adalah karbon, karena sifat
nukleofilnya lebih kuat.
RX
Substrat
Y+
elektrofil
RY
hasil substitusi
X+
gugus pergi
Pada reaksi substitusi elektrofilik dikenal empat macam mekanisme yaitu: S E1, SE2
(depan), SE2 (belakang) dan SEi. SE1 adalah substitusi elektrofilik unimolekuler sedangkan
SE2 dan SEi adalah substitusi elektrofilik bimolekuler.
Mekanisme reaksi substitusi elektrofilik unimolekuler (SE1) terdiri dari dua tahap,
yaitu tahap ionisasi yang berlangsung lambat dan merupakan tahap penentu laju reaksi, dan
tahap penggabungan karbanion dengan elektrofil yang berlangsung cepat.
lambat
Tahap 1.
R- :
R-X
X+
+
cepat
R- : +
Tahap 2.
Y+
RY
Elektrofil
Laju reaksi yang mengikuti mekanisme SE1 tidak dipengaruhi oleh konsentrasi
elektrofil karena tahap penentu laju reaksi adalah tahap ionisasi (pembentukan karbanion).
Contohnya adalah reaksi brominasi pada atom karbon yang mengikat gugus penarik elektron
yang dikatalisis oleh basa. Pada reaksi brominasi 2-nitropropana, laju reaksi tidak
dipengaruhi oleh konsentrasi brom tetapi hanya dipengaruhi oleh konsentrasi 2-nitropropana.
Tahap 1:
H
CH3
CH3
OH-
CH3
CH3
N+
NO2
2-nitropropana
CH3
-O
Tahap 2:
Br
CH3
C
NO2
CH3 + Br
Br
CH3
CH3
+ Br -
NO2
2-bromo-2-nitropropana
CH3
N
O
+ H2O:
Produk reaksi yang mengikuti mekanisme SE1 dapat menghasilkan produk dengan
mempertahankan konfigurasi semula (retensi), atau rasemisasi, atau pembalikan konfigurasi
(inversi) sebagian, tergantung pada faktor-faktor kestabilan karbanion, konsentrasi elektrofil,
kekuatan elektrofil, dan konfigurasi karbanion.
Reaksi akan menghasilkan produk rasemisasi jika :
1). Karbanion terstabilkan oleh delokalisasi dan konsentrasi elektrofil rendah atau kekuatan
elektrofilnya rendah,
2). Karbanion berstruktur datar dan muatan negatif terdelokalisasi sehingga elektrofil dapat
menyerang karbanion dari kedua sisi,
3). Karbanion berstruktur tetrahedral tetapi membentuk campuran kesetimbangan anion
enantiomerik dengan laju yang lebih cepat daripada laju pembentukan produk.
Karbanion yang berstruktur tetrahedral digambarkan sebagai berikut:
Contoh reaksi SE1 yang menghasilkan campuran rasemat adalah reaksi antara anion 2fenil-2-sianobutanoat dengan metanol:
CN
H5 C2
H5C6
NC
CH3 OH
C2H5
C-
lambat
O
C6 H5
karbanion datar
CO2
C2 H5
NC
cepat
C-
+ H-OCH3
CN
C2H5 - C - H + CH3 O-
C6 H5
C6H5
n-C6H5
H3C
C6H5 SO2
OCH3
(CH3)2 SO
25 oC
n-C6H5
H3 C
C
C6H5SO2
HOCH3
H3C
n-C6 H5
C
C6H5 SO2
retensi 90 %
enantiomer murni
O-
C2 H5
H3 C
H 3C
C6 H5
CH3
210 oC
HOCH2 CH2 OH
(elektrofil)
CH3
C2H5
O
C
CH3
C2 H5 CH3
karbanion tersolvasi
tak simetris sebagai zat antara
C2H5
CH3
CH3
H - *C
+ C=O
C6H5
CH3
+ CH2OHCH2O-
CH3CH2CH2
Hg
H2O
dioksan
CH3CH2CH2
I + HgI2 + I-
Pada mekanisme SE2, ada dua kemungkinan arah serangan elektrofil terhadap
substrat, yaitu dari arah depan, yang disebut dengan SE2 (depan) dan dari arah belakang, yang
disebut dengan SE2 (belakang) dapat digambarkan sebagai berikut:
c
b
b
C
Y + X+
X
a
Y+
c
Y+
(SE 2 depan)
X+
(SE 2, belakang)
Apabila reaksi terjadi pada substrat kiral maka akan terbentuk hasil reaksi dengan
mempertahankan konfigurasi semula (retensi) pada mekanisme SE2 (depan), dan terjadi
pembalikan konfigurasi (inversi) pada mekanisme SE2 (belakang). Jika elektrofil menyerang
substrat dari arah depan ada kemungkinan mekanisme yang ketiga, yaitu salah satu bagian
elektrofil membantu lepasnya gugus pergi dan dalam waktu yang bersamaan terbentuk ikatan
baru dengan substrat.
