Anda di halaman 1dari 12

TEORI BELAJAR SIBERNETIK

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

yang dibimbing oleh Dr. Hadi Suwono

Kelompok 4 :

Efriani Rodearma Sipahutar (150341600694)

Ludvia Wijareni (150341607406)

Nur Anggraini Putri (150341601970)

Offering B

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

MARET 2017
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah tentang Teori Belajar Sibernetik. Dan
kami berterima kasih kepada Bapak Dr. Hadi Suwono , M.Si selaku Dosen mata kuliah Belajar
dan Pembelajaran yang telah memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap semoga makalah ini bisa menambah wawasan kami sebagai
mahasiswa dalam penerapan kehidupan sehari-hari. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini bermanfaat dan bisa menjadi wawasan bagi mahasiswa .
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Malang, 1 Maret 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa. Untuk membelajarkan
seseorang, diperlukan pijakan teori agar apa yang dilakukan guru, dosen, pelatih, instruktur
maupun siapa saja yang berkeinginan untuk membelajarkan orang dapat berhasil dengan
baik. Ada dua pijakan teori yang dapat dijadikan pegangan agar pembelajaran berhasil
dengan baik. Kedua teori tersebut adalah teori belajar yang bersifat deskriptif. Teori ini
memberikan bagaimana seseorang melakukan kegiatan belajar. Teori belajar yang banyak
diterapkan oleh para ahli pembelajaran itu meliputi teori behavioristik, teori kognitivistik,
teori humanistik, dan teori belajar sibernatik. Semua teori belajar tersebut memiliki aplikasi
yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru di bandingkan
dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan
dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Hakekat manajemen pembelajaran
berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai
tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa,
terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan
informasi.
Teaching as organising students activity berikut pernyataan Ramsden (dalam Arqam:
2010). Pernyataan ini adalah satu di antara 3 konsep teori mengajar dan praktik mengajar
yang diyakini, bahwa mengajar pada dasarnya mengorganisasikan kegiatan peserta didik
dalam melakukan serangkaian aktifitas yang melahirkan pengalaman belajar. Mengajar
dipandang sebagai proses supervisi dengan sejumlah teknik tertentu sehingga peserta didik
dapat belajar dengan optimal seperti yang diharapkan.
Secara eksistensial, persoalan pendidikan dan manusia bagaikan hubungan antara jiwa
dan raga manusia. Jika jiwa berpotensi menggerakan raga manusia, maka kehidupan
manusiapun digerakan oleh pendidikan ke arah pencapaian tujuan akhir.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian belajar menurut teori sibernatik secara umum ?
2. Bagaimana teori belajar menurut beberapa tokoh aliran sibernatik ?
3. Bagaimana aplikasi teori belajar sibernatik dalam pembelajaran ?
4. Bagaimana kelebihan dan kekurangan teori belajar sibernatik ?

1.3 Tujuan
1. Untuk memaparkan pengertian belajar menurut teori sibernatik secara umum
2. Untuk memaparkan teori belajar menurut beberapa tokoh aliran sibernatik
3. Untuk memaparkan aplikasi teori belajar sibernatik dalam pembelajaran
4. Untuk memaparkan kelebihan dan kekurangan teori belajar sibernatik

1.4 Manfaat
Berdasarkan penulisani ni , maka diharapkan makalah ini dapat bermanfaat :
1. Bagi pembaca agar dapat memberikan pengetahuan tentang teori sibernatik
2. Bagi tenaga pengajar agar dapat menerapkan kelebihan dari teori sibernatik ini
3. Bagi mahasiswa agar dapat dijadikan referensi
4. Bagi penulis agar dapat menambah wawasan tentang teori sibernatik

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Belajar Menurut Teori Sibernetik


