Anda di halaman 1dari 13

Identifikasi Jenis-Jenis Miskonsepsi yang sering dialami oleh Siswa dan

Mahasiswa pada Materi Kinematika dan Pembuatan Kumpulan


Pembahasan Miskonsepsi
Eka Murdani
Prodi Pendidikan Fisika, STKIP Singkawang, Singkawang-79251
ekamurdani@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis miskonsepsi yang sering
dialami siswa dan mahasiswa pada materi kinematika, dan membuat kumpulan
pembahasan miskonsepsi pada beberapa topik kinematika. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian miskonsepsi dengan menggunakan soal-soal konsep
kinematika. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa dan mahasiswa di kota
Singkawang yang sudah mempelajari materi kinematika yang terdiri atas 48 siswa dan
144 mahasiswa. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata siswa dan mahasiswa yang
mengalami miskonsepsi masih sangat tinggi, yaitu 76,0%. Hasil identifikasi rata-rata
siswa dan mahasiswa yang paling banyak mengalami miskonsepsi pada masing-masing
topik kinematika adalah: (a) Kedudukan, Jarak, Perpindahan, Kecepatan dan
Percepatan, terjadi miskonsepsi sebesar 67,7%, kebanyakan siswa beranggapan bahwa
jarak yang ditempuh benda sama dengan besar perpindahannya, (b) Gerak Lurus
Beraturan dan Gerak Lurus Berubah Beraturan, terjadi miskonsepsi sebesar 93,8%,
siswa menganggap benda yang sedang bergerak vertikal ke atas, bekerja dua buah gaya
yaitu gaya ke atas yang lebih besar dari gaya gravitasi yang arahnya ke bawah, (c) Gerak
Parabola, terjadi miskonsepsi sebesar 92,7%, siswa menganggap kemiringan garis
singgung pada kurva gerak parabola dapat digunakan untuk menghitung besar dan arah
kecepatan, dan (d) Gerak Melingkar, terjadi miskonsepsi sebesar 83,0%, siswa
menganggap benda yang bergerak melingkar horizontal dengan kelajuan konstan
memiliki kecepatan tetap. Karena masih banyak miskonsepsi yang terjadi, maka disusun
kumpulan pembahasan. Kumpulan pembahasan ini dapat digunakan sebagai panduan
bagi guru/dosen dalam mengajarkan Kinematika terutama pada bagian-bagian yang
paling sering terjadi miskonsepsi dan dapat digunakan sebagai alternatif sumber belajar
bagi siswa/mahasiswa dalam mempelajari dan memahami konsep kinematika.

Kata Kunci: miskonsepsi, kinematika, kumpulan pembahasan

1. Pendahuluan
Dalam belajar memahami konsep fisika, siswa sering kali mengalami
kesulitan. Siswa mengikuti materi fisika tidak dengan kepala yang kosong, namun
sebenarnya kepala siswa sudah penuh dengan pengalaman dan pengetahuan
tentang fisika. Dalam pengalaman tersebut terbentuk prakonsepsi atau konsep
awal siswa mengenai peristiwa-peristiwa fisika dalam kehidupan sehari-hari.
Prakonsepsi ini belum tentu benar. Jika dalam proses pembelajaran guru tidak
memperhatikan prakonsepsi maka dalam kepala siswa akan terjadi percampuran
atau bentrokan prakonsepsi dengan konsep yang sebenarnya. Percampuran ini
akan menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar fisika yang pada

