Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS KONSEPSI CALON GURU FISIKA TERHADAP KONSEP

GAYA MENURUT HUKUM-HUKUM NEWTON TENTANG GERAK


Marwan Bakri, Mursalin*, Citron S. Payu**
Jurusan Fisika, Program Studi S1. Pend. Fisika
F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK
The aim of this descriptive study is to describe conception on Newtons
laws of motion among physics student department UNG. The number of
participants is 57 students were distributed proportionally on the second semester,
fourth semester, sixth semester and eight semester of the academic year 20122013. The research instrument used in this study were a matter of diagnostic tests
and interviews. The results showed the picture of student conceptions of physical
education courses as physics teacher candidates still have a lot of problems.
10.70% of the students have understood the concept, understanding some
concepts 2.63%, 18.43% did not know the concept and the remaining 68.24% of
the students have misconceptions
Keywords: Conception, Physics Teachers Candidate, Force
1. PENDAHULUAN
Profil umum hasil belajar fisika pada siswa di sekolah saat ini menunjukan
sebuah perolehan yang memprihatinkan dan membutuhkan kerja keras dari semua
pihak yang terkait dalam proses peningkatan hasil belajar fisika, termasuk di
dalamnya andil dari guru fisika itu sendiri. Profil ini dapat dilihat dari hasil-hasil
ujian nasional siswa SMP maupun SMA pada setiap tahunnya yang menunjukan
banyaknya siswa yang memperoleh nilai yang tidak memuaskan pada mata
pelajaran fisika.
Menurut Halomoan (2008 : 1), ber-kenaan dengan hasil belajar siswa yang
kurang memuaskan pada pembelajaran fisika di sekolah-sekolah menengah,
banyak kalangan berbeda pendapat. Pihak non guru (orang tua siswa) mengatakan
hal tersebut tidak terlepas dari faktor gurunya yang kurang qualified. Sedangkan
dari pihak guru mengatakan hal itu disebabkan oleh fasilitas praktikum yang
minimal, jumlah mata pelajaran yang terlalu banyak, materi padat, gaji guru
memaksanya mencari pekerjaan lain dan lain sebagainya. Masalah kurang
berhasilnya pembelajaran fisika ini tidak dapat diselesaikan tanpa menganalisis
penyebab-penyebabnya.

Guru

merupakan

tumpuan

harapan

terbesar

dalam

upaya

untuk

meningkatkan hasil belajar fisika ini, tetapi gurupun tidak bisa berbuat banyak
terhadap peningkatan hasil belajar siswa jika penguasaan guru terhadap materimateri fisika tidak memadai. Apabila guru tidak memiliki penguasaan materimateri fisika secara memadai, tidak tertutup kemungkinan guru akan mengalami
miskonsepsi. Miskonsepsi guru terhadap materi ajar juga kerap menjadi masalah
utama dari upaya peningkatan hasil belajar fisika karena dari kesalahankesalahannya akan menghasilkan konsepsi lain yang akan ditularkan ke siswasiswanya.
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika sebagai calon guru fisika
seyogiyanya dibekali dengan pemahaman konsep yang benar menurut para ahli
fisika dan tidak mengandung miskonsepsi. Jika mahasiswa calon guru fisika sejak
awal telah mengalami miskonsepsi, akan berakibat fatal ketika mereka menjadi
guru kelak dan akan terjadi proses penularan miskonsepsi dari guru ke siswa yang
akan menghambat siswa meraih hasil belajar fisika yang memadai. Miskonsepsi
ini ibaratnya sebuah rantai panjang yang sulit untuk diputuskan.
Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak
sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam
bidang itu. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan
yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang
naif (Suparno 2005:4). Novak (dalam Suparno 2005:4) mendefenisikan
miskonsepsi sebagai suatu interpretasi konsep-konsep dalam suatu pernyataan
yang tidak dapat diterima. Adapun Brown (dalam Suparno 2005:4) menjelaskan
misonsepsi sebagai suatu pandangan yang naif dan mendefeisikannya sebagai
suatu gagasan yang tidak sesuai dengan