Sibernatik merupakan bentuk kata serapan dari kata Cybernetic yakni sistem
kontrol dan komunikasi yang memungkinkan feedback atau umpan balik. Teori belajar
sibernatik ini bisa dibilang baru dari teori sebelumnya yang telah dibahas. Teori ini
berkembang pesat dengan perkembangan IPTEK. Menurut teori ini , belajar adalah
pengolahan informasi. Teori ini memiliki kesamaan dengan teori kognitif yaitu
mengutamakan proses dari pada hasil namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi
yang akan dipelajari oleh siswa (Budiningsih,2005). Ada juga yang berasumsi bahwa teori
sibernatik penerimaan informasinya antara lain usaha guru untuk membantu orang dengan
orang yang lain bisa berbeda. Hakikat pembelajaran berdasarkan teori ini yaitu usaha guru
untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan
unsur-unsur kognitif siswa.
2.2 Teori Belajar Menurut Beberapa Tokoh Aliran Sibernetik
1. Teori Belajar Menurut Landa
Landa membedakan dua macam proses berfikir, yaitu proses berfikir algoritmik dan
proses berfikir heuristik.
a. Proses berfikir algoritmik, yaitu proses berfikir yang sistematis, tahap demi tahap,
linier, konvergen, lurus menuju kesatu tujuan tertentu.
b. Proses berfikir heuristik, yaitu cara berfikir devergen, menuju kebeberapa target
tujuan sekaligus (Budiningsih, 2005: 87).
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran yang hendak
dipelajari atau masalah yang hendak di pecahkan diketahui ciri-cirinya. Materi pelajaran
tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur, linier, sekuensial, sedangkan
materi pelajaran lainnya akan lebih tepat bila disajikan dalam bentuk terbuka dan
memberi kebebasan kepada siswa untuk berimajenasi dan berfikir.
Misalnya, agar siswa mampu memahami suatu rumus matematika, mungkin akan
lebih efektif jika presentasi informasi tentang rumus tersebut disajikan secara algoritmik.
Alasannya, karena suatu rumus matematika biasanya mengikuti aturan tahap demi tahap
yang sudah teratur dan mengarah ke satu target tertentu. Namun untuk memahami makna
suatu konsep yang lebih luas dan banyak mengandung intrepetasi, misalnya konsep
keadilan atau demokrasi, akan lebih baik jika proses berfikir siswa dibimbing kearah
yang menyebar atau berfikir heuristik, dengan harapan pemahaman mereka terhadap
konsep itu tidak tunggal, monoton, dogmatik, atau linier.

2. Teori Belajar Menurut Pask dan Scott


Pask dan scott juga termasuk penganut teori sibernetik. Menurut mereka ada dua
macam cara berfikir, yaitu cara berfikir serialis dan cara berfikir wholist atau menyeluruh.
Pendekatan serialis yang dikemukakannya memiliki kesamaan dengan pendekatan
algoritmik. Namun apa yang dikatakan sebagai cara berfikir menyeluruh (wholist) tidak
sama dengan cara berfikir heuristik. Bedanya, cara berfikir menyeluruh adalah berfikir
yang cenderung melompat kedepan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem
informasi. Ibarat melihat lukisan, bukan detail-detail yang diamati lebih dahulu,
melainkan seluruh lukisan itu sekaligus baru sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih
detail. Sedangkan cara berfikir heuristik yang dikemukakan oleh Landa adalah cara
berfikir devergen mengarah kebeberapa aspek sekaligus (Budiningsih, 2005: 88).
Siswa tipe wholist atau menyeluruh biasanya dalam mempelajari sesuatu
cenderung dilakukan dari tahap yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih
khusus atau detail. Sedangkan siswa tipe serialist dalam mempelajari sesuatu cenderung
menggunakan cara berfikir secara algoritmik.
Teori sibernetik sebagai teori belajar sering kali dikritik karena tidak secara
langsung membahas tentang proses belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan.
Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan informasi dengan mencoba melihat
mekanisme kerja otak. Karena pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sangat
terbatas maka terbatas pula kemampuan untuk menerapkan teori ini. Teori ini
memandang manusia sebagai pengolah infomasi, pemikir, dan pencipta. Berdasarkan
pandangan tersebut maka diasumsikan bahwa manusia merupakan mahluk yang mampu
mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan informasi.
Asumsi diatas direfleksikan dalam model belajar dan pembelajaran yang
menggambarkan proses mental dalam belajar yang terstuktur membentuk suatu sistem
kegiatan mental. Dari model ini dikembangkan prinsip-prinsip belajar seperti:
1) Proses mental dalam belajar terfokus pada pengetahuan yang bermakna.
2) Proses mental tersebut mampu menyandi informasi secara bermakna.
3) Proses mental bermuara pada pengorganisasian pengaktulisasian informasi.

