TRI ULANDARI
(A25117034)
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
PENGESAHAN
Oleh
Tri Ulandari
A 251 17 034
Pembimbing
Mengetahui
Koordinator Program Studi
Pendidikan kimia
PENDAHULUAN
PEMIKIRAN
jawaban tes siswa, menunjukan bahwa ada beberapa siswa yang mengalami
miskonsepsi dengan presentasi sebesar 46,89 % dan berbeda-beda pada tiap butir
soal. Hasil pengkategorian pemahaman siswa pada tiap butir soal meliputi
bilangan oksidasi ataom sebesar 29,54 %, penerapan dan persamaan reaksi redoks
didik kelas XI” berdasarkan profil miskonsepsi peserta didk tertinggi yang di
peroleh pada penelitian ini yaitu berkaitan dengan pengertia hidrolisi garam
miskonsepsi peserta didik pada materi teori asam basa sebesar 16,78 %, pada
larutan penyangga sebesar 15,95 %, dan pada materi hidrolisis garam sebanyak
21,03 %.
menggunakan tes diagnostik three tier pada hukum newton dan penerapannya”.
yaitu paham, miskonsepsi, dan tidak paham. Adapun besar presentase dari ke tiga
Selatan yaitu 46,53 % paham konsep, 32,50 % miskonsepsi dan 20,97 % tidak
paham konsep. Identifikasi banyaknya siswa yang meyakini jawaban yang salah
dapat diartikan siswa masih banyak yang mengalami miskonsepsi pada hukum
2.2.1 Miskonsepsi
konsep intuisi yang bertentangan dengan konsep ilmiah yang dikatakan oleh para
dan konsep yang diajarkan menyebabkan siswa mengubah atau melupakan konsep
yang telah ditetapkan. Karena konsep intuisi siswa menyimpang dari konsep
ilmiah, konsep intuisi inilah yang disebut miskonsepsi (Endah lestari, 2015).
Miskonsepsi merupakan sesuatu yang tidak akurat terhadap sebuah
disebabkan oleh konsep kimia yang abstrak dan juga membutuhkan penalaran
abstrak. Hal lainnya karena konsep kimia umumnya mengharuskan siswa harus
terkadang tidak selaras dengan konsep ilmiah yang disampaikan oleh para ahli
(Aprinita, 2018).
menjadi rumit karena setiap konsep harus dikuasai dengan benar sebelum
kegagalan untuk menyatukan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah
informasi baru, mereka akan menjadi bingung, alasan tidak akurat, dan akhirnya
Miskonsepsi dapat berasal dari beberapa sumber misalnya dari guru yang
menyampaikan suatu konsep yang kurang tepat dan dari siswa sendiri, serta dapat
juga dari metode mengajar yang kurang tepat. Menurut Winny dan Taufik dalam
siswa, guru, metode mengajar, buku dan konteks. Beberapa penyebab dari adanya
a. Kondisi Siswa
Miskonsepsi yang berasal dari siswa sendiri dapat terjadi karena asosiasi
b. Guru
Jika guru tidak memahami suatu konsep dengan baik yang akan diberikan
pada situasi dan kondisi yang tepat pun dapat menjadi salah satu faktor yang
c. Metode mengajar
Penggunaan metode belajar yang kurang tepat, pengungkapan aplikasi yang
salah serta penggunaan alat peraga yang tidak secara tepat mewakili konsep yang
d. Buku
Penggunaan bahasa yang terlalu sulit dan kompleks terkadang membuat anak
tidak dapat mencerna dengan baik apa yang tertulis di dalam buku, akibatnya
e. Konteks
Dalam hal ini penyebab khusus dari miskonsepsi yaitu penggunaan bahasa
1. Peta Konsep
Konsepsi siswa juga dapat diperkirakan dengan peta konsep yang bentuknya
konsep. Oleh sebab itu penelusuran pengetahuan awal (prior knowledge) siswa
dapat dilakukan dengan adanya peta konsep. Peta konsep yang membuktikan
item tes pada tempat yang telah disediakan, sehingga dapat diketahui perbedaan
Pada tes ini siswa diharuskan menjawab dan menulis mengapa ia mempunyai
jawaban tersebut. Kemudian jawaban yang salah dalam pilihan ganda ini akan
dijadikan bahan tes selanjutnya. Merujuk dari hasil jawaban yang tidak benar
meneliti bagaimana cara siswa berpikir dan mengapa mereka memilikipola pikir
seperti itu.
wawancara, pertanyaan terbuka, peta konsep, dan pertanyaan pilihan ganda yang
menjadi dua macam, yaitu larutan penyangga asam dan larutan penyangga basa.
asam kuat, asam kuat akan bereaksi dengan garam membentuk garam
(yang bersifat netral) dan asam lemah. Jika kedalam larutan ditambah
sedikit basa kuat, basa kuat akan bereaksi dengan asam lemah membentuk
CH3COONa tersebut ditambah sedikit asam kuat, seperti HCl maka HCl
akan bereaksi dengan garam membentuk garam yang bersifat netral berupa
berikut.