Y
a
b
a
b
X-Z
Mekanisme ini disebut dengan mekanisme SEi dan menghasilkan produk dengan
mempertahankan konfigurasi semula (retensi).
Ketiga mekanisme reaksi subtitusi elektrofilik bimolekuler tersebut [S E2 (depan), SE2
(belakang) dan SEi] sukar dibedakan. Ketiganya hanya dapat dibedakan dengan mengakaji
secara mendalam aspek stereokimianya.
Kebanyakan reaksi substitusi elektrofilik bimolekuler (orde kedua) menghasilkan
produk dengan mempertahankan konfigurasi semula. Hal ini berarti bahwa pada umumnya
reaksi berlangsung dengan mekanisme dimana elektrofil menyerang substrat dari arah depan,
SE2 (depan) atau SEi.
C2H5
C2H5
CH3
Hg
Br + Br
Br
Br
+ HgBr2
CH3
H
Kenyataan ini berlawanan dengan mekanisme SN2. Pada mekanisme SN2, nukleofil
menyerang atom karbon yang mengikat gugus pergi, sedangkan pada mekanisme S E2
elektrofil menyerang elektron yang mengikat atom karbon dan gugus pergi. Oleh karena itu
reaksi berlangsung lebih cepat jika elektrofil menyerang substrat dari sisi yang sama dengan
kedudukan gugus pergi daripada sebaliknya karena adanya halangan sterik.
3. Substitusi elektrofilik yang disertai dengan perpindahan ikatan rangkap
Penataan ulang akan terjadi pada produk reaksi, jika reaksi substitusi elektrofilik
terjadi pada substrat alilik.
|
C = C C X + Y +
C = C C Y + X-
Mekanisme pembentukan produk yang mengalami penataan ulang tersebut dapat terjadi
dengan dua cara yaitu:
1. Reaksi berlangsung seperti pada mekanisme S E1, dimana gugus pergi lepas lebih dahulu
membentuk karbanion yang distabilkan olah resonansi dan diikuti dengan serangan
elektrofil.
C = C C X
|
-X+
|
C = C C Y + X|
2. Elektrofil Y+ menyerang substrat lebih dahulu membentuk karbokation dan diikuti dengan
lepasnya X+ sebagai gugus pergi.
C= C
-X+
C=C
C=C
Y+
C=C
produk
Pada umumnya penataan ulang elektrofilik alilik melibatkan hidrogen sebagai gugus
pergi, meskipun juga dapat terjadi pada senyawa organologam dengan ion logam sebagai
gugus pergi.
C= C
C
+
Y
Y+
C = C
X+
Y
produk
Me
Et
10,8
Iso-pr
780
t-bu
3370
iso-bu
1,24
neopentil
0,173
Dari tabel tersebut terlihat bahwa adanya cabang pada posisi meningkatkan laju
reaksi sedangkan cabang pada posisi menurunkan laju reaksi. Bertambahnya laju reaksi
oleh bertambahnya cabang pada posisi karena pengaruh sifat pendorong elektron dari
gugus alkil yang menstabilkan keadaan transisi yang bersifat kekurangan elektron.
