Masing-masing atom Karbon memiliki dua jenis orbital atom yaitu orbital
sigma (σ) dan orbital phi (π).
Orbital sp2 membentuk sudut 120oC, membentuk segitiga datar. Sehingga
gugus yang ada memiliki rotasi yang terbatas, perhatikan Gambar
12.16.Molekul etilena berbentuk segi datar.
Ikatan S memiliki energi ikat yang cukup besar yaitu 60 kkal/mol, sehingga
bentuk segi tiga datar cukup stabil dan menyebabkan alkena hanya memiliki
isomer akibat gugus yang sejajar (cis) atau yang berseberangan atau
(trans). Bentuk isomer cis dan trans ditunjukan pada Gambar 12.17.
Gambar 12.17. Bentuk isomer cis dan trans pada senyawa alkena
Sifat-sifat fisika alkena yang cukup penting adalah wujud zatnya, untuk
senyawa alkena dengan rantai panjang atau yang memiliki jumlah atom
karbon lebih besar dari 15 buah, senyawanya berupa zat padat. Titik didih
alkena meningkat sebanding dengan peningkatan jumlah atom karbonnya.
Jika dibandingkan dengan alkana yang memiliki jumlah atom karbon yang
sama, titik didih alkena lebih rendah. Alkena tidak larut dalam pelarut polar
seperti air dan alkohol. Alkena mudah larut dalam senyawa non polar seperti
triklorometana (kloroform), etoksietana, benzena, dan lain-lain. Sifat-sifat
alkena yang lain disajikan dalam Tabel 12.3.
Sifat kimia alkena secara umum relatif stabil dan ikatan antar atom
karbonnya lebih kuat dibandingkan dengan ikatan tunggal pada alkana.
Reaktifitas senyawa alkena sangat ditentukan oleh sifat ikatan rangkapnya.
Reaksi alkena disebabkan oleh lepasnya ikatan rangkap ini, dan berubah
membentuk satu senyawa dengan ikatan tunggal atau membentuk dua
senyawa senyawa baru dengan ikatan tunggal. Reaktifitas senyawa yang
terletak pada ikatan rangkap disederhanakan dalam Gambar 12.18.
Hilangnya senyawa unsur atau ion halogen dan hidrogen dapat terjadi pada
sisi atom Karbon yang berdekatan dengan halogen (disebelah kiri atau
kanan), untuk lebih mudahnya perhatikan Bagan 12.20.
Reaksi kimia alkena yang khas adalah reaksi adisi dan merupakan ciri khas
bagi senyawa yang memiliki ikatan rangkap dua maupun rangkap tiga.
Proses reaksi adisi didahului dengan pemutusan ikatan dari ikatan π (bersifat
lebih lemah), yang dilanjutkan dengan masuknya unsur baru dari luar.
Reaksi adisi bisa terjadi dalam beberapa jenis reaksi dan sangat tergantung
pada jenis senyawa yang bereaksi, seperti reaksi hidrogenasi, halogenasi,
hidrasi, dan reaksi dengan asam halida.
Reaksi reduksi pada alkena adalah penambahan hidrogen oleh gas hidrogen
H2 dan menghasilkan suatu alkana. Reaksi jenis ini lebih dikenal dengan
reaksi hidrogenasi. Reaksi tidak berlangsung spontan umumnya memerlukan
katalisator.
Hal yang sama juga terjadi pada reaksi halogenasi, dalam hal ini zat yang
dipergunakan adalah gas halogen (X2), contohnya senyawa F2, Cl2, Br2 dan I2.
Kedua reaksi ini disederhanakan pada Gambar 12.21.
Kedua reaksi ini berbeda dalam perlakuannya, untuk reaksi hidrogenasi akan
berlangsung dengan baik dan efektif jika ditambahkan katalisator logam.
Logam yang umum dipergunakan adalah Nikel. Sedangkan untuk reaksi
halogenasi tidak memerlukan katalisator dan reaksi tersebut berlangsung
cukup cepat.
Reaksi dengan asam halida merupakan reaksi adisi dengan penambahan HCl
pada senyawa etilena dan menghasilkan kloroetana sebagai produk. Hal
yang cukup menarik terjadi adalah penambahan senyawa HBr pada propena
akan dihasilkan 2 produk. Kedua reaksi ini disederhanakan pada Bagan
12.22.
Reaksi hidrasi merupakan jenis reaksi adisi alkena menggunakan air (H2O)
sebagai pereaksi dengan katalis asam. Seperti reaksi adisi propilena dengan
air menggunakan asam sulfat 60%, sesuai persamaan pada Bagan 12.23.