Anda di halaman 1dari 12

JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 1, 1 (2016): 24-33

Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK THREE-


TIER PADA HUKUM NEWTON DAN PENERAPANNYA

Anaa Shalihah1, Diah Mulhayayiah1, Fathiah Alatas1

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu


1.

Pengetahuan Alam,Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah Jakarta, Indonesia

Email: diahmyusuf@gmail.com
___________________________________________________

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi pada hukum Newton dan penerapannya
berdasarkan hasil tes diagnosis siswa kelas X SMAN 6 Tangerang Selatan dan menunjukkan sub konsep yang
•‡•‰ƒŽƒ•‹ •‹••‘••‡’•‹ ’ƒŽ‹•‰ –‹•‰‰‹ †ƒ• ”‡•†ƒŠä ‡•‡Ž‹–‹ƒ• ‹•‹ †‹Žƒ••ƒ•ƒ•ƒ• ’ƒ†ƒ •–‘„‡” trsw « ƒ•—ƒ”‹ trsxä
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahapan
yaitu tahap pembuatan instrumen dilaksanakan di SMAN 6 dan 4 Tangerang Selatan dan tahap pelaksanaan
penelitian dilaksanakan di SMAN 6 Tangerang Selatan. Instrumen yang digunakan adalah tes diagnostik three-tier.
Hasil pembuatan soal diperoleh 20 soal yang valid dengan validitas 0.64 dan reliabilitas 0.78. Hasil pembahasan
menunjukkan miskonsepsi yang terjadi sebesar 32.50% dengan false positive sebesar 20.97% dan false negative
sebesar 11.67% dan miskonsepsi tertinggi terjadi pada subkonsep prinsip hukum III Newton dengan persentase
sebesar 56.92% dan yang terendah pada subkonsep macam-macam gaya dengan persentase sebesar 24.08%.

Kata kunci: Miskonsepsi, Tes diagnostik three-tier, hukum Newton

ABSTRACT

This research aims to identify misconceptions that occur in Newton's law and its application based on diagnostic test
results of students of class X SMAN 6 Tangerang Selatan and show sub concepts that experienced the highest
misconceptions and low. The research was conducted in October 2015 - January 2016. The research method used is
descriptive-quantitative. This study was conducted in two stages: stage manufacture of instruments held in SMAN 6
and 4 Tangerang Selatan and the implementation phase of the research conducted at SMAN 6 Tangerang Selatan.
The instrument used is a three-tier diagnostic test. Results obtained 20 questions about the making of a valid with
validity 0.64 and reliability 0.78. Results of the discussion showed misconception that occurred at 32.50% with a false
positive at 20.97% and false negative amounting to 11.67% and misconceptions highest in subconcepts legal
principles III Newton with a percentage of 56.92% and the lowest in the subconcepts variety of force with a percentage
of 24.08%.

Keywords: Misconceptions, three-tier diagnostic test, Newton's laws.

DOI: http://dx.doi.org/10.15575/jtlp.xxx.xxx
Received: xxx ; Accepted: xxx; Published: xxx
Anaa Shalihah, dkk Identifikasi Miskonsepsi Menggunakan Tes Diagnostik...

1. PENDAHULUAN mempengaruhi konsep yang sedang dipelajari.


Apabila siswa belum menguasai konsep secara
Belajar membuat orang mengetahui hal yang utuh, hal ini dapat menimbulkan miskonsepsi.
baru, mengerti dengan hal yang belum Apabila dibiarkan dan tidak segera diidentifikasi
dipahaminya dan dengan belajar juga mampu dan diatasi maka dapat menyebabkan
merubah perilaku seseorang karena pengaruh miskonsepsi yang berkelanjutan.
dari hal baru yang ia pelajari. Terlebih seorang Bingolbali dan Ozmatar mengemukakan
siswa, ia harus banyak belajar agar mampu bahwa miskonsepsi adalah suatu bentuk delusi,
mengikuti pelajaran yang disajikan di sekolah dan yaitu anggapan bahwa yang benar dianggap salah
menguasainya dengan benar. dan yang salah dianggap benar (Bal, 2011).
Proses belajar siswa secara formal dan Kesalahan dalam anggapan ini bisa dipengaruhi
informal bisa saling berpengaruh. Saat siswa oleh siswa yang kurang matang dalam memahami
belajar secara informal, ia bisa mengambil hal-hal konsep, diakibatkan kesulitan yang siswa temui
baru yang ia temukan sebagai pengetahuan awal dalam pembelajaran. Miskonsepsi yang terjadi
yang akan dibawa dan diselaraskan dengan pada siswa akibat dari kesulitan siswa dalam
pengetahuan yang akan diperoleh dalam memahami konsep dapat diidentifikasi
pembelajaran formal. Begitu pun dengan menggunakan tes diagnostik.
pengetahuan yang siswa peroleh secara formal di Tes diagnostik dapat digunakan untuk
sekolah, bisa ia terapkan di kehidupan sehari- mengidentifikasi masalah atau kesulitan siswa
hari. dan dapat digunakan untuk merencanankan
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dapat tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan
berbeda-beda. Hal ini karena kemampuan sesuai masalah atau kesulitan yang telah
masing-masing siswa dalam mencerna materi teridentifikasi (Departement Pendidikan
berbeda-beda antara satu siswa dengan siswa Nasional, 2007). Dengan menggunakan tes
yang lain apalagi pada pelajaran fisika. Kenyataan diagnostik, materi pembelajaran yang dikuasai
yang sering dijumpai pada siswa dalam oleh siswa atau tidak dapat terlihat sehingga lebih
pembelajaran fisika di sekolah di antaranya mudah untuk mengidentifikasinya dan cara yang
adalah sebagian siswa lancar dan cepat digunakan untuk mengatasi siswa yang belum
memahami materi dan sebagian siswa sulit dan dan tidak paham konsep lebih tepat.
membutuhkan waktu untuk memahami materi Tes diagnostik untuk mengidentifikasi
(Arief, 2012). Siswa yang lancar dan cepat miskonsepsi dapat dilakukan dengan interview,
memahami materi tidak akan banyak open-ended tests, multiple-choice tests, multiple-
menemukan masalah dan hambatan untuk tier tests yaitu two tier, three tier dan four tier,
memahami materi-materi berikutnya. Hal ini dan lainnya (Gurel, dkk., 2015). Tes-tes ini
berbeda dengan siswa yang mengalami kesulitan mempuyai kelebihan masing masing dari hasil
dalam memahami materi pelajaran, karena untuk identifikasinya. Mengidentifikasi miskonsepsi
memahami materi berikutnya siswa harus paham menggunakan tes diagnostik three-tier memiliki
terlebih dahulu dengan materi sebelumnya. keuntungan lebih dari two-tier tests, karena
Menurut Hamalik (1990) kesulitan belajar mampu membedakan siswa yang kurang
adalah hal-hal yang bisa mengakibatkan pengetahuan berdasarkan keyakinan siswa saat
kegagalan atau setidak-tidaknya menjadi menjawab pertanyaan pada one tier dan two tier
gangguan yang bisa menghambat kemajuan (Pesman, 2005)(Jurniawan dan Suhandi, 2015).
belajar (Wijayanti dan Hindarto, 2010). Sehingga Karena tingkat keyakinan ini juga berpengaruh
siswa yang mengalami kesulitan belajar akan pada perhitungan miskonsepsi dan konsep yang
mengalami hambatan dalam memahami dikuasai oleh siswa.
pelajaran yang di ajarkan oleh guru. Kesulitan Pada pelajaran fisika konsep yang dipelajari
belajar yang dialami siswa pada suatu materi bisa saling berkaitan antara satu konsep dengan
konsep yang lainnya dan ada beberapa konsep

