Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

TENTANG
KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS

KELOMPOK 1

Mega Anggraini : 19205021


Yunisa Astuti : 19205037
Rahmat Hidayat : 19205051
Winda Safitri : 20205038
Linda Wati : 20205043

DOSEN :
Dr. Ali Asmar, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sejalan
dengan dinamika bangsa yang terus mencari bentuk yang lebih baik demi menghasilkan
generasi cerdas dan budiman, maka penulis membuat makalah ini yang berjudul
“Kemampuan Penalaran Matematis” Untuk memenuhi tugas perkuliahan Strategi
Pembelajaran Matematika.
Penulis berharap agar semua orang dapat memperoleh berbagai informasi yang berguna
untuk pembaca dari karya tulis ini. Namun, walaupun demikian penulis juga percaya bahwa
tidak ada gading yang tak retak, untuk itu kritikan dan saran maupun sumbangsih pikiran
yang sifatnya constructive dari pembaca akan penulis terima dengan senang hati. Demi
kesempurnaan makalah ini dan untuk perbaikan makalah yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan, bantuan dan bimbingan
yang telah diberikan oleh Bapak Dr. Ali Asmar, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini, serta rekan-rekan yang ikut membantu
terselesainya makalah ini.

Padang, November 2020

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kemampuan Penalaran Matematis ..............................................2
B. Indikator Kemampuan Penalaran Matematis .................................................3
C. Jenis Kemampuan Penalaran Matematis .......................................................4
D. Rubrik Penalaran dan Contoh Kemampuan Penalaran Matematis .................7
E. Contoh Judul-judul Penelitian Tentang Kemampuan Penalaran Matematis ...9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................21
B. Saran ...........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia
dituntutmemiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, bernalar, dan
bekerjasama secara efektif sehingga dapat berkembang maju di masa globalisasi ini. Dalam
upaya mengantisipasi perkembangan yang semakin maju tersebut, pembelajaran matematika
dikelas perlu direformasi, (Tandaliling, 2011).
Dalam pembelajaran matematika, terdapat beberapa kemampuan yang merupakan
kemampuan matematis, baik itu kemampuan dalam hal konten materi ataupun dalam hal
proses matematis, salah satu kemampuan matematis berdasarkan proses matematis adalah
kemampuan penalaran. Sampai saat ini peran guru dalam membangun kemampuan penalaran
matematis siswa khususnya dalam pembelajaran matematika masih sangat terbatas. Tugas
dan peran bukan lagi sebagai pemberi informasi (transfer of know ledge), tetapi sebagai
pendorong siswa belajar (stimulation of learning) agar dapat mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya. Materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran
dipahami dan dilatih melalui belajar materi matematika.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian kemampuan penalaran matematis?
2. Bagaimana indikator kemampuan penalaran matematis?
3. Bagaimana jenis kemampuan penalaran matematis?
4. Bagaimana rubrik penilaian dan contoh kemampuan penalaran matematis?
5. Bagaimana contoh judul-judul penelitian tentang kemampuan penalaran matematis?
C. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui pengertian kemampuan penalaran matematis
2. Untuk mengetahui indikator kemampuan penalaran matematis
3. Untuk mengetahui jenis kemampuan penalaran matematis
4. Untuk mengetahui rubrik penilaian dan contoh kemampuan penalaran matematis
5. Untuk mengetahui contoh judul-judul penelitian tentang kemampuan penalaran
matematis.