2.3 Aplikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Pembelajaran


Teori belajar pengolahan informasi termasuk dalam lingkup teori kognitif yang
mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara
langsung dan merupakan perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Namun
memori kerja manusia mempunyai kapasitas yang terbatas, oleh karena itu untuk
mengurangi muatan memori kerja, perlu memperhatikan kapabilitas belajar, peristiwa
pembelajaran, dan pengorganisasian atau urutan pembelajaran. Belajar bukan sesuatu yang
bersifat alamiah, namun terjadi dengan kondisi-kondisi tertentu, yaitu kondisi internal dan
kondisi eksternal. Sehubungan hal tersebut, maka pengelolaan pembelajaran dalam teori
belajar sibernetik, menuntut pembelajaran untuk diorganisir dengan baik yang
memperhatikan kondisi internal dan kondisi eksternal.
Kondisi internal peserta didik yang mempengaruhi proses belajar melalui proses
pengolahan informasi, dan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang guru dalam
mengelola pembelajaran antara lain:
1. Kemampuan awal peserta didik
Kemampuan awal peserta didik yaitu peserta didik telah memiliki pengetahuan, atau
keterampilan yang merupakan prasyarat sebelum mengikuti pembelajaran. Dengan
adanya kemampuan prasyarat ini peserta didik diharapkan mampu mengikuti proses
pembelajaran dengan baik. Kemampuan awal peserta didik dapat diukur melalui tes
awal, interview, atau cara-cara lain yang cukup sederhana seperti melontarkan
pertanyaan-pertanyaan.
2. Motivasi
Motivasi berperan sebagai tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah laku ke
arah tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik lebih menguntungkan
karena dapat bertahan lebih lama. Kebutuhan untuk berprestasi yang bersifat intrinsik
cenderung relatif stabil, mereka ini berorientasi pada tugas-tugas belajar yang
memberikan tantangan. Pendidik yang dapat mengetahui kebutuhan peserta didik untuk
berprestasi dapat memanipulasi motivasi dengan memberikan tugas-tugas yang sesuai
untuk peserta didik.
3. Perhatian
Perhatian merupakan strategi kognitif untuk menerima dan memilih stimulus yang
relevan untuk diproses lebih lanjut diantara sekian banyak stimulus yang datang dari
luar. Perhatian dapat membuat peserta didik mengarahkan diri ketugas yang diberikan,
melihat masalah-masalah yang akan diberikan, memilih dan memberikan fokus pada
masalah yang akan diselesaikan, dan mengabaikan hal-hal lain yang tidak relevan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian seseorang adalah faktor internal yang
mencakup: minat, kelelahan, dan karakteristik pribadi. Sedangkan faktor eksternal
mencakup: intensitas stimulus, stimulus yang baru, keragaman stimulus, warna, gerak
dan penyajian stimulus secara berkala dan berulang-ulang.
4. Persepsi
Persepsi merupakan proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang dapat
menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Persepsi
sebagai tingkat awal struktur kognitif seseorang. Untuk membentuk persepsi yang
akurat mengenai stimulus yang diterima serta mengembangkannya menjadi suatu
kebiasaan perlu adanya latihan-latihan dalam bentuk berbagai situasi. Persepsi
seseorang menjadi lebih mantap dengan meningkatnya pengalaman.
5. Ingatan
Ingatan adalah suatu sistem aktif yang menerima, menyimpan, dan mengeluarkan
kembali yang telah diterima seseorang. Ingatan sangat selektif, yang terdiri dari tiga
tahap, yaitu ingatan sensorik, ingatan jangka pendek, dan ingatan jangka panjang yang
relatif permanen. Penyimpanan informasi dalam jangka panjang dilakukan dalam
berbagai bentuk, yaitu melalui kejadian-kejadian khusus (episodic), gambaran (image),
atau yang berbentuk verbal bersifat abstrak. Daya ingat sangat menentukan hasil belajar
yang diperoleh peserta didik.
6. Lupa
Lupa merupakan hilangnya informasi yang telah disimpan dalam ingatan jangka
panjang. Seseorang dapat melupakan informasi yang telah diperoleh karena memang
tidak ada informasi yang menarik perhatian, kurang adanya pengulangan atau tidak ada
pengelompokan informasi yang diperoleh, mengalami kesulitan dalam mencari kembali
informasi yang telah disimpan, ingatan telah aus dimakan waktu atau rusak, ingatan
tidak pernah dipakai, materi tidak dipelajari sampai benar-benar dikuasai, adanya
gangguan dalam bentuk informasi lain yang menghambatnya untuk mengingat kembali.
7. Retensi
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah seseorang
mempelajari sesuatu, jadi kebalikan lupa. Apabila seseorang belajar, setelah beberapa
waktu apa yang dipelajarinya akan banyak dilupakan, dan apa yang diingatnya akan
berkurang jumlahnya. Ada tiga faktor yang mempengaruhi retensi, yaitu: materi yang
dipelajari pada permulaan (original learning), belajar melebihi penguasaan (over
learning), dan pengulangan dengan interval waktu (spaced review).
8. Transfer
Transfer merupakan suatu proses yang telah pernah dipelajari, dapat mempengaruhi
proses dalam mempelajari materi yang baru. Transfer belajar atau transfer latihan berarti
aplikasi atau pemindahan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, atau respon-
respon lain dari satu situasi kesituasi lain.