Halaman Jurnal JoTaLP 1, 1 (2016): 24-33


JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 1, 1 (2016): 24-33
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

yang menjadi prasarat untuk mampu memahami yang dialami seseorang akibat dari konsep yang
konsep selanjutnya. Sehingga, apabila siswa sudah dibangunnya tidak sesuai dengan
mengalami miskonsepsi pada konsep awal maka pengertian ilmiah para ahli dalam bidang itu.
akan mengalami miskonsepsi pada konsep- Miskonsepsi dapat berupa konsep awal yang
konsep berikutnya dan dapat mempengaruhi salah dan kesalahan dalam menghubungkan
hasil belajar siswa dan prestasi siswa. konsep-konsep. Menurut Feldsine miskonsepsi
Hukum Newton terutama tentang konsep adalah suatu kesalahan dan hubungan yang tidak
gaya dan gerak sebagai prioritas pendidikan benar antara konsep-konsep (Pesman dan
fisika hampir di setiap tingkat dalam kurikulum Eryilmaz, 2010).
sekolah (Fitrianignrum, dkk., 2013). Gaya dan Salah satu teknik untuk menidentifikasikan
gerak adalah fenomena alam yang sering miskonsepsi siswa adalah dengan menggunakan
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, karena multiple-tier tests. Tes diagnostik three-tier
siswa akan sering bertemu dengan benda yang merupakan tes yang terdiri dari tiga tingkat yaitu
bergerak dan tidak bergerak. Jika siswa salah (Gurel, Eryilmaz dan McDermot, 2015) :
dalam mengkonstruk pengetahuan yang a. Tingkat pertama, terdiri dari multiple-choice
diperolehnya dari fenomena gaya dan gerak yang untuk pilihan jawaban pertanyaan yang
mereka jumpai, maka hal tersebut dapat disajikan yang terdiri dari lima pilihan yaitu
mengakibatkan miskonsepsi. A, B, C, D, dan E.
Buku yang beredar di sekolah yang lolos b. Tingkat kedua, terdiri dari pilihan alasan
standarisasi mutu oleh Badan Standarisasi untuk tingkat pertama yang terdiri dari enam
Nasional Pendidikan (BSNP) ternyata masih pilihan dengan lima pilihan sudah disajikan
ditemukan miskonsepsi. Apabila buku yang yaitu A, B, C, D dan E, serta satu pilihan alasan
digunakan sebagai panduan dalam pembelajaran yaitu F yang masih kosong yang disediakan
terdapat miskonsepsi, siswa yang menggunakan bagi siswa jika memiliki alasan sendiri.
buku tersebut juga bisa mengamali miskonsepsi. c. Tingkat ketiga, terdiri dari pilihan keyakinan
Menurut Prastiwi dalam Fitrianingrum, atas jawaban yang telah siswa pilih pada
miskonsepsi yang ditemukan di buku panduan tingkat pertama dan kedua, yaitu A untuk
siswa pada pokok bahasan Besaran dan memilih yakin dan B untuk yang memilih
Pengukuran sebesar 7,31%, Kinematika Gerak tidak yakin.
Lurus 8,82%, Gerak Melingkar 16,67%, dan Tes diagnostik Three-tier selain dapat
Hukum Newton 15,38% (Suparno, 2005). mengidentifikasi siswa yang paham konsep dan
Berdasarkan hasil wawancara yang miskonsepsi juga mempunyai keuntungan untuk
dilakukan kepada guru fisika SMAN 4 Tangerang membedakan siswa yang dapat membedakan
Selatan, siswa memperoleh hasil belajar yang siswa yang lack of knowladge (kurang
tidak memuaskan pada konsep hukum Newton. pengetahuan) atau tidak paham konsep dari
Hal ini terjadi karena siswa mengalami kesulitan miskonsepsi siswa tersebut (Pesman, 2005).
untuk menganalisis soal-soal tentang hukum Miskonsepsi berasal dari jawaban siswa yang
Newton. Padahal, pada hukum Newton siswa salah tetapi jawaban salah tidak semuanya
dituntut untuk mampu menganalisis soal-soal. menyebabkan miskosepsi, karena beberapa
Selain itu, hukum Newton juga akan digunakan kesalahan boleh jadi tanda dari tidak.
pada bab berikutnya yaitu Dinamika. Siswa yang Tujuan umum dari penelitian ini adalah
tidak tuntas pada konsep hukum Newton ini tentu menjelaskan profil miskonsepsi siswa pada
saja akan mengalami kesulitan yang berlanjut konsep hukum Newton dan penerapannya
pada konsep Dinamika, sehingga perlu berdasarkan hasil tes diagnostik three-tier.
diidentifikasi. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini
Miskonsepsi merupakan kesalahan pertama, menjelaskan miskonsepsi yang terjadi
pemahaman suatu peristiwa atau konsep tertentu pada hukum Newton dan penerapannya
JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 1, 1 (2016): 24-33
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

