Karena atom karbon memiliki dua elektron tak berpasangan (satu dalam tiap
orbital 2p), atom karbon hanya dapat membentuk dua ikatan dengan hidrogen
dalam keadaan dasar. Walaupun spesi CH2 memang dikenal, spesi ini sangat
tidak stabil. Untuk menjelaskan keempat ikatan C─H dalam metana, kita dapat
mencoba mempromosikan satu elektron (yaitu, mengeksitasi dengan bantuan
energi) dari orbital 2S ke orbital 2P.
Hibridisasi sp
Molekul berilium klorida (BeCl2) diramalkan linier oleh TPEKV. Diagram
orbital untuk elektron valensi dalam Be adalah
2s
↑↓ 2p
Kita mengetahui bahwa pada keadaan dasar, Be tidak membentuk ikatan kovalen dengan Cl karena
elektronya berpasangan dalam orbital 2s jadi kita kembali pada hibridisasi untuk
menjelaskan perilaku ikatan Be. Pertama-tam terjadi eksitasi elektron
2s keorbitap 2p menghasilkan
2p
Hibridisasi sp2
Berikutnya kita akan melihat molekul BF3 (borom trifluorida), yang dikenal
memiliki geometri datar berdasarkan TPEKV. Dengan hanya memperhatikan
elektron valensi, diagram orbital B adalah
↑↓
↑
Pertama-tama, terjadi eksitasi elektron 2s eorbital 2p yang kosong
↑ ↑ ↑
2s 2p
Percampuran orbiatal 2s dan dua orbital 2p menghasilkan tiga orbital hibrida
sp2
↑ ↑ ↑
Keenam ikatan S-F berbentuk akibat tumpang tindih hibrida orbital atom S dan
orbital 2p atom F. Karena terdapat 12 elektron disekitar atom S, aturan oktet
dilanggar. Penggunaan orbital d sebagai tambahan orbital s dan p untuk
membentuk suatu oktet yang diperluas adalah suatu contoh perluasankulit
valensi. Unsur-unsur periode kedua, unsur-unsur periode ketiga tidak memiliki
tingkt energi 2d. Jdi unsur-unsur ini tidak pernah dapat memperluas kulit
valensinya. Jadi atom-atom unsur periode kedua tidak pernah dapat dikelilingi
oleh lebih dari delapan elektron dalam senyawa apapun yang dibentuknya.
C.HIBRIDISASI DALAM MOLEKUL YANG MENGANDUNG IKATAN
RANGKAP DUA DAN IKATAN RANGKAP 3
Konsep hibridisasi berguna juga untuk molekul dengan ikatan rangkap
du dan rangkap tiga. Contohnya molekul C2H4 yang mengandung ikatan
rangkap dua karbon-karbon dan memiliki geometri datar. Baik geometri
molekul maupun ikatanya dapat dipahami jika kita mengansumsikan bahwa
setiap atom karbon terhibridisasi sp2.
Setiap atom karbon menggunakan tiga orbital hibrida sp 2 untuk
membentuk dua ikatan dengan dua orbital 1s hidrogen dan satu ikatan dengan
orbital hibrida sp2 atom C disebelahnya. Sebagai tambahan, dua orbital
2pz atom C yang tidak terhibridisasi membentuk ikatan lain dengan saling
tumpang tindih secara menyamping.
Perbedaan dilakukan antara dua jenis ikatan kovalen dalam C2H4 ketiga ikatan
yang dibentuk oleh setiap atom C adalah semua ikatan sigma, yaitu ikatan
kovalen yang terbentuk akibat tumpang tindih orbital-orbital ujung ke ujung,
dengan kerapatan elektron yang terkonsentrasi diantara inti atom yang
berikatan. Jenis kedua disebut ikatan pi (pi bond), yang didefenisikan sebagai
ikatan kovalen yang terbentuk akibat tumpang tindih orbital-orbital secara
menyamping dengan kerapatan elektron yang terkonsentrasi diatas dan dibawah
bidang inti atom yang berikatan. Pembentukan ikatan pi inilah yang membuat
etilen memiliki geometri datar. Menunjukan orientasi ikatan sigma dan ikatan pi
adalah cara lain menampilkan molekul C2H4 datar dan pembentukan ikatan pi.
