Anda di halaman 1dari 15

.

HIBRIDISASI ORBITAL ATOM


Hibridisasi orbital atom yang saling tumpang tindih seharusnya dapat
diterapkan untuk molekul-molekul poliatomik. Tetapi, skema peningkatan yang
memuaskan harus menjelaskan geometri molekul. Ada tiga contoh perlakuan
teori ikatan valensi terhadap ikatan dalam molekul-molekul poliatomik
Hibridisasi SP3
Perhatikan molekul CH4. Dengan memusatkan perhatian hanya pada elektron
valensi, kita dapat menggambarkan diagram orbital C sebagai

Karena atom karbon memiliki dua elektron tak berpasangan (satu dalam tiap
orbital 2p), atom karbon hanya dapat membentuk dua ikatan dengan hidrogen
dalam keadaan dasar. Walaupun spesi CH2 memang dikenal, spesi ini sangat
tidak stabil. Untuk menjelaskan keempat ikatan C─H dalam metana, kita dapat
mencoba mempromosikan satu elektron (yaitu, mengeksitasi dengan bantuan
energi) dari orbital 2S ke orbital 2P.

Untuk menjelaskan ikatan dalam metana, teori ikatan valensi menggunakan


orbital hibrida hypotesis yaitu orbital atom yang diperoleh ketika du atau lebih
orbital yang tidak setara pada atom yang sama bergabung untuk bersiap-siap
membentuk ikatan kovalen. Hibridisasi adalah istilah yang digunakan untuk
pencampuran orbital atom-atom dalam satu atom (biasanya atom pusat) untuk
menghasilkan sekumpulan orbital hibrida. Kita dapat menghasilkan empat
orbital hibrida yang setara untuk atom karbon dengan mencampurkan orbital
2s dan tiga orbital 2p:
Karena orbital baru dibentuk dari satu orbital s dan tiga orbital p, orbital itu
disebut orbital hibrida sp3.
Contoh lain dari hibridisasi sp3 adalah amonia (NH3) , ikatan dalam NH3 dapat
dijelaskan dengan mengansumsikan bahwa N, seperti C dalam
CH4, terhibridisasi sp3 konvigurasi elektron keadaan dasar dari N adalah
1s2 2s2 2p3, jadi diagram orbital untuk atom N yang terhibridisasi sp3 adalah
↑ ↑ ↑ ↑

Hibridisasi sp
Molekul berilium klorida (BeCl2) diramalkan linier oleh TPEKV. Diagram
orbital untuk elektron valensi dalam Be adalah

2s
↑↓ 2p

Kita mengetahui bahwa pada keadaan dasar, Be tidak membentuk ikatan kovalen dengan Cl karena
elektronya berpasangan dalam orbital 2s jadi kita kembali pada hibridisasi untuk
menjelaskan perilaku ikatan Be. Pertama-tam terjadi eksitasi elektron
2s keorbitap 2p menghasilkan
2p

↑ Sekrang terdapat 2 orbital Be yang tersedia untuk ikatan, yaitu


2s dan 2p. Tetapi, jika 2 atom Cl bergabung dengan Be dalam
2ss keadaan tereksitasi ini, sati atom Cl akan berbagi elektron 2s dan atom Cl
yang lain akan berbagi elektron 2p, membuat dua ikatan BeCl yang tidak
setara. Skema ini bertentangan dengan bukti percobaan. Dalam molekul
↑↓ BeCl2 yang sebenarnya kedua iktan BeCl identik dalam berbagai hal.
Jadi orbital 2s dan 2p harus tercampur dan terhobridisasi untuk memben tuk dua
orbital hibrida sp yang setara.
↑ ↑
Orbital sp

Hibridisasi sp2
Berikutnya kita akan melihat molekul BF3 (borom trifluorida), yang dikenal
memiliki geometri datar berdasarkan TPEKV. Dengan hanya memperhatikan
elektron valensi, diagram orbital B adalah
↑↓