berdasarkan hasil tes siswa. Kedua, menunjukkan dan III Newton. Miskonsepsi diungkap melalui tes
sub konsep miskonsepsi paling tinggi dan rendah diagnostik three-tier.
pada hukum Newton dan penerapannya. Pengumpulan data Identifikasi miskonsepsi
Implikasi dari penelitian ini diharapkan ini menggunakan tes tertulis dalam bentuk three
Sebagai informasi bahwa masih ada miskonsepsi tier test yang dibuat melalui tahapan wawancara
yang dialami oleh siswa pada hukum Newton dan dan pertanyaan terbuka (open ended question).
penerapannya, data miskonsepsi yang diperoleh Soal yang dihasilkan dari wawancara dan open
dapat dijadikan acuan guru untuk membantu ended question sebanyak 31 butir soal dan 31
memperbaiki miskonsepsi siswa dan butir soal tersebut diukur validitas, reabilitas, dan
menjelaskan hukum Newton dan penerapannya tingkat kesukarannya.
yang benar kepada siswa, sehingga miskonsepsi Tes diagnostik three tier yang digunakan
yang dialami tidak berlanjut pada siswa, dan dalam penelitian ini berjumlah 20 butir soal dan
melalui penggunaan tes diagnostik three-tier ini setiap soalnya terdiri dari tiga tingkat utama yang
guru dapat mengukur siswa yang benar-benar diberikan kepada 36 siswa kelas X MIA 4 di SMAN
paham, siswa yang mengalami miskonsepsi, dan 6 Tangerang Selatan. Tingkat pertama adalah
siswa yang kurang pengetahuannya pada hukum pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban (a, b,
Newton dan penerapannya. c, d, dan e) mengenai konsep materi, tingkat
kedua adalah soal penalaran mengenai alasan
jawaban terhadap tingkat pertama dengan lima
2. METODE PENELITIAN pilihan (a, b, c, d dan e) ditambah satu pilihan
kosong jika siswa merasa tidak menemukan
Penelitian ini dilaksanakan pada semester jawabannya pada lima pilihan yang tersedia, dan
genap tahun ajaran 2015/2016. Waktu tngkat ketiga adalah confidence level atau
pengambilan data dilakukan di dua sekolah yang pertanyaan keyakinan terhadap tingkat pertama
berbeda, yaitu tahap pembuatan instrumen dan kedua yang terdiri dari dua pertanyaan yaitu
(wawancara, open-ended question dan three-tier yakin atau tidak yakin.
test) dan tahap pelaksanaan. tahap pembuatan Miskonsepsi pada hukum Newton yang
instrument yaitu tahap wawancara dilaksanakan terjadi pada siswa kelas X SMAN 6 Tangerang
di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan pada 28 Selatan dapat diketahui dengan menganalisis
Oktober 2015 dan tahap open-ended question dan data hasil penelitian secara deskriptif. Penilaian
three-tier test dilaksanakan di SMA Negeri 4 dari one tier, two tier dan three tier dianalisis
Tangerang Selatan pada 12 November dan 7 dalam tiga tahapan.
Desember 2015. Sedangkan tahap pelaksanaan Tahap pertama, skor 1 hanya menghitung
penelitian dilaksanakan pada 29 Januari 2016 jawaban one tier pada soal pilihan ganda. Setiap
Metode yang digunakan dalam penelitian ini jawaban yang benar pada tingkat ini diberi skor 1.
adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian Tahap kedua, skor 2 dibuat dengan melihat
ini didukung oleh data yang diperoleh melalui jawaban one tier (soal pilhan ganda) dan two tier
penelitian kepustakaan (Library Research) dan (alasan memilih jawaban pertama). Alasan yang
dokumentasi. tidak tepat pada two tier atau alasan yang tepat
Dalam penelitian ini, peneliti dengan kesalahan pada one tier memberikan
menggambarkan kondisi apa adanya dalam penilaian terbaru di skor 2 . Tahap ketiga, skor 3
menjelaskan temuan yang diperoleh selama dibuat dengan melihat semua jawaban yang
penelitian berlangsung. Subjek dalam penelitian diberikan baik one tier, two tier dan three tier.[12]
ini adalah miskonsepsi siswa pada hukum Analisis yang dilakukan sesuai dengan skor 3
Newton dan penerapannya mencakup hukum I, II untuk menentukan siswa yang miskonsepsi (false
positive & false negative) dan siswa tidak tahu
JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 1, 1 (2016): 24-33
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