Molekul asetilen (C2H4) mengandung ikatan rangkap tiga karbon-
karbon. Karena molekul tersebut linier, kita dapat menjelaskan geometrinya dan
ikatanya dengan mengansumsikan bahwa setiap atom C terhibridisasi sp dengan
mencampurkan orbital 2s dengan orbital 2p x . kedua orbital C membentuk satu
ikatan sigma dengan ikatan 1s hidrogen dan ikatan sigma lain dengan atom C
lainya. Sebgai tambahan, dua ikatan pi terbentuk akibat tumpang tindih secara
menyamping orbital 2py dan 2pz yang tidak terhibridisasi. Jadi ikatan
C≡C tersusun atas satu ikatan sigma dan dua ikatan pi.
Aturan tersebut membantu kita meramalkan hibridisasi dengan ikatan
rangkap, jika atom pusat membentuk satu ikatan rangkap dua, molekul etrsebut
membentuk dua ikatan rangkap dua, molekul tersebut terhibridisasi sp 2. Jika
molekul tersebut membentuk dua ikatan rangkap dua atau satu ikatan rangkap
tiga, molekul itu terhibridisasi sp. Aturan ini hanya berlaku pada atom unsur-
unsur periode kedua.
RESONANSI
A. KONSEP RESONANSI
Ketika kita menggambarkan struktur Lewis dari Ozon (O3), aturan oktet
akan terpenuhi jika kita menempatkan ikatan rangkap dua di antara atom O
pusat dengan salah satu dari dua atom O ujung. Karena itu kita dapat
menggambarkan ikatan rangkap dua baik dengan atom O pada ujung kiri
maupun kanan, dan keduanya merupakan struktur yang identik.
Faktanya kedua struktur ini tidak ada yang benar karena panjang ikatan dua
ikatan O ternyata memiliki nilai yang sama diantara panjang O – O dan O=O,
padahal menurut struktur diatas, kedua ikatan pada atom O pusat akan memiliki
panjang yang berbeda dikarenakan ikatan tunggal akan memiliki panjang ikatan
yang lebih panjang dibandingkan dengan ikatan rangkap.
Keanehan pada ikatan O3 ini dapat diatasi dengan menggunakan konsep
resonansi, pada struktur resonansi terdapat dua atau lebih struktur Lewis
untuk satu molekul yang tidak dapat dinyatakan secara tepat dengan hanya
menggunakan satu struktur Lewis. Istilah resonansi itu sendiri
berarti penggunaan dua atau lebih struktur lewis untuk menggambarkan
molekul tertentu. Dalam kasus ozon ini, struktur resonansi dari molekul O3 dapa
digambarkan dengan menggunakan kedua struktur Lewisnya.
. Garis putus-putus pada NO2– dan NO3– dan lambang lingkaran pada C6H6
GOLONGAN VIIA
(HALOGEN)—
KIMIA UNSUR
ON 12/10/2015 BY AM ALDOFIRJARAH ADIT ANEDALAM KELAS XII
A. Sifat fisis
Golongan halogen terdiri atas fluorin, klorin, bromin, iodin, dan astatin.
Astatin bersifat radioaktif dan dibahas pada bab selanjutnya
1. Struktur halogen
Semua unsur halogen bersifat sebagai molekul diatomik (X2) atau tidak
dapat berdiri sendiri, makanya di alam itu halogen contohnya fluor
terdapat sebagai F2, bukan F saja.
Halogen terdapat sebagai senyawa sehingga tidak terdapat bebas di
alam
Rata-rata halogen itu terdapat di air laut lho!
2. Wujud halogen
Fluorin (F) dan klorin (Cl) berbentuk gas pada suhu kamar
Bromin berupa zat cair yang mudah menguap pada suhu kamar
Iodin berupa za padat yang mudah menyublim pada suhu kamar
Sumber: https://inspirehalogen.files.wordpress.com/2009/11/bromin.jpg
^^^Warna:
B. Sifat kimia
Unsur fluor merupakan unsur paling reaktif karena memiliki jari-jari yang
kecil
Halogen memiliki kulit terluar sebanyak 7 elektron
Halogen merupakan unsur nonlogam paling reaktif karena memerlukan
1 tambahan elektron untuk mencapai kestabilan atom. Kereaktifannya
menurun dari F ke I
Energi ionisasi dan afinitas elektron halogen sangat tinggi, itulah sebab
mengapa halogen bersifat reaktif
Memiliki energi disosiasi ikatan yaitu mengubah molekul halogen
menjadi atom-atomnya. Sifat ini menurun hingga unsur iodin, tapi fluor
ke klorin turun drastis namun klorin hingga iodin naik
Halogen memiliki sifat nonpolar, makanya gaya London bekerja pada
unsur ini sehingga titik leleh dan didihnya meningkat dari F ke I.