Pertama-tama, terjadi eksitasi elektron 2s eorbital 2p yang kosong
↑ ↑ ↑

2s 2p
Percampuran orbiatal 2s dan dua orbital 2p menghasilkan tiga orbital hibrida
sp2
↑ ↑ ↑

Orbital sp2 Orbital 2p yang kosong


Ketiga orbital sp2 terletak pada bidang yang sama dan sudut antara dua ikatan
diantaranya adalah 1200 . setiap ikatan BF terbentuk dari tumpang tindih orbital
hibrida sp2 boron dan orbital sp floufin. Molekul BF3 terbentuk datar dengan
semua sudut FBF sama dengan 1200. Hal ini sesuai dengan hasil percobaan dan
juga ramalan TPEKV.
Situasinya berbeda untuk atom unsur periode ke tiga, jika kita hanya
menggunakan orbital 3s dan 3p atom itu untuk membentuk orbital hibrida dalam
molekul, maka berlaku aturan oktet. Tetapi, dalam beberapa molekul, atom
yang sama dapat menggunakan satu atau lebih orbital dalam 3d, sebagai
tambahan ke orbital 3s dan 3p, untuk membentuk orbital hibrida. Dalam kasus
ini, aturan oktet tidak berlaku.
B. HIBRIDISASI ORBITAL S, P, DAN 2
Kita telah melihat bahwa hibridisasi menjelaskan dengan baik ikatan
yang melibatkan orbital s dan p. Perhatikan SF6 konfigurasi elektron keadaan
dasar S adalah [Ne] 3s2 3p4
↑↓
↑↓ ↑ ↑ 3s
Karena tingkat energi 3d cukup dekat dengan tingkat energi 3s dan
3p, elektron-elektron 3s dan 3p dapat dieksitasikan ke dua dari orbital 3d:
↑ ↑
↑ 3s
↑ ↑ ↑
Pencampuran orbital 3s, tiga orbital 3p, dan dua orbital 3d
menghasilkan enam orbital hibrida sp3 d2 :
↑ ↑ ↑ ↑ ↑ ↑