konsep (lack of knowledge) menggunakan teknik 2 46.53 20.83 13.89 18.75


presentase berikut: 3 36.11 41.67 15.28 6.95
Ì
2 L Ãæ H srr¨ (1) 4 56.48 12.04 12.04 19.45
5 38.89 22.22 9.03 29.86
Keterangan: 6 35.42 18.75 12.50 33.33
P = persentase jumlah siswa pada paham konsep,
tidak tahu konsep dan miskonsepsi (false positive & Rata- 35.42 18.75 12.50 33.33
false negative) rata
S = banyaknya siswa pada paham konsep, tidak
tahu konsep dan miskonsepsi (false positive & false Identifikasi Berdasarkan Skor dengan
negative) persentase skor 1 diperoleh dari tier pertama
Js = jumlah seluruh siswa peserta tes (pilihan ganda), skor 2 diperoleh dari tier
pertama dan kedua (jawaban alasan), dan skor 3
Perhitungan menggunakan kriteria skor 3, diperoleh dari tier pertama, kedua dan ketiga
dengan miskonsepsi (false positive & false (keyakinan). Hasil rekapitulasi dari skor 1, skor 2
negative) dan tidak tahu konsep (lack of dan skor 3 dapat dilihat pada tabel berikut.
knowledge)..
Tabel 3. Persentase Penilaian Skor 1, Skor 2 dan Skor
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3 Berdasarkan Jawaban Benar
Indikato Skor 1 Skor 2 Skor 3
r
Berdasarkan hasil identifikasi, dapat
diketahui tiga kategori tingkat pemahaman yaitu 1 90,74% 72,22% 67,59
paham, miskonsepsi dan tidak paham. Adapun %
besar persentase dari ketiga kategori tingkat 2 82,64% 52,78% 46,53
pemahaman tersebut yang teridentifikasi di %
SMAN 6 Tangerang Selatan pada berikut ini. 3 81,95% 37,30% 36,11
Tabel 1. Persentase Paham Konsep, Miskonsepsi dan %
Tidak Paham Seluruh Butir Soal 4 81,48% 50,93% 44,44
Jumlah Paham Miskon Tidak %
soal Konsep sepsi Paham 5 82,64% 43,75% 38,89
Konsep %
6 75,00% 43,75% 35,42
20 46.53% 32.50% 20.97%
%
Rata- 46.39
Identifikasi Banyaknya siswa yang meyakini 81.94% 51.95%
rata %
jawaban yang salah dapat diartikan siswa masih
banyak yang mengalami miskonsepsi pada
hukum Newton dan penerapannya, seperti pada Miskonsepsi yang dialami sswa pada setiap
tabel berikut. indikator pembelajaran hukum Newton dan
Tabel 3. Rata-rata Persentase Jawaban Siswa penerapannya dikategorikan ke dalam
Perindikator miskonsepsi tinggi, sedang dan rendah.
Indi- Paha False False Tidak Pengelompokan tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut
kator m Negat Posit Paha
Tabel 4. Rata-rata Persentase Miskonsepsi Siswa
Konse if if m Berdasarkan Indikator
p Konse Persentase
p Indikator Kategori
Miskonsepsi
1 67.59 17.59 8.33 6.48 1 25.92 Sedang
JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 1, 1 (2016): 24-33
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

2 34.72 Sedang persentase terbesar yaitu 11.11% menjawab A,


3 56.92 Tinggi 19,44% menjawab B, dan 16,67% menjawab E.
4 24.08 Sedang Siswa yang menjawab A dan E menandakan siswa
5 31.25 Sedang masih belum paham sepenuhnya dengan konsep
6 31.25 Sedang yang disajikan pada soal. Karena pada soal ini
menerangkan tentang penerapan hukum
Masing-masing indikator pembelajaran yang Kelembaman atau hukum I Newton, sedangkan
disajikan pada table di atas adalah jawaban untuk pilihan A menjelaskan tentang
1. Menerapkan prinsip hukum I Newton hukum III Newton dan pilihan E menjelaskan
(hukum inersia) dalam kehidupan sehari- hukum II Newton. Untuk siswa yang menjawab
hari tier kedua dengan jawaban B, siswa tersebut
2. Menerapkan prinsip hukum II Newton hampir menjawab dengan benar tetapi kurang
dalam kehidupan sehari-hari tepat.
3. Menerapkan prinsip hukum III Newton Selain pada nomor 1, pada nomor 10 siswa
dalam kehidupan sehari-hari juga banyak yang paham dengan soal yang
4. Menjelaskan macam-macam gaya diberikan. Namun persentase miskonsepsi yang
5. Menyelidiki karakteristik gesekan statik terjadi juga tidak kecil yaitu sebesar yaitu 25%
dan gesekan kinetik melalui percobaan dengan false negative yang lebih tinggi. False
6. Menganalisis kuantitatif untuk persoalan- negative terjadi karena beberapa siswa
persoalan dinamika sederhana untuk gerak menjawab salah pada tier kesatu yaitu yang
benda pada bidang datar, bidang miring, sebagian besar memilih C pada jawabannya. Hal
dan gerak vertikal ini menunjukkan bahwa siswa kurang teliti dalam
Soal dengan indikator Pertama terdapat pada membaca soal dan jawaban yang sajikan.
butir soal nomor 1, 2 dan 10. Miskonsepsi yang Soal nomor 3, 4, 11, dan 12 masuk ke dalam
terjadi paling tinggi pada false positive dengan indikator kedua. Persentase terbesar untuk rata-
persentase 47.22% pada soal nomor 2 yaitu rata pada indikator ini adalah paham konsep
tentang hukum Kelembaman atau hukum Inersia. yaitu sebesar 46.53%. Miskonsepsi terbesar
Sedangkan miskonsepsi yang paling tinggi pada berada pada soal nomor 3 yiatu 41.67% dengan
false negative terjadi pada soal nomor 10 dengan false positive dan false negative masing-masing
persentase sebesar 22,22% yaitu tentang 36.11% dan 5.56%. Miskonsepsi yang terjadi
pengertian hukum I Newton. Miskonsepsi yang pada soal ini akibat kurangnya kemahiran siswa
terjadi pada nomor 2 dan 10 ini sudah ditemukan dalam membaca tabel yang disajikan dalam soal.
pada saat wawancara. Sebanyak 13.89% siswa menulis jawaban mereka
Nomor 1 tidak menimbulkan banyak di pilihan f pada tier kedua. Jawaban siswapun
miskonsepsi karena hanya satu siswa yang tidak beragam. Dua siswa menulis pilihan f dengan
memberikan jawabannya pada tier kedua •‡•Œƒ™ƒ„ ò’‡”…‡’ƒ–an besar maka gaya semakin
sehingga hanya satu siswa yang mengalami „‡•ƒ” ’ƒ†ƒ •‡•—ƒ •ƒ••ƒóä ƒŽ ‹•‹ –‡•–— •ƒŒƒ –‹†ƒ•
miskonsepsi. Pada nomor 1 ini merupakan soal benar. Dengan gaya 10 N, pada benda bermassa 2
yang memiliki tingkat kesukaran dengan kategori kg percepatan yang dialami sebesar 5 m/s2.
sangat mudah. Sehingga tidak heran jika banyak Sedangkan pada benda yang bermassa 5 kg
siswa yang menjawab benar pada nomer ini. percepatan yang dialami hanya sebesar 2 m/s2.
Pada nomor 2, terjadi banyak false positive Dari salah satu contoh perbedaan ini sudah dapat
yaitu sebesar 47.22% karena banyak siswa yang diketahui. Apabila massanya besar dan gaya yang
menjawab salah pada tier kedua karena siswa bekerja kecil maka percepatan juga akan kecil dan
masih bingung membedakan hukum begitu pula sebaliknya.
kelembaman dengan aksi-reaksi. Jawaban siswa Miskonsepsi yang terjadi pada nomor 3 sama
yang salah pada tier kedua menyebar dengan dengan nomor 4, yaitu masuk dalam kategori
JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 1, 1 (2016): 24-33
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