pengertian ilmiah yang sekarang

diterima. Sedangkan Fowler (dalam Suparno 2005:5) menjelaskan dengan lebih


rinci arti miskonsepsi. Ia memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak
akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh
yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirearkis
konsep-konsep yang tidak benar. Dari beberapa teori di atas tergambarkan dengan
jelas bahwa miskonsepsi adalah sebuah interpretasi, pandangan naif dan defenisi

yang tidak akurat terhadap suatu konsep yang tidak dapat dterima karena
bertentangan dengan pengertian ilmiah.
Miskonsepsi (konsep alternatif) ter-dapat dalam semua bidang sains seperti
biologi, kimia, fisika, dan astronomi. Tidak ada bidang sains yang tidak
mengalami miskonsepsi (Suparno 2005:9) . Dalam bidang fisika, miskonsepsi
atau konsep alternatif terjadi dalam semua bidang (Mintzes dan Novak dalam
Suparno 2005:11) . Dari 700 studi mengenai konsep alternatif bidang fisika, ada
300 yang meneliti tentang miskonsepsi dalam mekanika. 159 tentang listrik, 70
tentang panas, optika dan sifat-sifat materi, 25 tentang bumi dan antariksa, serta
10 studi mengenai fisika moderen (Suparno 2005:11). Data ini menunjukan
bahwa mekanika adalah bidang fisika yang paling banyak mengalami
miskonsepsi. Mungkin karena mekanika menjadi materi fisika awal dan utama di
SMA maupun tahun-tahun pertama di perguruan tinggi. Namun tidak berarti
bahwa kebanyakan miskonsepsi terjadi hanya dalam bidang mekanika, karena
sejauh ini juga banyak ditemukan miskonsepsi dalam bidang fisika yang lain.
Gaya sebagai penyebab timbulnya gerak yang merupakan bagian dari
mekanika adalah salah satu materi kuliah pada mata kuliah Fisika Dasar I.
Pembahasan tentang gaya tidak pernah lepas dari hukum-hukum Nerton tentang
gerak. Penyajian hukum-hukum Newton dalam persamaan-persamaan matematis
hendaknya dipahami bukanlah sesuatu yang bersifat baku, melainkan merupakan
sebuah penyajian yang terintegrasi dari pemahaman beberapa konsep pendukung,
Oleh karena itu, untuk memahami materi ini dengan baik, dibutuhkan
pengetahuan awal (pra konsep) berupa analisis vektor yang benar. Jika prakonsep
ini tidak dapat dipahami dengan baik, maka konsep-konsep tentang gaya ini akan
mengalami miskonsepsi.
Sebagai calon guru fisika, mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika
tentunya telah memiliki konsep awal (prakonsep) yang telah melekat dalam otak
mereka masing-masing. Untuk mengungkap profil konsepsi yang dimiliki oleh
calon guru fisika ini dan perkembangannya perlu dilakukan test diagnostik dan
wawancara. Upaya pengungkapan profil konsepsi ini dipandang perlu dilakukan