Keenam ikatan S-F berbentuk akibat tumpang tindih hibrida orbital atom S dan
orbital 2p atom F. Karena terdapat 12 elektron disekitar atom S, aturan oktet
dilanggar. Penggunaan orbital d sebagai tambahan orbital s dan p untuk
membentuk suatu oktet yang diperluas adalah suatu contoh perluasankulit
valensi. Unsur-unsur periode kedua, unsur-unsur periode ketiga tidak memiliki
tingkt energi 2d. Jdi unsur-unsur ini tidak pernah dapat memperluas kulit
valensinya. Jadi atom-atom unsur periode kedua tidak pernah dapat dikelilingi
oleh lebih dari delapan elektron dalam senyawa apapun yang dibentuknya.
C.HIBRIDISASI DALAM MOLEKUL YANG MENGANDUNG IKATAN
RANGKAP DUA DAN IKATAN RANGKAP 3
Konsep hibridisasi berguna juga untuk molekul dengan ikatan rangkap
du dan rangkap tiga. Contohnya molekul C2H4 yang mengandung ikatan
rangkap dua karbon-karbon dan memiliki geometri datar. Baik geometri
molekul maupun ikatanya dapat dipahami jika kita mengansumsikan bahwa
setiap atom karbon terhibridisasi sp2.
Setiap atom karbon menggunakan tiga orbital hibrida sp 2 untuk
membentuk dua ikatan dengan dua orbital 1s hidrogen dan satu ikatan dengan
orbital hibrida sp2 atom C disebelahnya. Sebagai tambahan, dua orbital
2pz atom C yang tidak terhibridisasi membentuk ikatan lain dengan saling
tumpang tindih secara menyamping.
Perbedaan dilakukan antara dua jenis ikatan kovalen dalam C2H4 ketiga ikatan
yang dibentuk oleh setiap atom C adalah semua ikatan sigma, yaitu ikatan
kovalen yang terbentuk akibat tumpang tindih orbital-orbital ujung ke ujung,
dengan kerapatan elektron yang terkonsentrasi diantara inti atom yang
berikatan. Jenis kedua disebut ikatan pi (pi bond), yang didefenisikan sebagai
ikatan kovalen yang terbentuk akibat tumpang tindih orbital-orbital secara
menyamping dengan kerapatan elektron yang terkonsentrasi diatas dan dibawah
bidang inti atom yang berikatan. Pembentukan ikatan pi inilah yang membuat
etilen memiliki geometri datar. Menunjukan orientasi ikatan sigma dan ikatan pi
adalah cara lain menampilkan molekul C2H4 datar dan pembentukan ikatan pi.
Molekul asetilen (C2H4) mengandung ikatan rangkap tiga karbon-
karbon. Karena molekul tersebut linier, kita dapat menjelaskan geometrinya dan
ikatanya dengan mengansumsikan bahwa setiap atom C terhibridisasi sp dengan
mencampurkan orbital 2s dengan orbital 2p x . kedua orbital C membentuk satu
ikatan sigma dengan ikatan 1s hidrogen dan ikatan sigma lain dengan atom C
lainya. Sebgai tambahan, dua ikatan pi terbentuk akibat tumpang tindih secara
menyamping orbital 2py dan 2pz yang tidak terhibridisasi. Jadi ikatan
C≡C tersusun atas satu ikatan sigma dan dua ikatan pi.
Aturan tersebut membantu kita meramalkan hibridisasi dengan ikatan
rangkap, jika atom pusat membentuk satu ikatan rangkap dua, molekul etrsebut
membentuk dua ikatan rangkap dua, molekul tersebut terhibridisasi sp 2. Jika
molekul tersebut membentuk dua ikatan rangkap dua atau satu ikatan rangkap
tiga, molekul itu terhibridisasi sp. Aturan ini hanya berlaku pada atom unsur-
unsur periode kedua.
RESONANSI
A. KONSEP RESONANSI
Ketika kita menggambarkan struktur Lewis dari Ozon (O3), aturan oktet
akan terpenuhi jika kita menempatkan ikatan rangkap dua di antara atom O
pusat dengan salah satu dari dua atom O ujung. Karena itu kita dapat
menggambarkan ikatan rangkap dua baik dengan atom O pada ujung kiri
maupun kanan, dan keduanya merupakan struktur yang identik.

Faktanya kedua struktur ini tidak ada yang benar karena panjang ikatan dua
ikatan O ternyata memiliki nilai yang sama diantara panjang O – O dan O=O,
padahal menurut struktur diatas, kedua ikatan pada atom O pusat akan memiliki
panjang yang berbeda dikarenakan ikatan tunggal akan memiliki panjang ikatan
yang lebih panjang dibandingkan dengan ikatan rangkap.
Keanehan pada ikatan O3 ini dapat diatasi dengan menggunakan konsep
resonansi, pada struktur resonansi terdapat dua atau lebih struktur Lewis
untuk satu molekul yang tidak dapat dinyatakan secara tepat dengan hanya
menggunakan satu struktur Lewis. Istilah resonansi itu sendiri
berarti penggunaan dua atau lebih struktur lewis untuk menggambarkan
molekul tertentu. Dalam kasus ozon ini, struktur resonansi dari molekul O3 dapa
digambarkan dengan menggunakan kedua struktur Lewisnya.

Istilah resonansi sering disalahartikan dengan mengatakan bahwa molekul


seperti ozon berpindah secara cepat dari satu struktur resonansi ke satu striktur
resonansi lain. Namun hal ini tidaklah tepat karena perlu diingat bahwa tidak
satupun dari struktur resonansi yang diberikan dapat menggambarkan secara
tepat struktur resonansi yang sesungguhnya, yang merupakan struktur tesendiri
yang unik dan stabil. Konsep resonansi hanyalah sebuah cara untuk
menggambarkan model ikatan tersebut Contoh lainnya dari molekul yang
beresonansi adalah benzena (C6H6), ion NO2–, dan ion NO3-.

struktur yang terbentuk apabila mengalami resonansi maka dalam


penggambaran struktur lewis nya dengan mendistribusikan kepadatan elektron
yang sama di antara ikatan. Biasanya ditandai dengan garis putus-putus. Untuk
molekul benzena (C6H6), biasanya digunakan lambang lingkaran didalam
,struktur benzen yang menunjukan distribusi yang merata dari ikatan sekeliling
cincin karbon.