1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Kemampuan Penalaran Matematika
Kemampuan penalaran dalam matematika adalah suatu kemampuan menggunakan
aturan-aturan, sifat-sifat atau logika matematika untuk mendapatkan suatu kesimpulan
yang benar. Penalaran tidak terlepas dari realitas, sebab yang difikirkan adalah realitas,
yaitu hokum realitas yang sejalan dengan aturan berfikir dan dengan dasar realitas yang
jelas serta menggunakan hukum-hukum berfikir.Menurut Shurter dan Pierce (dalam
Sumarmo, 1987) memberikan pengertian penalaran adalah sebagai proses pencapaian
kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan.
Penalaran merupakan proses berpikir untuk menarik kesimpulan yang berdasarkan
beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
Menurut Shurter dan Pierce (Dahlan, 2011) istilah penalaran diterjemahkan dari reasoning
yang didefinisikan sebagai proses pencapaian kesimpulan logis berdasarkan fakta dan
sumber yang relevan. Dengan demilian, penalaran merupakan suatu kegiatan, suatu proses
atau suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat pernyataan baru
berdasarkan pada pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan sebelumnya dengan cara
mengaitkan fakta-fakta yang ada.
Menurut Fajar Shadiq (2004: 2) ”Penalaran merupakan suatu kegiatan, suatu
proses, atau suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat suatu
pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah
dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya. Hal yang sama juga dijelaskan oleh Coffey
(Shadiq, 2004) menyatakan bahwa penalaran adalah bagian khusus dari berfikir dalam
pengambilan kesimpulan, di mana konklusi digambarkan dari premis. Penalaran
matematis merupakan salah satu kemampuan yang diharapkan untuk dimiliki siswa dalam
mempelajari matematika (NCTM, 2000). Ditambahkan oleh Jones (1999) dan NCTM
(2000) bahwa penalaran matematis merupakan fondasi dalam memahami dan doing
matematika.
Penalaran matematika (Ahmad Thontowi, 1993: 78) adalah proses berpikir secara
logis dalam menghadapi problema dengan mengikuti ketentuan ketentuan yang ada.
Proses penalaran matematika diakhiri dengan memperoleh kesimpulan. Sedangkan
menurut Jujun S. Suriasumantri (1999:42) menyatakan bahwa penalaran merupakan suatu
proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan dan
2
mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Agar pengetahuan yang
dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus
dilakukan dengan suatu cara tertentu sehingga penarikan kesimpulan baru tersebut
dianggap sahih (valid). Kemampuan penalaran adalah kemampuan siswa untuk berpikir
logis menurut alur kerangka berpikir tertentu.
Selanjutnya, kemampuan penalaran matematis merupakan tahapan berpikir
matematik tingkat tinggi yang mencakup kapasitas berpikir secara logik dan sistematik.
Menurut Ball & Bass (Lithner, 2012)” Mathematical reasoning is no less than a basic skil”
yang artinya "Penalaran matematika tidak kurang dari keterampilan dasar" dan menurut
Umay (Gunhan, 2014)’’ Reasoning is a skill that is demonstrated during the advanced
stages of thought yag diartikan dengan penalaran adalah keterampilan yang ditunjukkan
selama tahap lanjutan dari pemikiran, dengan kata lain, selama proses penalaran matematis
dan yang merupakan pemikiran matematika. Webster (Gunhan, 2014)’’ the ability to think
coherently and logically and draw inferences or conclusions from facts known or assumed
’’ yang diartikan penalaran sebagai "kemampuan berpikir runtut dan logis dalam menarik
kesimpulan atau kesimpulan dari fakta-fakta yang diketahui atau diasumsikan.
SelanjutnyaRizky (2017) menyatakan bahwa penalaran adalah tindakan atau proses
berfikir untuk menyimpulkan sesuatu. Matematika berarti ilmu pengetahuan yang
diperoleh dari bernalar dan merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan
masalah yang berhubungan dengan bilangan. Penalaran atau kemampuan untuk berpikir
melalui ide-ide yang logis merupakan dasar dari matematika. Dengan demikian, penalaran
matematis adalah suatu aktivitas atau proses penarikan kesimpulan yang ditandai dengan
adanya langkah-langkah proses berpikir.
Menurut Subanidro (2012) kemampuan penalaran matematik adalah kemampuan
untuk menghubungkan antara ide-ide atau objek-objek matematika, membuat, menyelidiki
dan mengevaluasi dugaan matematik, dan mengembangkan argumen-argumen dan bukti-
bukti matematika untuk meyakinkan diri sendiri dan orang lain bahwa dugaan yang
dikemukakan adalah benar. Senada dengan hal itu Hartati (2017) menyatakan bahwa
kemampuan penalaran matematis merupakan salah satu bagian yang utama yang hendak
dicapai dalam tujuan pembelajaran matematika.
B. Indikator Kemampuan Penalaran Matematika
Indikator-indikator penalaran dalam matematika dalam istilah yang dinyatakan
Sumarmo (2004) adalah sebagai berikut:
3
a. Menarik kesimpulan logik
b. Memberikan penjelasan dengan mengunakan model, fakta, sifat, dan hubungan
c. Memperkirakan jawaban dan proses solusi
d. Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematik, menarik
analogi dan generalisasi.
e. Menyusun dan menguji konjektur
f. Memberikan lawan contoh (counter examples)
g. Menyusun argumen yang valid
Peraturan Dirjen Dikdasmen No.506/C/PP/2004 (Wardhani,2008) tentang
indikator-indikator penalaran yang harus dicapai siswa. Indikator yang menunjukkan
penalaran antara lain adalah:
a. Kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan
diagram.
b. Kemampuan mengajukan dugaan.
c. Kemampuan melakukan manipulasi matematika.
d. Kemampuan menyusun bukti, memberikan alasan /bukti terhadap kebenaran solusi.
e. Kemamapuan menarik kesimpulan dari pernyataan.
f. Memeriksa kesahihan suatu argument.
g. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.
Indikator kemampuan penalaran matematis menurut NCTM (2000: 56) adalah
sebagai berikut:
1. Mengenali dan meyakini bahwa memberikan alasan yang masuk akal (bernalar) dan
bentuk pembuktian adalah aspek yang mendasar di dalam belajar matematika.
2. Membuat dan memeriksa kembali perkiraan matematika yang telah diduga
sebelumnya.
3. Mengembangkan dan mengevaluasi pernyataan matematika dan pembuktiannya.
4. Memilih dan menggunakan berbagai macam bentuk penalaran dan metode
pembuktian.
C. Macam-macam Penalaran Matematika
a. Penalaran Logis
 Penalaran kondisional
 Penalaran Silogisme
Contohnya:
4
Tiga orang berjalan ke motel meminta kamar. Petugas mengatakan sewa kamar
adalah$ 30 sehingga masing-masing orang membayar $10 untuk biaya. Kemudian,
petugas itu meyadari bahwa dia melakukan kesalahan, bahwa sewa kamar seharusnya
$25. Dia menyuruh bellboy untuk mengembalikan sisa $5 untuk tiga orang. Bellboy
tidak ingin berantakan dengan banyak perubahan membagi $5 dengan tiga orang. Ia
memutuskan untuk berbohong tentang harga, dan mengembalikan kepada setiap orang
$1 dan menyimpan untuk dirinya $2. Akhirnya setiap orang membayar $9 terhadap
ruangan dan pelayan yang mendapat $ 2, dengan jumlah total $ 29.Tapi biaya asli $ 30,
dimana tambahan $1 pergi ?
b. Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang berupa penarikan
kesimpulan umum (berlaku untuk semua) atas dasar pengetahuan tentang hal yang
khusus (fakta). Artinya dari fakta-fakta diturunkan suatu kesimpulan. Penalaran
induktif melibatkan tentang keteraturan, misalnya kesamaan dari contoh-contoh yang
berbeda atau kesamaan pola gambar. Penalaran induktif juga dapat dilakukan dalam
kegiatan nyata, contohnya melalui suatu permainan atau melakukan sesuatu secara
terbatas dengan mencoba-coba, contohnya pada permainan menara hanoi. Oleh karena
itu, penalaran induktif merupakan proses penarikan kesimpulan dari kasus-kasus
individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.
Kesimpulan umum dari suatu penalaran induktif tidak merupakan bukti. Hal
tersebut dapat dipahami karena aturan umum yang diperoleh ditarik dari pemeriksaan
beberapa contoh khusus yang benar, tetapi belum tentu berlaku untuk semua kasus.
Kesimpulan tersebut boleh jadi valid (sah) pada contoh yang diperiksa, tetapi bisa jadi
tidak dapat diterapkan pada keseluruhan contoh. Dengan demikian dalam penalaran
induktif dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang benar berkenaan dengan contoh khusus
yang dipelajari, tetapi kesimpulan tersebut tidak terjamin untuk generalisasi. Contohnya:
tuliskan berikutnya tiga angka di urutan 5, 7, 11, 17, 25, …
c. Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif merupakan suatu proses berpikir (penalaran) yang bertolak
dari sesuatu proposisi yang sudah ada menuju kepada suatu proposisi baru yang
berbentuk suatu kesimpulan. Penalaran deduktif juga merupakan proses penalaran untuk
menarik kesimpulan dari hal-hal atau fakta-fakta yang bersifat umum ke hal-hal yang
bersifat khusus.
5
Deduktif atau deduksi adalah salah satu bentuk pemikiran yang biasanya
digunakan untuk menentukan pernyataan-pernyataan yang terungkap atau bisa juga
untuk menyatakan ide yang sama dengan bentuk sebaliknya. Ini adalah bentuk pemikiran
yang kesimpulannya muncul secara signifikan setelah ada pernyataan-pernyataan.
Pernyataan dalam pemikiran tersebut disebut premis-premis. Jika hubungan antara
premis-premis menghasilkan kesimpulan (konklusi) maka hubungan tersebut dikatakan
valid/sah. Validitas suatu kesimpulan timbul dari bentuk argumen dan bukan dari
kebenaran premis-premis. Argumen deduksi disebut valid/sah, bila premis-premisnya
benar maka kesimpulannya benar dan bila premisnya salah maka kesimpulannya salah.
Contoh penalaran deduktif: Persamaan (a2 - b2) = (a + b) (a - b) adalah persamaan
benar.
Penalaran deduktif dapat dilakukan secara :
1) Aturan inferensial
Contohnya: Semua bilangan imajiner adalah bilangan kompleks.
2) Bukti langsung
Buktikan bahwa diskriminan persamaan kuadrat lebih besar dari nol mempunyai
akar real berbeda.
3) Bukti tidak langsung
Buktikan bahwa jika hasil kali dua bilangan asli x dan y adalah ganjil, maka x dan y
kedua-duanya ganjil.
Dalam pembelajaran penalaran, Glade dan Citron juga memberikan 4 tahapan
program pembelajaran penalaran yaitu:
1. Tahap I
Bertujuan untuk membangun kemampuan metakognisi dengan pengembangan
pengetahuan anak dari enam dasar keterampilan berpikir dan bagaimana mereka
menggunakan keterampilan tersebut untuk berkomunikasi, belajar, menalar dan
menyelesaikan masalah. Fokus pada tahap ini adalah membangun kesadaran siswa
sehingga proses berpikir siswa secara sistematis turut serta menggunakan enam
keterampilan berpikir dan juga mereka dapat belajar untuk menjadi pemikir yang
baik.
2. Tahap 2
Tahap ini bertujuan untuk meningkatkan level dari kecakapan kognisis siswa
melalui pelatihan dalam setiap enam dasar kemampuan berpikir sebagai alat untuk
6
berkomunikasi, belajar, bernalar, dan memecahkan masalah. Fokusnya adalah
pengembangan kemampuan siswa sehingga melakukan setiap enam kemampuan
berpikir ketika dia menyelesaikan suatu masalah.
3. Tahap 3
Tahap ini bertujuan mengembangkan siswa untuk mentransfer dan menggunakan
ketrampilan berpikir anak untuk belajar, memahami, menganalisis, berkomunikasi
dan memecahkan masalah secara sadar. Karena kesadaran penggunaan dan
pentranfseran ketrampilan berpikir untuk mempelajari teori tidak muncul secara
intuitif atau otomatis, maka perlu dikembangkan aspek materi untuk strategi
penalarannya.
4. Tahap 4
Tahap ini sebagai refleksi sejauh mana kemampuan berpikir anak dapat
diaplikasikan dalam menganalisis, memahami, mengkomunikasikan pemecahan
masalah baik yang berkaitan dengan konsep matematika masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
D. Rubrik Penalaran Matematis Siswa
Untuk mengukur kemampuan penalaran matematis siswa, penelitian ini
menggunakan rubrik analitik skala 4. ”Rubrik analitik adalah pedoman untuk menilai
berdasarkan beberapa kriteria yang ditentukan”. Dengan menggunakan rubrik ini dapat
dianalisa kelemahan dan kelebihan seorang siswa terletak pada kriteria yang mana. Jadi
kita dapat mengetahui di indikator penalaran yang mana siswa yang banyak rendah,
sehingga dapat dijadikan evaluasi bagi guru.
No Indikator Penalaran Rincian Skor
1 Mengamati pola atau keteraturan
Tidak ada jawaban atau tidak 0
dapat menemukan pola
Menemukan pola tetapi tidak 1
dapat melakukan generalisasi
Menemukan pola dan membuat 2
generalisasi dengan tepat
2 Memberikan penjelasan Tidak ada jawaban atau tidak 0
menggunakan fakta dan sifat- menggunakan fakta yang ada
sifatnya Menggunakan fakta yang ada 1
tapi tanpa ada penjelasan
selanjutnya
Menggunakan fakta yang ada 2
dengan penjelasan, tapi kurang
lengkap
Menggunakan fakta yang ada 3
7
No Indikator Penalaran Rincian Skor
dengan penjelasan dan
penghitungannya lengkap dan
tepat.
3 Memberikan penjelasan dengan Tidak ada jawaban atau tidak 0
menggunakan konsep dan sifat- memberikan penjelasan
sifatnya. Memberikan penjelasan tetapi 1
menggunakan konsep yang
salah.
Memberikan penjelasan dengan 2
menggunakan konsep tetapi
generalisasinya salah
Memberikan penjelasan dengan 3
menggunakan konsep dan
membuat generalisasi dengan
tepat
4 Mengkonstruk atau menilai Tidak ada jawaban atau tidak 0
konjektur/argumen matematika dapat menilai argumen
matematika
Mengkonstruk atau menilai 1
argumen tetapi jawaban salah
Dapat mengkonstruk dan 2
menilai argumen matematika
dengan tepat
5 Menggambarkan konklusi logis Tidak dapat menjawab atau 0
tentang sejumlah ide dan tidak menggambarkan konklusi
keterkaitanya Menggambarkan konklusi 1
tetapi tidak logis.
Mengaitkan sejumlah ide dan 2
menggambarkan konklusi yang
salah.
Menggambarkan konklusi logis 3
tentang sejumlah ide dan
keterkaitanya dengan tepat

