Anda di halaman 1dari 7

Kompetensf dan Struktur Organisasi

Peradilan Agama
H. Zainal Abldin Abu Bakar, SH

H. Zaenal Abidin Abubakar adalah Direktur


Pembinaan Badan Peradilan Agama pada
Departemen Agama RI. Dilahirkan diSingii,
Aceh pada tanggal, ISAgustus 1339 Zaenal
atumnus Fakultas Hukum Universitas Syiah
Kuala Banda Aceh. Pernah menjadi mahaiswa
Fakultas Hukum Ull(1956) dan alumnus PHIN
Yogyakarta. Jabatanhya dilingkungan
Departemen Agama, sebeium menjadi Direk
tur Badan Peradilan Agama, adaiah Ketua
Mahkamah Syi'ah Proplnsi Daerah Istimewa
Aceh (1976-1992), dan Kepala Jawatan Pera\
dilan Agama Daerah Istimewa Aceh (1970-
1975).
;

Pendahuluan (2) Susunan dan kekuasaan Badan-badan


Tidak adanya dasar hukum yang kuat Kehakiman itudiaturdengan Undang-
untuk peradilan agamaj serta adanya Undang.
berbagai peraturan yang mengatumya Pasal25UUD1945mengatur: "Syarat-
dengan wewenang yang berbeda-beda, syarat untuk menjadi dan untuk
sangat tidak mengunturigkan , karena diperhentikan sebagai Hakim ditetapkan
disamping sukardalam pembinaannyajuga dengan Undang-undang."
tidak adanya kesatuan hukum bagi umat Atas dasar pasal-pasal tersebut
Islam di Indonesia. Oleh karena itu timbul kemudian lahir undang-undang No. 19
usaha-lisaha untuk menyatukan semua tahun 1964, tentang ketentuan-ketentuan
ketentuan tentang Peradilan Agama dal^ pokok kekuasaan Kehakinian^ Dalam
satu Undang-Undang yang berlaku untuk Undang-undang tersebut telah ditetapkan
seluruh Indonesia. Peradilan diIndonesia terbagi dalam empat
Usaha tersebut dimungkinkan atas lingkungan peradilan yaitu Peradilan
dasar pasal 24 Undang-undangDasar 1945 Umum.PeradilanAgama.PeradilanMiliter,
dimana ditentukan: danPeradilanTataUsahaNegara. Keempat
(1) Kekuasa^kehakimandilakukanpleh lingkungan Peradilan, tekriis beipuncak
sebuah Mahkamah Agung dan Iain- pada Mahkamah Agung, organisatoris,
lain Badan Kehakiman menurut administratif dan finansil berada di bawah
Undang-undang. kekuasaan masing-masing Departemen

27
UNISIANO. l'6TAHUNXIIITRIWULANV/1992

yangbersangkutw,dimanauntukPeradIIan 1989 dibentuk antara lain karena


Agama berada di bawah Departeman dibutuhkan oleh umat Islam dan sesuai
Agama. dengan kesadaran hukum mayoritas
Di zaman Orde Bam Undang-undang bangsa Indonesia. Karena suatu
tersebut telah dicabut dan ditetapkan peraturan Hukum akan ditaati dengan
kemball dengan Undang-undang No. 14 baik apabila peraturantersebutsesuai
tahun 1970. Ketentuan tentang adanya dengan kesadaran hukum bangsa
empat lingkungan Peradilan ditetapkan tersebut. Sebaliknyahukum yang tidak
dalam pasal 10 Undang-undang No. 14 sesuai dengan kesadaran hukum
tahun 1970. Dalam pasal 12 ditetapkan : masyarakat lebih besar maka hukum
"Susunankekuasaansertaacaradari badan- itu tidak akan dapat beijalan dengan
badan peradilan sepeiti tersebutdalam pasal baik.
10 ayat (1) diatur dalam Undang-undang Disamping landasan fikiran tersebut
tersehdiri". Untukmerealislrpasal tersebut pembentukan Undang-undang No. 7
maka dibentuklah undang-undang No. 2 tahun 1989jugaberlandaskahpokok-
tahun 1986 tentang Peradilan Umiim, pokok pikiran sebagaimana tercantum
Undang-undang No. 5 tahun 1986 tentang dalam konsiderandari Undang-undang
Peradilan Tata Usaha Negara, dan Undang- tersebut yaitu:
undang No. 7 tahun 1989tentangPeradilan a. Negara Republik Indonesia sebagai
Agama. negara hukum yang berdasaikan
PancasiladanUUD 1945,bertujuan
Peradilan Agama untuk mewujudkan kehidupan
1. Landasan Pemikiran. bangsa yang sejahtera, aman tentram
Pembentukan suatu Undang-undang dan terlib.
tidak terlepas dari politik hukiim yang b. Untuk tujuan tersebut diperlukan
dianutoleh suatu negara. Polilikhukum upaya menegakkan keadilan,
yang dianut oleh negara kita dapat kita kebenaran, ketertiban, dankepastian
lihat dalam GBHN dibidang hukum yang mampu memberikan
Pembangunan Hukum antara Iain di pengayoman kepada masyarakat.
humf C disebutkan : "dalam rangka c. Salah satu upaya menegakkan
pembangunan Hukum secara terarah keadilan, kebenaran, ketertiban dan
dan terpadu antara lain kodifikasi dan kepastian hukum adalah melalui
unifikasi dibidang-bidang hukum Peradilan Agama.
tertentu serta penyusunan pemndang- d. Keaneka ragaman peraturan,
undanganbam yangsangat dibutuhkan kekuasaan dan hukum acara yang
untuk dapat liiendukung pembangunan seljuna ini berlaku di pengadilan
diberbagai bidang sesuai dengan agama perlu segera diakhiri.
tuntutan pembangunan serta tingkat e. Undang-undang tentang Peradilan
kesadaran hukum dinamika yang Agamaini untukmelaksanakan UU
berkembang dalam masyarakat." No. 14 tahun 1970 tentang
Sesu^ dengan politik hukum tersebut ketentuan-ketentuan pokok
maka Undang-undang Nomor 7 tahun kekuasaan kehakiman.

28
H. ZaenalJ^idinAB, KompelensidanStnikturOrganisa^

2. Kompetensi Peradilaii Agama 9. Gugatan perceraian;


Salah satu pokok fikiran yaing 10. Penyelesaian harta bersama;
tercantum dalam pertimbangan UU No. 11. Mengenai penguasaan anak-anak;
7 tahun 1989 adalah menyeragamkan 12. Ibudapatmemikulbiayapemellharaan
kompetensi atau wewenangPengadilan dan pehdidikan anak bila mana bapak
Agama. yang seharusnya bertanggung jawab
tidak memenuhinya;
Dengan berlakunya Undang-undang 1,3. Penentuan kewajiban member! biaya
inl kompetensi absolut Peradilan Agama penghidupan oleh suami kepada bekas
untukselumh Indonesia adalah sama. Halini istri atau penentuan suatu tewajiban
tercantum dalam pasal 49 ayat (1) yang bagi bekas istri:
berbunyi..." Pengadllan Agama bertugas 14. Putusan tentang syah atau tidaknya
dan berwenang memeriksa, memutus dan seorang anak:
menyelesaikan perkara-perkara di tingkat 15. Putusantentangpencabutankekuasaan
pertama antaraorang-orang yang beragama orang tua:
' Islam di bidang perkawinan, kewarisan, 16. Pencabutan kekuasaan wali;
wasiat dan hibbah yang dilakukan 17. Penunjukkan orang Iain sebagai wali
berdasarkan hukum Islam, wakaf dan oleh pengadilan dalam hal kekuasaan
sodaqoh. seorang wali dicabut;
Didalam pasal 49 ayat (2) dijelaskan 18. Menunjuk seorang wali dalam hal
bahwa bidang perkawinan sebagaimana seorang anak yang belum cukup umur
yang, dimaksudkan didalam pasal 49 ayat 18(delapanbelas)tahun yangditinggal
(1) ialah haUhal yang diatur dalam atau kedua orang tuanya padahal tidak ada
berdasarkan UU mengenai perkawinan penunjukkan wali oleh orang tuanya;
yang berlaku. 19. Pembebanan kewajibangantikenigian
terhadap wali yang telah menyebabkan
Tentang hal ,ini dalam penjelasan UU kerugian atas harta benda anak yang
diperihci lebih lanjut yaitu meliputi: ada dibawah kekuasaannya;
1. Izin beristri lebih dari seorang; 20. Penetapan asal usul seorang anak;
2. Izin melangsungkan pe'±awinan bagi 21. Putusan tentang hal penolakan
orangyangbelumbemsia2I (duapuluh pemberian keterangah untuk
satu) tahun, dalam hal orang tua atau melakukan perkawinan campur^;
wall atau keluarga dalam garis lurus 22. Pernyataan tentang syahnya
ada perbedaan pendapat; ^ perkawinan yang terjadi sebelum UU
3. Dispensasi kawin; No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan
4. Pencegahan perkawinan: dandijalankan inenurutperaturan yang
5. Penolakkan perkawinan oleh pegawai lain.
pencatat nikah:
6. Pembatalan perkawinan: Menurut pasal 49 ayat (3) bidang
7. Gugatan kelalaian atas kewajiban kewarisan sebagaimana yahg dimaksud
suami atau isteri: dalam pasal 49 ayat (1) ialah penentuan
' 8. Perceraian karena lalak: siapa-siapa yang menjadi ahli waris.