. Garis putus-putus pada NO2– dan NO3– dan lambang lingkaran pada C6H6

Molekul-molekul yang mengalami resonansi dalam pembentukan ikatan kimia


akan memiliki energi yang lebih rendah atau sering disebut dengan energi
resonansi. Dengan adanya energi resonansi menandakan molekul yang
mengalami resonansi lebih stabil daripada molekul dengan ikatan kimia yang
biasa.

Proses Terbentunya Ikatan Ion


Perhatikan gambar dibawah ini menunjukkan peristiwa hilangnya satu elektron pada
atom lain
Titik leleh dan titik didih dari ikatan ion lebih tinggi dari Titik leleh dan titik didih ikatan
kovalen

Contoh dari ikatan ion peranan dalam kehidupan sehari-hari :


Dalam kehidupan sehari-hari pada gambar diatas tersebut dapat diilustrasikan sebagai
si kaya dan si miskin, dimana yang berlebih (+) harus memberi kepada yang kurang
mampu (-).
-Kegunaan Ikatan Ion dalam Kehidupan Sehari-hari
Hampir semua senyawa ion mudah larut dalam air. Tubuh manusia harus menjaga
sejumlah ion agar berfungsi baik, ion ini disebut dengan elektrolit. Tanpa konsentrasi
yang tepat dari elektrolit tersebut maka gerakan syaraf tidak dapat mengirim ke otak.
Ketika kita berkeringat, maka kita kehilangan cairan yang berupa elektrolit dalam tubuh
yang mengakibatkan cairan elektrolit dalam tubuh berkurang ( tidak seimbang)

GOLONGAN VIIA
(HALOGEN)—
KIMIA UNSUR
ON 12/10/2015 BY AM ALDOFIRJARAH ADIT ANEDALAM KELAS XII

A. Sifat fisis
Golongan halogen terdiri atas fluorin, klorin, bromin, iodin, dan astatin.
Astatin bersifat radioaktif dan dibahas pada bab selanjutnya

1. Struktur halogen

 Semua unsur halogen bersifat sebagai molekul diatomik (X2) atau tidak
dapat berdiri sendiri, makanya di alam itu halogen contohnya fluor
terdapat sebagai F2, bukan F saja.
 Halogen terdapat sebagai senyawa sehingga tidak terdapat bebas di
alam
 Rata-rata halogen itu terdapat di air laut lho!

2. Wujud halogen

 Fluorin (F) dan klorin (Cl) berbentuk gas pada suhu kamar
 Bromin berupa zat cair yang mudah menguap pada suhu kamar
 Iodin berupa za padat yang mudah menyublim pada suhu kamar

3. Warna dan aroma halogen

Sumber: https://inspirehalogen.files.wordpress.com/2009/11/bromin.jpg

^^^Warna:

 Fluor (F) = kuning muda


 Klorin dan larutan klorin (Cl) = hijau muda (ingat aja klorofil)
 Bromin (Br) = merah tua
 Larutan bromin = Coklat merah
 Iodin padat (I) = hitam
 Larutan iodin = cokelat
 Uap iodin = ungu
 Larutan iodin dalam pelarut tak beroksigen (ex = CCl4) = merah ungu
4. Kelarutan halogen

Halogen merupakan unsur nonpolar, sehingga paling mudah larut dalam


senyawa nonpolar seperti CCl4. Namun, kelarutan halogen berkurang
dalam air, tapi diikuti reaksi. Reaksi dengan air yang dahsyat hanya
terjadi pada fluorin:
2F2 + H2O —> HF + O2 ; menghasilkan asam fluorida (HF)