HA ⟷ H+ + H-
asam lemah basa konjugasi
K a =¿ ¿
¿ atau ¿
Keterangan :
kuat, asam kuat akan bereaksi dengan basa lemah membentuk garam dan
air. Namun, jika larutan tersebut ditambah sedikit basa kuat, basa kuat
Contoh:
Ketika larutan penyangga yang tersusun dari NH4OH dan NH4Cl tersebut
ditambah sedikit asam kuat, seperti HCl maka HCl akan bereaksi dengan
ditambah sedikit basa kuat, misal NaOH maka NaOH akan bereaksi
kesetimbangannya.
MOH ⟷ M+ + OH-
basa lemah asam konjugasi
K b =¿ ¿
¿ atau ¿
[Bs ]
pOH =pK b−log pOH =14−pOH
[G]
Keterangan:
Dengan demikian,
Larutan penyangga atau buffer dapat diperoleh dari suatu reaksi antara
asam lemah dan basa kuat (tersisa asam lemah) serta asam kuat dengan basa
lemah (tersisa asam lemah) serta asam kuat dengan basa lemah (tersisa basa
kemah).
1) Pada suhu tetap Ka dan Kb selalu tetap, sehingga pH hanya tergantung dari
karena itu, larutan penyangga berperan penting dalam tubuh makhluk hidup dan
industri.
1) Larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup
larutan penyangga yang terdiri atas asam karbonat (H2CO3) dan ion
−¿ ¿ −¿ ¿
karbonat ( HCO3 ). Perbandingan konsenstrasi [H2CO3] : [ HCO3 ] untuk
dalam sel dan laju hilangnya CO2 oleh pernapasan. Campuran asam
karbonat dan ion bikarbonat menjaga pH darah tetap normal yaitu 7,4. Jika
seperti asam laktat dan asam fosfat, ion-ion bikarbonat akan mengalami
reaksi berikut.
+ ¿↔ H 2 CO3 ¿
H
HCO−¿+
3
¿
makanan instan seperti saus, kecap, dan minuman ringan berupa camporan
perlu mengetahui efektivitas dan efisiensi dari semua komponen yang ada dalam
proses pembelajaran melalui evaluasi pembelajaran yang dilakukan melalui tes
tertulis. Akan tetapi, selama ini tes yang dilaksanakan oleh sebagian besar guru
hanya terpaku pada hasil belajar siswa, tanpa mencari tahu kesulitan belajar yang
dialami siswa itu sendiri. Sehingga perbaikan yang dilakukan pun tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan. Jika hal tersebut berlanjut akan menimbulkan
proses belajar khususnya siswa yang bersangkutan. Jika siswa secara terus-
masalah belajar di kemudian hari. Salah satu masalah yang akan timbul adalah
konsep tertentu yang dialami seseorang akibat dari konsep yang sudah
dibangunnya tidak sesuai dengan pengertian ilmiah para ahli dalam bidang itu.
Miskonsepsi dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti kesalahan dari siswa
sendiri, kesalahan dari guru ketika menjelaskan pelajaran, kesalahan dari buku
teks yang digunakan, kesalahan konteks, dan kesalahan dari metode mengajar
menyelesaikan persoalan yang relevan, oleh karena itu miskonsepsi harus segera
letak miskonsepsi yang terjadi agar penanganan yang dilakukan tepat sasaran.
tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh para siswa dalam suatu mata pelajaran
guru dapat segera mencari solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Melalui
tes diagnostik ini dapat diketahui tentang konsep-konsep yang telah dipahami dan
Tes diagnostik yang dapat digunakan salah satunya adalah tes diagnostik
pilihan ganda tiga tingkat. Tes ini memiliki keunggulan di bandingkan yang lain,
karena dalam tes ini selain siswa mengerjakan butir tes yang mengungkapkan
konsep tertentu siswa juga harus mengungkapkan alasan kenapa memilih jawaban
tersebut. Sehingga tes akan mudah dilaksanakan dan mudah pula bagi guru dalam
Prakonsepsi
(Konsep awal siswa)
sesuai dengan
Miskonsepsi
konsep ilmiah
Pemberian tes
Diagnostic three-tier
Faktor :
1. Siswa
Analisis data 2. Guru
3. Buku teks
4. Konteks
5. Cara mengajar
Penarikan
Kesimpulan
METODE PENELITIAN
diagnostic Three-tier. Tes ini adalah tes tiga tingkat yang dilakukan untuk
Pulau Seram, kelurahan Gebangrejo, kecamatan Poso Kota, kabupaten Poso, dan
subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Adapun subjek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas XI IPA yang telah mempelajari materi larutan penyangga di
SMAN 3 Poso.
