REAKSI SN1
Disusun Oleh :
Stereokimia kimia adalah susunan ruang dari atom dan gugus fungsi dalam molekul
umumnya, molekul organik dalam obyek tiga dimensi yang merupakan hasil hibridisasi dan
ikatan secara geometri dari atom dalam molekul. Ada tiga aspek kajian dalam pembahasan
topik stereokimia, yaitu keisomeran geometri, konformasi, dan kiralitas.
Pemahaman mendalam terhadap ketiga aspek terhadap ketiga aspek stereokimia membantu
stereokimia membantu seseorang mampu seseorang mampu menjelaskan menjelaskan
fenomena stereoisomer, yakni senyawa-senyawa yang mempunyai kesamaan rumus molekul
dan rumus molekul dan urutan terikatnya atom-atom dalam kerangka karbon, akan tetapi
mempunyai perbedaan penataan atom dalam ruang akan berdampak pada perbedaan
sejumlah sifat, seperti kestabilan, kereaktifan, maupun interaksinya dengan molekul lain.
Terdapat dua reaksi substitusi nukleofilik yang dapat diterima,yaitu S N1 dan SN2. Simbol
SN menunjukkan reaksi substitusi nukleofilik, sedangkan arti 1 dan 2 adalah unimolekuler
dan bimolekuler. Reaksi SN1 adalah sebuah reaksi substitusi dalam kimia organik . SN1
adalah singkatan dari substitusi nukleofilik dan "1" memiliki arti bahwa tahap penentu laju
reaksi ini adalah molekul tunggal. Reaksi ini melibatkan sebuah zat antara karbokation dan
umumnya terjadi pada reaksi alkil halida sekunder ataupun tersier, atau dalam keadaan asam
yang kuat, alkohol sekunder dan tersier.
1.2 TUJUAN
Reaksi substitusi adalah reaksi penggantian suatu gugus yang mudah pergi (leaving
group), umumnya gugus halida ( X = F, Cl, Br, I) dengan gugus lain. Penggantian gugus
mudah pergi oleh suatu nukleofilik (suka inti, ion muatan negatif) disebut substitusi
nukleofilik (Ismono dkk, 2018).
Dalam reaksi substitusi alkil halida, ion iodida adalah halida yang paling mudah
digantikan, baru ion bromida dan kemudian klorida. Karena F - merupakan basa yang lebih
kuat daripada ion halida lain, dan karena ikatan C-F lebih kuat daripada ikatan C-X lain
fluorida bukan gugus pergi yang baik. Dari segi praktis, hanya Cl, Br dan I merupakan
gugus pergi yang cukup cukup baik sehingga bermanfaat dalam reaksi-reaksi substitusi
Fessenden dan Fessenden, 1986).
Umumnya, sebuah nukleofil ialah spesi apa saja yang tertarik ke suatu pusat positif. Jadi
sebuah nukleofil ialah suatu basa Lewis. Kebanyakan nukleofil adalah anion. Namun,
beberapa molekul polar yang netral, seperti H2O, CH3OH dan CH3NH2 dapat juga bertindak
sebagai nukleofil. Molekul netral ini memiliki pasangan elektron menyendiri, yang dapat
digunakan untuk membentuk ikatan sigma (Fessenden dan Fessenden, 1986).
2.2 REAKSI SN1
2.2.1 MEKANISME SN1
Laju reaksi SN1 tidak bergantung pada konsentrasi nukleofil, tetapi hanya
bergantung pada konsentrasi alkil halida.
Laju S N1 = k [RX]
Laju keseluruhan reaksi ditentukan seluruhnya oleh cepatnya RX
berionisasi membentuk karbokation R+. Tahap ionisasi ini ( tahap 1 dalam
reaksi keseluruhan) disebut tahap penentu-laju atau tahap pembatas-laju.
Suatu reaksi SN1 bersifat orde pertama dalam laju karena laju itu
berbanding lurus dengan hanya konsentrasi satu pereaksi pereaksi (RX).
Reaksi ini adalah reaksi unimolekular karena hanya satu partikel (RX) yang
terlibat dala at dalam keadaan tra aan transisi tahap penentu-laju (angka 1
dalam SN1 merujuk ke unimolekular).
Tahap penentu-laju:
Alkil halida mengalami subsitusi 11,6 kali lebih cepat daripada suatu alkil
halida primer, sedangkan alkil halida tersier bereaksi sejuta kali lebih cepat
daripada suatu halida primer.
Laju reaksi SN1 dari berbagai alkil halida bergantung pada energi
pengaktifan relatif yang mengakibatkan terbentuknya karbokation yang
berlainan. Dalam reaksi ini, energi keadaan transisi yang akan menghasilkan
karbokation itu sebagian besar ditentukan oleh kestabilan karbokation itu,
yang telah setengah terbentuk dalam keadaan transisi. Oleh karena itu reaksi
yang menghasilkan karbokation berenergi rendah dan stabil, akan berjalan
dengan laju yang tinggi.
Alkil halida tersier menghasilkan suatu karbokation yang lebih stabil
daripada karbokation yang berasal dari suatu metil halida atau alkil halida
primer, jadi reaksi ini mempunyai laju yang tinggi.
Mekanisme SN1
Grafik yang
terjadi pada S N 1
Dari grafik dapat dilihat bahwa pada tahap 1 mempunyai energi aktivasi yang tinggi.
Dalam keadaan ini harus tersedia cukup energi agar alkil halide tersier mematahkan
ikatan sigma C-X dan menghasilkan karbokation serta ion halide. Proton yang ditransfer
sebagian terikat ke bromide dan ke oksigen dari H2O pada keadaan transisi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Reaksi SN1 adalah reaksi substitusi nukelofilik unimolekuler yang hanya terjadi
pada alkil halida tersier. Terdapat tiga tahapan pada reaksi SN1. Tahapan reaksi SN1 yang
pertama adalah pemutusan alkil halida menjadi sepasang ion yaitu ion halida dan suatu
karbokation kemudian dilanjutkan dengan penggabungan karbokation dengan nukleofil
yang menghasilkan produk awal yaitu alkohol berproton. Tahap terakhir dari reaksi S N1
yaitu lepasnya H+ dari alkohol berproton sehingga terjadi reaksi asam basa.
3.2 SARAN
Dalam meninjau laju reaksi SN1 agar kecepatan laju reaksi naik maka karbokation
yang dihasilkan harus stabil daripada karbokation yang dihasilkan oleh metil halida atau
alkil halida primer.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, William. 2014. Organic Chemistry Seventh Edition. USA: Wadesworth Cengage
Learning.
Carey, Francis A. 2000. Organic Chemistry Fourth Edition. New York: McGraw Hill
Companies Inc.
Fessenden, Ralp J., & Fessenden, Joan S. 1986. Kimia Organik Edisi III. Aloysius
Hadyana Pudjaatmaka, Penerjemah. Jakarta: Erlangga.
Ismono, dkk. 2018. Kimia Organik Lanjut: Mekanisme Reaksi. Surabaya : Unesa
University Press.