B. Sifat kimia

 Unsur fluor merupakan unsur paling reaktif karena memiliki jari-jari yang
kecil
 Halogen memiliki kulit terluar sebanyak 7 elektron
 Halogen merupakan unsur nonlogam paling reaktif karena memerlukan
1 tambahan elektron untuk mencapai kestabilan atom. Kereaktifannya
menurun dari F ke I
 Energi ionisasi dan afinitas elektron halogen sangat tinggi, itulah sebab
mengapa halogen bersifat reaktif
 Memiliki energi disosiasi ikatan yaitu mengubah molekul halogen
menjadi atom-atomnya. Sifat ini menurun hingga unsur iodin, tapi fluor
ke klorin turun drastis namun klorin hingga iodin naik
 Halogen memiliki sifat nonpolar, makanya gaya London bekerja pada
unsur ini sehingga titik leleh dan didihnya meningkat dari F ke I.
 Keelektronegatifan halogen sangat tinggi dan berada pada unsur Fluor
(F), menurun hingga iodin (I)

C. Reaksi-reaksi halogen

1. Reaksi dengan logam


Reaksi ini menghasilkan garam dengan sebutan halida logam (logam +
halida atau logam + halogen). Contohnya:
Na(s) +1/2 Cl2(g) —> NaCl(s)
2Al(s) + 3Br2(g) —> 2AlBr3(s)
2. Reaksi dengan hidrogen
Reaksi ini membentuk asam kuat, namun kekuatan asam bertambah
dari F ke I. Contohnya:
H2 + Br2 —> 2HBr
3. Reaksi dengan nonlogam dan metaloid
Kecuali karbon, bereaksi membentuk senyawa halida. Contohnya:
Si + 2F2 —> SiF4
2B + 3F2 —> 2BF3
P4 + 6Cl2 (klor terbatas) —> 4PCl3
P4 + 10Cl2 (klor berlebih) —> 4PCl5
4. Reaksi dengan air
Reaksi ini membentuk asam dan membebaskan oksigen, serta
menghasilkan reaksi autoredoks. Contohnya:
F2 + H2O —> 2HF + 1/2O2 (asam)
Cl2 + H2O —> HCl + HClO (autoredoks)
5. Reaksi dengan basa
Reaksi ini menghasilkan garam bersifat basa netral, dan terjadi reaksi
redoks autoredoks. Contohnya
Cl2 + 2NaOH —> NaCl + NaClO + H2O (autoredoks)
Br2 + 2OH- —> Br- + BrO- + H2O (suhu rendah)
3I2 + 6OH- —> 5I- + IO3- + 3H2O (suhu tinggi)
6. Reaksi antarhalogen
Reaksi ini memiliki rumus reaksi:
X2 + nY2 —> 2XYn ; n adalah bilangan ganjil: 1,3,5,dan 7. Contohnya
3F2 + Cl2 —> 2ClF3
7F2 + I2 —> 2IF7

 Reaksi dengan air


Reaksi ini menghasilkan larutan basa alkali dan gas hidrogen. Namun,
reaksi alkali dengan air menghasilkan percikan dan nyala, hingga
ledakan dahsyat! Mantap! Ledakan tersebut bergantung letak unsurnya
di periodik. Litium bereaksi lambat dengan air, tetapi natrium bereaksi
hebat (ada percikan api), tapi lebih parahnya dari kalium hingga sesium
akan meledak dahsyat! Makanya, jangan sekali-kali memegang logam
alkali dengan tangan karena tangan mengandung keringat (berair) dan
nantinya tanganmu malah hilang ckckck. Contohnya:
2Na + 2H2O —> 2NaOH (aq) + H2(g) ; ΔH = – kJ

Senyawa alkali memiliki sifat khusus yaitu warnanya lho!

