DOSEN PENGAMPU
DISUSUN OLEH
KELAS / KELOMPOK
1A/2
2019/2020
1
KATA PENGANTAR
Mudah-mudahan makalah sederhana yang telah berhasil penulis susun ini bisa
dengan mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya penulis
meminta maaf bila mana terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan
serta penulis sangat sadar masih terdapat banyak kekurangan di dalam makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik dan juga saran untuk menyempurnakan makalah ini sangat penulis
harapkan. Semoga dengan adanya makalah ini, bisa memberikan banyak manfaat untuk
Mahasiswa Poltekkes dan khususnya untuk semua pihak yang membutuhkannya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 22
4.1 Kesimpulan...........................................................................................
4.2 Saran....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... iv
3
BAB I
PENDAHULUAN
Bagi orang tua yang memiliki anak usia sekolah, hampir setiap hari harus
membimbing anak dalam belajar. Beban materi anak sekolah sekarang juga dirasakan
lebih padat dibandingkan ketika kita dulu sekolah. Beban materi yang padat, pada mata
pelajaran hapalan memungkinkan anak mudah lupa, sehingga orang tua harus berusaha
untuk menemukan trik untuk diajarkan kepada anak agar tidak mudah lupa dalam
menghapal materi pelajaran.
Bedasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1
c. Apa Saja Teori – Teori Belajar ?
d. Apa Itu Lupa ?
e. Bagaimana Faktor – Faktor Penyebab Lupa ?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Santrock dan
Yussen mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relative permanen karena
adanya pengalaman. Sedangkan Reber mendefinisikan belajar dalam dua pengertian,
yaitu :
Tujuan Belajar berlangsung karena adanya tujuan yang akan dicapai seseorang.
Tujuan inilah yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar,
sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Sardiman (2011: 26-28) bahwa tujuan
belajar pada umumnya ada tiga :
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir, karena antara kemampuan berpikir
dan pemilihan pengetahuan tidak dapat dipisahkan. Kemampuan berpikir tidak dapat
dikembangkan tanpa adanya pengetahuan dan sebaliknya kemampuan berpikir akan
memperkaya pengetahuan.
3
b. Penanaman konsep dan keterampilan
c. Pembentukan sikap
Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari soal
penanaman nilai-nilai, dengan dilandasi nilai, anak didik akan dapat menumbuhkan
kesadaran dan kemampuan untuk mempraktikan segala sesuatu yang sudah
dipelajarinya. menyusun suatu tujuan belajar yang harus dicapai oleh seseorang yang
belajar, sehingga terjadi perubahan dalam dirinya. Perubahan
Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar yang
bersumber dari aliran-aliran psikologi.
a. Teori Behaviorisme
4
3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
4. Social Learning menurut Albert Bandura
b. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran
konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai
rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan
perkembangan individu.Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaran adalah :
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk
atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu
akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.
5
2.4 Pengertian Lupa
Lupa merupakan istilah yang sangat populer di masyarakat, dari hari ke hari dan
bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan sesuatu, entah hal itu
tentang peristiwa atau kejadian di masa lampau atau sesuatu yang akan dilakukan,
mungkin juga sesuatu yang baru saja dilakukan.
Menurut Irwanto dalam bukunya Piskologi Umum, lupa merupakan suatu gejala
di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali untuk digunakan.
Muhibbinsyah (1996) dalam bukunya yang berjudul psikologi pendidikan mengartikan
lupa sebagai hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau memproduksi
kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari secara sederhana. Ada pula yang
mengartikan Lupa ialah peristiwa tidak dapat memproduksikan tanggapan-tanggapan
kita, sedangkan ingatan kita sehat (Agus Suyanto, 1993).
a. proactive interference.
Gangguan ini terjadi jika item-item atau materi pelajaran yang lama telah tersimpan
dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru.
Dalam hal ini gangguan seperti ini terjadi jika seorang siswa mempelajari sebuah materi
pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam
waktu yang relatif pendek. Dalam keadaan demikian materi pelajaran yang baru sulit
untuk diingat dan dengan sangat mudah untuk dilupakan.
6
b. retroactive interference.
Gangguan ini terjadi jika materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan
terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran yang telah lebih dahulu tersimpan
dalam subsistem akal permanennya siswa tersebut. Dalam hal ini materi pelajaran lama
akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali (siswa tersebut lupa akan materi
pelajaran lama itu).
lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang
telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi karena adanya
kemungkinan:
7
BAB III
8
agar dapat mengelola diri dari sikap – sikap yang kita peroleh
dengan positif.
Belajar apresiasi bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
ranah rasa dalam berekspresi terhadap sesuatu, seperti menghargai
nilai suatu objek.
Belajar pengetahuan ialah belajar dengan cara melakukan
penyelidikan secara mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu
yang bertujuan untuk menambah informasi dan pemahaman
terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan
memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, seperti
menggunakan alat – alat lab dan penelitian lapangan.
Hal ini telah mendapat perhatian dari para ahli pendidikan dan psikologi
yang pada pokoknya memandang bahwa konsep belajar selalu
menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku seseorang
berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu.
b. Konsep pembelajaran
Pembelajaran merupakan aktivitas yang berproses melalui tahapan
perancangan, pelaksanaan, evaluasi, dimaknai sebagai interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.
Oleh karena itu, keberhasilan sebuah proses pembelajaran ditentukan oleh
ketiga komponen tersebut. Beberapa teori yang dapat dijadikan landasan
konsep pembelajaean antara lain teori Ilmu Jiwa Dayya yang beranggapan
bahwa jiwa manusia mempunyai daya – daya seperti daya mengenal, daya
mengingat, daya berpikiiir, daya fantasi yang dapat dipertajam secara
fungsional untuk sesuatu hal dengan cara melatih semua daya yang
tersedia. Teori belajar ilmu jiwa Gestalt memandang bahwa keseluruhan
lebih penting dari bagian – bagian itu didahului oleh keseluruhan. Teori
belajar Ilmu Jiwa Asosiasi yang dibedakan atas teori belajar
Connectionism memandang bahwa belajar adalah hubungan antara
9
stimulus dan respon, dan teori belajar Conditioning yang memandang
bahwa segala tingkah laku manusia tidak lain adalah hasil dari latihan –
latihan atau kebiasaan – kebiasaan mereaksi terhadap perangsang –
perangsang tertentu yang dialami didalam kehidupannya.
3.2 Prinsip – Prinsip Belajar
a. Pengertian Prinsip Belajar
Prinsip Belajar Menurut Gestalt :
Adalah suatu transfer belajar antara pendidik dan peserta didik
sehingga mengalami perkembangan dari proses interaksi belajar
mengajar yang dilakukan secara terus menerus dan diharapkan
peserta didik akan mampu menghadapi permasalahan dengan
sendirinya melalui teori-teori dan pengalaman-pengalaman yang
sudah diterimanya.
Prinsip Belajar Menurut Robert H Davies :
Suatu komunikasi terbuka antara pendidik dengan peserta didik
sehingga siswa termotivasi belajar yang bermanfaat bagi dirinya
melalui contoh-contoh dan kegiatan praktek yang diberikan pendidik
lewat metode yang menyenangkan siswa.
Berdasarkan Pendapat para Ahli, disimpulkan bahwa :
Prinsip Belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan
sumber motivasi agar Proses Belajar dan Pembelajaran dapat
berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik
b. Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsip Kesiapan (Readiness)
Proses belajar dipengaruhi kesiapan peserta didik, yang dimaksud
dengan kesiapan atau readiness ialah kondisi individu yang
memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal itu terdapat
berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus.
Yang termasuk kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan
10
fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku,
motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan
seseorang dapat belajar
Prinsip Motivasi (Motivation)
Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai
kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara ke-sungguhan.