8
E. Contoh Soal dan Rubrik Penilaian
No Indikator SOAL JAWABAN SKOR
Penalaran
1 Mengamati pola Diagram berikut menunjukkan hasil penjualan sepeda Hasil penjualan sepeda motor 1
atau keteraturan motor merk A di kota X Tujuh bulan terakhir. dari bulan april-Juli mengalami
kenaikan secara teratur yaitu;
Hasil Penjualan Sepeda Motor 400 600 .... 1000
Ditemukan selisih kenaikan
Merk A di Kota X setiap bulanya adalah 200,
1500 sehingga hasil penjualan bulan
Mei = 600 + 200 = 800
1000 Hasil Penjualan sepeda motor
dari bulan Juni-September
Merk A
500 mengalami penurunan secara
teratur yaitu:
0 1000 950 ... 800
Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sept Ditemukan selisih penurunan
setiap bulanya yaitu 50
Sehingga hasil penjualan bulan
Manajemen perusahaan sepeda motor merk A belum melaporkan hasil
Agustus = 950-50 = 900
penjualan pada bulan Juni dan Bulan Agustus. Jika hasil penjualan
sepeda motor merk A mengalami kenaikan dan penurunan secara Hasil penjualan sepeda motor 2
teratur, tentukanlah total penjualan sepeda motor Merk A pada bulan dari bulan april-Juli mengalami
Mei dan Agustus? kenaikan secara teratur yaitu;
400 600 .... 1000
Ditemukan selisih kenaikan
setiap bulanya adalah 200,
sehingga hasil penjualan bulan
Mei = 600 + 200 = 800
Hasil Penjualan sepeda motor
dari bulan Juni-September

