Anda di halaman 1dari 12

REAKSI SUBSTITUSI 1. Nukleofilisitas/Kenukleofilan Nukleofilisitas adalah ukuran kemampuan suatu pereaksi yang menyebabkan terjadinya suatu reaksi subtitusi.

Bila suatu reaksi substitusi melibatkan nukleofil, maka reaksi tersebut disebut substitusi nukleofilik (SN), dimana S menyatakan substitusi dan N menyatakan nukleofilik. Substitusi nukleofilik adalah suatu kelompok dasar reaksi substitusi, dimana sebuah nukleofil yang "kaya" elektron, secara selektif berikatan dengan atau menyerang muatan positif dari sebuah gugus kimia atau atom yang disebut gugus lepas (leaving group). Nukleofilisitas relative ditentukan oleh laju relatif reaksi pereaksi dalam reaksi substitusi. H2O ROH Cl- Br- OH- OR- I- CNNaiknya nukleofilisitas

Umumnya suatu basa yang lebih kuat juga nukleofil yang lebih baik daripada basa lemah. Misalnya OH- (basa kuat) adalah nukleofil yang lebih baik daripada Cl- atau H2O (basa lemah). 2. Tahapan Reaksi Substitusi Nukleofilik Unimolekuler, SN1 Reaksi SN1 antara molekul A dan nukleofil B memiliki tiga tahapan: 1. Pembentukan sebuah karbokation dari A dengan pemisahan gugus lepas dari karbon; tahap ini berjalan dengan lambat dan reversibel. Contoh :

2. Serangan nukleofilik: B bereaksi dengan A. Jika nukleofil tersebut adalah molekul netral (contoh: pelarut), tahap ketiga diperlukan agar reaksi ini selesai. Jika pelarutnya adalah air, maka zat antaranya adalah ion oksonium. Contoh :

3. Deprotonasi: Penyingkiran proton pada nukleofil yang terprotonasi oleh ion ataupun molekul di sekitar. Contoh :

3. Diagram Perubahan Energi Reaksi SN1

Dalam SN1 ada hilangnya gugus pergi menghasilkan karbokation perantara yang kemudian mengalami reaksi cepat dengan nukleofil.

4. Meanisme Reaksi Substitusi Nukleofilik Unimolekuler, SN1 Mekanisme SN1 adalah proses dua tahap. pada tahap pertama, ikatan antara karbon dan gugusbebas putus, atau substrat terurai. Electron-electron ikatan terlepas bersama dengan gugus bebas, dan terbentuklah ion karbonium. pada tahap kedua, yaitu tahap cepat, ion karbonium bergabung dengan nukleofil membentuk hasil. Pada mekanisme SN1 substitusi terjadi dua tahap. Lambang 1 digunakan sebab pada tahap lambat hanya satu dari dua pereaksi yang terlibat, yaitu substrat. tahap ini tidak melibatkan nukleofil sama sekali. dikatakan, bahwa tahap pertama bersifat unimolekuler. Mekanisme reaksi SN1 hanya terjadi pada alkil halida tersier. Nukleofil yang dapat menyerang adalah nukleofil basa sangat lemah seperti H2O, CH3CH2OH.

5. Tahapan Reaksi Substitusi Nukleofilik Bimolekuler, SN2 Reaksi SN2 adalah proses satu tahap yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Nukleofil menyerang dari belakang ikatan CX. Pada keadaan transisi, nukleofil dan gugus pergi berasosiasi dengan karbon di mana substitusi akan terjadi. Pada saat gugus pergi terlepas dengan membawa pasangan electron, nukleofil memberikan pasangan elektronnya untuk dijadikan pasangan elektron dengan karbon. Nukleofil menyerang dari belakang ikatan C- L. Pada satu keadaan (keadaan peralihan) nukleofil dan gugus bebas keduanya berasosiasi dengan karbon dimana substitusi terjadi. Pada saat gugus bebas membawa serta elektronnya nukleofil memberikan pasangan elektron lain. Lambang 2 digunakan untuk mekanisme kerja ini sebab reaksi ini adalah bimolekuler atau dua molekul, yaitu nukleofil dan substrat terlibat dalam 2 tahap kunci (memang hanya satu-satunya tahap) dalam mekanisme reaksi Adapun ciri reaksi SN2 adalah: 1. Karena nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi, maka kecepatan reaki tergantung pada konsentrasi kedua spesies tersebut. 2. Reaksi terjadi dengan pembalikan (inversi) konfigurasi. Misalnya jika kita mereaksikan -2-bromobutana dengan natrium hidrosida, akan diperoleh (S)-2butanol.

