BAB 1. PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan beberapa kajian teori yang digunakan dalam
penelitian yaitu: (1) pembelajaran matematika di SMP; (2) konsep; (3) konsepsi;
(4) prakonsepsi dan miskonsepsi; (5) proses conjecturing; (6) penyebab
miskonsepsi; (7) teknik menggali miskonsepsi; (8) deskripsi materi deret
bilangan; (9) penelitian yang relevan; dan (10) kerangka berpikir penelitian.
2.2 Konsep
Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan
sekumpulan objek, apakah objek tertentu merupakan contoh atau bukan contoh
(Sunardi, 2012: 4). Menurut Rosser (dalam Dahar,2011: 63) konsep adalah suatu
abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kegiatan dan kejadian yang mempunyai
atribut yang sama. Dahar (2011: 64) konsep adalah suatu abtraksi mental yang
mewakili satu kelas stimulus. Jadi, konsep merupakan suatu abtraksi yang
mewakili kelas stimulus atau kejadian yang memiliki atribut yang sama untuk
mengklasifikasikan suatu objek, apakah termasuk contoh atau bukan contoh.
Konsep tercantum dalam kurikulum merupakan materi terpenting dalam
pelajaran eksakta maupun pelajaran sosial. Satu bentuk gagasan yang mewakili
sesuatu juga merupakan suatu konsep. Konsep digunakan dalam berbagai kegiatan
berkomunikasi dan berfikir.
Kemampuan seseorang dalam menjelaskan objek di sekitarnya dengan
menggunakan bahasa untuk menggolongkan objek ditunjukkan dalam
pembelajaran konsep. Proses pembelajaran siswa akan menemui banyak konsep-
konsep pada ilmu pengetahuan termasuk dalam pembelajaran matematika. Gagne
(dalam Suparno, 2013), menyatakan bahwa belajar konsep merupakan
kemampuan untuk mengidentifikasi stimulus persamaan karakteristik sebagai
anggota suatu golongan.
Konsep sangat penting dalam menyamakan presepsi siswa dengan siswa
lain yang berbeda. Konsep yang tepat membuat siswa dapat merumuskan dan
menyelesaikan suatu masalah. Melalui sebuah konsep menjadikan belajar lebih
7
2.3 Konsepsi
Munurut Berg (dalam Nurlaili 2011: 53) konsepsi adalah pengertian atau
penafsiran seseorang terhadap suatu konsep tertentu dimana setiap konsep yang
baru dimiliki tersebut diproses dan ditetapkan pada kerangka pengetahuan konsep-
konsep yang telah dimiiliki sebelumya. Berg (1991) konsepsi adalah tafsiran
seseorang terhadap suatu konsep tertentu dalam kerangka yang sudah ada dalam
pikirannya dan setiap konsep baru didapatkan serta diproses dengan konsep-
konsep yang dimiliki. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 520) konsepsi
adalah pengertian seseorang mengenai sesuatu.
Berdasarkan pengertian di atas, konsepsi merupakan pemahaman
seseorang untuk menafsirkan suatu konsep yang sudah berada pada pikiran
masing-masing siswa. Pembelajaran matematika memiliki konsep yang jelas,
bahkan sudah disepakati oleh para ilmuwan, tetapi pemahaman konsep yang
dibawa siswa berbeda-beda dan belum tentu sama dengan konsep para ilmuwan.
Konsep yang disampaikan oleh guru kepada siswa harus sesuai dengan konsep
para ilmuan agar terhindar dari kesalahpahaman. Konsepsi yang dimiliki siswa
harus benar agar tidak mengganggu dalam pemahaman konsep yang lain.
bahan tes selanjutnya. Selain itu, beberapa peneliti melakukan wawancara setelah
tes kepada siswa yang bertujuan untuk meneliti bagaimana dan mengapa siswa
berfikir seperti itu.
c. Tes esai tertulis
Tes esai tertulis adalah jenis tes kemampuan belajar yang jawabannya
berupa pembahasan. Tes esai memuat beberapa konsep yang hendak atau yang
sudah diajarkan kepada siswa. Siswa diwawancarai setelah ditemukan
miskonsepsinya untuk mendalami mengapa dan dari mana gagasan siswa didapat.
