Anda di halaman 1dari 2

TINJAUAN

Kebanyakan siswa mengatakan bahwa yang menyebabkan fisika itu sulit untuk dipahami karena
konsepnya yang abstrak, rumusnya yang berbelit-belit dan contohny yang kurang jelas. Sehingga sering
menimbulkan miskonsepsi. Seperti yang diungkapkan oleh Suparno (2005) pada Eis, “Miskonsepsi
adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep yang diakui oleh para ahli”. Umumnya siswa yang
mengikuti pembelajaran fisika disekolah telah dibekali dengan konsep awal yang didapat dari guru
sebelumnya yang berkaitan dengan fisika dan peristiwa sehari-hari. Seperti yang dikatakan Berg pada
Utami (2013:2), “pada pelajaran fisika siswa tidak memasuki pelajaran dengan kepala kosong yang dapat
diisi dengan pengetahuan fisika. Malah sebaliknya kepala siswa sudah penuh dengan pengalaman dan
pengetahuan yang berhubungan dengan pengetahuan fisika”.

Fisika merupakan suatu ilmu yang mengkaji sebuah fenomena alam beserta gejala-gejala yang terjadi di
sekitar yang melalui serangkaian proses ilmiah dan hasilnya diakui sebagai produk ilmiah yang terdiri
atas konsep, prinsip, dan teori. Ilmu Fisika sangat identik dengan fenomena alam, jadi saat mempelajari
ilmu fisikaa harus kemampuan dalam memahami gagasan dari suatu materi fisika. Setiap konsep tidak
bias berdiri sendiri melainkan ada hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain. Fisika
penting diajarkan serta diaplikasikan dalam sekolah karena memberikan bekal ilmu pengetahuan
terhadap peserta didik dan menjadikan wadah sebagai tumbuhnya kemampuan/keterampilan bekerja
ilmiah guna untuk memecahkan masalah yang ada didalam kehidupan sehari-hari (Giancoli, 2001).

Menurut Mosik (2010) sebelum mempelajari fisika, peserta didik datang kelas tidak dalam keadaan
kepala kosong. Struktur kogniitif peserta didik telah terbentuk sebagai prakonsepsi mengenai peristiiwa
dan pengertian tentang konsep - konsep fisika. Akibat pencampuran konsep tersebut menjadikan
penafsiran yang salah (Tayubi, 2005). Penafsiran peserta didik mengenai suatu konsep yang berbeda
dengan ilmuwan fisika ini disebut dengan miskonsepsi (Fariyani, 2015).
Miskonsepsi banyak terjadi dalam bidang fisika. Wandersee, Mintzes dan Novak (1994) pada Suparno
(2005:11) dalam artikelnya mengenai Research on Alternatif Conceation in Science, menjelaskan bahwa
hampir semua bidang fisika terjadi miskonsepsi, yang dibuktikan dari 700 studi mengenai konsep
alternatif bidang fisika, ada 300 yang meneliti tentang miskonsepsi dalam mekanika; 159 tentang listrik;
70 tentang panas, optika, dan sifat-sifat materi; 35 tentang bumi dan antariksa; serta 10 studi mengenai
fisika modern. Cukup jelas bahwa bidang mekanika berada di urutan teratas dari bidang- bidang fisika
yang mengalami miskonsepsi. Hal ini di karena mekanika menjadi bahan awal dan utama di SMA
maupun tahun-tahun pertama perguruan tinggi.

Tujuan pembelajaran fisika yang tercantum dalam kerangka Kurikulum 2013 adalah menguasai konsep
dan prinsip serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan dan sikap percaya diri
sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Kemdikbud, 2014). Hal ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran
fisika di tingkat SMA/MA harus menjadi sarana atau wahana untuk melatih siswa supaya mampu
menguasai konsep, prinsip serta dapat mengembangkan pengetahuan fisika.
Identifikasi miskonsepsi bisa dengan menggunakan berbagai teknik. Berbagai macam teknik evaluasi
telah dilakukan sebagai upaya untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa(Dindar & Geban, 2011).
Pemberian soal tes pilihan ganda, wawancara, dan multiple-choice tests two tier tests merupakan
sebagian teknik evaluasi untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa.

Anda mungkin juga menyukai