R - H + D+
R - H + T+
R - D + H+
R - T + H+
Substitusi hidrogen yang terikat pada atom C oleh deuterium berlangsung lebih sukar
daripada subtitusi hidrogen yang terikat pada N (trivalen), O atau Halogen. Hal ini
disebabkan molekul-molekul NH3, H2O dan HX (asam halogen) memiliki pasangan elektron
bebas sehingga ion deuterium dengan cepat dapat mengikatkan diri padanya.
D+
+ :NH3
+
D - NH3
D - NH2
D+
+ :OH2
+
D - OH2
D - OH
H+
D+
+ :Cl-H
+
D - Cl-H
D - Cl
H+
H+
Pada alkana tidak terdapat pasangan elektron bebas, sehingga agar dapat terjadi
substitusi oleh deuterium harus didahului dengan proses eliminasi.
H
_
R-C
R-C-H
+
H
H
R-C-D
H
Pemutusan ikatan C-H pada alkana memerlukan energi cukup besar, sehingga
pemutusan tersebut hanya mungkin terjadi jika dibantu oleh adanya katalis atau bila ikatan CH diperlemah oleh gugus penarik elektron. Jika atom C mengikat gugus penarik elektron
seperti NO2 maka ikatan C-H menjadi lemah sehingga atom H mudah dilepaskan sebagai
proton.
Urutan
gugus-gugus
penarik
elektron
berdasarkan
keefektifannya
dalam
\
NO2
-2
SO3 >
Cl
|
O-
2. Reaksi substitusi logam dalam senyawa organologam oleh hidrogen, pola umumnya :
R L + H+
RH
L+
( L = logam)
RMgBr + HOH
RMgBr +
RH +
HBr
RH
Mg(OH)Br
MgBr2
C6H6
+ C2H5Na
C6H5Na +
C2H6
Reaksi-reaksi berikut ini sering digunakan untuk mengukur keasaman relatif hidrokarbon.
C6H5 Na + C6H5CH3
C6H5CH2Na +
(C6H5)2CHNa +
(C6H5)3CNa
C6H6
C6H5CH3
+ ( C6H5)2CH2
Ar3CH
> Ar2CH2
> ArCH3
> ArH
> RH
Keasaman toluena terjadi karena adanya stabilisasi resonansi pada anion yang terbentuk oleh
lepasnya proton. Hidrokarbon aromatik lebih asam daripada alkana karena atom karbon sp 2
lebih elektronegatif daripada sp3. Umumnya dengan bertambahnya karakter s pada orbital
hibrida akan menambah kestabilan pasangan elektron dalam orbital. Alkuna terminal, yang
mempunyai hidrogen yang terikat pada (atom C) orbital sp sehingga bersifat asam. Oleh
karena itu alkuna terminal mudah mengalami reaksi metalasi oleh pereaksi Grignard.
+ +
CH3C C H
+ C2H5MgBr
CH3CCMgBr +
C2H6
3. Reaksi substitusi logam dalam senyawa oraganologam oleh halogen, pola umumnya :
RL
X+
RX
L+
Senyawa organologam
Reaksi yang mengikuti tipe reaksi di atas sering dijumpai pada senyawa organolitium
dan organomerkuri yang direaksikan dengan brom. Pada senyawa organomerkuri, reaksinya
berlangsung lebih cepat jika ada katalis (misalnya piridina) yang membantu pembelahan
heterolitik molekul brom. Senyawa alkil atau arillitium biasanya dibuat dari reaksi antara
alkil litium dengan alkil atau aril halida. Reaksi tersebut memberikan hasil yang sangat baik
jika atom karbon organolitium yang dihasilkan lebih dapat menstabilkan muatan negatif
daripada organolitium semula. Contoh reaksi pembuatan arilitium.
Br
CH3CH2CH2Li
Li
+
CH3CH2CH2Br
O
R
MgX
R-C
MgX+
5. Reaksi dekarboksilasi pada asam karboksilat atau garam dari asam karboksilat.
Reaksi dekarboksilasi dapat terjadi pada asam-asam karboksilat yang mengikat gugus
penarik elektron pada atom C yang membebaskan karbondioksida. Reaksi ini melewati
pembentukan zat antara karbanion yang terstabilkan oleh resonansi.