1
akhirnya akan menyebabkan pengertian yang salah dalam diri siswa (terjadi
miskonsepsi) (Berg, 1990).
Suhendi, dkk (2014: 206) menyatakan dalam proses pembelajaran
pendidik/guru masih banyak menggunakan pembelajaran yang bersifat informatif
dan tanya jawab, hal ini dapat menyebabkan siswa kurang menguasai konsep
ilmiah. Yuliana, dkk (2013: 47) menyatakan bahwa kurangnya penguasaan
konsep yang dialami siswa dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi.
Miskonsepsi adalah konsep awal yang dimiliki tidak sesuai dengan konsep
ilmiah.
Banyak siswa berpendapat bahwa fisika sulit untuk dipelajari karena hanya
merupakan kumpulan rumus-rumus belaka yang kurang dapat dimengerti
maknanya. Pendapat ini muncul karena kebiasaan belajar fisika siswa yang
berorientasi pada rumus-rumus dan pembahasan soal secara langsung tanpa
mempelajari konsep-konsepnya terlebih dahulu. Siswa hanya menghafal rumus
dan hanya terampil melakukan perhitungan tanpa mengerti makna atau konsep
yang sedang dilakukan/dipelajari. Kesulitan-kesulitan dalam memahami konsep
fisika ini akan menyebabkan terjadinya miskonsepsi.
Pembelajaran fisika yang hanya berpedoman pada buku teks atau dengan
kata lain buku teks masih dijadikan sumber informasi utama dalam proses
pembelajaran dapat menimbulkan beberapa masalah, karena kesalahan-kesalahan
yang terjadi pada buku teks dapat menimbulkan pemahaman konsep yang salah
pada diri siswa. Selain kesalahan yang terdapat pada buku teks, sering kali siswa
mengalami kesulitan dalam memahami tulisan yang terdapat pada buku teks, serta
terdapat juga buku fiksi sains yang konsepnya menyimpang demi menarik
pembaca. Hal-hal negatif yang terdapat pada buku teks tersebut dapat
menyebabkan terjadinya miskonsepsi.
Dari beberapa fakta di atas terlihat bahwa terdapat beberapa faktor
penyebab miskonsepsi. Menurut Paul (2005), secara umum penyebab
miskonsepsi ada lima kelompok yaitu siswa, guru, buku teks, konteks dan cara
mengajar.
Telah banyak dilakukan penelitian tentang miskonsepsi, salah satunya yang
dilakukan oleh Rahayu (2015). Dia meneliti miskonsepsi terhadap siswa SMAN 2
Kabupaten Tangerang dan didapatkan hasil bahwa persentase siswa yang
mengalami miskonsepsi sebesar 44,25% dari 40 siswa yang diteliti. Indikator atau
sub pokok bahasan yang mengalami miskonsepsi pada bahan kajian gerak dua
dimensi (gerak parabola dan gerak melingkar) terdapat pada indikator
menganalisis vektor posisi, kecepatan dan percepatan gerak parabola, dan
indikator merumuskan hubungan posisi, kecepatan, dan percepatan gerak
parabola. Miskonsepsi ini tidak hanya terjadi pada siswa SMAN 2 Kabupaten
Tangerang saja tetapi juga dialami oleh siswa-siswa SMA pada umumnya, dan
bahkan bisa juga terjadi pada mahasiswa.
Dalam fisika, terdapat suatu cabang ilmu yang mempelajari gerak benda
yang disebut dengan mekanika. Cabang ilmu mekanika terbagi menjadi 2 yaitu
Kinematika dan Dinamika. Kinematika selalu diajarkan lebih dahulu sebelum
diajarkan Dinamika, Panas (Kalor), Termodinamika, Bunyi, Getaran dan
Gelombang, Listrik-Magnet, Optika dan Fisika Modern atau Fisika Kuantum,

2
sehingga kinematika menjadi sangat penting dalam pembelajaran fisika sebelum
memasuki cabang ilmu lain dari Fisika. Oleh karena itu, dipilih materi
Kinematika sebagai bahan dari penelitian ini.
Mengingat masih banyak terjadi miskonsepsi dalam ilmu fisika terutama
pada cabang kinematika, maka diperlukan penelitian lebih lanjut tentang jenis-
jenis miskonsepsi yang terjadi pada siswa dan mahasiswa. Setelah jenis-jenis
miskonsepsi yang sering terjadi pada siswa dan mahasiswa diketahui, kemudian
dibuat kumpulan pembahasan. Kumpulan pembahasan yang telah dibuat dapat
digunakan sebagai panduan bagi guru/dosen dalam mengajarkan Kinematika
terutama pada bagian-bagian yang paling sering terjadi miskonsepsi.