sedang. Pada soal nomor 4, miskonsepsi yang padahal terdapat 18 siswa pada skor 2 dengan
terjadi sebesar 33.33% dengan false positive dan persentase 50%.
false negative masing-masing sebesar 25% dan Siswa yang tidak paham pada soal nomor 12
8.33%. Pada tier pertama siswa tidak mengalami lebih kecil dari soal nomor 11 yaitu hanya 6 siswa
banyak kesulitan karena banyak siswa yang yang tidak paham sehingga persentasenya
menjawab benar yaitu sebesar 88.89%. sebesar 16.67%. Namun pada soal ini siswa yang
Sedangkan pada tier kedua sebanyak 33.43% mengalami miskonsepsi lebih besar yaitu sebesar
siswa menjawab salah dan sebagian besar 38.89% dengan false negative lebih besar yaitu
menjawab pilihan B. Siswa yang menjawab tier 30.56%. False negative yang terjadi karena
kedua dengan pilihan B menunjukkan siswa sebanyak 33.33% siswa yang memilih jawaban
masih mengalami kesulitan saat menentukan yang salah pada tier pertama dengan persentase
perbandingan. Karena F bernilai lebih besar dari terbesar memilih jawaban A. Siswa yang memilih
v0 maka perbandinganya pun F harus bernilai jawaban A pada soal ini menunjukkan siswa
lebih besar daripada v0, bukan sebaliknya. Selain masih kurang memahami formula dari hukum II
kesulitan dalam menentukan perbandingan, Newton.
siswa yang menjawab B juga mengalami Soal nomor 12 ini hampir sama dengan soal
kesalahan dalam menghitung karena tidak teliti. nomor 3. Hanya saja nomor 12 ini memiliki
Pada soal ini, bola dilempar menuju pemukul lalu tingkat kognitif C3 karena siswa diminta untuk
terpantul dengan stik pemukul dengan kecepatan mengaplikasikan soal ke dalam formula hukum II
yang sama. Bola yang terpantul menunjukkan Newton sedangkan soal nomor 3 termasuk pada
arah bola setelah terkena stik berlawanan dengan C2 karena siswa hanya diminta untuk
arah datangnya bola yaitu saat dilempar, sehingga membandingkan.
arah pun mempengaruhi karena pada kasus ini Hukum III Newton diwakili dengan dua
terjadi besaran vektor. Karena kasus ini nomor soal yaitu 13 dan 14. Pada hukum III
merupakan besaran vektor maka besar kecepatan Newton inilah banyak ditemukan miskonsepsi
adalah jumlah kecepatan bola saat dilempar pada siswa yaitu sebesar 69.45% pada soal
dikurang kecepatan yang terpantul yang nomor 13 dengan masing-masing false positive
besarnya sama namun berlawanan arah. dan false negative sebesar 52,78% dan 16,67%.
Berbeda dengan soal nomor 3 dan 4, pada Meskipun nomor 13 ini masuk pada tingkat
soal nomor 11 ini besar siswa yang mengalami kesukaran pada kategori sangat mudah, namun
miskonsepsi tidak sebesar nomor 3 dan 4 banyak siswa yang terkecoh dengan pilihan
meskipun masuk dalam kategori miskonsepsi jawaban tier kedua yang disajikan. Pada soal ini
sedang yaitu 25% dengan false positive dan false menjelaskan tentang delman yang berjalan,
negative yaitu masing-masing sebesar 13.89% namun yang menjadi objek adalah kuda dan bumi.
dan 11.11%. Pada tier pertama siswa yg Karena gaya yang terjadi antara kuda dan
menjawab benar sebesar 80.56% dan pada tier bumilah yang menyebabkan delman berjalan.
kedua siswa yang menjawab benar hanya 63.89% Saat delman berjalan, kuda melakukan aksi pada
dan yang menjawab salah paling tinggi sebsar bumi sehingga bumi menerima aksi dari kuda dan
25% pada pilihan jawaban D. Jawaban D bumi melakukan reaksi pada kuda sehingga kuda
menunjukkan bahwa hukum II Newton menerima reaksi dari bumi.
menjelaskan benda tepat akan bergerak, padahal Penjelasan tentang aksi dan reaksi
hukum II Newton menjelaskan tentang benda merupakan konsep dari hukum III Newton yaitu
yang sedang bergerak. Pada nomor 11 ini siswa jika benda A memberi gaya pada benda B maka
yang mengalami tidak paham konsep cukup tinggi benda B juga memberi gaya pada benda A dengan
yaitu sebesar 36.11%. Besarnya siswa yang tidak besar gaya yang sama namun berlawanan arah,
paham konsep karena sebanyak 12 siswa yang Pada nomor 13 ini siswa masih bingung siapa
tidak yakin dengan jawaban yang telah dipilihnya yang melakukan aksi dan menerima aksi serta
JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 1, 1 (2016): 24-33
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

siapa yang memberi reaksi dan menerima reaksi dan gaya normal serta arah gaya gesek dengan
karena salah satu dari objek yang ditinjau yaitu arah gerak benda.
bumi dalam keadaan diam. Kesulitan ini hanya berlaku pada gaya yang
Meskipun miskonsepsi yang terjadi pada soal digambar namun saat siswa diminta untuk
nomor 14 tidak sebesar nomor 13, namun mendefinisikan sifat dari gaya yang berkerja pada
miskonsepsi yang terjadi pada nomor ini juga benda, siswa mampu mendefinisikan dengan
terbilang tinggi yaitu sebesar 44.45% dengan baik. Seperti yang terjadi pada soal nomor 15.
false positive dan flase negative masing-masing Soal nomor 15 ini meminta siswa untuk menggali
sebesar 30,56% dan 13,89%. Pada nomor ini kembali ingatannya tentang macam-macam gaya
siswa banyak yang menjawab A pada tier pertama yang telah dipelajari. Sehingga pada soal ini siswa
dan D pada tier kedua, hal ini menunjukkan tidak mengalami banyak kesulitan untuk
bahwa siswa terkecoh pada gambar. Gaya 20 N menjawab baik pada tier pertama, kedua dan
yang diberikan tersebut bukan berarti gaya ketiga.
memberi aksi pada batubata, tetapi gaya tersebut Kesulitan dalam mengamati gaya yang
merupakan gaya yang diberikan untuk batubata bekerja pada gambar kembali terulang pada soal
untuk mendorong tembok. Sehingga gaya yang nomor 16. Pada soal ini terdapat sebuah gambar
dikerjakan batubata pada tembok sudah tentu yang seseorang yang sedang memasukkan
bergerak ke arah kanan dengan besar 20 N. Jika banyak baju ke dalam sebuah koper dengan
batubata yang memberi aksi ke tembok maka memberi gaya tekan karena baju yang
tembok yang menerima aksi dari batubata dimasukkan terlalu banyak sampai koper hampir
sehingga tembok memberi reaksi pada batubata. tidak cukup. Gaya tekan yang diberikan tentu saja
Objek pada soal nomor 13 adalah kuda searah dengan gaya berat dan berlawanan
dengan bumi sedangkan pada soal nomor 14 yang dengan gaya normal dari koper. Skor siswa pada
menjadi objek adalah batubata dengan tembok. soal ini sebesar 63.89% dan siswa yang
Meskipun salah satu objek diam yaitu bumi menjawab benar pada tier pertama dan kedua
dengan tembok. Namun pada kasus ini tetap masing-masing 83.33% dan 72.22%. Persentase
menggunakan hukum III Newton. Karena besar siswa yang menjawab benar cukup tinggi namun
gaya yang bekerja pada keduanya sama besar karena siswa tidak yakin dengan jawaban yang
namun arahnya berbeda. Tingginya miskonsepsi telah dipilihnya maka sebesar 30.56% siswa yang
yang terjadi pada hukum III Newton ini menurut tidak paham konsep. Sehingga dapat disimpulkan
hasil penelitian, besarnya miskonsepsi yang siswa masih mengalami kesulitan dalam
terjadi pada gaya aksi-reaksi karena mahasiswa membaca gambar gaya yang bekerja pada benda.
menganggap besar gaya aksi dengan gaya reaksi Gaya gesek statik dan kinetik diwakili oleh
tidak sama jika salah satu benda berhenti. empat nomor soal yaitu soal nomor 6, 7, 17, dan
Soal nomor 5, 15, dan 16 mewakili indikator 18. Pada soal nomor 6 persentase yang paling
pembelajaran tentang menjelaskan macam- tinggi terdapat pada miskonsepsi dengan false
macam gaya. Ketiga soal ini memiliki persentase positive yaitu sebesar 47.22%. Miskonsepsi yang
yang bervariasi. Soal nomor 5 memiliki terjadi pada nomor ini sudah masuk pada
persentase tertinggi pada siswa yang paham kategori miskonsepsi tinggi dan berada pada
konsep yaitu sebesar 55.56% dan memiliki urutan kedua setelah nomor 13. Siswa mengalami
persentase yang sama antara miskonsepsi miskonsepsi karena siswa banyak yang
dengan false negative dan tidak paham konsep menjawab salah pada tier kedua yaitu dengan
yaitu sebesar 16.67%. Miskonsepsi yang terjadi menjawab A, padahal jawaban yang benar untuk
pada model soal seperti ini sebenarnya sudah tier kedua pada nomor ini adalah B. sebanyak
ditemukan pada saat wawancara dilakukan yaitu 55.56% siswa menganggap bahwa gaya gesek
siswa masih kesulitan membedakan gaya berat statis maksimum bernilai nol, karena mereka
beranggapan benda dalam keadaan diam
JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 1, 1 (2016): 24-33
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