Contohnya adalah reaksi dekarboksilasi pada asam nitroasetat.
OH -
O2 NCH2 CO2 H
O
O2 N - CH2
asam nitroasetat
C
O_
panas
-CO2
+
N
_O
CH2
+
N
CH2
O_
O_
H2 O
CH3 NO2
nitrometana
CH3
C = O
OH
CH3
C = CH2
CH3
CH3
CH2
Reaksi dekarboksilasi pada garam karboksilat, misalnya terjadi pada garam perak
dengan adanya brom.
O
R
C
O
Br
Br
Br
CO2 +
AgBr
Ag
H2SO4 yang merupakan suatu asam yang sangat kuat dapat merebut suatu gugus hidroksil
dari dalam asam nitrat, maka dihasilkan ion nitronium, +NO2.
Pembentukan suatu elektrofil oleh asam Lewis :
Suatu elektrofil dapat menyerang elektron suatu cincin benzena untuk menghasilkan
semacam karbokation yang terstabilkan oleh resonansi yang disebut suatu ion benzenonium.
Seperti karbokation lain, suatu ion benzenonium bereaksi lebih lanjut. Dalam hal ini, sebuah
ion hidrogen dibuang dari dalam zat antara (misalnya ditarik oleh HSO 4-) untuk menghasilkan
produk substitusi. Dalam menunjukkan struktur-struktur ini, digunakan rumus Kekule yang
memungkinkan terlihatnya jumlah elektron . Dalam persamaan berikut ini, ditunjukkan juga
atom-atom hidrogen yang terikat pada cincin sehingga akan diperlihatkan bagaimana
pengaruh mereka dalam reaksi itu.
B. Halogenasi
Halogenasi aromatik dicirikan oleh brominasi benzena. Katalis dalam brominasi
aromatik adalah FeBr3 (seringkali dibuat in situ dari Fe dan Br 2). Peranan katalis adalah
menghasilkan elektrofil Br+. Ini dapat terjadi oleh reaksi langsung dan pemutusan ikatan BrBr. Lebih mungkin lagi, Br2 tidak sepenuhnya terputus pada reaksi dengan katalis FeBr 3,
melainkan sekedar terpolarisasikan. Untuk sederhananya, reaksi di bawah menunjukkan Br+
sebagai elektrofilnya.
Bila suatu elektrofil seperti Br+ bertabrakan dengan elektron-elektron awan pi aromatik,
sepasang elektron pi akan membentuk ikatan sigma dengan elektrofil itu. Tahap ini
merupakan tahap lambat dalam reaksi itu, dan menjadi tahap yang menentukan laju.
Ion benzenonium menyerahkan sebuah proton kepada basa dalam campuran reaksi.
Produknya ialah bromobenzena, suatu produk yang memperoleh kembali karakter aromatik
dari cincinnya.
Dengan
tak
mengikutkan katalis, persamaan untuk keseluruhan reaksi brominasi aromatik dari benzena
dapat ditulis sebagai berikut:
Perhatikan
kemiripan
antara
reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan suatu reaksi E1. Dalam reaksi E1, karbokation alkil
antara membuang proton untuk membentuk suatu alkena.
C.
Nitrasi
Dalam contoh lain dari reaksi substitusi aromatik elektrofilik, benzena bereaksi dengan
4. Ion nitronium bertindak sebagai elektrofil dan tertarik dengan sistem elektron dari
cincin benzena.
6. Aromatisitas dari cincin yang dibangun kembali oleh hilangnya proton dari karbon
membentuk kelompok nitro.
D. Sulfonasi Benzen
Reaksi benzena dengan asam sulfat pekat pada suhu kamar menghasilkan asam
benzenesulfonic.
2.
Langkah-langkah yang tersisa dalam mekanisme yang identik dengan orang-orang dalam
mekanisme brominasi dan nitrasi: Para biaya sekitar cincin terdelokalisasi, dan kemudian
kehilangan proton membangun kembali yang aromatisitas cincin.