 Litium = merah tua


 Natrium = kuning menyala (lampu jalan)
 Kalium = ungu
 Rubidium = merah biru keunguan
 Sesium = biru / ungu (dominan biru
Sifat-sifat Oksida-oksida Unsur Periode 3
khtisar kecenderungan
Oksida
Oksida-oksida dari unsur-unsur periode 3:

Na2O MgO Al2O3 SiO2 P4O10 SO3 Cl2O7

P4O6 SO2 Cl2O

Oksida-oksida pada barisan pertama dikenal sebagai oksida-oksida tertinggi dari tiap
unsur. Oksida-oksida ini adalah saat di mana unsur-unsur periode 3 berada pada keadaan
oksidasi tertinggi. Pada oksida-oksida ini, semua elektron terluarnya terlibat dalam
pembentukkan ikatan mulai dari natrium yang hanya memiliki satu elektron terluar hingga
klor dengan 7 elektron terluar.
Struktur
Kecenderungan pada struktur adalah dari oksida logam mengandung struktur ionik raksasa
pada bagian kiri periode, oksida kovalen raksasa (silikon dioskida) pada bagian tengah dan
oksida molekuler di bagian kanan periode.
Titik leleh dan titik didih
Struktur raksasa (oksida logam dan silikon dioksida) memiliki titik leleh dan titik didih yang
tinggi karena dibutuhkan energi yang besar untuk memutuskan ikatan yang kuat (ionik
atau kovalen) yang bekerja pada tiga dimensi.
Oksida-oksida fosfor, sulfur dan klor terdiri dari molekul-molekul individual, beberapa
diantaranya kecil dan sederhana, dan yang lainya berupa polimer.

Gaya tarik menarik antar molekul-molekul ini berupa dispersi / penyebaran gaya van der
Waals dan interaksi dipol-dipol. Ukuran yang bermacam-macam ini tergantung pada
ukuran, bentuk dan polaritas dari masing-masing molekul, tapi akan selalu lebih lemah
dari pada yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan ionik atau kovalen pada struktur
raksasa.

Oksida-oksida ini cenderung menjadi gas, cairan atau padatan dengan titik leleh rendah.
Daya hantar arus listrik
Tidak ada diantara oksida-oksida ini yang memiliki elektron bebas atau yang dapat
bergerak. Ini berarti bahwa tidak ada satupun dari oksida-oksida ini yang dapat
menghantarkan arus listrik dalam keadaan padatnya.

Oksida-oksida ini dapat mengalami elektrolisis jika dicairkan. Oksida-oksida ini dapat
menghantarkan arus listrik karena adanya pergerakan ion-ion menuju elektroda dan
pelepasan muatan ion-ion saat mencapai elektroda.
Oksida-oksida logam
Struktur
Oksida-oksida natrium, magnesium dan alumunium terdiri dari struktur raksasa yang
mengandung ion-ion logam dan ion-ion oksida. Magnesium oksida memiliki struktur seperti
NaCl. Dua yang lainnya memiliki struktur yang lebih rumit yang berada di luar cakupan
silabus pada tingkat ini.
Titik leleh dan titik didih
Terdapat gaya tarik menarik yang kuat antara ion-ion pada masing-masing oksida dan gaya
tarik menarik ini membutuhkan energi yang besar untuk diputuskan. Oleh karena itulah
oksida-oksida ini memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi.
Daya hantar arus listrik
Tidak ada satupun dari oksida-oksida logam periode 3 dapat menghantarkan arus listrik
pada keadaan padatnya, tapi elektrolisis mungkin dilakukan jika dicairkan. Cairannya
dapat menghantarkan arus listrik karena adanya pergerakan dan perubahan muatan ion-ion
yang ada.

Contoh pentingnya adalah elektrolisis alumunium oksida dalam pembuatan alumunium.


Apakah kita dapat mengelektrolisis cairan natrium oksida itu tergantung pada cairan /
lelehannya apakah menyublim atau terurai pada keadaan biasa atau tidak. Jika
menyublim, maka tak akan didapatkan cairan untuk dielektrolisis.