9
No Indikator SOAL JAWABAN SKOR
Penalaran
mengalami penurunan secara
teratur yaitu:
1000 900 ... 700
Ditemukan selisih penurunan
setiap bulanya yaitu 100
Sehingga hasil penjualan bulan
Agustus = 900-100 = 800
Maka, total penjualan bulan Mei
dan agustus = 800 + 800
2 Memberikan Modus dari data hasil seleksi masuk tes mandiri MTsN Salido dalam Karena diketahui modus data 1
penjelasan tabel berikut masing-masing adalah 8 dan 6. adalah satu yaitu 8 maka yang
menggunakan Nilai 4 5 6 8 10 tidak mungkin adalah p≥70.
fakta dan sifat- Frekuensi 20 p 50 70 10
sifatnya. Tentukan Nilai P yang tidak mungkin dari data di atas? Dan berikan Modus adalah datum dengan 2
penjelasanmu? frekuensi tertinggi. Karena
diketahui modus data adalah
satu yaitu 8 maka yang tidak
mungkin adalah
p≥70,frekuensi kumulatif data
diatas 6 adalah 80 sedangkan
frekuensi kumulatif data
dibawah 6 adalah 20+p+49 = 69
+p, maka p yang tidak mungkin
adalah p < 11
Jadi p yang tidak mungkin
adalah 𝑝 < 11 𝑎𝑡𝑎𝑢𝑝 ≥ 70
Modus adalah datum dengan 3
frekuensi tertinggi. Karena
diketahui modus data adalah
10
No Indikator SOAL JAWABAN SKOR
Penalaran
satu yaitu 8 maka yang tidak
mungkin adalah p≥70,.
Sedangkan median atau nilai
tengahnya adalah 6, artinya
frekuansi data dibawah 6 harus
sama dengan frekuensi data
diatas 6, frekuensi kumulatif
data diatas 6 adalah 80
sedangkan frekuensi kumulatif
data dibawah 6 adalah 20+p+49
= 69 +p, maka p yang tidak
mungkin adalah p < 11
Jadi p yang tidak mungkin
adalah 𝑝 < 11 𝑎𝑡𝑎𝑢𝑝 ≥ 70
3 Memberikan Suatu Hari Annisa menemukan sobekan koran yang memuat data Diketahui 𝑥̅ = 345 1
penjelasan dengan kecelakaan yang terjadi selama lima tahun belakang, berupa gambar Berdasarkan konsepnya
menggunakan diagram batang berikut: 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑑𝑎𝑡𝑢𝑚
konsep dan sifat- 𝑥̅ =
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑑𝑎𝑡𝑢𝑚
sifatnya.
345
400 + 350 + 𝑥 + 400 + 250
=
5
1725 = 1400 + 𝑥
𝑥 = 325
Jadi banyak kecelakaan yang
terjadi pada Tahun 2013 adalah
sebanyak 325 kasus
Annisa penasaran tentang banyaknya kecelakaan yang terjadi pada Diketahui 𝑥̅ = 345 2
tahun 2013. Menurutmu, Berapa banyak kecelakaan yang terjadi pada Berdasarkan konsepnya
11
No Indikator SOAL JAWABAN SKOR
Penalaran
tahun 2013? Berikan alasanmu! 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑑𝑎𝑡𝑢𝑚
𝑥̅ =
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑑𝑎𝑡𝑢𝑚