Keelektronegatifan halogen sangat tinggi dan berada pada unsur Fluor
(F), menurun hingga iodin (I)
C. Reaksi-reaksi halogen
Oksida-oksida pada barisan pertama dikenal sebagai oksida-oksida tertinggi dari tiap
unsur. Oksida-oksida ini adalah saat di mana unsur-unsur periode 3 berada pada keadaan
oksidasi tertinggi. Pada oksida-oksida ini, semua elektron terluarnya terlibat dalam
pembentukkan ikatan mulai dari natrium yang hanya memiliki satu elektron terluar hingga
klor dengan 7 elektron terluar.
Struktur
Kecenderungan pada struktur adalah dari oksida logam mengandung struktur ionik raksasa
pada bagian kiri periode, oksida kovalen raksasa (silikon dioskida) pada bagian tengah dan
oksida molekuler di bagian kanan periode.
Titik leleh dan titik didih
Struktur raksasa (oksida logam dan silikon dioksida) memiliki titik leleh dan titik didih yang
tinggi karena dibutuhkan energi yang besar untuk memutuskan ikatan yang kuat (ionik
atau kovalen) yang bekerja pada tiga dimensi.
Oksida-oksida fosfor, sulfur dan klor terdiri dari molekul-molekul individual, beberapa
diantaranya kecil dan sederhana, dan yang lainya berupa polimer.
Gaya tarik menarik antar molekul-molekul ini berupa dispersi / penyebaran gaya van der
Waals dan interaksi dipol-dipol. Ukuran yang bermacam-macam ini tergantung pada
ukuran, bentuk dan polaritas dari masing-masing molekul, tapi akan selalu lebih lemah
dari pada yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan ionik atau kovalen pada struktur
raksasa.
Oksida-oksida ini cenderung menjadi gas, cairan atau padatan dengan titik leleh rendah.
Daya hantar arus listrik
Tidak ada diantara oksida-oksida ini yang memiliki elektron bebas atau yang dapat
bergerak. Ini berarti bahwa tidak ada satupun dari oksida-oksida ini yang dapat
menghantarkan arus listrik dalam keadaan padatnya.
Oksida-oksida ini dapat mengalami elektrolisis jika dicairkan. Oksida-oksida ini dapat
menghantarkan arus listrik karena adanya pergerakan ion-ion menuju elektroda dan
pelepasan muatan ion-ion saat mencapai elektroda.
Oksida-oksida logam
Struktur
Oksida-oksida natrium, magnesium dan alumunium terdiri dari struktur raksasa yang
mengandung ion-ion logam dan ion-ion oksida. Magnesium oksida memiliki struktur seperti
NaCl. Dua yang lainnya memiliki struktur yang lebih rumit yang berada di luar cakupan
silabus pada tingkat ini.
Titik leleh dan titik didih
Terdapat gaya tarik menarik yang kuat antara ion-ion pada masing-masing oksida dan gaya
tarik menarik ini membutuhkan energi yang besar untuk diputuskan. Oleh karena itulah
oksida-oksida ini memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi.
Daya hantar arus listrik
Tidak ada satupun dari oksida-oksida logam periode 3 dapat menghantarkan arus listrik
pada keadaan padatnya, tapi elektrolisis mungkin dilakukan jika dicairkan. Cairannya
dapat menghantarkan arus listrik karena adanya pergerakan dan perubahan muatan ion-ion
yang ada.
Magnesium dan alumunium oksida memiliki titik leleh yang sangat tinggi sehingga sulit
untuk dielektrolisis dalam laboratorium sederhana.
Silikon dioksida (silikon (IV) oksida)
Struktur
Elektronegatifitas / keelektronegatifan dari unsur-unsur meningkat sepanjang periode dari
kiri ke kanan, dan pada silikon, beda elektronegatifitas antara silikon dan oksigen tidak
cukup besar untuk membentuk ikatan ionik. Silikon dioksida memiliki struktur kovalen
raksasa..
Terdapat tiga bentuk silikon dioksida yang berbeda. Yang paling mudah diingat dan
digambarkan adalah struktur yang mirip intan.