Magnesium dan alumunium oksida memiliki titik leleh yang sangat tinggi sehingga sulit
untuk dielektrolisis dalam laboratorium sederhana.
Silikon dioksida (silikon (IV) oksida)
Struktur
Elektronegatifitas / keelektronegatifan dari unsur-unsur meningkat sepanjang periode dari
kiri ke kanan, dan pada silikon, beda elektronegatifitas antara silikon dan oksigen tidak
cukup besar untuk membentuk ikatan ionik. Silikon dioksida memiliki struktur kovalen
raksasa..
Terdapat tiga bentuk silikon dioksida yang berbeda. Yang paling mudah diingat dan
digambarkan adalah struktur yang mirip intan.

Kristal silikon memiliki struktur yang sama dengan intan. Untuk mengubahnya menjadi
silikon dioksida, perlu dilakukan perubahan struktur silikon dengan menyisipkan beberapa
atom oksigen.

Perhatikan bahwa masing-masing atom silikon dengan atom silikon tetangganya


dijembatani oleh atom oksigen. Jangan lupakan bahwa ini hanya bagian kecil dari struktur
raksasa dalam tiga dimensi.
Titik leleh dan titik didih
Silikon dioksida memiliki titik leleh yang tinggi, bermacam-macam tergantung pada
strukturnya (ingat bahwa hanya satu dari tiga struktur yang mungkin), tapi angkanya
sekitar 1700 °C. Ikatan kovalen silikon-oksigen yang sangat kuat harus diputuskan terlebih
dahulu sebelum meleleh. Silikon dioksida mendidih pada suhu 2230°C.
Karena kita membicarakan tentang perbedaan bentuk ikatan, tidak berarti bila
membandingkan nilai ini dengan oksida logam yang lain. Lebih baik menyatakan bahwa
karena oksida logam dan silikon dioksida memiliki struktur raksasa, maka titik leleh dan
titik didihnya tinggi.
Daya hantar arus listrik
Silikon dioksida tidak memiliki elektron-elektron atau ion-ion yang dapat bergerak
sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik, baik dalam bentuk padatan maupun
cairannya.
Oksida molekuler
Fosfor, sulfur dan klor semuanya membentuk oksida yang terdiri dari molekul-molekulnya.
Beberapa dari molekul-molekul ini sederhana dan lainnya merupakan polimer. Kita hanya
akan membahas molekul sederhana.

Titik leleh dan titik didih dari oksida-oksida ini akan lebih rendah dari oksida logam dan
silikon dioksida. Gaya intermolekuler mengikat satu molekul dengan molekul yang lain
melalui dispersi gaya van der Waals atau interaksi dipol-dipol. Kekuatannya bermacam-
macam tergantung pada ukuran molekulnya.

Tak satupun dari oksida-oksida ini yang menghantarkan arus listrik baik sebagai padatan
maupun cairannya. Tak satupun yang mengandung ion-ion atau elektron-elektron bebas.
Oksida-oksida fosfor
Fosfor memiliki dua oksida yang umum, fosfor (III) oksida, P4O6, dan fosfor (V) oksida,
P4O10.
Fosfor (III) oksida
Fosfor (III) oksida adalah padatan putih, meleleh pada 24 °C dan mendidih pada 173 °C.
Struktur dari molekul ini paling baik disusun dari molekul-molekul P4 yang tetrahedral.

Tarik bagian ini sehingga kita akan lihat ikatannya….


… dan kemudian gantikan ikatannya dengan ikatan baru yang menghubungkan atom-atom
fosfor dengan atom-atom oksigen. Ini akan membentuk V seperti pada air, tapi tidak akan
disalahkan bila menggambarnya dengan garis lurus antara atom-atom fosfor, seperti
contoh

Fosfor hanya menggunakan tiga elektron terluar (3 elektron p yang tidak berpasangan)
membentuk tiga ikatan dengan oksigen.
Fosfor (V) oksida
Fosfor (V) oksida juga berupa padatan putih yang dapat menyublim (berubah dari padat ke
gas) pada suhu 300°C. Dalam kasus ini, fosfor menggunakan semua elektron terluar untuk
berikatan.

Padatan fosfor (V) oksida berada dalam beberapa bentuk berbeda, beberapa diantaranya
berbentuk polimer. Kita akan membahas bentuk molekuler sederhana dan ini juga berada
dalam keadaan gas.

Ini mudah digambarkan dengan menggambar P4O6 terlebih dahulu. Empat atom oksigen
yang lain diikatkan pada empat atom fosfor melalui ikatan rangkap.

Oksida-oksida sulfur
Sulfur membentuk dua oksida yang umum, sulfur dioksida (sulfur (IV) oksida), SO2, dan
sulfur trioksida (sulfur (VI) oksida), SO3.
Sulfur dioksida
Sulfur dioksida adalah gas yang tak berwarna pada suhu ruangan yang mudah dikenal
dengan bau yang khas / mencekik. Ini terdiri dari molekul sederhana SO2 .
Sulfur menggunakan empat elektron terluarnya untuk membentuk ikatan rangkap dengan
oksigen, menyisakan dua elektron yang berpasangan pada sulfur. Bentuk bengkok dari SO2
adalah akibat dari adanya pasangan elektron bebas ini.
Sulfur trioksida
Sulfur trioksida murni merupakan padatan putih dengan titik leleh dan titik didih yang
rendah. Sulfur trioksida bereaksi cepat dengan uap air di udara membentuk asam sulfat.
Ini berarti bahwa jika kita membuatnya di laboratorium, maka akan tampak sebagai
padatan dengan asap di udara (membentuk kabut asam sulfat).
Sulfur trioksida dalam keadaan gas, terdiri dari molekul sederhana SO3 di mana semua
elektron terluar dari sulfur terlibat dalam pembentukkan ikatan.

Terdapat bermacam-macam bentuk sulfut trioksida. Yang paling sederhana adalah trimer,
S3O9, di mana 3 molekul SO3 bergabung membentuk cincin.

Terdapat bentuk polimer lainnya di mana molekul SO3 bergabung membentuk rantai
panjang. Sebagai contoh:

Kenyataanya molekul-molekul sederhana bergabung dengan cara ini membentuknya


struktur yang lebih besar membentuk padatan SO3
Klor oksida
Klor membentuk beberapa oksida. Disini kita hanya membahas dua diantaranya yaitu klor
(I) oksida, Cl2O dan klor (VII) oksida, Cl2O7.
Klor (I) oksida
Klor (I) oksida adalah gas berwarna merah kekuningan pada suhu ruangan. Ini terdiri dari
molekul ionik sederhana.

Tidak ada yang mengejutkan tentang molekul ini dan sifat fisiknya hanya memperkirakan
dari ukuran molekulnya.
Klor (VII) oksida
Dalam klor (VII) oksida, klor menggunakan 7 elektron terluarnya untuk membentuk ikatan
dengan oksigen. Ini menghasilkan molekul yang lebih besar sehingga dapat diperkirakan
bahwa titik leleh dan titik didihnya lebih tinggi dari pada klor (I) oksida.

Klor (VII) oksida adalah cairan seperti minyak yang tak berwarna pada suhu ruangan.

Pada diagram, digambarkan rumus struktur yang standar. Pada kenyataannya, bentuknya
adalah tetrahedral di sekitar kedua Cl dan berbentuk V di sekitar oksigen pusat.

1. Reaksi dengan air


Semua logam dari golongan I A bereaksi hebat dengan air dingin, bahkan menimbulkan ledakan
dengan air menghasilkan larutan logam hidroksida dan gas hidrogen. Secara umum, reaksi logam
alkali dengan air dapat dituliskan sebagai berikut:

2 M(s) + 2 H2O(l) 2 MOH(aq) + H2(g)

(M = Li/Na/K/Rb/Cs)

Anda mungkin juga menyukai