345
400 + 300 + 𝑥 + 350 + 250
=
5
1725 = 1200 + 𝑥
𝑥 = 525
Jadi banyak kecelakaan yang
terjadi pada Tahun 2012 adalah
sebanyak 525 kasus
Diketahui 𝑥̅ = 345 3
Berdasarkan konsepnya
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑑𝑎𝑡𝑢𝑚
𝑥̅ =
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑑𝑎𝑡𝑢𝑚

345
400 + 300 + 𝑥 + 350 + 250
=
5
1725 = 1200 + 𝑥
𝑥 = 525
Jadi banyak kecelakaan yang
terjadi pada Tahun 2013 adalah
sebanyak 525 kasus
4 Mengkonstruk Dalam sebuah kelas, diketahui nilai rata-rata ulangan matematika 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎𝑝𝑢𝑡𝑟𝑖 1
atau menilai kelompok putri adalah 8,5 sedangkan kelompok putra 7,7. Jika rata- 𝑋𝑎
= = 8.5
𝑎

12
No Indikator SOAL JAWABAN SKOR
Penalaran
konjektur/argumen rata kelas 7,9. Tunjukkan bahwa siswa putra lebih banyak dari pada 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎𝑝𝑢𝑡𝑟𝑎
matematika siswa putri! 𝑋𝑏
= = 7.7
𝑏
𝑋𝑎 = 𝑎 × 8.5 = 7.5𝑎
𝑋𝑏 = 𝑏 × 7.7 = 7.7𝑏
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑔𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑋𝑎 + 𝑋𝑏
=
𝑎+𝑏
8.5𝑎 + 7.7𝑏
=
𝑎+𝑏
= 7.9
8.5𝑎 + 7.7𝑏 = 7.9𝑎 + 7.9𝑏
0.4𝑎 = 0.2𝑏
𝑎 0.2 1
= =
𝑏 0.4 2
Jadi, perbandingan banyak
siswa putri dan siswa putra
adalah 1 : 2 artinya siswa
putri lebih sedikit dari
siswa putra.
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎𝑝𝑢𝑡𝑟𝑖 2
𝑋𝑎
= = 8.5
𝑎
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎𝑝𝑢𝑡𝑟𝑎
𝑋𝑏
= = 7.7
𝑏
𝑋𝑎 = 𝑎 × 8.5 = 7.5𝑎
𝑋𝑏 = 𝑏 × 7.7 = 7.7𝑏

13
No Indikator SOAL JAWABAN SKOR
Penalaran
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑔𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑋𝑎 + 𝑋𝑏 8.5𝑎 + 7.7𝑏
= =
𝑎+𝑏 𝑎+𝑏
= 7.9
8.5𝑎 + 7.7𝑏 = 7.9𝑎 + 7.9𝑏
0.6𝑎 = 0.2𝑏
𝑎 0.2 1
= =
𝑏 0.6 3
Jadi, perbandingan banyak
siswa putri dan siswa putra
adalah 1 : 3 artinya siswa
putri lebih sedikit dari
siswa putra.

