Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

DINAMIKA KIMIA

NAMA : MAULIL FATMA YULITA


NRP : 1415100048

DEPARTEMEN KIMIA
FAAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
1. A. Contoh reaksi Substitusi Nukleofilik unimolekuler

B. Contoh reaksi Substitusi Nukleofilik bimolekuler

25oC

2. A. Diagram reaksi substitusi nukleofilik unimolekuler

B. Diagram reaksi substitusi nukleofilik bimolekuler


3. Molekularitas dalam kimia adalah jumlah tumbukan entitas molekul yang terlibat dalam
tahapan reaksi tunggal. Suatu tahapan reaksi yang melibatkan satu entitas molekul
disebut unimolekular. Suatu tahapan reaksi yang melibatkan dua entitas molekul disebut
bimolekular. Molekularitas harus dibedakan dengan orde. Orde adalah merupakan
kuantitas empiris, dan diperoleh dari dari hukum laju eksperimen, sedangkan
molekularitas merujuk pada reaksi dasar yang didalilkan merupakan langkah individual
dalam beberapa mekanisme.
4. a. Stereokimia pada reaksi substitusi nukleofilik unimolekuler. Karbokation terbentuk
pada awal rekasi SN1. Karbokation ini memiliki struktur trigonal planar. Ketika
karbokation tersebut bereaksi dengan nukleofil maka nukleofil dapat menyerang dari arah
belakang dan dari arah depan. Namun, pasa tert-butil tidak memberi pengaruh yang
signifikan karena tert-butil termasuk pada golongan senyawa yang tidak memiliki
kiralitas ditengah.
b. Steoreokimia pada reaksi SN2 pertama nukleofil mendekati atau menyerang karbon dari
arah belakang. Setelah itu leaving grup akan terlepas sehingga menghasilkan konfigurasi
inversi atau kebalikan ion konfigurasi dari substrat.

5. Ketika tert-butyl klorida bereaksi dengan natrium hidroksida didalam campuran air dan
aseton, laju kinetik yang dihasilkan cukup berbeda dengan laju reaksi pada reaksi antara
klorometana dengan hidroksida. Laju pembentukan dari tert-butyl alkohol bergantung
pada konsentrasi tert-butyl klorida, tapi tidak bergantung pada konsentrasi ion hidroksida.
Menambahkan jumlah konsentrasi tert-butyl klorida sebanyak 2 kali lipat, tapi mengubah
konsentrasi ion hidroksida (tanpa batasan) tidak menghasilkan efek yang besar. tert-butyl
klorida bereaksi dengan proses substitusi dengan laju yang hampir sama pada H 2O(l)
(dimana ion hidroksida adalah sebesar 10-7 M) seperti 0,05 M NaOH(aq) (dimana
konsentrasi ion hidroksdia 500,000 kali lebih besar). Dapat disimpulkan, karena itu, ion
hidroksida tidak ikut berpartisipasi didalam keadaan transisi yang menentukan laju reaksi
dan hanya molekul tert-butyl klorida yang terlibat. Reaksi ini disebut dengan
unimolekular (orde pertama) didalam rate determining step. Kita menyebut jenis reaksi
ini dengan reaksi SN1 (substitusi, nukleofilik, unimolekular) (Solomon, 2011).

6. Efek perubahan temperatur : Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat bila
suhu dinaikkan. Dengan menaikkan suhu maka energi kinetik molekul-molekul zat yang
bereaksi akan bertambah sehingga akan lebih banyak molekul yang memiliki energi sama
atau lebih besar dari Ea. Dengan demikian lebih banyak molekul yang dapat mencapai
keadaan transisi atau dengan kata lain kecepatan reaksi menjadi lebih besar.
Secara matematis hubungan antara nilai tetapan laju reaksi (k) terhadap suhu
dinyatakan oleh formulasi.
Efek komposisi pelarut : Reaksi solvolisis merupakan substitusi nukleofilik yang mana
nukleofilnya merupakan molekul dari pelarut atau solvent nya (solvent + lysis: pemisahan
dikarenakan pelarut), maka dapat disimpukkan jika komposisi pelarutnya berbeda akan
menghasilkan laju reaksi yang berbeda.

7. Suatu reaksi kimia dikatakan mempunyai orde satu, apabila besarnya laju reaksi
berbanding lurus dengan besarnya konsentrasi pereaksi. Artinya, jika konsentrasi pereaksi
dinaikkan dua kali semula, maka laju reaksi juga akan meningkat besarnya
sebanyak (2)1 atau 2 kali semula juga. Sebaliknya, Suatu reaksi dikatakan mempunyai
orde dua, apabila besarnya laju reaksi merupakan pangkat dua dari peningkatan
konsentrasi pereaksinya. Artinya, jika konsentrasi pereaksi dinaikkan 2 kali semula, maka
laju reaksi akan meningkat sebesar (2)2 atau 4 kali semula.
8. a. Ketika nukleofil menyerang atom hidrogen beta maka yang terjadi adalah reaksi
eliminasi. Namun, jika nukleofil menyerang atom karbon yang berikatan dengan leaving
group maka yang terjadi adalah reaksi substitusi.

b. Substrat yang digunakan juga sangat berpengaruh. Jika substrat primer yang
digunakan seperti halida primer yang kemudia bereaksi denga basa kuat maka yang
terjadi adalah reaksi substitusi. Karena basa dapat lebih mudah menyerang karbon
yang berikatan dengan leaving group.
c. Temperature juga sangat berpengaruh. Kenaikan temperatur reaksi akan
menyebabkan reaksi eleminasi lebih mudah terjadi dari pada reaksi substitusi. Karena
pada reaksi eleminasi membutuhkan energi aktivasi yang lebih besar daripada reaksi
substitusi.

9. Pada reaski SN1 dan SN2 juga dipengaruhi oleh pelarut yang digunakan. Jika reaksi SN1
menggunakan pelarut polar sedangkan reaksi SN2 menggunakan pelarut nonpolar.
Pelarut etanol merupakan pelarut yang bersifat polar. Maka dari itu reaksi yang terjadi
akan cenderung mengarah ke reaksi SN1 dari pada reaksi SN2. Karena untuk reaksi SN2
lebih bisa terjadi jika menggunakan pelarut nonpolar.

Anda mungkin juga menyukai