Kondisi eksternal yang sangat berpangaruh terhadap proses belajar dengan proses
pengolahan informasi antara lain:
1. Kondisi belajar
Kondisi belajar dapat menyebabkan adanya modifikasi tingkah laku yang dapat dilihat
sebagai akibat dari adanya proses belajar. Cara yang ditempuh pendidik untuk
mengelola pembelajaran sangat bervariasi tergantung pada kondisi belajar yang
diharapkan. Gagne (dalam Budiningsih, 2008: 89) mengklasifikasikan ada lima macam
hasil belajar, yakni: (a) keterampilan intelektual, atau pengetahuan prosedural yang
mencakup belajar diskriminasi, konsep, prinsip, dan pemecahan masalah yang diperoleh
melalui materi yang disajikan dalam pembelajaran di kelas. (b) strategi kognitif,
kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses
internal masing-masing individu dalam memperhatikan belajar, mengingat, dan berfikir.
(c) informasi verbal, kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata
dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan. (d) keterampilan motorik,
kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang
berhubungan dengan otot. (e) sikap, suatu kemampuan internal yang mempengaruhi
perilaku seseorang, dan didasari oleh emosi, kepercayaan, serta faktor intelektual.
2. Tujuan belajar
Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat penting, sebab
komponen-komponen lain dalam pembelajaran harus bertolak dari tujuan belajar yang
hendak dicapai dalam proses belajarnya. Tujuan belajar yang dinyatakan secara spesifik
dapat mengarahkan proses belajar, dapat mengukur tingkat ketercapaian tujuan belajar,
dan dapat meningkatkan motivasi belajar.
3. Pemberian umpan balik
Pemberian umpan balik merupakan suatu hal yang sangat penting bagi peserta didik,
karena memberikan informasi tentang keberhasilan, kegagalan, dan tingkat
kompetensinya.

Berdasarkan deskripsi proses pengolahan informasi yang terjadi merupakan interaksi


faktor internal dan eksternal dari peserta didik, maka aplikasi pengelolaan kegiatan
pembelajaran berbasis teori sibernetik yang baik untuk dilakukan bagi pendidik agar dapat
memperlancar proses belajar peserta didik adalah sebagai berikut:
1) Menarik perhatian.
2) Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa.
3) Merangsang ingatan pada prasyarat belajar.
4) Menyajikan bahan perangsang.
5) Memberikan bimbingan belajar.
6) Mendorong unjuk kerja.
7) Memberikan balikan informatif.
8) Menilai unjuk kerja.
9) Meningkatkan retensi dan alih belajar (Budiningsih, 2008: 90).

Menurut Suciati dan Irawan (dalam Budiningsih, 2008: 92) aplikasi teori belajar
sibernetik dalam kegiatan pembelajaran baik diterapkan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:

1) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.


2) Menentukan materi pembelajaran.
3) Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran.
4) Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut.
5) Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya.
6) Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan
urutan materi pelajaran.

2.4 Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Sibernetik


Kelebihan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi adalah:
1. Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
2. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.
3. Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.
4. Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai.
5. Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
6. Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu.
7. Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja
yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Sibernatik merupakan bentuk kata serapan dari kata Cybernetic yakni sistem kontrol dan
komunikasi yang memungkinkan feedback atau umpan balik. Belajar menurut Teori
Sibernetik yaitu, belajar adalah pengolahan informasi.
3.2 Landa membedakan dua macam proses berfikir, yaitu proses berfikir algoritmik dan proses
berfikir heuristik. Pask dan scott menurut mereka ada dua macam cara berfikir, yaitu cara
berfikir serialis dan cara berfikir wholist atau menyeluruh.
3.3 Kondisi internal dan eksternal peserta didik mempengaruhi proses belajar melalui proses
pengolahan informasi, dan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang guru dalam
mengelola pembelajaran.
3.4 Memiliki kekurangan dan kelebihan pada teori sibernetik, kelebihan strategi pembelajaran
yang berpijak pada teori pemrosesan informasi seperti cara berfikir yang berorientasi pada
proses lebih menonjol, penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis, kapabilitas
belajar dapat disajikan lebih lengkap dan lain-lain.

DAFTAR RUJUKAN

Arqam, Mhd Lailan. 2010. Pengembangan Multimedia Pembelajaran pada Mata Pelajaran
Kemuhammadiyahan bagi Siswa Kelas I Madrasah Muallimin Muhammadiyah
Yogyakarta. (online), http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/164693008201010201.
pdf, diakses pada 27 Februari 2017

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta 2008. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:


Universitas Pendidikan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai