Ikatan
Rangkap Terkonjugasi
Diposkan pada 12 September 2016 oleh ulthawindaraekawardanni
Hibridisasi orbital
Membahas mengenai orbital hibrida Nitrogen dan oksigen, selaknya kita
perlu tahu apa yang dimaksud dengan hibridisasi. Hibridisasi adalah konsep
pencampuran orbital atom menjadi orbital hibrida yang sesuia dengan pasangan
elektron untuk membentuk ikatan kimia. Orbital hibrida biasanya mempunyai
perbedaan energi dan bentuk. Hibridisasi berguna untuk menjelaskan struktur
molekuler ketika teori ikatan valensi gagal untuk menjelaskan.
Yang akan kita bahas hanya tiga tipe yakni hibridisasi sp,sp2,dan sp3.
Hibridisasi sp
Hibridisasi sp dapat digunakan untuk menjelaskan molekul linier. Orbital 2s
dan satu orbital 2p melakukan hibridisasi membentuk dua orbital sp, masing-
masing terdiri dari 50% karakter p dan 50% karakter s. Misalnya alkuna yang
mempunyai ikatan rangkap tiga.
Hibridisasi sp2
Hibridisasi sp2 digunakan untuk menjelaskan bentuk struktur molekul trigonal
planar. Orbital 2s dan orbital 2p melakukan hibridisasi membentuk tiga orbital sp,
masig-masing terdiri dari 67% karakter p dan 33% karakter s . Cuping depan
mensejajarkan diri membentuk trigonal planar, menghadap sudut segitiga untuk
meminimalisasi penolakan electron. Misalnya etilena (C2H4) yang memiiki iktan
rangkap dua.
Hibridisasi sp3
Hibridisasi sp berguna untuk menjelaskan struktur tetrahedral, orbital 2s dan
tiga orbital 2p melakukan hibridisasi untuk membentuk empat orbital sp. Masing-
masing terdiri dari 75% karakter p dan 25% karakter s. cuping depan
mnsejajarkan diri dan penolakan electron bersifat lemah. Contohya metana (CH4)
Jika dibandingkan kestabilan ikatan C-C dengan ikatan C-O, ikatan antar
atom C-O lebih kuat dan stabil dikarenakan jumlah elektron atom O yang di
sumbangkan lebih banyak dari pada atom C yang hanya berjumlah 4 elektron
yang mengakibatkan keelektronegatifan dan afinitas elektron iktan atom C-O
lebih dibandingkan ikatan antar atom C-C.
Isomer geometri terbagi menjadi dua yakni Cis dan Trans. Bila subtituen
terletak pada bidang yang sama maka disebut cis, sedangkan trans bila subtituen
terletak pada bidang yang bersebrangan. Struktur trans lebih stabil dibandingkan
dengan cis karena makin besar halangan sterik maka energinya makin besar inilah
yang terjadi pada struktur cis.
Namun jika direaksikan dengan katalis asaw Lewis (acceptor proton) maka
benzene dapat di brominasi. Adalah FeBr3 katalis dari teori asam Lewis yang
dapat membantu Br masuk kedalam ikatan benzene . Hal ini dikarenakan Fe dapat
menyerap elektron ikatan pada benzene. Subtittuen yang terdapat dalam rantai
siklo benzene dapat digolongkan sebagai pengarah orto, para, dan meta.
Benzena yang mulanya telah tersubtitusi dapat mengalami subtitsi kedua dan
menghasilkan disubtitusi benzene. Dari struktur subtitusi pertama ini dapat
menentukan tempat dari subtitusi keduanya. Misalkan saja, dalam TNT
(trinitrotoluene) pada cincin benzena terdapat suatu gugus metil yang
mengarahkan subtitusi ke wilayah orto atau para. Sedangkan gugus nitro dapat
mengarahkan subtitusi ke wilayah meta. Semua pengarah orto dan para
merupakan pendonor elektron, yang dapat terjadi Karen resonansi maupun
induksi. Pengarah meta mempunyai atom bermuatan positif atau sebagian positif
yang terikat pada cincin benzena.
Hibrid sp3
Hibridisasi menjelaskan atom-atom yang berikatan dari sudut pandang sebuah
atom. Untuk sebuah karbon yang berkoordinasi secara tetrahedal (seperti metana,
CH4), maka karbon haruslah memiliki orbital-orbital yang memiliki simetri yang
tepat dengan 4 atom hidrogen. Konfigurasi keadaan dasar karbon adalah
1s2 2s2 2px1 2py1 atau lebih mudah dilihat:
(Orbital 1s memiliki energi lebih rendah dari orbital 2s, dan orbital 2s berenergi
sedikit lebih rendah dari orbital-orbital 2p)
Teori ikatan valensi memprediksikan, berdasarkan pada keberadaan dua
orbital p yang terisi setengah, bahwa C akan membentuk dua ikatan kovalen, yaitu
CH2. Namun, metilena adalah molekul yang sangat reaktif (lihat pula: karbena),
sehingga teori ikatan valensi saja tidak cukup untuk menjelaskan keberadaan
CH4.