Kristal silikon memiliki struktur yang sama dengan intan. Untuk mengubahnya menjadi
silikon dioksida, perlu dilakukan perubahan struktur silikon dengan menyisipkan beberapa
atom oksigen.
Titik leleh dan titik didih dari oksida-oksida ini akan lebih rendah dari oksida logam dan
silikon dioksida. Gaya intermolekuler mengikat satu molekul dengan molekul yang lain
melalui dispersi gaya van der Waals atau interaksi dipol-dipol. Kekuatannya bermacam-
macam tergantung pada ukuran molekulnya.
Tak satupun dari oksida-oksida ini yang menghantarkan arus listrik baik sebagai padatan
maupun cairannya. Tak satupun yang mengandung ion-ion atau elektron-elektron bebas.
Oksida-oksida fosfor
Fosfor memiliki dua oksida yang umum, fosfor (III) oksida, P4O6, dan fosfor (V) oksida,
P4O10.
Fosfor (III) oksida
Fosfor (III) oksida adalah padatan putih, meleleh pada 24 °C dan mendidih pada 173 °C.
Struktur dari molekul ini paling baik disusun dari molekul-molekul P4 yang tetrahedral.
Fosfor hanya menggunakan tiga elektron terluar (3 elektron p yang tidak berpasangan)
membentuk tiga ikatan dengan oksigen.
Fosfor (V) oksida
Fosfor (V) oksida juga berupa padatan putih yang dapat menyublim (berubah dari padat ke
gas) pada suhu 300°C. Dalam kasus ini, fosfor menggunakan semua elektron terluar untuk
berikatan.
Padatan fosfor (V) oksida berada dalam beberapa bentuk berbeda, beberapa diantaranya
berbentuk polimer. Kita akan membahas bentuk molekuler sederhana dan ini juga berada
dalam keadaan gas.
Ini mudah digambarkan dengan menggambar P4O6 terlebih dahulu. Empat atom oksigen
yang lain diikatkan pada empat atom fosfor melalui ikatan rangkap.
Oksida-oksida sulfur
Sulfur membentuk dua oksida yang umum, sulfur dioksida (sulfur (IV) oksida), SO2, dan
sulfur trioksida (sulfur (VI) oksida), SO3.
Sulfur dioksida
Sulfur dioksida adalah gas yang tak berwarna pada suhu ruangan yang mudah dikenal
dengan bau yang khas / mencekik. Ini terdiri dari molekul sederhana SO2 .
Sulfur menggunakan empat elektron terluarnya untuk membentuk ikatan rangkap dengan
oksigen, menyisakan dua elektron yang berpasangan pada sulfur. Bentuk bengkok dari SO2
adalah akibat dari adanya pasangan elektron bebas ini.
Sulfur trioksida
Sulfur trioksida murni merupakan padatan putih dengan titik leleh dan titik didih yang
rendah. Sulfur trioksida bereaksi cepat dengan uap air di udara membentuk asam sulfat.
Ini berarti bahwa jika kita membuatnya di laboratorium, maka akan tampak sebagai
padatan dengan asap di udara (membentuk kabut asam sulfat).
Sulfur trioksida dalam keadaan gas, terdiri dari molekul sederhana SO3 di mana semua
elektron terluar dari sulfur terlibat dalam pembentukkan ikatan.
Terdapat bermacam-macam bentuk sulfut trioksida. Yang paling sederhana adalah trimer,
S3O9, di mana 3 molekul SO3 bergabung membentuk cincin.
Terdapat bentuk polimer lainnya di mana molekul SO3 bergabung membentuk rantai
panjang. Sebagai contoh:
Tidak ada yang mengejutkan tentang molekul ini dan sifat fisiknya hanya memperkirakan
dari ukuran molekulnya.
Klor (VII) oksida
Dalam klor (VII) oksida, klor menggunakan 7 elektron terluarnya untuk membentuk ikatan
dengan oksigen. Ini menghasilkan molekul yang lebih besar sehingga dapat diperkirakan
bahwa titik leleh dan titik didihnya lebih tinggi dari pada klor (I) oksida.
Klor (VII) oksida adalah cairan seperti minyak yang tak berwarna pada suhu ruangan.
Pada diagram, digambarkan rumus struktur yang standar. Pada kenyataannya, bentuknya
adalah tetrahedral di sekitar kedua Cl dan berbentuk V di sekitar oksigen pusat.
(M = Li/Na/K/Rb/Cs)