Ion hidroksida menyerang dari belakang ikatan CBr. Pada saat substitusi terjadi, ketiga gugus yang terikat pada karbon sp3 kiral itu seolah-olah terdorong oleh suatu bidang datar sehingga membalik. Karena dalam molekul ini OH mempunyai perioritas yang sama dengan Br, tentu hasilnya adalah (S)-2-butanol. Jadi reaksi SN2 memberikan hasil inversi. 3. Jika substrat R-L bereaksi melalui mekanisme SN2 reaksi terjadi lebih cepat apabila R merupakan gugus metil atau primer, dan lambat jika R adalah gugus tersier. Gugus R sekunder mempunyai kecepatan pertengahan. Alasan untuk urutan ini adalah adanya efek rintangan sterik. Rintangan sterik gugus R meningkat dari metil < primer < sekunder < tersier. Jadi kecendrungan reaksi SN2 terjadi pada alkil halida adalah: metil > primer > sekunder >> tersier.

6. Diagram Perubahan Energi Reaksi SN2

Laju reaksi kimia ditentukan oleh G, yaitu perbedaan energy antara reaktan dan tingkat transisi. Perubahan kondisi reaksi dapat mempengaruhi G dengan 2 cara: a. Perubahan tingkat energi reaktan Tingkat energi reaktan yang lebih tinggi akan mempercepat reaksi. b. Perubahan tingkat energi pada tingkat transisi. Tingkat energi pada senyawa transisi bertambah besar akan memperlambat reaksi (G lebih tinggi). 7. Mekanisme Reaksi Substitusi Nukleofilik Bimolekuler, SN2

X Y Nu: + Z
nukleofil substrat

X C L Nu C Z

Y L Nu C

X Y Z +
L:

keadaan transisi

hasil substitusi

gugus pergi

8. Peranan Gugus Tetangga Pada Mekanisme Reaski SN2 Pada reaksi substitusi nukleofilik, partisipasi gugus tetangga didefinisikan sebagai gugus yang memberikan suatu reaksi intermediate yang baru pada pusat reaksi. Untuk reaksi substitusi seperti dibawah, X sebagai gugus tetangga berperan dalam penyerangan nukleofilik intramolekul sehingga melepaskan Y sebagai gugus pergi, yang kemudian diikuti oleh substitusi intermolekul.

Hasil dari partisipasi ini ialah pembentukan produk substitusi dengan konfigurasi yang berlawanan dengan konfigurasi yang seharusnya terjadi pada SN2, dimana reaksi SN2 pada umumnya membentuk konfigurasi yang berlawanan dengan substrat. Dengan adanya partisipasi gugus tetangga, konfigurasi produk sama dengan substrat. Partisipasi gugus tetangga ini juga dapat mempengaruhi kecepatan reaksi. Jika suatu gugus tetangga mempengaruhi reaksi melalui suatu jalan yang menyebabkan peningkatan kecepatan reaksi, maka gugus tetangga tersebut dikatakan sebagai anchimeric assistance. Peningkatan kecepatan reaksi dengan adanya partisipasi gugus tetangga diketahui dengan membandingkan laju reaksi suatu senyawa yang memiliki gugus tetangga dengan reaksi yang sama pada senyawa analog yang tidak memiliki gugus tetangga. Makin bertambahnya gugus alkil (gugus tetangga) yang terikat pada atom C pengikat gugus pergi, keadaan transisinya akan semakin bertambah berjejal dengan atom, mengakibatkan semakin besarnya tolak-menolak antar gugus dan meningkatkan energi sistem. Jejalan ruang dalam sistem-sistem ini disebut

rintangan sterik. Dalam reaksi SN2 energi sistem dari keadaan transisi yang memiliki atom atau gugus berjejalan lebih tinggi dari pada energi keadaan transisi dengan jejalan atom rendah (halangan sterik rendah). Hal inilah yang menyebabkan semakin turunnya laju reaksi dalam urutan metil, halida primer, sekunder dan tersier.

9. Mekanisme Reaksi SNi Reaksi SNi. Alkohol yang memiliki substituen aromatik bereaksi dengan tionil klorida menghasilkan senyawa klorida yang sesuai denga mempertahankan konfigurasi atom karbon yang tadinya mengikat hidroksil., sebagai contoh

Peristiwa ini dilukiskan sebagai reaksi SNi (substitusi nukleofilik internal). Reaksi ini terjadi melalui klorosulfit yang terurai melepaskan sulfurdioksida menghasilkan Pasangan ion dan kemudian membentuk kloridanya.