d. Wawancara diagnosis
Wawancara digunakan sebagai pelengkap dari bentuk instrumen
penelitian, namun wawancara bisa berdiri sendiri sebagai pengungkap terjadinya
miskonsepsi pada siswa. Pedoman wawancara dapat berbentuk bebas atau
terstruktur menurut materi yang akan dikaji. Peneliti bebas bertanya dan siswa
bebas menjawab jika menggunakan wawancara bentuk bebas, sedangkan dalam
wawancara struktur, pertanyaan sudah disiapakan dan disusun berdasarkan
urutannya.
e. Diskusi dalam kelas
Siswa diajak diskusi dan diminta untuk mengungkapkan gagasan tentang
konsep yang telah diajarkan atau yang akan diajarkan. Diskusi di kelas bertujuan
untuk mendeteksi apakah gagasan mereka sudah tepat atau belum. Guru perlu
membantu setiap siswa agar berani berbicara untuk mengungkapkan gagasan
mereka tentang persoalan yang dibahas, sehingga guru dapat mengetahui konsep
alternatif yang ada pada siswa.
f. Praktikum dengan tanya jawab
Praktikum dengan tanya jawab antara guru dan siswa saat melakukan
praktikum juga dapat digunakan untuk mendeteksi apakah siswa mempunyai
miskonsepsi atau tidak. Guru selalu bertanya bagaimana konsep dan bagaimana
siswa menjelaskan persoalan dalam prakatikum.
g. Certainty of Response Index (CRI)
Metode Certainty of Response Index (CRI) dikembangkan oleh Hasan,
dkk. Untuk mendeteksi terjadinya miskonsepsi sekaligus membedakan siswa yang
13
tidak paham konsep. CRI merupakan ukuran tingkat keyakinan atau kepastian
seseorang dalam menjawab suatu pertanyaan yang diberikan. Tayubi (2005:5-6)
CRI didasarkan pada skala dan diberikan bersama dengan setiap jawaban pada
suatu soal. Tingkat keyakinan atau kepastian tercermin pada skala CRI yang
diberikan.
Miskonsepsi atau tidak tahu konsep pada seseorang dapat dibedakan
secara sederhana dengan cara membandingkan benar tidaknya jawaban suatu soal
dengan tinggi rendahnya CRI yang diberikannya untuk soal tersebut. Hasan, dkk.
(1999:296), Jawaban yang benar dan mempunyai nilai rata-rata CRI rendah
menandakan jawaban benar pada siswa merupakan sebuah keberuntungan atau
asal tebak. Jawaban siswa benar dan mempunyai rata-rata CRI tinggi menandakan
siswa tersebut mempunyai atau paham konsep yang benar. Jawaban salah dan
rata-rata CRI rendah, menandakan siswa tidak paham konsep yang benar.
Jawaban siswa salah dan memiliki rata-rata CRI tinggi menandakan siswa
mengalami miskonsepsi.
Hasan, dkk. (1999:294) metode CRI ini digunakan secara universal pada
bidang ilmu pengetahuan, bidang sosial, bidang matematika, maupun bidang
lainnya. Tayubi (2005:6) CRI biasanya digunakan dalam survai yang meminta
responden untuk memberikan derajat kepastian pengetahuan yang dia miliki dari
kemampuannya untuk menentukan jawaban dari suatu pertanyaan (soal). CRI
didasarkan pada suatu skala, sebagai contoh, skala enam (0 – 5) seperti yang
terlihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2 CRI dan Kriterianya
Skala Kriteria
0 (Totally guessed
answer)
1 (Almost guess)
2 (Not Sure)
3 (Sure)
4 (Almost certain)
5 (certain)
14
Skor Kriteria
0 Jika dalam menjawab soal 100% ditebak
1 Jika dalam menjawab soal persentase unsur tebakan antara 75 ≥ 99%
2 Jika dalam menjawab soal persentase unsur tebakan antara 50 ≥ 74%
3 Jika dalam menjawab soal persentase unsur tebakan antara 25 ≥ 49%
4 Jika dalam menjawab soal persentase unsur tebakan antara 1 ≥ 24%
5 Jika dalam menjawab soal tidak ada unsur tebakan sama sekali (0%)
memoditifikasi instrumen soal yang semula pilihan ganda menjadi pilihan ganda
beralasan dengan mencantumkan skala CRI.
1) Deret aritmetika
2Sn = (a + k) + (a + k) + (a + k) + (a + k) + ... + (a + k) + (a + k) + (a + k)
2Sn = n(a + k)
1
Jadi, jumlah n suku pertama: 2Sn = n(a + k) atau Sn = n(a+k )
2
1
Sn = n [ 2 a+ ( n−1 ) ] b
2
Keterangan:
2) Deret geometri
Deret geometri atau deret ukur, a, ar, a 2, a3, ... arn – 1 disebut barisan geometri.