2. Dasar Teori
a. Konsep, Konsepsi, Prakonsepsi dan Miskonsepsi
Tayubi (2005: 5) menyatakan konsep merupakan benda-benda, kejadian-
kejadian, situasi-situasi, atau ciri-ciri yang memiliki ciri-ciri khas dan yang
terwakili dalam setiap budaya oleh suatu benda atau simbol. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konsep merupakan gambaran mental dari objek,
proses atau apa pun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk
memahami hal-hal lain. Dengan memiliki sebuah konsep manusia akan mudah
dalam berkomunikasi antar sesama.
Yuliana, dkk (2013: 46) menyatakan bahwa konsepsi merupakan tafsiran
siswa terhadap suatu konsep ilmu tertentu. Tafsiran antara individu dengan
individu lain akan berbeda, ini disebabkan oleh perbedaan dalam menangkap
informasi pada saat belajar. Konsepsi merupakan tafsiran siswa terhadap suatu
konsep yang diperolehnya setelah mendapatkan informasi atau mempelajari suatu
ilmu tertentu di kelas formal.
Suparno (2005: 35) menjelaskan peserta didik sebelum mengikuti kelas
formal telah memiliki prakonsepsi atau konsep awal tentang suatu konsep.
Prakonsepsi merupakan konsep awal yang dimiliki oleh siswa mengenai suatu
ilmu pengetahuan. Prakonsepsi yang dimiliki oleh peserta didik sering
mengandung miskonsepsi. Pujianto, dkk (2014) menjelaskan jika prakonsepsi
yang dimiliki siswa tidak cocok dengan pengetahuan yang diberikan oleh pakar
atau ilmuwan, maka siswa tersebut akan mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi
tersebut dapat berasal dari orang tua, teman maupun lingkungan sekitar.
Prakonsepsi yang dimiliki siswa terhadap konsep-konsep fisika yang dipelajari
siswa itu sendiri melalui pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari mempunyai
peran besar dalam pembentukan konsep ilmiah. Prakonsepsi yang dimiliki
peserta didik menunjukkan bahwa pemikiran mereka terus aktif dalam memahami
sesuatu. Jika prakonsepsi siswa yang bersifat miskonsepsi tidak segera diperbaiki
maka dapat mengganggu pembentukan konsep ilmiah.
Miskonsepsi adalah suatu konsepsi yang bertentangan dengan konsepsi
para fisikawan (Berg, 1990). Dari pengertian tersebut miskonsepsi dapat diartikan
sebagai suatu konsepsi yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau
pengertian yang diterima oleh para ilmuwan.
Menurut Kurniawan dan Suhandi, (2015: 314) menyatakan miskonsepsi
adalah kegagalan dalam menghubungkan atau menjelaskan peristiwa yang ada di

3
sekitar dengan konsep dimiliki. Menurut Muliyani dan Kaniawati, (2015: 717)
menjelaskan miskonsepsi dapat dilihat pada konsep yang tidak cocok dengan
konsep ilmiah. Miskonsepsi dikarenakan adanya kesalahan informasi yang
menyebabkan kekeliruan dalam pemahaman konsep dan pemikiran. Vakani, et.al
(2012: 3) mengungkapkan bahwa miskonsepsi cenderung dimiliki oleh siswa.
Suhendi, dkk (2014: 206) menjelaskan istilah miskonsepsi terkait dengan
konsepsi siswa yang berbeda dengan konsep ilmiah yang diterima secara umum.
Miskonsepsi didefenisikan sebagai konsepsi yang dipegang kuat dan merupakan
struktur kognitif yang stabil namun tidak sama dengan konsepsi para ahli atau
konsep ilmiah. Berdasarkan pengertian yang telah dijabarkan oleh para peneliti
dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi adalah kekeliruan dalam memahami
konsep materi pembelajaran yang dapat menyebabkan ketidakcocokkan antara
konsep yang dimiliki oleh pribadi dengan konsep ilmiah.
b. Perubahan Konseptual
Perubahan konseptual adalah suatu kondisi dimana siswa melakukan
perubahan terhadap konsep awal mereka yang keliru menjadi konsep yang
sebenarnya atau konsep ilmiah. Makhrus, dkk (2014: 20-21) menjelaskan
perubahan konseptual dapat terjadi jika pengetahuan sebelumnya dipertemukan
atau dikonflikkan dengan informasi baru. Ketidaksesuaian antara pengetahuan
yang dimiliki peserta didik dengan informasi baru dapat menimbulkan konflik
kognitif. Dengan memunculkan konflik kognitif seorang guru atau peneliti dapat
meyakinkan peserta didik untuk melakukan perubahan konseptual terhadap
konsepsi-konsepsi mereka yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Perubahan
konsep jangka panjang baru bisa terjadi bila siswa melihat hal-hal yang relevan
dan bersifat umum dari konsep ilmiah secara kontekstual. Inti dari perubahan
konseptual adalah merubah konsepsi yang miskonsepsi menjadi konsep ilmiah.
c. Penyebab Miskonsepsi
Suparno (2005), mengidentifikasi ada 5 sebab utama miskonsepsi yaitu
siswa, guru, buku teks, konteks dan cara mengajar. Masing-masing sebab umum
tersebut ditimbulkan oleh sebab khusus, seperti tercantum pada tabel 1.
Tabel 1. Penyebab Miskonsepsi (Suparno, 2005)
Sebab Utama Sebab Khusus
Siswa a. Prakonsepsi
b. Pemikiran asosiatif
c. Pemikiran humanistik
d. Intuisi yang salah
e. Tahap perkembangan kognitif siswa
f. Kemampuan siswa
g. Minat belajar siswa
Guru a. Tidak menguasai bahan, tidak kompeten
b. Bukan lulusan dari bidang ilmu fisika
c. Tidak mengungkapkan prakonsepsi siswa
d. Relasi guru-siswa tidak baik
Buku Teks a. Penjelasan keliru
b. Salah tulis terutama pada rumus