Perananan substituent aromatik di sini adalah kemungkinan untuk menstabilkan bagian kationik pasangan ion melalui delokalisasi muatan positif. 10. Teori Pasangan Ion pada Reaksi Substutitusi Nukleofilik Pada tipe yang pertama, nukleofil, atom atau molekul yang memiliki kelebihan elektron sehingga bermuatan negatif, akan menggantikan atom lainnya atau bagian lainnya dari molekul "substrat". Pasangan elektron nukleofil akan bersatu dengan substrat membentuk ikatan baru, sedangkan gugus lepas akan lepas bersamaan dengan sebuah pasangan elektron. Nukleofil sendiri dapat bermuatan netral atau positif, sedangkan substrat biasanya bermuatan positif atau netral. Contoh nukleofil adalah ion hidroksida, alkoksida, amina, dan halida. Reaksi semacam ini biasanya ditemukan pada hidrokarbon alifatik dan jarang ditemukan pada hidrokarbon aromatik. Hidrokarbon aromatik memiliki rapatan elektron yang tingi dan hanya bisa melangsungkan substitusi aromatik nukleofilik hanya dengan gugus penarik elektron yang sangat kuat. Substitusi nukleofilik dapat berlangsung melalui 2 mekanisme, Reaksi SN1 dan SN2. Menurut namanya, S singkatan dari substitusi, N singkatan dai nukleofilik, dan, dan angka menunjukkan ordo kinetik reaksi, unimolekuler atau bimolekuler.

Reaksi SN1 berlangsung dalam 2 tahap. Tahap pertama, gugus lepas akan lepas dan membentuk karbokation. Tahap ini akan diikuti reaksi yang sangat cepat dengan nukleofil. Dalam mekanisme SN2, nukleofil akan membentuk tahap transisi dengan molekul yang lepas saja yang terlekang. Kedua mekanisme ini berbeda pada hasil stereokimianya. Reaksi SN1 menghasilkan adisi non-stereospesifik dan tidak menghasilkan pusat chiral, melainkan dalam bentuk isomer geometri (cis/trans). Kebalikannya, inversi Warden-lah yang diamati pada mekanisme SN2. 11. Perbedaan Perubahan Stereokimia Substrat pada Reaksi SN1 dan SN2 SN1 menghasilkan produk racemic (jumlah yang sama enantiomer kiri dan kanan) yang akibatnya secara optik tidak aktif. Ini berarti tidak akan memutar cahaya terpolarisasi.

Jika karbon pembawa gugus pergi merupakan stereogenik, reaksi berlangsung terutama dengan hilangnya aktivitas optis (artinya dengan rasemisasi). Pada
karbokation hanya tiga gugus yang melekat pada karbon yang bermuatan positif. Maka karbon positif terhibridisasi sp2 dan berbentuk planar. Contohnya (R)-3-bromo-3-metilheksana dengan air manghasilkan alkohol rasemik. Karbokation intermediet berbentuk planar dan akiral. Gabungan dengan H2O dari atas atau bawah sama peluangnya, masing-masing menghasilkan alcohol R dan S dalam jumlah yang sama. Br | C
aseton berair

CH3CH2 + C CH3 CH3CH2CH2 karbokation intermediet H 2O -H+ OH

CH3CH2 CH3CH2CH2 CH3 (R)-3-bromo-3-metilheksana

CH3 CH3CH2 C | OH CH3CH2

CH3CH2CH2 50%S (produk dan serangan Pada bagian bawah karbokation)

CH3 CH3CH2CH2 50%R (produk dan serangan pada bagian atas karbokation)

SN2 menghasilkan produk dengan struktur stereo terbalik dengan substrat. Pada dasarnya nukleofil menempel ke sisi berlawanan dari gugus pergi, pembalik stereokimia asli molekul.

Pada SN2, Setiap penggantian melalui SN2 selalu mengakibatkan inversi konfigurasi. Contohnya (R)-2-bromobutana direaksikan dengan natrium hidroksida, yang akan menghasilkan (S)-2-butanol. CH3 HO- + C Br HO C H CH2CH3 (R)-2-bromobutana CH3 + Br H CH2CH3 (S)-2-butanol.

12. Menjelaskan elektrofilisitas/keelektrofilan Elektrofilisitas adalah kekuatan relative elektrofil. Elektrofilisitas dari suatu kation, tergantung pada stabilitas muatan positif. Elektrofil memiliki atom atau wilayah tertentu dari molekul yang berelektron sedikit. Wilayah ini disebut pusat elektrofilik. Dalam sebuah ion bermuatan positif, pusat elektrofilik adalah atom yang menyandang muatan positif (misalnya sebuah atom karbon karbokation). Di dalam sebuah molekul netral, pusat elektrofilik merupakan atom yang berelktron tak mencukupi dalam suatu gugus fungsional (misalnya karbon atau atom hidrogen yang terkait dengan atom elektronegatif seperti oksigen atau nitrogen). 13. Tahapan Reaksi Substitusi Elektrofilik Unimolekuler, SE1 Reaksi SE1 yang berlangsung dengan mempertahankan konfigurasi semula (retensi) dapat terjadi dengan dua cara: 1. Karbanion berstruktur datar dan tersolvasi secara tidak simetris oleh elektrofil pada sisi yang sama dengan kedudukan gugus pergi, 2. Karbanion berstruktur tetrahedral dan elektrofil terikat sebelum karbanion berubah ke struktur enantiomernya. Contoh reaksi SE1 yang berlangsung dengan mempertahankan konfigurasi semula adalah:
n-C6 H5 HOCH3 H3 C C H