5 Menggambarkan Pak Agus dan Pak Harif masing-masing memiliki lima ekor kambing. 𝑋𝑎 1
𝑥𝑎 =
̅̅̅ = 40 𝑘𝑔
konklusi logis Berat rata-rata kambing Pak Agus 40 kg, sedangkan berat rata-rata 5
tentang sejumlah kambing Pak Harif hanya 38 kg. Seekor kambing Pak Harif ditukarkan 𝑋𝑏
𝑥𝑏 =
̅̅̅ = 38 𝑘𝑔
ide dan dengan seekor kambing Pak Agus sehingga berat rata-rata kambing 5
keterkaitanya Pak Harif sama dengan berat rata-rata kambing Pak Agus. 𝑋𝑎 = 5.40 = 200 𝑘𝑔
Tentukanlah Selisih berat kambing pak Agus dan Pak Harif yang 𝑋𝑏 = 5.38 = 180 𝑘𝑔
ditukarkan? Kambing mereka
dipertukarkan m dengan n
sehingga rata-rata kambing
mereka sama;
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘𝑎𝑚𝑏𝑖𝑛𝑔𝐴
= 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘𝑎𝑚𝑏𝑖𝑛𝑔𝐵
𝑋𝑎 − 𝑚 + 𝑛 𝑋𝑏 + 𝑚 − 𝑛
=
5 5

14
No Indikator SOAL JAWABAN SKOR
Penalaran
200 − 𝑚 + 𝑛
5
180 + 𝑚 − 𝑛
=
5
2𝑚 − 2𝑛 = 200 − 180
= 20 𝑘𝑔
𝑚 − 𝑛 = 10 𝑘𝑔
Jadi, selisih kambing pak
agus dan pak harif adalah 10
kg
𝑋𝑎 2
𝑥𝑎 =
̅̅̅ = 40 𝑘𝑔
5
𝑋𝑏
𝑥𝑏 =
̅̅̅ = 38 𝑘𝑔
5
𝑋𝑎 = 5.40 = 200 𝑘𝑔
𝑋𝑏 = 5.38 = 190 𝑘𝑔
Kambing mereka
dipertukarkan m dengan n
sehingga rata-rata kambing
mereka sama;
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘𝑎𝑚𝑏𝑖𝑛𝑔𝐴
= 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘𝑎𝑚𝑏𝑖𝑛𝑔𝐵
𝑋𝑎 − 𝑚 + 𝑛 𝑋𝑏 + 𝑚 − 𝑛
=
5 5
200 − 𝑚 + 𝑛
5
190 + 𝑚 − 𝑛
=
5

15
No Indikator SOAL JAWABAN SKOR
Penalaran
2𝑚 − 2𝑛 = 200 − 190
= 10 𝑘𝑔
𝑋𝑎 3
𝑥𝑎 =
̅̅̅ = 40 𝑘𝑔
5
𝑋𝑏
𝑥𝑏 =
̅̅̅ = 38 𝑘𝑔
5
𝑋𝑎 = 5.40 = 200 𝑘𝑔
𝑋𝑏 = 5.38 = 190 𝑘𝑔
Kambing mereka
dipertukarkan m dengan n
sehingga rata-rata kambing
mereka sama;
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘𝑎𝑚𝑏𝑖𝑛𝑔𝐴
= 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘𝑎𝑚𝑏𝑖𝑛𝑔𝐵
𝑋𝑎 − 𝑚 + 𝑛 𝑋𝑏 + 𝑚 − 𝑛
=
5 5
200 − 𝑚 + 𝑛
5
190 + 𝑚 − 𝑛
=
5
2𝑚 − 2𝑛 = 200 − 190
= 10 𝑘𝑔
𝑚 − 𝑛 = 5 𝑘𝑔
Jadi, selisih kambing pak agus
dan pak harif adalah 5 kg