4
c. Tingkat kesulitan penulisan buku terlalu tinggi bagi
siswa
d. Siswa tidak tahu teknik membaca buku teks
e. Buku fiksi sains yang konsepnya menyimpang demi
menarik pembaca
f. Kartun yang sering membuat miskonsepsi
Konteks a. Pengalaman siswa
b. Bahasa sehari-hari berbeda
c. Teman diskusi yang salah
d. Keyakinan dan agama
e. Penjelasan orang tua atau orang lain yang keliru
f. Konteks hidup siswa (TV, radio, film yang keliru)
g. Perasaan senang atau tidak senang, bebas atau
tertekan
Cara Mengajar a. Hanya berisi ceramah dan menulis
b. Langsung ke dalam bentuk matematika
c. Tidak mengungkapkan miskonsepsi siswa
d. Tidak mengoreksi pekerjaan rumah yang salah
e. Model analogi
f. Model praktikum
g. Model diskusi
h. Model demonstrasi yang sempit

Penelitian-penelitian tentang miskonsepsi sudah banyak dilakukan, seperti


yang dilakukan oleh Helm (1980), yaitu mengenai miskonsepsi fisika pada siswa-
siswa Afrika Selatan. Masih banyak lagi penelitian tentang miskonsepsi atau
prakonsepsi seperti yang dilakukan oleh Clement (1982). Para ilmuwan melihat
bahwa miskonsepsi sangat mengganggu tetapi siswa sering lebih memilih konsep
yang salah tersebut karena lebih dapat dirasakan oleh siswa. Bahkan setelah
pembelajaran, miskonsepsi ini tetap melekat sehingga memghalangi proses
pembelajaran (Dimirci, 2005). Penelitian mengenai beberapa cara mengorek
miskonsepsi belum sepenuhnya dapat mengatasinya karena ternyata miskonsepsi
ini awet dan sulit diubah.
d. Cara Mengatasi Miskonsepsi Fisika
Walaupun sulit untuk mengatasi miskonsepsi, tetapi tetap ada cara yang
bisa dilakukan untuk mengatasi atau setidaknya mengurangi miskonsepsi pada
siswa. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi atau
setidaknya mengurangi miskonsepsi seperti yang dikemukakan oleh Berg (1990)
berikut ini:
a. Langkah pertama adalah mendeteksi prakonsepsi siswa. Sebelum pelajaran
dimulai, guru seharusnya mengetahui prakonsepsi yang ada dalam pikiran
siswa. Prakonsepsi dapat diketahui dari literatur, dari tes diagnosis, dari
pengamatan kegiatan siswa langsung, dan dari pengalaman guru.
b. Langkah yang kedua adalah merancang pengalaman belajar yang bertolak dari
prakonsepsi tersebut dan kemudian menghaluskan bagian yang sudah baik dan
mengoreksi bagian konsep yang salah. Prinsip utama dalam koreksi

5
miskonsepsi adalah bahwa siswa diberi pengalaman belajar yang menunjukkan
pertentangan konsep mereka dengan peristiwa alam. Dengan demikian
diharapkan bahwa pertentangan pengalaman baru dengan konsep lama akan
menyebabkan koreksi konsepsi.
c. Langkah yang ketiga adalah latihan pertanyaan dan soal untuk melatih konsep
baru dan menghaluskannya. Pertanyaan dan soal yang dipakai harus dipilih
sedemikian rupa sehingga perbedaan antara konsepsi yang benar dan konsepsi
yang salah akan muncul dengan jelas.