sehingga gaya gesek statis yang bekerja pada benda yang berbeda. Gaya gesek statis bekerja
benda sama dengan nol. Jika gaya statis sama pada benda yang sedang diam atau tidak bergerak
dengan nol, maka benda tersebut sama saja sendagkan gaya gesek kinetis bekerja pada benda
dengan tidak memiliki gaya gesek statis. yang sedang bergerak. Sehingga siswa yang
Meskipun soal nomor 6 ini termasuk C2 namun menjawab D dan E otomatis salah dan
soal ini masuk dalam kategori sukar. Kesukaran mendapatkan skor 0 pada tier kedua ini.
yang terjadi bisa karena kurang familiar-nya soal Simbol lebih kecil atau lebih besar juga
ini, sehingga siswa tidak terbiasa menjawab soal mempengaruhi jawaban siswa. Karena siswa
dengan model seperti ini. yang tidak begitu mahir menggunakan simbol ini
Soal nomor 7 ini tidak mengalami banyak akan mengalami kesulitan untuk menjawab tier
kesalahan saat siswa menjawabnya. Siswa yang kedua pada soal nomor 18. Hal ini dapat dilihat
tidak menjawab benar pada tier pertama sebesar dari siswa yang mengamali miskonsepsi dengan
16.67% artinya sebanyak 6 siswa yang manjawab false positive sebesar 22.22% dengan 19.44%
salah dan pada tier kedua sebesar 19.44% siswa siswa memilih menajawab A pada tier kedua.
atau sebanyak 7 siswa yang menjawab salah. Jawaban A merupakan kebalikan dari jawaban
Namun sebesar 25% siswa tidak yakin dengan yang benar yaitu benda bergerak ketika F < fs.
jawabannya. Sehingga persentase siswa yang sedangkan jawaban yang benar adalah benda
tidak paham cukup besar. Siswa yang tidak yakin bergerak ketika F > fs.
dengan jawaban yang dipilihnya karena siswa Selain mengalami miskonsepsi pada soal
tidak sering menemui soal dengan model yang nomor 18 ini juga terdapat siswa yang tidak
disajikan. Siswa masih terbiasa dengan benda paham karena siswa memilih tidak yakin pada
yang mengalami gaya gesek dengan bumi atau tier ketiga. Selain terdapat enam siswa yang tidak
benda yang mengalami gaya gesekan pada benda menjawab pertanyaan ada tier kedua sehingga
lain. Siswa belum terbiasa menghadapi soal siswa memilih tidak yakin pada tier ketiga,
dengan benda yang mengalami gaya gesek beberapa siswa lainnya yang memilih tidak yakin
dengan udara karena pada umumnya benda yang karena memang tidak yakin dengan jawaban yang
berada di bumi tidak menghiraukan gaya gesek telah dipilihnya tersebut.
dengan udara pada perhitungannya. Indikator pembelajaran yang keenam ini
Skor 1 yang diperoleh pada soal nomor 17 menyajikan soal-soal dari penerapan hukum
ternyata tidak banyak mempengaruhi pada skor 2 Newton yang diwakili oleh empat nomor soal
dan 3. Karena pada skor 1 siswa banyak yang yaitu 8, 9, 19 dan 20. Objek yang dianalisis pada
menjawab soal dengan benar tetapi skor 2 dan 3 soal ini harus menggunakan beberapa formula
siswa mengalami penurunan yang signfikan yaitu untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
hampir sebesar 50%. Banyaknya siswa yang tidak Formula yang digunakan untuk mengerjakan
yakin dengan jawabannya karena jawaban siswa soal-soal ini dapat menggunakan formula hukum
pada tier kedua menyebar. Jawaban siswa yang I, II, atau III Newton.
benar yang memilih B pada tier kedua ini sebesar Nomor soal 8 mengggunakan hukum II
58.33% dan siswa yang menjawab salah terbesar Newton terlebih dahulu untuk mendapatkan
memilih E sebesar 16.67% dan D sebesar 13.89%. jawaban yang diinginkan karena sudah ada
Jawaban D dan E menyatukan antara gaya gesek percepatan yang diketahui. Meskipun persentase
statis dan kinetis. siswa yang paham menempati urutan pertama
Gaya gesek statis hanya terjadi pada benda dari persentase kategori lain yaitu 47,22%.
yang sedang bergerak dengan besar lebih kecil Sedangkan persentase miskonsepsi pada soal ini
dari gaya yang sedang bekerja pada benda. masuk kategori rendah baik miskonsepsi yang
Sehingga gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis diakibatkan false positive maupun false negative
tidak dapat berjalan bersamaan karena gaya yaitu masing-masing hanya 11.11% dan 13.89%.
gesek statis dan kinetis berlaku pada keadaan Namun pesentase siswa yang tidak paham masuk
JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 1, 1 (2016): 24-33
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

dalam kategori sedang yaitu sebesar 27,78%, hal diartikan buffet tersebut sudah bergeser karena
ini menandakan masih banyak siswa yang tidak harus ditinjau terlebih dahulu gaya yang
paham dengan soal yang disajikan karena siswa digunakan untuk menggeser lebih besar dari
tidak yakin dengan jawaban yang dipilih. buffet yang akan digeser atau tidak. Jika besar
Hasil jawaban siswa pada tier pertama dan gaya yang dikerjakan pada buffet lebih besar dari
kedua menunjukkan banyak siswa yang gaya yang dimiliki buffet, maka benda tersebut
menjawab soal dengan benar, yiatu 77.78% untuk akan bergeser. Apabila gaya yang dikerjakan oleh
tier pertama dan 75.00% pada tier kedua. Namun Adi pada buffet lebih kecil dari gaya yang dimiliki
karena tingkat ketidakyakinan yang besar buffet maka buffet tidak akan bergerak dan
sehingga banyak juga siswa yang masuk dalam otomatis tidak memiliki percepatan. Hal ini
kategori tidak paham konsep. pulalah yang membuat siswa selain tidak paham
Nomor soal 9 yang menjadi salah satu nomor namun juga mengalami miskonsepsi.
yang mewakili indikator keenam ini juga Persentase miskonsepsi pada nomor 20
mengalami hal yang sama dengan nomor soal 8. sebesar 38.89 dengan false positive lebih besar
Siswa yang paham dengan soal ini tinggi yaitu yaitu 25.00%. meskipun siswa yang tidak paham
sebesar 61.11% namun miskonsepsi yang terjadi berada pada urutan kedua setelah miskonsepsi,
tidak banyak dan siswa yang tidak paham banyak namun besar persentase siswa yang tidak paham
yaitu sebesar 22.22%. besarnya siswa yang tidak cukup besar. Miskonsepsi yang terjadi pada
paham karena banyak siswa yang tidak yakin nomor ini karena banyak siswa yang menganggap
dengan jawabannya. Tier pertama dan kedua massa berbanding terbalik dengan gaya normal
pada jawaban hasil jawaban siswa menunjukkan karena arah gaya normal dengan gaya besar
banyak siswa yang menjawab benar pada tier saling berlawanan. Besar persentase siswa yang
pertama dan kedua yaitu sebesar 80.56% dan meyakini hal ini sebanyak 47.22%. Miskonsepsi
75.00%. Karena pada tier ketiga, siswa yang arah gaya besar dengan gaya normal memang
menjawab benar baik pada tier pertama dan sudah terdeteksi sejak dilakukan wawancara
kedua memilih menjawab tidak yakin, membuat apalagi gaya berat dan gaya normal yang bekerja
siswa dimasukkan pada kategori tidak paham pada bidang miring.
konsep. Penelitian ini berdasarkan hasil yang
Berbeda dengan nomor soal 8 dan 9, pada diperoleh menunjukkan bahwa tes diagnostik
nomor 19 dan 20 ini persentase siswa yang tidak three-tier efektif untuk menidentifikasi
paham dengan konsep lebih mendominasi yiatu miskonsepsi. Identifikasi miskonsepsi siswa
50.00% pada nomor 19 dan 36.11% pada nomor dikelompokkan menjadi dua yaitu false positive
20. Persentase miskonsepsi yang terjadi pada dan false negative dan disertai dengan identifikasi
nomor 19 pun besar yaitu sebesar 44.45% siswa yang paham konsep dan tidak paham
dengan miskonsepsi false positive lebih besar konsep
yaitu 30.56%. Besarnya persentase siswa yang Secara umum rata-rata persentase false
tidak paham karena banyak siswa yang tidak positive lebih besar dibandingkan dengan false
yakin dengan jawaban yang telah dipilihnya yaitu negative. Hal ini karena false positive sangat sulit
sebesar 50% siswa, artinya setengah kelas jumlah dihilangkan karena soal pilihan ganda memiliki
mengalami tidak paham konsep. 20% kemungkinan terjadinya false positive, hal ini
Ketidakyakinan siswa dari jawabannya bisa disebabkan karena siswa memiliki kesempatan
dipicu dari soal yang disajikan. Soal pada nomor memberikan jawaban secara acak pada tes tier
19 ini memang harus cermat dalam pertama.
mengerjakannya dan siswa harus paham betul Salah satu keuntungan menggunakan tes
dengan konsep benda yang bergerak pada bidang diagnostic three-tier adalah memperkirakan
yang mengalami gesekan atau gaya gesek. Adi persentase false positive dan false negative. Secara
yang ingin menggeser buffet tidak bisa langsung umum juga identifikasi tidak paham konsep
JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 1, 1 (2016): 24-33
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