E. Alkilasi Friedel-Crafts
Alkilasi benzena berupa substitusi sebuah gugus alkil untuk sebuah hidrogen pada
cincin. Alkilasi dengan alkil halida dan runutan AlCl 3 sebagai katalis sering dirujuk sebagai
alkilasi Friedel-Crafts, menurut nama ahli kimia Perancis Charles Friedel dan James Crafts,
seorang ahli kimia Amerika yang mengembangkan reaksi ini pada tahun 1877. Reaksi 2kloropropana dengan benzena dalam kehadiran AlCl3 merupakan reaksi alkilasi FriedelCrafts yang khas.
Tahap
pertama
dalam alkilasi ialah pembentukan elektrofil, suatu karbokation.
Tahap kedua
ialah
serangan
elektrofilik pada benzena, sedangkan tahap ketiga eliminasi sebuah ion hidrogen. Hasilnya
ialah sebuah alkilbenzena.
Satu masalah
dalam alkilasi Friedel-Crafts ialah bahwa substitusi suatu gugus alkil pada cincin benzena
akan mengaktifkan cincin sedemikian sehingga substitusi kedua dapat juga terjadi. Untuk
menekan reaksi kedua ini, biasanya digunakan senyawa aromatik berlebih.
Masalah lain dalam alkilasi FriedelCrafts ialah bahwa elektrofil yang menyerang itu dapat mengalami penataan-ulang oleh
adanya geseran-1,2 dari H atau R.
Penataan ulang yang ditunjukkan adalah dari alkil halida primer, yang tidak mudah
membentuk karbokation. Dalam kasus-kasus ini, agaknya reaksi berlangsung lewat kompleks
RX-AlCl3.
Kompleks ini dapat (1) bereaksi dengan benzena menghasilkan produk tanpa mengalami
penataan ulang atau (2) mengalami penataan-ulang menjadi karbokation sekunder atau tersier
yang menghasilkan produk tertata-ulang.
Alkilasi dapat pula dicapai dengan alkena dengan hadirnya HCl dan AlCl 3. Mekanismenya
serupa dengan alkilasi dengan suatu alkil halida dan berlangsung lewat karbokation yang
lebih stabil.
Mekanisme untuk reaksi ini dimulai dengan generasi dari sebuah karbokation metil dari
methylbromide. Karbokation kemudian bereaksi dengan sistem elektron benzena untuk
membentuk karbokation nonaromatic yang kehilangan proton untuk membangun kembali
aromatisitas sistem.
1. Elektrofil Sebuah dibentuk oleh reaksi methylchloride dengan aluminium klorida.
4. Aromatisitas ini dipulihkan oleh hilangnya proton dari atom ke mana kelompok metil
telah terikat.
Hasil isopropil benzena dari penyusunan kembali dari karbokation propil awalnya dibentuk
untuk karbokation isopropil yang lebih stabil.
Penataan ulang ini disebut pergeseran ion 1,2-hidrida. Ion hidrida adalah H-.
Kebanyakan substitusi karbon alifatik oleh nukleofil. Dalam sistem aromatic situasinya
terbalik, karena kerapatan elektron tinggi di cincin aromatik mengarah untuk reaktivitas
sebagai basa Lewis atau basa Brnsted-Lowry, tergantung pada positif spesies. Dalam
substitusi
elektrofilik,
ion
positif
atau
akhir
positif
dari
dipol dipol atau diinduksi diserang oleh cincin aromatik. Gugus pergi (yang electrofuge)
tentu harus berangkat tanpa pasangan elektron nya. Dalam substitusi nukleofilik, Gugus pergi
kepala adalah mereka yang paling mampu membawa pasangan unshared: Br, H 2O, OTS, Dan
sebagainya., Yaitu, basa lemah. Dalam substitusi elektrofilik Gugus pergi yang paling penting
adalah yang terbaik dapat ada tanpa pasangan diperlukan untuk mengisi kulit terluar, yaitu,
elektron asam Lewis terlemah.