3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode penelitian
miskonsepsi pada siswa dan juga mahasiswa dengan menggunakan soal-soal
konsep kinematika yang terdiri atas 18 butir soal pilihan ganda dengan lima
pilihan jawaban. Dari lima kemungkinan jawaban, hanya ada satu jawaban yang
benar dan empat jawaban lainnya adalah salah atau mengalami miskonsepsi. Soal
ini diadopsi dari Isliyanti, Arwan (2011), yang sudah diuji dengan tes keterbacaan
soal dengan hasil 88,87%. Persentase ini menginformasikan bahwa
siswa/mahasiswa yang membaca soal dan menuliskan maksud pertanyaan dari
tiap butir soal, 88,87% siswa mampu mengetahui maksud soal. Karena siswa
mampu mengetahui maksud dari soal yag diujikan maka miskonsepsi yang terjadi
pada siswa tersebut bukan dikarenakan siswa tidak mampu mengetahui maksud
dari soal tetapi memang sudah terjadi miskonsepsi pada siswa jika dia menjawab
salah soal.
Populasi penelitian terdiri atas siswa SMA/MA/sederajat di lingkungan
Dinas Pendidikan Kota Singkawang dan Kementerian Agama Kota Singkawang
serta mahasiswa di Perguruan Tinggi yang ada di kota Singkawang. Semua siswa
dianggap mempunyai kemampuan yang heterogen, begitu pula halnya pada
mahasiswa. Semua siswa dan mahasiswa yang menjadi sampel adalah siswa dan
mahasiswa yang sudah mempelajari materi kinematika yang terdiri atas 48 siswa
dan 144 mahasiswa. Penelitian dilakukan di Singkawang pada tahun 2016.

4. Hasil dan Pembahasan


a. Analisis Jawaban Siswa
Analisis jawaban mahasiswa dan siswa yang menjawab benar dan salah
untuk tiap soal dapat dilihat dalam Tabel 2. Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa
secara rata-rata dari semua sampel, hanya 24,0% mahasiswa dan siswa yang
menjawab benar tiap soal yang diberikan dan sebanyak 76% mahasiswa dan
siswa menjawab salah.
Tabel 2. Analisis Jawaban Benar dan Salah dari Setiap Soal
Jumlah Salah Jumlah Benar
Total
Mahasiswa Mahasiswa
Siswa Total Siswa Total Benar
No. yang telah yang telah
SMA Total Salah SMA Total Benar dan
Soal menerima menerima
dan (%) dan (%) Salah
materi materi
MA MA (%)
kinematika kinematika
1 26 75 101 52,6 22 69 91 47,4 100,0

6
2 29 108 137 71,4 19 36 55 28,6 100,0
3 37 78 115 59,9 11 66 77 40,1 100,0
4 40 95 135 70,3 8 49 57 29,7 100,0
5 47 122 169 88,0 1 22 23 12,0 100,0
6 45 118 163 84,9 3 26 29 15,1 100,0
7 42 115 157 81,8 6 29 35 18,2 100,0
8 46 132 178 92,7 2 12 14 7,3 100,0
9 28 79 107 55,7 20 65 85 44,3 100,0
10 31 89 120 62,5 17 55 72 37,5 100,0
11 33 101 134 69,8 15 43 58 30,2 100,0
12 46 130 176 91,7 2 14 16 8,3 100,0
13 42 116 158 82,3 6 28 34 17,7 100,0
14 47 126 173 90,1 1 18 19 9,9 100,0
15 35 127 162 84,4 13 17 30 15,6 100,0
16 37 132 169 88,0 11 12 23 12,0 100,0
17 27 88 115 59,9 21 56 77 40,1 100,0
18 40 119 159 82,8 8 25 33 17,2 100,0
Rata-
37,7 108,3 146,0 76,0 10,3 35,7 46,0 24,0 100,0
rata

b. Miskonsepsi yang Sering Terjadi pada Siswa dan Mahasiswa


Dari analisis tiap-tiap soal, kemudian di susun daftar miskonsepsi yang
sering terjadi pada siswa dan mahasiswa seperti ditunjukan pada Tabel 3.
Tabel 3. Miskonsepsi yang sering terjadi pada Siswa dan Mahasiswa
Topik Miskonsepsi yang sering terjadi Nomor Jumlah Konsep Benar
Kinematika pada Mahasiswa dan siswa soal miskonsepsi
Kedudukan, Sebuah benda dapat menyalip 1 53,1% Sebuah benda
jarak, benda yang lain jika dapat menyalip
perpindahan, percepatannya sama. benda lain hanya
kecepatan jika keduanya
dan memiliki
percepatan kedudukan yang
sama.
Jarak yang ditempuh benda selalu 2 67,7% Jarak yang
sama dengan besar perpindahan. ditempuh benda
dapat sama dengan
besar perpindahan
dan juga dapat
lebih besar dari
besar
perpindahannya.
Jika kecepatan nol maka 3 65,6% Jika kecepatan nol
percepatan juga selalu nol. maka percepatan
belum tentu nol,
demikian juga jika
percepatan nol
maka kecepatan
belum tentu nol.