Apabilla suku-sukunya dijumlahkan, diperoleh deret geometri. Deret itu
adalah: a + ar + a2 + a3 + ... + arn – 1. Suku terakhhir dari deret ini adalah ar n – 1.
Suku sebelumya arn – 2, sebelumnya lagi arn – 3, dan seterusnya. Apabila suku-
suku itu dijumlahkan dipperoleh:
Sn – r . Sn = a – arn
Rumus (1) digunakan jika r < 1 dan rumus (2) jika r > 1.
17
∑ V ij
I i= j−1
n
Keterangan:
23
∑ Ii
V a = i−1
n
Keterangan:
Va = nilai rata-rata total untuk semua aspek;
Ii = rata-rata nilai untuk aspek ke-i;
i = aspek yang dinilai 1, 2, 3;
n = banyaknya aspek
c. Menentukan tingkat kevalidan instrumen dengan merujuk pada nilai V a
dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Tingkat Kevalidan Instrumen
Nilai Va Tingkat kevalidan
1 ≤ Va < 2 Tidak valid
2 ≤ Va < 3 Kurang valid
3 ≤ Va < 4 Valid
Va = 4 Sangat valid
Berg, E.v. 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi. Salatiga. Universitas Kristen
Satya Kencana.
Ramadhan, M., Sunardi, dan Kurniati. 2017. Analisis Miskonsepsi Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Berstandar PISA dengan Menggunakan Certainty of
Response Index (CRI). Jurnal Edukasi Vol 8 (1).
No Pertanyaan Jawaban
.
1. Pada semester genap, materi apa
yang menurut bapak sulit untuk
diajarkan kepada siswa kelas IX di
SMPN Grujugan 1?
2. Kesulitan apa yang sering dialami
siswa dalam materi deret
aritmatika?
3. Bagaimana hasil belajar siswa pada
materi deret aritmatika?
4. Dari hasil belajar yang didapat oleh
siswa, pernahkah dilakukan
remidiasi? Seperti apa bentuk
remidiasi yang dilakukan?
31
Standar Kompetensi : 6. Memahami barisan dan deret bilangan serta penggunaannya dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar : 6.2 Menentukan suku ke-n barisan aritmatika dan barisan geometri
Menentukan suku ke-n aturan ditambah atau dikurangi dengan bilangan yang sama.
Menentukan rumus suku ke-n dengan aturan dikalikan atau dipangkatkan.
Menentukan barisan bilangan, jika diketahui rumus suku ke-n.
3 4
Tentukan banyaknya lingkaran pada pola
ke-50!
a. 1.326
b. 1.330
c. 1.300
d. 1.362
33
1. Dalam ruang sidang terdapat 15 baris kursi, baris paling depan terdapat 23
kursi, baris berikutnya 2 kursi lebih banyak dari baris di depannya. Jumlah
kursi dalam ruangan sidang tersebut adalah ...
Ditanya:..........................................................................................................
Jawab:.............................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
CRI 0 1 2 3 4 5
1 2 3 4
Tentukan banyaknya lingkaran pada pola ke-50!
a. 1.326 b. 1.330 c. 1.300 d. 1.200
Diketahui:.......................................................................................................
Ditanya:..........................................................................................................
Jawab:.............................................................................................................
........................................................................................................................
CRI 0 1 2 3 4 5
35
1. B. 555
Diketahui:
Banyak barisan kursi (n) = 15
Banyak kursi baris pertama (a) = 23 Miskonsepsi
Beda tiap baris kursi (b) = 2 Terjemahan
Ditanyakan:
Jumlah kursi (S15) ?
Jawab:
Sn = n / 2 ( 2a + ( n – 1 ) b)
Miskonsepsi Konsep,
S15 = ( 15 / 2) ( 2 * 23 + ( 15 – 1 ) 2 )
Strategi, Sistematis, Tanda,
S15 = ( 15 – 2 ) ( 46 + 28 ) dan Berhitung
S15 = 15 * 37
S15 = 555
2. A. 1.326
Diketahui:
a =1
b =1
n = 51 Miskonsepsi
Terjemahan
Ditanyakan:
Banyaknya lingkaran pada pola ke-50 ?
Jawab:
Sn = n / 2 ( 2a + ( n – 1 ) b ) Miskonsepsi Konsep,
S51 = 51 / 2 ( 2 * 1 + ( 51 – 1 ) 1 ) Strategi, Sistematis, Tanda,
dan Berhitung
36
Petunjuk:
1) Berilah tanda cek (√) dalam kolom penilaian yang sesuai menurut
pendapat anda.
2) Berilah saran pada lembar validasi soal tes jika diperlikan.
3) Berilah tanggal, nama, dan tanda tangan pada tempat yang tersedia.
No Aspek
Aspek Yang Diamati Penilaian
. Validasi
1 2 3 4
1. Validasi Isi a. Soal yang disajikan dapat menggali
indikator miskonsepsi terjemahan
b. Soal yang disajikan dapat menggali
indikator miskonsepsi konsep
c. Soal yang disajikan dapat menggali
indikator miskonsepsi strategi
d. Soal yang disajikan dapat menggali
indikator miskonsepsi sistematik
e. Soal yang disajikan dapat menggali
indikator miskonsepsi tanda
f. Soal yang disajikan dapat menggali
indikator miskonsepsi berhitung
g. Maksud soal dirumuskan dengan
jelas
2. Validasi Soal yang digunakan merupakan bentuk
Kontruksi soal deret yang sesuai dengan kenyataan
(rasional)
3. Validasi a. Bahasa soal yang digunakan sesuai
Bahasa dengan kaidah Bahasa Indonesia
b. Pertanyaan soal tidak menimbulkan
penafsiran ganda (ambigu)
c. Pertanyaan soal komunikatif
(menggunakan Bahasa yang
sederhana dan mudah dipahami)
4. Validasi a. Petunjuk pengerjaan jelas
Petunjuk b. Bahasa petunjuk pengerjaan tidak
menimbulkan penafsiran ganda
(ambigu)
38
Saran revisi:
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
Jember, .......................2019
Validator
(..........................................)
39
Pedoman Penilaian
1) Validasi Isi
Untuk aspek nomor 1a.
Skor Indikator
1 Soal tidak dapat menggali indikator miskonsepsi terjemahan
2 Satu soal dapat menggali indikator miskonsepsi terjemahan
3 Semua soal dapat menggali indikator miskonsepsi terjamahan
4 Semua soal sangat dapat menggali indikator miskonsepsi
terjemahan
Untuk aspek nomor 1b.
Skor Indikator
1 Soal tidak dapat menggali indikator miskonsepsi konsep
2 Satu soal dapat menggali indikator miskonsepsi konsep
3 Semua soal dapat menggali indikator miskonsepsi konsep
4 Semua soal sangat dapat menggali indikator miskonsepsi konsep
Untuk aspek nomor 1c.
Skor Indikator
1 Soal tidak dapat menggali indikator miskonsepsi strategi
2 Satu soal dapat menggali indikator miskonsepsi strategi
3 Semua soal dapat menggali indikator miskonsepsi strategi
4 Semua soal sangat dapat menggali indikator miskonsepsi strategi
Untuk aspek nomor 1d.
Skor Indikator
1 Soal tidak dapat menggali indikator miskonsepsi sistematik
2 Satu soal dapat menggali indikator miskonsepsi sistematik
3 Semua soal dapat menggali indikator miskonsepsi sistematik
4 Semua soal sangat dapat menggali indikator miskonsepsi
sistematik
40
2) Validasi Kontruksi
Untuk aspek nomer 2.
Skor Indikator
1 Soal yang disajikan bukan bentuk soal deret aritmatika yang sesuai
dengan kenyataan (rasional)
2 Salah satu soal yang disajikan merupakan bentuk soal deret
aritmatika yang sesuai dengan kenyataan (rasional)
41
4) Validasi petunjuk
Untuk aspek nomer 4a.
Skor Indikator
1 Petunjuk pengerjaan tidak jelas
2 Lebih dari tiga petunjuk pengerjaan tidak jelas
3 Kurang dari tga petunjuk pengerjaan tidak jelas
4 Semua petunjuk pengerjaan jelas
Untuk aspek nomer 4b.
Skor Indikator
1 Seluruh bahasa petunjuk pengerjaan menimbulkan makna ganda
(ambigu)
2 Empat sampai enam bahasa petunjuk pengerjaan menimbulkan
makna ganda (ambigu)
3 Satu sampai tiga bahasa petunjuk pengerjaan menimbulkan makna
ganda (ambigu)
4 Seluruh bahasa petunjuk pengerjaan menimbulkan makna ganda
(ambigu)