Motivasi juga mem-punyai peranan penting dalam kegiatan
pembelajaran. Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau
keinginan untuk belajar itu timbul dari dirinya. Motivasi dalam hal
ini meliputi dua hal: (a) mengetahui apa yang akan dipelajari, (b)
memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Kedua hal ini
sebagai unsur motivasi yang menjadi dasar permulaan yang baik
untuk belajar. Sebab tanpa kedua unsur tersebut kegiatan
pembelajaran sulit untuk berhasil. Motivasi adalah unsur utama
dalam pembelajaran dan pembelajaran tidak dapat berlangsung tanpa
adanya perhatian.
Prinsip Persepsi dan keaktifan
“Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia
memahami situasi”. Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang
hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang
berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu.
Seseorang guru akan dapat memahami peserta didiknya lebih baik
bila ia peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat suatu situasi
tertentu. Termasuk dalam pembelajaran, peserta didik harus selalu
aktif. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai pada
kegiatan psikis yang susah diamati. Dengan demikian belajar yang
berhasil harus melalui banyak aktivitas baik fisik maupun psikis.
Bukan hanya sekedar menghafal sejumlah rumus-rumus atau
11
informasi tetapi belajar harus berbuat, seperti membaca, mendengar,
menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
Prinsip Tujuan dan keterlibatan langsung
“Tujuan harus ter-gambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para
pelajar pada saat proses belajar terjadi”. Tujuan ialah sasaran khusus
yang hendak dicapai oleh seseorang. Prinsip keterlibatan langsung
merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Prinsip keterlibatan
langsung ini mencakup keterlibatan langsung secara fisik maupun non
fisik. Prinsip ini diarahkan agar seseorang merasa dirinya penting dan
berharga dalam lingkungan belajarnya sehingga dia bisa menikmati
jalannya pembelajaran.
Prinsip Perbedaan Individual
Proses pembelajaran semestinya memperhatikan perbedaan individual
dalam lingkungan belajar (kelas) agar dapat memberi kemudahan
pencapaian tujuan belajar setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya
memperhatikan satu tingkat sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan
yang ingin dicapai seseorang.
Prinsip Transfer Retensi dan tantangan
“Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan
menerapkan hasil belajar dalam situasi baru”. Apa pun yang dipelajari
dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang
lain. Prosesa tersebut dikenal dengan proses transfer, kemampuan
seseorang untuk menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi.
Bahan-bahan yang dipelajari dan diserap dapat digunakan oleh
seseorang dalam situasi baru. Prinsip belajar dan pembelajaran dengan
salah satu prinsip konsep contextual teaching and learning yaitu
inkuiri. Di mana dijelaskan bahwa inkuiri merupakan proses
pembelajaran yang ber-dasarkan pada pencarian dan penemuan
melalui proses berpikir secara sistematis.19 Jadi, peserta didik akan
12
bersungguh-sungguh dalam menemukan masalahnya terlebih dahulu
kemudian menemukan sendiri jalan keluarnya.
Prinsip Belajar Kognitif
“Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan atau
penemuan”.Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur,
pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan
memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru,
berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi me-rupakan aktivitas
mental yang berkaitan dengan proses belajar kognitif. Proses belajar
itu dapat terjadi pada berbagai tingkat kesukaran dan menuntut
berbagai aktivitas mental.
Prinsip Belajar Afektif
“Proses belajar afektif seseorang menentukn bagaimana ia meng-
hubungkan dirinya dengan pengalaman baru”.Belajar afektif
mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Dalam banyak hal
pelajar mungkin tidak menyadari belajar afektif. Sesungguhnya proses
belajar afektif meliputi dasar yang asli untuk dan merupakan bentuk
dari sikap, emosi dorongan, minat dan sikap individu.
Proses Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu
mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung
aspek mental dan fisik.
Prinsip Pengulangan, Balikan, Penguatan dan Evaluasi.