29
UNISIANO. 16 TAHUNXIIITRIWULAN V/1992

penentuan mengenai harta peninggalan, putusan Pengadilan Agama dilaksanakan


pcnentuan bahagian masing-masing ahli oleh Pengadilan Negeri.
wans dan melaksanakan pembagian harta Dalam hal pembagian warisan yang
peninggalan tersebut. tidak ada sengketa antara ahli waris dan
Mengenai kewenangan perkara merekajugamenghendaki halitudilakukan
kewarisan dal^ penjelasan umum angka di Pengadilan Agama mereka dapat
2 butir 6 undang-undang memberi memintakan pertolongan kepada
kemungkinankepada pihak yangberperkara Pengadilan Agama untuk
untuk melakukan pilihan hukum, menyelesaikannya (pasal 107 ayat (2)).
maksudnya dengan kesepakatan semua Dalam mengadili perkara yangmenjadi
pihak boleh memilih hukum apa yang akan wewenang Pengadilan Agama maka asas
mereka pergunakan untuk pembagian yang dianut adalah asas personalitas ke
warisannya.Kalaumcrekamemilih hukum Islaman dan hukum yang mengatur dalam
adat, mereka dapat membawa perkaranya perkara tersebut. Kedua pihak haruslah
ke Pengadilan Negeri, walaupun mereka orang yang beragama Islam. Hal ini dapat
beragama Islam. Akan tetapl kesempatan dibaca dari kalimat yang tersebut dalam
memilih hukum ini adalah sebelum petkara pasal 49 ayat (1)... "dan menyelesaikan
dibawa ke Pengadilan. Kalau tidak ada perkara-perkara di tingkat pertama antara
kesepakatan dalamkeluarga dan perkaranya orang-brang yangberagamalslam".Kecuali
telah dibawa ke Pengadilan oleh salah satu dalam hal^h^ tertentu misalnya suami istri
pihak maka kemungkinan pilihan hukum yang sewaktu pemikahannya dilakukan
sudah tertutup. menurut Agama Islam, maka apabila salah
Selain kewenangan seperti tersebut di seorang dari padanyamenjadi.murtad, maka
pasal 49 Pengadilan Agama juga dapat Pengadilan Agama berwenang untuk
memberik^keterangan, peitimbangan. dan mengadilinya. Sebaliknya bila suami isteri
nasehat tentang hukum Islam kepada dalam perkawinannya dilakukan menurut
instansi Pemerintah di daerah hukumnya, BW.makajika salahseorangmasuk Agama
apabila diminta (pasal 52 Undang-undang Islam maka perkaranya tetap diselesaikan
No.7Tahun 1989). oleh Pengadilan Negeri.
Dalam hal gugatannerhadap harta Mengenaisengketahartawarisanhibah
benda seperti gugatan kewarisan, hibah, dan wasiat di samping melihat menurut
wakaf,n^ahdan harta bersamaPengadilan hukum apa perbuatan itu dilakukan juga
Agama berwenang untuk meletakkan sita melihat Agama dari pada si pewaris (orang
terlebih d^ulu teriiadap objek harta gugatan yang meninggalkan harta warisan). Kalau
atau harta tergugat, agarputusahPengadilan pewarisAgamanya Islammakapembagian
kelak dapat dilaksanakan (tidak hampa). warisan dilakukan menurut hukum Islam.
Demikianjuga wewenangeksekusiatas Berbicara tentang gugatan perceraian,
putusah yang telah dijatuhkan dan telah Undang-undang No. 7 Tahun 1989 lebih
mempunyai kekuatan tetap. Pengadilan condongmelindungi kaum wanita. Hal ini
Agama dapat melaksanakan sendiri atas tercermin dari bunyi pasal 66 ayat (2)
keputusannyaitii.Berbeda dengan keadaan dimana peimohonansuami untukmentalak
sebelum Undang-undangNo. 7Tahun 1989, isterinya harus disampaikan kepada
30
H.ZaenalAbidinAB.KompetensidanStfukturOrganisasi