G. Pembalikan Alkilasi Friedel-Crafts
Hidro-de-alkilasi atau Dealkylation
Kelompok alkil dapat dibelah dari cincin aromatik dengan penambahan proton dan/atau
asam Lewis. Kelompok R tersier yang paling mudah dibelah, karena ini benar, kelompok
ters-butil kadang-kadang dimasukkan ke dalam cincin, digunakan untuk mengarahkan
kelompok lain, dan kemudian menggantikannya. Misalnya, 4 tert-butyltoluene (71)
direaksikan dengan benzoil klorida dan AlCl3 untuk memberikan produk terasilasi, dan
selanjutnya penambahan AlCl3 menyebabkan hilangnya kelompok ters-butil untuk
memberikan 72.
Kelompok R sekunder sulit untuk membelah, dan R primer masih sulit. Karena
reaksi ini, perlakuan harus dilakukan dengan menggunakan katalis Friedel-Crafts (Lewis atau
proton asam) pada senyawa aromatik yang mengandung gugus alkil.
H. Reaksi Asilasi Friedel-Crafts
Reaksi asilasi Friedel-Crafts, contoh lain dari reaksi substitusi aromatik elektrofilik,
mirip dengan reaksi alkilasi Friedel-Crafts, kecuali bahwa zat yang bereaksi dengan benzena
adalah asil halida,
bukan sebuah alkil halida, R - X. Suatu reaksi asetil klorida muncul sebagai produk:
adalah
Sisa mekanisme identik dengan bahwa dari alkilasi benzena. Karena ion acylium adalah
resonansi stabil, tidak ada penyusunan ulang terjadi.
2. Elektrofil menarik elektron sistem dari cincin benzena untuk membentuk karbokation
nonaromatik.
4. Hilangnya proton dari atom ke mana kelompok asetil telah terikat mengembalikan
aromatisitas tersebut.
5. Proton bereaksi dengan AlCl4-untuk menumbuhkan katalis AlCl3 dan bentuk produk
HCl.
Dalam salah satu metode garam asam (ArCOO-) dipanaskan, dan di lain asam karboksilat
dipanaskan dengan asam kuat, biasanya sulfat. Metode yang terakhir ini dipercepat oleh
kehadiran kelompok donasi elektron di posisi orto dan para dan dengan efek sterik kelompok
dalam posisi orto; dalam sistem benzena itu
umumnya terbatas pada substrat yang mengandung kelompok tersebut. Dalam metode ini,
dekarboksilasi terjadi melalui mekanisme ion arenium, dengan H+ sebagai elektrofil dan CO2
sebagai kelompok tinggal.
Terbukti, urutan electrofugal Kemampuan adalah CO2 > H+ > COOH+, sehingga perlu,
setidaknya dalam sebagian kasus, untuk COOH untuk kehilangan proton sebelum dapat
membelah. Ketika ion karboksilat yang dekarboksilasi, mekanisme ini sama sekali berbeda,
sedang dari jenis SE1. Bukti untuk mekanisme ini adalah bahwa reaksi adalah orde pertama
dan bahwa kelompok-kelompok elektron-menarik, yang akan menstabilkan suatu carbanion,
memfasilitasi reaksi.
J. Efek Isotop
Jika tahap penentu laju substitusi aromatik elektrofilik ialah pembentukan ion
benzenonium, maka reaksi benzena terdeuterasi dan reaksi benzena normal akan sama cepat.
Eksperimen menunjukkan bahwa hal ini memang benar, benzena dan perdeuteriobenzena
(C6D6) menjalani brominasi elektrofilik sama cepat, dan tidak dijumpai efek isotop kinetik.
Tahap 2 dalam mekanisme reaksi, lepasnya H + atau D+, memang melibatkan pemutusan
ikatan CH atau CD. Tak diragukan lagi bahwa eliminasi D + akan lebih lambat daripada
eliminasi H+, tetapi dalam masing-masing kasus tahap kedua itu begitu cepat dibandingkan
dengan tahap 1, sehingga tak dijumpai perubahan laju reaksi keseluruhan.