untuk memberikan gambaran empirik mengenai konsepsi dari mahasiswa calon


guru fisika itu sendiri pada materi-materi fisika.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap profil konsepsi
mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika sebagai calon guru fisika terhadap
konsep gaya menurut hukum-hukum Newton tentang gerak
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA UNG
dengan subjek penelitian sebanyak 57 mahasiswa yang tersebar secara proporsinal
pada mahasiswa semester II, semester IV, semester VI dan semester VIII. Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Untuk mengungkap profil konsepsi mahasiswa tentang konsep gaya
digunana-kan instrument penelitian berupa soal tes diagnostik dan juga
wawancara. Tes biasa digunakan untuk mengukur atau mengetahui hasil belajar
pada materi tertentu.. Dalam penelitian ini, tes digunakan sebagai instrumen
pengumpulan data dan diberi nama tes diagnistik (Diagnostic Test). Tes
diagnostik dilakukan untuk memberikan gambaran tentang konsepsi mahasiswa
tentang suatu konsep (Kurniadi 2008:3).. Soal-soal yang ada dalam tes diagnostik
berkaitan dengan konsep-konsep gaya yang bekerja pada sebuah benda dalam
beberapa keadaan yang juga erat kaitannya dengan hukum-hukum Newton. Soal
tes diagnostik berjumlah 10 butir soal yang berisikan perintah menggambarkan
gaya dan arah gaya yang bekerja pada sebuah system dan juga pertanyaan tentang
pemahaman konsep terhadap sebuah system gerak, baik benda diam maupun
berda yang sedang bergerak. Selain menggunakan tes diagnostik, instrument
penelitian yang digunakan juga berupa wawancara. Wawancara adalah suatu
teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber
data langsung melalui percakapan atau tanya jawab (Satori dan Komariah
2009:130). Wawancara ini dilaksanakan setelah pelaksanaan tes diagnostik
kepada subjek penelitian. untuk mengungkap kebenaran konsepsi yang
dimilikinya..

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat (4)
bagian penting, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan
kesimpulan hasil penelitian.

Pengumpulan Data
(Melalui Tes Diagnostik)

Reduksi Data

Sajian Data

Konsepsi Benar

Konsepsi Salah

Wawancara

Kesimpulan

Gambar 1. Model Analisis Data

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian ini berupa data primer tentang gambaran konsepsi calon
guru fisika terhadap konsep gaya menurut hukun-hukum Newton tentang gerak
yang diperoleh melalui tes diagnostik. Adapun soal pada tes diagnostik ini adalah
sebagai berikut :
1.

Sebuah buku terletak di atas meja seperti gambar berikut !

Jika buku tetap berada dalam keadaan diam, apakah ada gaya yang bekerja
pada buku ini ? Jika ya, gambarkanlah gaya dan arah gaya yang bekerja pada
buku!
2. Sebuah balok es diletakkan diatas meja panjang dengan permukaan datar dan
licin. Balok es ini kemudian diberi dorongan hingga akhirnya bergerak dengan
kecepatan konstan (a = 0). Pada saat balok es bergerak, apakah ada gaya yang
bekerja pada balok es ? Jika ya, gambarkanlah gaya dan arah gaya yang
bekerja pada balok es tersebut !
3. Gaya apakah yang bekerja pada sebuah bola yang dilemparkan ke atas, sesaat
setelah bola tersebut terlepas dari genggaman tangan pelemparnya (gesekan
udara diabaikan) ?
4. Ketika sebuah bola yang dilemparkan ke atas mencapai ketinggian
maksimum, bola tersebut akan sejenak diam/berhenti dan kemudian turun ke
bawah. Pada saat bola berada pada ketinggian maksimum tersebut, gaya
apakah yang bekerja pada bola (gesekan udara diabaikan) ?
5. Sebuah balok ditarik dengan seutas tali pada arah horizontal dan terletak pada
permukaan datar yang kasar. Balok tersebut kemudian bergerak dengan
percepatan a dengan arah seperti gambar berikut,

Gambarkanlah gaya dan arah gaya yang bekerja pada sistem di atas !
6. Perhatikan system berikut ini !

Jika mA < mB dan permukaan meja dianggap kasar, gambarkanlah gaya dan
arah gaya yang bekerja pada sistem diatas ! (katrol dan tali tidak bermassa dan
tidak ada gesekan pada katrol)
7. Perhatikan gambar di bawah ini !