16
F. Contoh Jurnal-Jurnal Penelitian Kemampuan Penalaran Matematika
1. Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Melalui Pembelajaran
Berbasis Masalah oleh Tina Sri Sumartini (2015)
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil-hasil penelitian terdahulu yang
menunjukkan bahwa kemampuan penalaran matematis siswa belum sesuai dengan
yang diharapkan. Salah satu pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
penalaran matematis adalah pembelajaran berbasis masalah. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa
sebagai akibat dari pembelajaran berbasis masalah. Penelitian ini adalah kuasi
eksperimen yang menerapkan dua pembelajaran yaitu pembelajaran berbasis
masalah dan pembelajaran konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
di salah satu SMK di Kabupaten Garut. Pengambilan sampel dilakukan secara
purposive sampling, dan diperoleh dua kelas sebagai sampel penelitian. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan penalaran matematis. Berdasarkan
hasil analisis tersebut diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan
penalaran matematis siswa yang mendapat pembelajaran berbasis masalah lebih baik
daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
2. Analisis Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMA pada Materi Limit
Fungsi oleh Bentang Indria Yusdiana dan Wahyu Hidayat (2018)
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk
menganalisis tingkat kemampuan penalaran siswa dalam menyelesaikan
permasalahan pada materi limit fungsi dengan pengkatagorian tingkat kemampuan
penalaran matematis tinggi, sedang, dan rendah. Subjek penelitian adalah siswa
kelas XII sebanyak 20 orang. Bentuk pengambilan data yaitu pemberian 4 butir soal
tes tertulis dan wawancara pada subjek terpilih. Berdasarkan hasil analisis, nilai rata-
rata dari keseluruhan soal instrumen kemampuan penalaran matematis memperoleh
89% untuk indikator melaksanakan perhitungan berdasarkan rumus atau aturan
matematika yang berlaku, 84% dan 64% untuk indikator menarik kesimpulan dan
93% untuk indikator membuat perkiraan sehingga jika ditotal dan dirataratakan
mencapai 83%. Maka kemampuan penalaran matematis siswa SMA kelas XII
tergolong tinggi.
3. Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP Indonesia pada TIMSS 2011
oleh R. Rosnawati (2013)
17
Penelitian ini merupakan hasil analisis deskriptif kuantitaif untuk
mengeksplorasi kemampuan penalaran matematika siswa SMP di Indonesia pada
hasil internasional TIMSS 2011. Kemampuan penalaran matematika merupakan
syarat cukup untuk dapat menguasai matematika, oleh karena itu sangat terkait
dengan domain konten. Capaian rata-rata kemampuan matematika siswa Indonesia
menurut Benchmark Internasional TIMSS 2011 secara umum berada pada level
rendah (Low International Benchmark) di bawah median internasional. Untuk
melihat kelemaham penalaran matematika siswa Indonesia dikaji beberapa item soal
pada TIMSS, berkaitan dengan kemungkinan penyebab kekeliruan yang dilakukan
siswa Indonesia serta perbandingan rata-rata nasional terhadap rata-rata
internasional.
4. Pengembangan Soal-Soal Open-Ended Materi Lingkaran untuk Meningkatkan
Penalaran Matematika Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 10
Palembang oleh Devi Emilya (2010)
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) untuk menghasilkan soal-soal open ended
yang valid dan praktis pada materi lingkaran di SMP; (2) untuk melihat efek
potensial soal-soal open-ended terhadap penalaran matematika siswa pada materi
lingkaran di SMP. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (development
research). Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 10 Palembang
sebanyak 35 orang. Pengumpulan data menggunakan wawancara, analisis dokumen,
dan tes soal open-ended. Semua data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif
kualitatif. Hasil analisis data menyimpulkan bahwa (1) penelitian ini telah
menghasilkan suatu produk soal open-ended materi lingkaran untuk siswa kelas
VIII SMP yang valid dan praktis. Valid tergambar dari hasil penilaian validator,
dimana semua validator menyatakan sudah baik berdasarkan content, konstruk, dan
bahasa. Selain itu kevalidan soal open-ended ini tergambar setelah dilakukan
analisis validasi butir soal pada siswa small group. Praktis tergambar dari hasil uji
coba small group dimana sebagian besar siswa dapat menyelesaikan soal open-ended
yang diberikan. (2) prototype soal open-ended yang dikembangkan memilki efek
potensial yang positif terhadap penalaran siswa , hal ini terlihat dengan munculnya
beragam solusi jawaban siswa, dan pada tes pertama siswa berkategori baik dan
sangat baik berjumlah 29 siswa, sedangkan pada tes kedua siswa berkategori baik
dan sangat baik berjumlah 26 siswa.
18
5. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik dan Saintifik
terhadap Prestasi Belajar, Kemampuan Penalaran Matematis dan Minat
Belajar oleh Aji Wibowo (2017)
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh pendekatan
pembelajaran realistik dan saintifik terhadap prestasi belajar, kemampuan penalaran
matematis, dan minat belajar. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment dengan
pretest-posttest nonequivalent group design. Sampel penelitian adalah tiga kelas
yang dipilih secara acak dari enam kelas yang ada. Instrumen yang digunakan adalah
tes prestasi belajar, tes kemampuan penalaran matematis, dan angket minat belajar.
Untuk menguji keefektifan pendekatan pembelajaran realistik dan saintifik serta
pembelajaran konvensional menggunakan uji t one sample. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran matematika realistik efektif terhadap
prestasi belajar, kemampuan penalaran matematis, dan minat belajar; pendekatan
pembelajaran saintifik efektif terhadap prestasi belajar dan minat belajar tetapi tidak
efektif terhadap kemampuan penalaran matematis; sedangkan pembelajaran
konvensional tidak efektif terhadap prestasi belajar, kemampuan penalaran
matematis, dan minat belajar. Pendekatan pembelajaran realistik dan saintifik
memberikan berpengaruh yang lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional terhadap prestasi belajar, kemampuan penalaran matematis, dan minat
belajar. Pendekatan pembelajaran realistik lebih efektif daripada pendekatan
saintifik terhadap prestasi belajar kemampuan penalaran matematis, dan minat
belajar.
6. Kemampuan Penalaran Matematika Mahasiswa Melalui Pendekatan Problem
Solving Pendahuluan oleh Ririn Dwi Agustin (2016)
Kemampuan bernalar sangat dibutuhkan bagi siswa maupun mahasiswa
dalam memahami materi atau konsep matematika. Namun pada kenyataannya
banyak mahasiswa yang sulit memahami materi atau konsep matematika, sehingga
hasil kurang maksimal. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan penalaran
matematika adalah dengan menggunakan pendekatan problem solving, dengan
menggunakan pendekatan ini mahasiswa akan lebih bertanggung jawab dan terlibat
secara langsung dalam pemecahan masalah dengan merumuskan dan memecahkan
masalah mereka sendiri. Kemampuan penalaran dapat dilihat dari hasil tes siswa
dalam mengerjakan soal pemecahan masalah yang dibuat berdasarkan indikator
19
penalaran matematika Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan
kemampuan penalaran matematika mahasiswa yang berkemampuan tinggi, sedang,
dan rendah pada mahasiswa pendidikan matematika IKIP Budi Utomo Malang. Jenis
penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek
dalam penelitian ini adalah 3 siswa yang terdiri dari 1 siswa berkemampuan tinggi, 1
siswa berkemampuan sedang, dan 1 siswa berkemampuan rendah. Pengambilan data
dilakukan dengan memberikan soal Tes Pemecahan Masalah (TPM) kepada ketiga
subjek tersebut. Setelah itu, dilakukan wawancara kepada setiap subjek. Berdasarkan
analisis data didapatkan kesimpulan bahwa kemampuan penalaran siswa yang
berkemampuan tinggi dan sedang berkriteria baik, sedangkan siswa yang
berkemampuan rendah berkriteria cukup.