dengan false positive memiliki persentase yang Penulis mengucapkan terima kasih kepada
sama dan memiliki selisih 11.67% dengan kepada pihak sekolah dalam hal ini Guru dan
seluruh persentase miskonsepsi. Persentase false Kepala Sekolah SMAN 8 Tangerang Selatan yang
negative yang lebih rendah dari false positive telah mengijinkan penulis untuk melakukan
menunjukkan false negative digunakan sebagai penelitian di sekolah.
alat untuk siswa yang tidak teliti atau ceroboh.
Tidak paham konsep terjadi disebabkan 6. DAFTAR PUSTAKA
pengetahuan yang diperoleh siswa saat
pembelajaran di kelas kurang membantu siswa Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
dalam memahami konsep hukum Newton dan Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
penerapannya. Dan kelebihan tes diagnostik dan Mennegah Direktorat Pembinaan
three-tier ini selain mampu menunjukkan Sekolah menengah Pertama. 2007, Tes
miskonsepsi juga mampu menunjukkan siswa Diagnostik, 2007, p. 3
yang tidak paham konsep. Fitrianingrum, Nurul, dkk. 2013. Analisis
Miskonsepsi Gerak Melingkar pada
4. KESIMPULAN Buku Sekolah Elektronik (BSE) Fisika
SMA Kelas X Semester 1, Jurnal
Berdasarkan pembahasan hasil Pendidikan Fisika, 1 : 74 [diunduh
penelitian dari tes diagnostik three-tier untuk tanggal 07 Pebruari 2016]
mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada konsep Gurel D. K., A. Eryilmaz, dan L. C. McDermott.
hukum Newton dan penerapannya terhadap 2015. A Review and Comparison of
siswa kelas X MIA.4 SMA Negeri 6 Tangerang Diagnostic Instruments to Identify
Selatan dapat disimpulkan bahwa Miskonsepsi –—†‡•–•ï ‹•…‘•…‡’–‹‘•• ‹• …‹‡•…‡.
yang secara rata-rata masuk kategori sedang. Erusia Journal of Mathematics, Science &
Miskonsepsi tertinggi teridentifikasi pada Technology Education 11(5) : 997
subkonsep prinsip hukum III Newton dalam [diunduh tanggal 07 Pebruari 2016]
kehidupan sehari-hari yang termasuk kategori Mehmet Sual Bal. 2011 Misconsepstions of
miskonsepsi tinggi. High School Students Related to The
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Conceptions of Absolutism and
peneliti memiliki saran perlu adanya Constitutionalism in History Courses,
pembelajaran remedial pada konsep hukum Educational Research and Reviews. 6 (3) :
Newton dan penerapannya untuk memperbaiki 285 [diunduh tanggal 07 Pebruari 2016]
konsepi siswa supaya menjadi benar. Meizuvan Khoirul Arief. 2012, Langlang
Miskonsepsi dapat diminimalkan dengan Handayani dan Pratiwi Dwijananti,
mengenali konsepsi awal yang terdapat pada Identifikasi Kesulitan Belajar pada Siswa
siswa sebelum pembelajaran dimulai yaitu RSBI: Studi Kasus di RSMABI Sekota
dengan memberikan pretest seputar hukum Semarang, Unnes Physics Education
Newton dan penerapannya. Guru yang mengajar Journal 1, 2 : 2 [diunduh tanggal 07
harus mempunyai strategi yang tepat dan Pebruari 2016]
metode-metode yang digunakan dapam Paul Suparno. 2005. Miskonsepsi dan
pembelajaran tidak membingungkan siswa dalam Perubahan Konsep dalam Pendidikan
menarik kesimpulan. Fisika. Jakarta: Grasindo
‡ç•ƒ•, Haki. 2005. Development Of A Three-
5. UCAPAN TERIMAKASIH Tier Test To Assess Ninth Grade
–—†‡•–•ï ‹•…‘•…‡’–‹‘•• „‘—– ‹•’Ž‡
JoTaLP: Journal of Teaching and Learning Physics 1, 1 (2016): 24-33
Website: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jtlp/index
ISSN 2580-3107 (online) ISSN 2528-5505 (print)

Electric Circuits, Middle East Technical


University, Turki : 3
Pesman, H dan A. Eryilmaz. 2010.
Development of a Three-Tier Test to
Assess Misconceptions About Simple
Electric Circuits, The Journal Educational
Research, 103: 218-222 [diunduh
tanggal 07 Pebruari 2016]
Wijayanti P.I., Mosik dan N. Hindarto. 2010.
Eksplorasi Kesulitan Belajar Siswa Pada
Pokok Bahasan Cahaya Dan Upaya
Peningkatan Hasil Belajar Melalui
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 6 : 1
[diunduh tanggal 07 Pebruari 2016]
Yudi Kurniawan dan Andi Suhandi. 2015, The
Three Tier-Test for Identification The
Quantity of –—†‡•–•ï ‹•…‘•…‡’–‹‘• ‘•
‡™–‘•ï• ‹”•– ƒ™•á Full Paper
Proceeding GTAR 2, : 314. [diunduh
tanggal 07 Pebruari 2016]

Anda mungkin juga menyukai