Sebuah balok ditarik dengan tali sehingga bergerak ke atas seperti gamba di
atas. Gambarkanlah gaya dan arah gaya yang bekerja pada sistem di atas jika
permukaan bidang miring dianggap kasar !
8. Keadaan sebuah lift digambarkan seperti berikut !

(Tidak ada gesekan antara lift dengan dinding). Dari gambar di atas, gambarkanlah gaya dan arah gaya yang bekerja pada lift dan tuliskan persamaan
percepatan (a) lift !
9. Perhatikan gambar berikut ini :

Gambarkanlah gaya dan arah gaya yang bekerja pada sistem diatas
10. Gambar dan tuliskanlah pula pasangan (gaya reaksi) dari gaya-gaya (gaya
aksi) yang Anda gambarkan pada soal nomor sembilan (9) di atas !

Jawaban-jawaban yang diberikan oleh informan (mahasiswa Program Studi


Pend. Fisika) pada tes ini setelah melalui proses reduksi, dikategorikan kedalam
empat (4) derajat pemahaman, yaitu, memahami, memahami sebagian,
miskonsepsi dan tidak tahu konsep. Secara statistic data itu disajikan sebagai
berikut :
Tabel 1. Data Statistik Konsepsi Calon Guru Fisika
Butir
Jml.
Soal
Informan
1
57 org
2
57 org
3
57 org
4
57 org
5
57 org
6
57 org
7
57 org
8
57 org
9
57 org
10
57 org
Jml.
570 org
Persentase (%)

Paham
5 0rg
1 org
14 0rg
20 org
4 org
2 org
4 org
11 org
0 0rg
0 org
61 org
10,70

Paham
Sebagian
4 org
0 org
0 org
0 org
4 org
3 org
4 org
0 org
0 org
0 org
15 org
2,63

Miskonseps Tidak Tahu


i
Konsep
41 org
7 org
34 org
22 org
38 org
5 org
30 org
7 org
29 org
20 org
42 org
10 org
44 org
5 org
37 org
9 org
47 org
10 org
47 org
10 org
389 org
105 org
68,24
18,43

68,24 %

70
60

Persentase (%)

50
40
30

18,43%

20

10,70 %
10

2,63 %
0
Paham

paham sebagian

miskonsepsi

tidak tahu konsep

Gambar 2. Persentase Derajat Konsepsi Calon Guru Fisika

Jika diperhatikan dari lembar jawaban informan pada tes diagnostik, terlihat
ada beberapa kecenderungan konsepsi tentang gaya-gaya pada sistem benda diam
dan bergerak yang masih bermasalah. Adapun kecenderungan - kecenderungan
yang dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Pelukisan atau penggambaran vektor-vektor gaya seperti gaya Normal (N),
gaya berat (w), gaya tarik/dorong (F), gaya gesek (f), dan gaya tegangan tali
(T) pada sebuah sistem benda diam dan bergerak masih banyak digambarkan
tanpa memaknai secara fisis dari mana gaya itu berasal dan bekerja pada apa
gaya itu. Gaya-gaya tersebut di atas digambarkan pada benda pada sembarang
tempat, bahkan ada yang menggambarkannya di luar sistem yang ditinjau
b. Gaya Normal dan gaya berat adalah pasangan gaya aksi reaksi yang selalu
bekerja pada semua sistem benda dan selalu berlawanan arah untuk semua
posisi sistem. Gaya Normal dianggap sebagai gaya penyeimbang dari gaya
berat yang titik tangkap gayanya berada di pusat massa suatu benda, sama
dengan titik tangkap dari gaya berat
c. Gaya dorongan yang diberikan oleh tangan pada sebuah benda masih tetap
tersimpan dalam sebuah benda ketikan benda itu bergerak dan terlepas dari
tangan pendorongnya atau pelemparnya
Gejala gejala ini penting untuk diperhatikan, karena jika tidak diperbaiki sejak
dini kesalahpahaman ini akan terus berlanjut sampai akhirnya mahasiswa menjadi
guru Fisika. Kesalahpahaman tentang konsep-konsep ini akan diajarkan kepada
siswa dan menjadi rantai kesalahan yang sulit untuk diputuskan.
Kesalahpahaman / miskonsepsi yang terdapat pada diri mahasiswa calon
guru fisika yang terlihat melalui tes diagnostik ini, oleh Renner dan Brumby
(dalam Djailani 2013:11) mengelompokkannya dalam dua derajat pemahaman,
yaitu miskonsepsi dan memahami sebagian yang terindikasi miskonsepsi. Terlihat
beberapa jawaban mahasiswa yang tidak logis dan adapula jawaban yang
menunjukan kepahaman pada suatu konsep namun menunjukan miskonsepsi.
Sebagai contoh, keberadaan gaya berat dan gaya normal yang selalu dianggap
sebagai pasangan gaya aksi reaksi dan selalu bekerja bersamaan pada suatu
sistem. Kondisi ini tampak dengan jelas pada jawaban mahasiswa untuk perintah