20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penalaran matematis merupakan salah satu jantung dalam pembelajaran, sehingga
perlu menumbuhkembangkan dalam aktivitas pembelajaran matematika. Penalaran
matematis adalah suatu aktivitas atau proses penarikan kesimpulan yang ditandai dengan
adanya langkah-langkah proses berpikir.

Dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematis, guru dituntut agar memilih


suatu model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam
pengalaman belajarnya, baik dalam membangun konsep, mengemukakan ide atau gagasan
mereka. Selain itu, agar kemampuan penalaran matemais siswa berkembang secara
optimal, siswa harus memiliki kesempatan yang sangat terbuka untuk berpikir dan
beraktifitas dalam memecahkan berbagai permasalahan. Dengan demikian pemberian
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa dalam menyelesaikan permasalahan dapat
menumbuhkembangkan kemampuan penalaran matematis siswa secara optimal.

B. Saran
Demikianlah penyusunan makalah ini, kami sadar bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan kemampuan kami atau
kurangnya referensi.Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan pada makalah selanjutnya.Semoga
makalah ini berguna bagi para pembacanya dan bisa menambah ilmu pengetahuan kita
semua.Aamiin.

21
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Ririn Dwi. 2016. Kemampuan Penalaran Matematika Mahasiswa Melalui


Pendekatan Problem Solving. Jurnal Pedagogia ISSN 2089-3833, 5 (2).

Depdiknas. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs. Jakarta: Depdiknas.
Emilya, Devi. 2010. Pengembangan Soal-Soal Open-Ended Materi Lingkaran untuk
Meningkatkan Penalaran Matematika Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama
Negeri 10 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika, 4 (1). hal. 8-18.

Irwan. 2011. Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis dan Berpikir matematis


Mahasiswa Melalui Pendekatan Problem Possing Model Search, Solve, Create and
Share (SSCS). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (Disertasi Tidak
Diterbitkan)
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 2000. Principles and Standards for
school Mathematics, Restron, VA: NCTM.
Nurma, Widayanti. 2010. Peningkatan Kemampuan Penalaran MatematisSiswa Kelas
VIIISMP Negeri 3 BanguntapanDalam Pembelajaran Matematika MelaluiPendekatan
Pendidikan Matematika RealistikIndonesia (PMRI) (diakses tanggal 9 September 2016)
Rosnawati, R. 2013. Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP Indonesia pada TIMSS
2011. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.

Shadiq, Fajar. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Makalah disampaikan
Pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar di PPPG
Matematika. Yogyakarta.
Sumarmo, Utari. 2013. Berpikir dan Disposisi Matematik serta Pembelajaran. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Sumartini, Tina Sri. 2015. Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Melalui
Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan Matematika, 5 (1), hlm 1-10.

Suriasumantri, Jujun S. 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar
Harapan
Thontowi, Ahmad. 1993. Psikologi Pendidikan. Bandung: Angkasa
Wibowo, Aji. 2017. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik dan Saintifik
terhadap Prestasi Belajar, Kemampuan Penalaran Matematis dan Minat Belajar.
Jurnal Riset Pendidikan Matematika 4 (1), hal. 1-10.

22
Yusdiana, Bentang Indria dan Wahyu Hidayat. 2018. Analisis Kemampuan Penalaran
Matematis Siswa SMA pada Materi Limit Fungsi. Jurnal Pembelajaran Matematika
Inovatif, 1(3), DOI 10.22460/jpmi.v1i3.409-414.

23

Anda mungkin juga menyukai