n-C6 H5 H3 C C C6 H5 SO2 enantiomer murni D + OCH3

n-C6 H5

(CH3 )2 SO 25 oC

H3 C

C C6H5 SO2

C6 H5 SO2 retensi 90 %

Reaksi SE1 yang menghasilkan produk dengan pembalikan konfigurasi (inversi) terjadi pada sistem dengan karbanion berstruktur datar dan tersolvasi secara tidak simetris sebagai zat antara (intermediate). Anion ini tersolvasi pada sisi yang sama

dengan kedudukan gugus pergi oleh molekul yang terbentuk dari gugus pergi dan elektrofil menyerang dari sisi yang berlawanan. Contoh: Reaksi antara anion 3-fenil-2,3-dimetil-2-pentanol dengan etilena glikol.
OC CH3 CH3 + HOCH2CH2OH (elektrofil) 210 oC
C2H5

C2H5 H3C C6H5 C

H3C

O C CH3

HOCH2 CH2O-H

C2H5 CH3

karbanion tersolvasi tak simetris sebagai zat antara


C2H5 CH3 CH3 H - *C + C=O C6H5 CH3

+ CH2OHCH2O-

14. Menggambarkan diagram perubahan energi reaksi SE1

15. Menuliskan mekanisme reaksi substitusi elektrofilik unimolekuler, SE1 lambat Tahap 1. R-X Tahap 2. R- : + Y+
Elektrofil

R- : cepat

X+ RY

16. Menjelaskan tahapan reaksi substitusi elektrofilik bimolekuler, SE2 Mekanisme reksi substitusi elektrofilik bimolekuler pada senyawa alifatik terjadi melalui pemutusan ikatan antara gugus pergi dengan substrat dan pembentukan ikatan baru antara elektrofil dengan substrat berlangsung dalam waktu yang bersamaan. 17. Menggambarkan diagram perubahan energi reaksi SE2

18. Menuliskan mekanisme reaksi substitusi elektrofilik bimolekuler, SE2 Reaksi E2 menggunakan basa kuat seperti -OH, -OR, dan juga membutuhkan kalor. Dengan memanaskan alkil halida dalam KOH, CH3CH2ONa.

19. Menjelaskan mekanisme reaksi SEi Mekanisme reksi substitusi elektrofilik bimolekuler pada senyawa alifatik terjadi melalui pemutusan ikatan antara gugus pergi dengan substrat dan pembentukan ikatan baru antara elektrofil dengan substrat berlangsung dalam waktu yang bersamaan. Mekanisme reaksi SEi yaitu elektrofil menyerang substrat dari arah depan dan salah satu bagian elektrofil membantu lepasnya gugus pergi dan dalam waktu yang bersamaan terbentuk ikatan baru dengan substrat.
Y a b c C X Z a b c C Y + X-Z

Mekanisme SEi menghasilkan produk dengan mempertahankan konfigurasi semula (retensi).

20. Membedakan perubahan stereokimia substrat pada reaksi SE1 dan SE2 SE1 Produk reaksi yang mengikuti mekanisme SE1 dapat menghasilkan produk dengan mempertahankan konfigurasi semula (retensi), atau rasemisasi, atau pembalikan konfigurasi (inversi) sebagian, tergantung pada faktor-faktor kestabilan karbanion, konsentrasi elektrofil, kekuatan elektrofil, dan konfigurasi karbanion. SE2 Pada mekanisme SE2, ada dua kemungkinan arah serangan elektrofil terhadap substrat, yaitu dari arah depan, yang disebut dengan SE2 (depan) dan dari arah belakang, yang disebut dengan SE2 (belakang) Apabila reaksi terjadi pada substrat kiral maka akan terbentuk hasil reaksi dengan mempertahankan konfigurasi semula (retensi) pada mekanisme SE2 (depan), dan terjadi pembalikan konfigurasi (inversi) pada mekanisme SE2 (belakang). Jika elektrofil menyerang substrat dari arah depan ada kemungkinan mekanisme yang ketiga, yaitu salah satu bagian elektrofil membantu lepasnya gugus pergi dan dalam waktu yang bersamaan terbentuk ikatan baru dengan substrat.

Anda mungkin juga menyukai