REAKSI ELIMINASI
Di dalam kimia organik istilah eliminasi disebut juga penyingkiran, mengacu pada
hilangnya dua atom atau gugus dari suatu molekul. Pada reaksi eliminasi, dua atau empat
atom atau gugus yang terikat pada atom berdekatan dari molekul substrat akan dielimir,
sehingga terbentuk ikatan rangkap. Perbedaannya dengan reaksi substitusi bahwa dalam
reaksi eliminasi gugus OH merupakan gugus yang bertindak sebagai basa, bukan nukleofil
seperti pada reaksi substitusi. Untuk membedakannya perhatikan contoh reaksi di bawah ini.
(CH3)2CHCl
OH
(CH3)2CHOH
substitusi
terbentuk karena OH
sebagai nukleofil
CH2 = CHCH3
eliminasi
terbentuk karena OH
sebagai basa
Contoh dari reaksi eliminasi adalah dehidrogenasi alkil halida dalam suasana basa.
OH
R CH2 CH2 X
R CH = CH2 + H2O
+ X
(CH3 )2C+-CH2
(CH3)2C=CH2 + H3O+
kation t-butil
Tahap pertama yaitu terjadinya ionisasi alkil halida (tahap lambat) sebagai tahap
penentu reaksi dari reaksi keseluruhan. Laju reaksi bergantung hanya pada konsentrasi alkil
halida saja.
Tahap 1 (lambat)
CH3
(CH3)3C-Br
C+
CH3
Br
CH3
Tahap 2 ( cepat)
H
CH3
C+
CH3
CH2 + H2O
CH3
OH
CH3
C+
CH2
C = CH2
CH3
+
+ H3O
CH3
Aturan Saytzeff akan berlaku jika dehidrohalogenasi dari alkil halida dapat
membentuk lebih dari satu alkena. Menurut aturan Saytzeff bahwa produk utama yang
dihasilkan adalah alkena yang lebih tersubstitusi.
Reaksi Eliminasi Bimolekuler (E2)
Pada reaksi eliminasi bimolekuler laju reaksi dipengaruhi oleh dua konsentrasi yaitu
konsentrasi substrat dan basa. Reaksi eliminasi bimolekuler hanya terdiri dari satu langkah
reaksi dimana terjadi pengurangan proton dari karbon dan pengusiran gugus terlepas yaitu
ion halida dari karbon serta pembentukan ikatan rangkap secara simultan. Baik substrat
maupun nukleofil, kedua-duanya berperan dalam tahap tunggal dari mekanisme eliminasi- ,
yang ditunjukkan sebagai eliminasi E2, dwimolekul. Nukleofil memindahkan satu gugus
(Elektrofil-E) pada waktu gugus yang lainnya (gugus pergi-L) meninggalkan tempatnya.
Mekanisme reaksinya adalah:
E
Nu:C
NuE
R CH CH2X
L:-
Reaksi E2 alkil halida cenderung dominan digunakan basa kuat seperti OH dan OR
pada suhu tinggi. Secara khas reaksi E2 dilaksanakan dengan memanaskan alkil halida dengan
K+ - OH atau Na+ - OCH2CH3 dengan persamaan reaksi sbb:
Cl
CH3CH2OH
RO
CH3CH=CH2 + CH3CH2OH + Br
Kalor/E2
(1)
_
RO + H
+ CH3 - CH - CH3
propena
(2)
CH2 - CH - CH3
Br
Br
_
Br
(3)
Keterangan:
1
R2CH X
Primer
sekunder
Laju reaksi
R3C X
tersier
A. Campuran Alkena
Reaksi eliminasi E1 dan E2 sering disebut eliminasi beta (). Atom hidrogen dan
karbon dalam suatu molekul terdapat pada posisi ,,,dan seterusnya (berdasarkan alphabet
Yunani). Atom karbon yang mengikat gugus fungsional utama dalam molekul disebut karbon
alpha (), karbon berikutnya adalah karbon betha (). Sedangkan atom hidrogen yang terikat
pada karbon disebut hidrogen-hidrogen , sementara yang terikat pada karbon disebut
hidrogen - hidrogen .