7
Gerak Lurus Dari grafik posisi terhadap waktu, 4 74,7% Dari grafik,
beraturan jika dua benda berada pada posisi Kereta A bergerak
(GLB) dan yang sama maka harus memiliki GLB (v tetap atau
Gerak lurus kecepatan yang sama. a = nol).
berubah Kereta B bergerak
beraturan GLBB (a negatif =
(GLBB) diperlambat).
Setelah mencapai
waktu tB, kereta A
dapat menyalip
kereta B yang
ditandai dengan
posisi kereta A
sama dengan posisi
kereta B.
Kedua kereta
memiliki kecepatan
yang sama pada
beberapa saat
sebelum tB
Benda yang berat akan sampai ke 5 91,3% Benda yang
lantai lebih awal daripada benda massanya besar dan
yang ringan (pada sistem yang benda yang
hanya dipengaruhi gaya gravitasi). massanya kecil
akan sampai ke
lantai secara
bersamaan (pada
sistem hanya
dipengaruhi gaya
gravitasi).
Benda yang berat menyentuh 6 87,8% Percepatan benda
tanah dengan kelajuan lebih besar yang jatuh adalah
daripada benda yang ringan (pada sama dan tidak
sistem yang hanya dipengaruhi tergantung massa
gaya gravitasi) benda (pada sistem
hanya dipengaruhi
gaya gravitasi).
Benda yang dijatuhkan akan 7 83,7% Benda yang
sampai ke lantai lebih awal dijatuhkan dan
daripada benda yang ditembakkan benda yang
horizontal (pada sistem yang ditembakkan
hanya dipengaruhi gaya gravitasi). horizontal akan
sampai ke tanah
dalam waktu yang
sama (pada sistem
hanya dipengaruhi
gaya gravitasi)

8
Terlihat dari gambar bahwa pada 8 93,8% Gaya yang bekerja
benda yang sedang bergerak pada benda yang
vertikal ke atas bekerja dua bauh sedang bergerak
gaya yaitu gaya ke atas yang lebih vertikal ke atas
besar dari gaya gravitasi yang yaitu terdapat gaya
arahnya ke bawah (pada sistem gravitasi yang
yang hanya dipengaruhi gaya arahnya ke bawah
gravitasi). (pada sistem hanya
dipengaruhi gaya
gravitasi).
Benda yang sedang bergerak 9 56,6% Bola sedang
vertikal ke atas kehilangan gaya bergerak ke atas,
sebagai akibat gaya gravitasi, ada gaya gravitasi
tetapi gaya gravitasi lebih besar yang bekerja pada
daripada gaya yang arahnya ke bola sehingga
atas karena itu bola kehilangan menyebabkan laju
kecepatannya. bola berkurang.
Benda yang sedang bergerak 10 63,2% Ketika sebuah
vertikal ke atas memiliki benda bergerak
kecepatan yang arahnya ke atas vertikal ke atas
tetapi tidak mempunyai maka arah
percepatan. kecepatan dan
percepatan
berlawanan (arah
kecepatan ke atas
dan arah
percepatan ke
bawah).
Tidak ada gaya yang bekerja pada 11 69,4% Benda tetap
benda ketika benda berada pada dipengaruhi oleh
titik tertinggi (gerak vertikel ke gaya gravitasi
atas). ketika benda
berada pada titik
tertinggi
lintasannya (gerak
vertikal ke atas).
Dengan keadaan gesekan udara 12 93,1% Dengan
dapat diabaikan, bola yang mengabaikan
dilempar ke bawah mempunyai gesekan udara, jika
kelajuan menumbuk tanah yang sebuah bola
lebih besar daripada bola yang dilempar ke atas
dilempar ke atas. dan bola lain
dilempar ke bawah
dengan kelajuan
awal yang sama
maka kedua bola
akan sampai ke
tanah dengan
kelajuan yang sama
pula.