menggambarkan gaya yang bekerja pada benda yang tergantung dan juga perintah
menunjukan pasangan gaya yang merupakan pasangan gaya aksi reaksi.
Hukum ketiga Newton diwarnai banyak kesalahpahaman. Hukum itu
berbunyi: apbila suatu benda mengerjakan gaya pada benda lain, maka benda
kedua ini juga mengerjakan gaya pada benda pertama yang sama besarnya
tetapi arahnya berlawanan. Hukum ini juga dikenal dengan hukum aksi-reaksi,
tetapi oleh sebagian fisikawan penamaan ini kurang tepat dengan alasan setiap
gaya berasal dari interaksi antara dua benda. Benda pertama melakukan suatu
gaya pada benda kedua dan benda kedua melakukan suatu gaya pada benda
pertama. Menurut hukum III Newton, kedua gaya itu sama besarnya tetapi
arahnya berlawanan. Kedua gaya dari interaksi ini setara, jadi tidak ada gaya yang
bekerja lebih dahulu dan kemudian ada gaya jawab dari gaya ini.
Dari jawaban yang diberikan oleh informan pada tes diagnostik dan
pelaksanaan wawancara terlihat bahwa hukum pertama dan ketiga Newton masih
dicampu adukan. Salah satu contoh jawaban informan yang salah pada butir soal
nomor (10) terkait hukum ketiga Newton adalah dijelaskan bahwa gaya tegang tali
(T) yang arahnya ke atas berpasangan aksi reaksi dengan gaya berat (w) benda.
Jawaban ini tidak salah menurut hukum pertama Newton tapi salah menurut
hukum ketiga Newton. Jawaban yang tepat menurut peneliti untuk soal nomor
(10) adalah sebagai berikut :

Gambar 3. Komponen Gaya Aksi Reaksi Pada Benda yang Tergantung

10

Keterangan :
- F1 = gaya tarik langit-langit pada tali
- F2 = gaya tarik balok pada tali
- T1 = gaya tarik tali pada langit-langit
- T2 = gaya tarik tali pada balok
- w / FMB = gaya tarik bumi pada balok
- FBM = gaya tarik balok pada bumi
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa profil
konsepsi mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri
Gorontalo sebagai calon guru Fisika terhadap konsep gaya menurut hukumhukum Newton tentang gerak masih memiliki banyak masalah dan mengandung
banyak miskonsepsi. Beberapa konsepsi bermasalah yang banyak dimiliki oleh
mahasiswa calon guru Fisika ini adalah sebagai berikut :
1. Pemahaman tidak menyeluruh terhadap suatu konsep gaya menyebabkan
pelukisan atau penggambaran vektor gaya pada suatu sistem benda diam
dan bergerak dilukiskan atau digambar-kan dengan titik tangkap gaya dan
arah yang sembarang
2. Konsepsi bermasalah bahwa dalam sebuah benda yang sedang bergerak
tersimpan sebuah gaya yang menyebabkan benda itu bergerak yang
disebabkan oleh intuisi
3. Konsep gaya pada hukum III Newton masih dicampur adukan dengan
hukum I Newton. Pasangan

gaya aksi reaksi lebih dipahami sebagai

sesuatu pasangan gaya yang saling meniadakan.


Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dikemukakan beberapa
saran sebagai berikut :
1,

Hendaknya mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika sebagai calon


guru Fisika lebih meningkatkan pemahaman dan penguasaan konsepnya
terhadap beberapa konsep fisika terkhusus pada konsep gaya dengan
membaca kembali beberapa buku teks Fisika yang relevan

11

2.

Hendaknya pembelajaran fisika pada mahasiswa calon guru fisika di


perguruan tinggi lebih dapat memberikan penegasan dan penjelasan yang
menyeluruh

tentang

konsep-konsep

dalam

fisika,

baik

melalui

pengungkapan prakonsepsi mahasiswa di awal pembelajaran maupun


melalui model atau metode yang dapat meningkatkan penguasaan dan
pemahaman konsep misalnya melalui demonstrasi yang dapat langsung
menunjukan konsep itu.
3.

Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan acuan oleh peneliti lain yang
melakukan penelitian sejenis untuk mengkaji faktor-faktor penyebab
miskonsepsi pada mahasiswa calon guru fisika pada konsep gaya menurut
hukum-hukum Newton ataupun upaya mengurangi miskonsepsi ini.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi
Revis Kelimai. Jakarta: Rineka Cipta.
Berg, Euwe V.D. 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga: Universitas
Kristen Satya Wacana Press.
Danim, Sudarwan. 2010. PROFESIONALI-SASI dan ETIKA PROFESI GURU.
Bandung: Penerbit Alfabeta
Djailani, Rahmi. 2013. Deskripsi Miskonsepsi Siswa Pada Mata Pelajaran
Geografi Khususnya Materi Kartografi. Skripsi. Gorontalo : Program
Studi Pendidikan Geografi Universitas Negeri Gorontalo
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka
Giancoli, D.C. 2001. FISIKA Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Halomoan, M. 2008. Analisis Konsepsi Guru Mata Pelajaran Fisika Madrasah
Aliyah Terhadap Konsep Gaya Pada Benda Diam dan Bergerak. Jurnal
Pendidikan (Online). (http://sumut.kemenag.go.id/, diakses 22 Januari
2013)
Kurniadi, Erawan. 2008. Mengatasi Miskonsepsi Dinamika Dengan Konflik
Kognitif Melalui Metode Demonstrasi. Jurnal Pendidikan (Online). Vol.
14 No.1. (http://google.com/, diakses 22 Januari 2013)

12

Munawaroh, Wahdatul. 2011. Deskripsi Pemahaman Calon Guru Fisika


Terhadap Konsep-Konsep Fisika Pada Materi Pokok Gerak Lurus Di
IAIN Walisong Semarang. Skripsi (Online). Fakultas Tarbiyah Institut
Agama Islam Neger Walisongo Semarang. (http://google.com, diakses
tanggal 31 Maret 2013)
Redaksi Sinar Grafika. 2009. Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th
2005. Jakarta: Penerbit Sinar Grafika
Sarojo, Ganijanti Aby. 2002. Seri Fisika Dasar Mekanika. Jakarta: Penerbit
Salemba Teknika
Satori, Djaman dan Komariah, Aan. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Penerbit Alfabeta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta
Suparno, Paul. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika.
Jakarta: Grasindo.
Tipler, Paul. A. 1991. FISIKA Untuk Sains dan Teknik Julid 1. Terjemahan Oleh
Lea Prasetio dan Rahmad W. Adi. 2001. Jakarta: Penerbit Erlangga

13

Anda mungkin juga menyukai