Pengadilany^gdaerahhukumnyamelipuli terdiridari rPimpinan,Hakim Anggota,


tempatkediaman termohon (isteri) kecuali Panitera dan Sekretaris.
kalau termohon dengan sengaja Pimpinan terdiri dari Ketuadan Wakil Ketua
meninggalkan tempat kediaman yang telah Banyaknya hakim baik padaPTA maupun
ditentukan bers^a tanpaizin pemohon. pada PA ditetapkan menurut kebutuhan.
Demikianjugagugatancerai yangdiajukan
pihak isteri diajukan kePengadilan Agama Pada setiap Pengadilan Agama dan
yang daerah hukumnya meliputl tempat PengadilanTinggi Agama adakepaniteraan
kediaman penggugat, kecuali apabila dan Sekretaris yang dipimpin oleh seorang
penggugat dengan sengaja meninggalkan Panitera dan Sekretaris. (ps. 26 dan 43 UU
tempat kediaman bersama tanpa izin No. 7 Th. 1989). Dalam melaksanakan
Tergugat (pasal 73 Undang-undang No. 7/ tugasnya Panitera dibantu oleh seorang
1989). wakil Panitera, beberapa orang Panitera
Undang-undang menegaskan lebih Muda, beberapa orang Panitera Pengganti
lanjut agar sengketa suami isteri ini dan beberapa orangJuru sita. Di PTA tidak
penyelesaiannya sesedikit mungkin ada juru sita sedang dibidang Sekretariat
memberi mudarat kepada para pihak dan dibantu oleh seorang Wakil Sekretaris.
keluarganya, hal ini terlihat dari pasal 82 Pengadilan Tinggi Agamakarena tidak
ayat (1) dan ayat (4), dimana dalam usaha terbagi dalam kelas-kelas yang berbeda
damai dapat dilakukan pada setiap sidang makabaikkepaniteraan,maupun sekretariat
pemeriksaan. Demikian pula dalam semuanyasamasedang Pengadilan Agama
membebankan biaya perkara tidak melihat terdiri dari kelas-kelas yang berbeda maka
siapayangkalahtetapisiapayangmemohon baik Kepaniteraan maupun Sekretariatnya
baik dalam Tingkat Pertama, Tingkat juga berbeda.
Banding maupun Tingkat Kasasi (pasal 89 Mengenai tugas dan tanggung jawab
Undang-undang No. 7 Tahun 1989). serta tata keija Kepaniteraan Pengadilan
diatur lebih lanjut oleh Mahkamah Agung
Struktur Organisasi Peradilan Agama sebagaimanaditentukandi dalam pasal 102
Stniktur Organisasi pengadilan dalam UU nomor 7 tahun 1989sedang mengenai
lingkungan Peradilan Agama adalah tugas dan tanggung jawab serta tata keija
sebagai berikut: sekretariat diatur lebih lanjut oleh Menteri
1. Pengadilan Agama sebagai Pengadilan Agama sebagaimana ditentukan di dalam
Tk. Pertama yang terdiri dari : pasal 105 ayat(2) UU Nombr7 tahun 1989.
Pimpinan, Hakim Anggota, Panitera, Mengenai struktur organisasi
Sekretaris dan Juru. Sita. Pengadilan Agamadapatdilihatpadaskema
2. Pengadilan Tinggi Agama sebagai nomor 1 dan Pengadilan Tinggi Agama
Pengadilan Tingkat Banding yang pada skema nomor2 terlampir.

31
UNISIA NO. 16 TAHUN XIIITRIWULAN V/1992

Skema 1
Striiktur Organisasi Pengadilan Agama kelasIA

KETUA
WAKiL KETUA

HAKIM PANITERA/SEKRETARIS

WAPAN WASEK

SUB.PAN SUB.PAN SUB. BAG SUB.BAG SUB.BAG


GUGATAN HUKUM UMUM KEUANGAN KEPEGAWAIAN

KELP. FUNGSIONAL
KEPANITERAAN

Skema 1
Struktur Organisasi Pengadilan Agama kelas IB

KETUA
WAKIL KETUA

HAKIM PANITERA/SEKRETARIS

WAPAN WASEK

URUSAN KEP. URUSANKEP URUSAN URUSAN


GUGATAN HUKUM UMUM KEUANGAN

KELP. FUNGSIONAL
KEPANITERAAN

32
H. ZaenaJ Abidin AB, Kompetensi dan Struktur Organisasi

Skema 2
Struktur Organisasi Pengadilan Agama

KETUA
WAKIL KETUA

HAKIM PANITERA/SEKRETARIS

WAPAN WASEK

SUB. KEP. SUB. KEP. SUB. BAG SUB.BAG SUB.BAG


BANDING HUKUM UMUM KEUANGAN KEPEGAWAIAN

KELP. FUNGSIONAL
KEPANITERAAN

PA PA PA PA PA PA

33

Anda mungkin juga menyukai