9
Gerak Pada titik tertinggi lintasan gerak 13 84,0% Pada gerak
parabola parabola, benda memiliki parabola (dengan
kecepatan sebesar vo sin gesekan udara
(gesekan udara dapat diabaikan). diabaikan),
kelajuan peluru
ketika di titik
tertinggi
lintasannya adalah
vo cos .
Pada gerak parabola, kemiringan 14 92,7% Pada gerak
garis singgung pada kurva di parabola,
harga x tertentu dapat digunakan kemiringan garis
untuk menghitung besar dan arah singgung pada
kecepatan. kurva di harga x
tertentu hanya
dapat digunakan
untuk menghitung
arah kecepatan
tetapi bukan
besarnya.
Benda yang mengalami gerak 15 80,6% Benda yang
parabola dengan sudut elevasi mengalami gerak
lebih besar akan menumbuk tanah parabola dengan
dengan kelajuan yang lebih besar sudut elevasi lebih
pula (gesekan udara dapat besar akan
diabaikan). menumbuk tanah
sesudah benda
yang bergerak
dengan sudut
elevasi lebih kecil
(dengan gesekan
udara diabaikan).
Ketika benda mencapai titik 16 84,4% Ketika benda
tertinggi lintasan parabola maka mencapai titik
besar kecepatan dan percepatan tertinggi lintasan
adalah nol. parabola maka
besar kecepatan
minimum dan besar
percepatan konstan
tetapi keduanya
tidak sama dengan
nol.
Gerak Benda yang jaraknya lebih jauh 17 58,7% Orang yang
melingkar dari sumbu putar memiliki laju jaraknya lebih jauh
sudut yang lebih besar. dari sumbu putar
memiliki laju linier
yang lebih besar.
Gerak melingkar horizontal 18 83,0% Benda yang
dengan kelajuan konstan memiliki bergerak melingkar
kecepatan tetap. horizontal dengan

10
kelajuan konstan
akan memiliki
percepatan konstan.

Setelah dibuat daftar tentang miskonsepsi yang sering terjadi pada


mahasiswa dan siswa, kemudian disusun kumpulan. Kumpulan pembahasan ini
dapat digunakan sebagai panduan guru ataupun dosen dalam mengajar fisika
terutama pada bagian-bagian yang paling sering terjadi miskonsepsi. Setelah guru
ataupun dosen mengetahui bagian-bagian kinematika yang sering terjadi
miskonsepsi maka diharapkan guru maupun dosen mampu menyusun rencana
pembelajaran yang paling efektif sehingga mahasiswa ataupun siswa mampu
memahami konsep kinematika dengan benar. Dengan adanya pemahaman konsep
kinematika maka diharapkan dapat mengurangi terjadinya miskonsepsi
kinematika yang terjadi.

5. Kesimpulan dan Saran


Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata siswa dan mahasiswa yang
mengalami miskonsepsi masih sangat tinggi, yaitu 76,0%. Hasil identifikasi rata-
rata siswa dan mahasiswa yang paling banyak mengalami miskonsepsi pada
masing-masing topik kinematika adalah: (a) Kedudukan, Jarak, Perpindahan,
Kecepatan dan Percepatan, terjadi miskonsepsi sebesar 67,7%, kebanyakan siswa
beranggapan bahwa jarak yang ditempuh benda sama dengan besar
perpindahannya, (b) Gerak Lurus Beraturan dan Gerak Lurus Berubah
Beraturan, terjadi miskonsepsi sebesar 93,8%, siswa menganggap benda yang
sedang bergerak vertikal ke atas, bekerja dua buah gaya yaitu gaya ke atas yang
lebih besar dari gaya gravitasi yang arahnya ke bawah, (c) Gerak Parabola,
terjadi miskonsepsi sebesar 92,7%, siswa menganggap kemiringan garis singgung
pada kurva gerak parabola dapat digunakan untuk menghitung besar dan arah
kecepatan, dan (d) Gerak Melingkar, terjadi miskonsepsi sebesar 83,0%, siswa
menganggap benda yang bergerak melingkar horizontal dengan kelajuan konstan
memiliki kecepatan tetap. Karena masih banyak miskonsepsi yang terjadi, maka
disusun kumpulan pembahasan. Kumpulan pembahasan ini dapat digunakan
sebagai panduan bagi guru/dosen dalam mengajarkan Kinematika terutama pada
bagian-bagian yang paling sering terjadi miskonsepsi dan dapat digunakan
sebagai alternatif sumber belajar bagi siswa/mahasiswa dalam mempelajari dan
memahami konsep kinematika.
Saran dari penelitian ini adalah (1) setelah guru mengetahui bagian-bagian
kinematika yang sering terjadi miskonsepsi maka disarankan/diharapkan kepada
guru mampu menyusun rencana pembelajaran yang paling efektif sehingga siswa
mampu memahami konsep kinematika dengan benar, dan (2) Penelitian kali ini
hanya dibatasi pada materi kinematika, untuk lebih lanjut disarankan dapat
dilakukan penelitian tentang jenis-jenis miskonsepsi pada materi fisika lainnya
serta dilengkapi dengan kumpulan pembahasan dari miskonsepsi yang telah
ditemukan.