Karbon dan hidrogen dalam kurung:
Br
|
(CH3) CH (CH3)
Pada reaksi eliminasi , artinya sebuah atom hidrogen , harus dibuang untuk
bereaksi dengan sebuah basa (-OH) kemudian akan terbentuk senyawa alkena. Dengan
demikian alkil halida yang tidak punya hidrogen tidak dapat dieliminasi . Jika pada satu
senyawa yang akan dieliminasi hanya memiliki satu atom karbon sehingga hanya terdapat
satu macam hidrogen , maka produk alkenanya hanya satu saja, contohnya adalah 2bromopropana. Tetapi pada senyawa t-butilklorida mengalami eliminasi maka akan
dihasilkan dua alkena, karena pada senyawa tersebut memiliki 2 gugus karbon betha () maka
juga akan memiliki 2 gugus hidrogen yaitu: sebuah hidrogen dari CH3 dan sebuah lagi dari
gugus CH2
HO-
CH3
H C C Br
|
CH3
CH3
|
CH2 = C
|
CH3
H2
+ Br
2 bromopropana
(satu macam H)
H
1-butena
CH3 CH CH CH2
CH3 C H=CHCH3
Br
2-butena
2 bromobutana
(dua macam H)
CH3CH= CH2
CH3CH= CHCH3
(CH3)2C=C(CH3)2
CH2= CH2
CH3CH= CH2
CH3CH= CHCH3
(CH3)2C=C(CH3)2
CH 3
C =C
H
H
cis-2-pentena (18%)
H
CH 3CH 2
C =C
H
CH 3
trans-2-pentena (51%)
Dalam reaksi E2 cenderung menghasilkan produk yang stereo spesifik artinya suatu
reaksi dimana stereoisomer yang berlainan dari pereaksi akan menghasilkan produk yang
berlainan
pula.
Sebagai
contoh
bila
(1R,2R)-1-bromo-1,2-difenilpropana
ataupun
H
C
H 5C6
CH 3
C6H 5
E2
C =C
CH 3
Br
(1R, 2R)
C6H 5
H
(Z)-1,2-difenil-1-propena
H
H dan Br anti
berarti fenilfenil itu cis
C6H 5
- HBr
E2
CH 3
C6H 5
C6H 5
C6H 5
H
CH 3
Br
(1R,2R)
(Z)-alkena)
Aturan Saytzeff kebanyakan terjadi pada dehidrogenasi yaitu alkena yang lebih
tersubstitusi merupakan hasil produk yang berlimpah. Tetapi dalam suatu keadaan, dapat saja
produk utama dari dehidrohalogenasi justru alkena yang kurang tersubstitusi. Bila alkena
yang kurang tersubstitusi menjadi produk yang dominan maka hasil reaksi tersebut dikatakan
sebagai produk Hofmann. Kapan produk tersebut dapat terjadi? Bila kita mengikuti teori
halangan sterik, maka faktor pertama penyebabnya adalah ukuran basa yang menyerangnya.
Perhatikan contoh dibawah ini.
CH 3 CH 2O
Br
CH 3CH =CH CH 2
2-butena (80%)
CH 3CH 2CH = CH 2
1-butena (20%)
CH 3 CH 2 CH CH 3
_
(CH 3) C O
CH 3CH = CH CH 2
2-butena (50%)
CH 3CH 2CH = CH 2
1-butena (50%)
Ukuran basa yang cukup besar menghalangi terbentuknya 2-butena, karena halangan
sterik dari 2-butena relatif cukup besar dibandingkan dengan 1-butena, sehingga basa akan
menyerang atom H pada 1-butena.
Faktor kedua, disebabkan meruahnya gugus-gugus yang mengelilingi gugus pergi
dalam alkilhalida (kasus 2-bromo-2,4,4-trimetilpentana).
CH 3
CH 3 C
CH 2
CH 3
Br
C
CH 3
_
CH 3CH 2O
CH 3
Eliminasi gamma ( )
Reaksi E1cB