Hibrid sp2
Senyawa karbon ataupun molekul lainnya dapat dijelaskan seperti yang dijelaskan
pada metana. Misalnya etilena (C2H4) yang memiliki ikatan rangkap dua di antara
karbon-karbonnya. Struktur Kekule metilena akan tampak seperti:
Dalam hibridisasi sp2, orbital 2s hanya bergabung dengan dua orbital 2p:
membentuk 3 orbital sp2 dengan satu orbital p tersisa. Dalam etilena, dua atom
karbon membentuk sebuah ikatan sigma dengan bertumpang tindih dengan dua
orbital sp2 karbon lainnya dan setiap karbon membentuk dua ikatan kovalen
dengan hidrogen dengan tumpang tindih s-sp2 yang bersudut 120°. Ikatan pi
antara atom karbon tegak lurus dengan bidang molekul dan dibentuk oleh
tumpang tindih 2p-2p (namun, ikatan pi boleh terjadi maupun tidak)
Hibrid sp
Ikatan kimia dalam senyawa seperti alkuna dengan ikatan rangkap tiga dijelaskan
dengan hibridisasi sp.
Dalam model ini, orbital 2s hanya bergabung dengan satu orbital-p, menghasilkan
dua orbital sp dan menyisakan dua orbital p. Ikatan kimia dalam asetilena (etuna)
terdiri dari tumpang tindih sp-sp antara dua atom karbon membentuk ikatan
sigma, dan dua ikatan pi tambahan yang dibentuk oleh tumpang tindih p-p. Setiap
karbon juga berikatan dengan hidrogen dengan tumpang tindih s-sp bersudut
180°.
Isomer adalah senyawa yang berbeda dengan rumus molekul yang sama.
Ada berbagai jenis isomer. Isomer dapat terutama dibagi menjadi dua kelompok
sebagai isomer konstitusional dan stereoisomer. Isomer konstitusional adalah
isomer dimana konektivitas atom berbeda dalam molekul. Butana adalah alkana
sederhana yang menunjukkan isomer konstitusional. Butana memiliki dua isomer
konstitusional, butana itu sendiri dan isobutana. Dalam stereoisomer, atom yang
terhubung dalam urutan yang sama, seperti isomer konstitusional.
Isomer Cis
Molekul di mana dua atom yang sama berada di sisi yang sama dari ikatan
rangkap dikenal sebagai isomer cis. Isomer cis memiliki titik didih lebih tinggi
dibandingkan dengan isomer trans. Alasan untuk ini adalah gaya antarmolekul
kuat dalam isomer cis. Misalnya pada 1,2-dikloroethene, ketika molekul yang cis,
dua atom klorin elektronegatif berada di salah satu sisi molekul. Karena itu, sisi
molekul akan memiliki sedikit muatan negatif, sementara sisi lain akan memiliki
muatan sedikit positif. Oleh karena itu, molekul menjadi kutub dan interaksi
dipol-dipol dapat terjadi antara molekul. Kekuatan-kekuatan ekstra antarmolekul
pada isomer cis memberikan titik didih lebih tinggi dibandingkan dengan isomer
trans. Sedangkan,
IsomerTrans
Molekul dengan dua atom yang sama di sisi berlawanan dari ikatan rangkap
dikenal sebagai isomer trans. Isomer Trans akan memiliki titik didih lebih rendah
karena meskipun ada pemisahan muatan, molekul keseluruhan menjadi non polar.
Tapi isomer trans memiliki titik lebur yang lebih tinggi. Isomer trans memiliki
bentuk lurus, dan mereka dikemas dengan baik. Jadi energi yang lebih tinggi
diperlukan untuk mencairkan molekul yang memberikan titik lebur yang lebih
tinggi.
Halangan sterik dan energi kinetik pada cis lebih besar dibandingan dengan trans,
sehingga trans lebih stabil dibandingkan cis, semakin sedikit halangan sterik
maka semakin stabil ikatan tersebut.Kalau ditinjau dari segi titik didih dan titih
leleh, trans lebih mudah mendidih dari pada cis, sebaliknya cis lebih cepat
mencair daripada trans karena cis memiliki kerapatan yang kuat, namun memiliki
energi kinetik yang kuat serta kurang stabil sehingga lebih mudah untuk mencair
dibandingkan dengan trans.