11
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada STKIP Singkawang atas pemberian
hibah penelitian berdasarkan kontrak nomor: 903/B/U/XI/2015.

DAFTAR PUSTAKA
Berg, E., Berg, R., Arum, C.S., Boko, K.S., Huis, C., Katu, N., Licht, P.,
Minstrell, J., Sundaru., Taylor, P., Treagust, D., (1990) : Sebuah
Pengantar Berdasarkan Lokakarya yang Diselenggarakan di Universitas
Kristen Satya Wacana, 8-60 dalam Berg, E., Ed, Miskonsepsi Fisika dan
Remidiasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Clement, J. (1982) : Students Preconceptions in Introductory Mechanics,
American Journal of Physics, 50, No. 1, 66-70, diakses tanggal 20
November 2015.
Demirci, N. (2005) : A Study about Students Misconceptions in Force and
Motion Concepts by Incorporating a Web-assisted Physics Program, The
Turkish Online Journal of Educational Technology - TOJET Volume 4,
Issue 3, Article 7, 40-48, diakses tanggal 20 November 2015.
Helm, H. (1980) : Misconceptions in physics amongst South African students,
Physics Education, 15, 92-105, diakses tanggal 15 November 2015.
Isliyanti, Arwan dan Kurniadi Rizal (2011). Pembuatan Kumpulan Pembahasan
Miskonsepsi pada beberapa topik materi Mekanika. Prosiding
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains. Penerbit: Prodi
Magister Pengajaran Fisika FMIPA ITB, Bandung.
Kurniawan, Yudi dan Suhandi, Andi (2015). The Three-Tier Test for
Identification The Quantity of Students Misconception on Newtons
First Law. GlobalIlluminators Publishing. Vol 2, 2015.
Makhrus, Muh; Nur, Mohammad; dan Widodo, Wahono (2014). Model
Perubahan Konseptual dengan Pendekatan Konflik Kognitif (MPK-
PKK). J Pijar Mipa. Vol IX No 1, Maret 2014.
Muliyani, Riski dan Kaniawati, Ida (2015). Identification of Quantity Students
Misconception on Hydrostatic Pressure With Three Tier-Test.
GlobalIlluminators Publishing. Vol 2, 2015.
Pujianto, Agus; Nurjannah; dan Darmadi, I Wayan (2014). Analisis Konsepsi
Siswa pada Konsep Kinematika Gerak Lurus. Jurnal Pendidikan Fisika
Tadulako (JPFT). Vol 1 No 1, 2014.
Rahayu, Sri (2015). Pengembangan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat
untuk mengidentifikasi Miskonsepsi pada konsep Gerak Dua Dimensi.
Skripsi Prodi Pendidikan Fisika, Jurusan P.MIPA, FITK UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta. Tidak dipublikasikan.
Suhendi, Herni Yuniarti; Kaniawati, Ida; dan Maknun, Johar (2014).
Peningkatan Pemahaman Konsep dan Profil Miskonsepsi Siswa
Berdasarkan Hasil Diagnosis Menggunakan Pembelajaran ECIRR
Berbantuan Simulasi Virtual dengan Instrument Three-Tier
Tes.Prosiding Mathematic and Sciences Forum. 2014.
Suparno, Paul (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan
Fisika. Jakarta: PT Grasindo.

12
Tayubi, Yuyu R (2005). Identifikasi Miskonsepsi pada Konsep-konsep Fisika
Menggunakan Certainty of Response Index (CRI). Mimbar Pendidikan.
Vol XXIV No 3, 2005.
Vakani, Farhan; Jafri, Fatima; Sheerani, Mughis; dan Jafri, Wasim (2012).
Misconceptions In Students: How To Resolve Them?. J Ayub Med
Coll Abbottabad. 24, 2012.
Yuliana, Renita; Karyanto, Puguh; dan Marjono (2013). Pengaruh Pemanfaatan
Concept Map dalam Model Kontruktivisme Tipe Novick terhadap
Miskonsepsi pada Konsep Sistem Pernapasan Manusia. BIO-
PEDAGOGI. Vol 2 No 2, Oktober 2013.

13

Anda mungkin juga menyukai