3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
3.4.1 Populasi
2018). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIPA SMA
Negeri 3 Poso dengan jumlah siswa 105 orang. Dimana laki-laki berjumlah 36
orang dan perempuan berjumlah 69 orang. Dan terdiri dari 3 kelas yang terdaftar
3.4.2 Sampel
bagian dari populasi tersebut (Sugiyono, 2018). Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 30 siswa kelas XI IPA yang tersebar di 3 kelas di SMA
Negeri 3 Poso.
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik
acak tanpa melihat strata yang terdapat dala populasi. Cara ini dilakukan karena
penelitian ini adalah penilaian melalui hasil tes diagnostik (three tier test).
dokumentasi.
3.6.1 Tes
penelitian, yaitu siswa kelas XI SMAN 3 Poso. Tes yang dilakukan merupakan
salah satu kegiatan uji produk untuk mengungkap miskonsepsi yang dialami siswa
3.6.2 Angket
Ada dua jenis angket yang digunakan yaitu angket penilaian dan angket
diberikan setelah uji coba skala kecil dengan tujuan untuk mengetahui penilaian
siswa terhadap soal tes diagnostik yang dikembangkan. Angket respons diberikan
setelah uji coba skala luas dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan siswa
3.6.3 Wawancara
untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada materi Larutan Penyangga dan
pendapat guru mengenai tes diagnostik yang telah dikembangkan. Wawancara
untuk menyelidiki cara berpikir siswa serta sumber miskonsepsi yang dialami
diagnostic test (tes diagnostik pilihan ganda tiga tingkat) selesai diterapkan pada
3.6.4 Dokumentasi
nama siswa yang dijadikan subjek uji coba skala kecil dan uji coba skala luas.
1. Validitas Ahli
Validasi soal dilakukan oleh validator ahli dengan memberikan
penilaian terhadap butir soal pada lembar validasi. Uji validasi ini
materi, ahli evaluasi dan ahli bahasa. Validasi dilakukan dengan cara
memberikan tanda check list (√) pada skor validitas yang disediakan.
untuk memperoleh butir soal yang lebih baik dan bermutu. Analisis
f
P= × 100 %
N
Keterangan :
P : Presentasi validasi
3.1
dimiliki oleh sebutir soal yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
Instrument ini berupa soal pilihan ganda yang disertai dengan pilihan
alasan serta dilengkapi dengan alasan yang telah dipilih sejumlah lima alasan dan
pilihan jawaban keyakinan siswa pada tingkat ketiga. Instrument ini dapat
digunakan sebagai tes untuk mengevaluasi miskonsepsi siswa pada materi larutan
penyangga
3.8 Teknik Analisis Data
1. Menganalisis jawaban peserta didik dari hasil tes pilihan ganda, alasan dan
diberikan
presentase siswa yang mengalami miskonsepsi dan siswa tidak tahu konsep
Tabel 3.1 Kategori untuk Membedakan Siswa yang Paham Konsep, Miskonsepsi
Tier 1
Tier 2 Tier 3 Kategori
Benar
Benar Yakin Paham (mengerti konsep)
Benar
Benar Tidak Yakin Tidak paham konsep
Benar
Salah Yakin Miskonsepsi
Benar
Salah Tidak Yakin Tidak paham konsep
Salah
Benar Yakin Miskonsepsi
Salah
Benar Tidak Yakin Tidak paham konsep
Salah
Salah Yakin Miskonsepsi
Salah
Salah Tidak Yakin Tidak paham konsep
Analisis yang dilakukan sesuai dengan tabel 3.1 untuk menentukan siswa
yang paham konsep, miskonsepsi dan tidak tahu konsep, dengan menggunakan
S
P= X 100 %
Js
Keterangan :
P = presentase jumlah siswa yang paham konsep, tidak tahu konsep dan
DAFTAR PUSTAKA
Ardianti, Amelia R. (2016). Analisis tingkat pemahaman dan miskonsepsi fisika
pada materi gerak melingkar beraturan di SMK Muhammadiyah Kudus.
Skripsi. Semarang: FMIPA UNHES.
Asbar. (2017). Analisis miskonsepsi siswa pada persamaan linear satu variabel
dengan menggunakan three tier test. Skripsi. Makassar: FMIPA UNM.