Prinsip pembelajaran yang menekankan penting-nya pengulangan
yang barangkali paling tua seperti yang dikemukakan oleh teori
psikologi daya. Menurut teori ini bahwa belajar adalah melatih daya-
daya yang ada pada manusia yang terdiri dari daya mengamat,
menangkap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir dll.
13
3.3 Kiat Mengurangi Lupa
14
suara/lafal yang mirip dengan kata yang dipelajari; dan c) arti-arti kata asing
tersebut.
15
3.4 Proses Terjadinya Lupa Dalam Belajar
A. Pengertian Lupa
Lupa adalah kehilangan kemampuan untuk menyebutkan atau
memproduksi kembali mengenai hal-hal yang sebelumnya telah dipelajari
seseorang. Lupa dianggap sebagai bentuk ketidak mampuan dalam mengenal
maupun mengingat sesuatu yang sebelumnya pernah dialami atau dipelajari.
Sehingga lupa bukan merupakan kondisi dimana kehilangan informasi dan
pengetahuan yang ada di dalam memori manusia.
Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau
memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah dipelajari. Secara
sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai
ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari
atau dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item
informasi dan pengetahuan dari akal seseorang (Muhibbin Syah, 2008: 158).
Pada umumnya orang percaya bahwa lupa terutama disebabkan oleh lamanya
tenggang waktu antara saat terjadinya proses belajar sebuah materi dengan saat
pengungkapannya. Namun berdasarkan hasil-hasil penelitian, ternyata
anggapan seperti itu nyaris tak terbukti.
Apa yang sudah kita ingat, akan disimpan dalam bagian otak
tertentu jika materi tersebut harus diingat namun tidka pernah
digunakan. Maka karena adanya proses metabolisme dalam otak,
lambat laun materi tersebut akan terhapus dalam otak yang membuat
seseorang tidak dapat mengingatnya kembali. Sehingga karena tidak
16
digunakan lagi, maka secara tidak langsung menyebabkan materi
tersebut lenyap dengan sendirinya
2. Tahap Kedua
Ada beberapa prinsip-prinsip sistematis yang perlu diketahui, yaitu :
3. Tahap Ketiga
17
4. Tahap Keempat
Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan
terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak.
Ketiga, lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan
antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990).
18
Keempat, lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa
terhadap proses dan situasi belajar tertentu.
Kelima, lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai
tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian
ahli, materi yang diperlakukan’ demikian dengan sendirinya akan masuk
ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi
pelajaran baru.
Keenam, lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syarat otak.
Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan,
kecanduan alkohol, dan gegar otak akan kehilangan ingatan atas item-item
informasi yang ada dalam memori permanennya (Tohirim, 2008: 137-139).
19
Ketiga, mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga hanya
disebut mnemonic, berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental
untuk memasukkan item-item informal ke dalam sistem akal siswa. Banyak
kiat mnemonic yang dapat dilakukan, di antaranya adalah: 1) Rima (Rhyme),
yakni sajak yang dibuat sedemikian rupa yang isinya terdiri atas kata dan
istilah yang harus diingat siswa; 2) Singkatan, yakni terdiri atas huruf-huruf
awal nama atau istilah yang harus diingat siswa; 3) Sistem kata kunci (key
word system). Sistem kata kunci biasanya direkayasa secara khusus untuk
mempelajari kata dan istilah asing, dan konon cukup efektif untuk pengajaran
bahasa asing, Inggris misalnya. Sistem ini berbentuk daftar kata yang terdiri
atas unsur-unsur sebagai berikut: a) kata-kata asing; b) kata-kata kunci, yakni
kata-kata bahasa lokal yang paling kurang suku pertamanya memiliki
suara/lafal yang mirip dengan kata yang dipelajari; dan c) arti-arti kata asing
tersebut.
Keempat, pengelompokan (clustering), yaitu menata ulang item-item
materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti
bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau
sangat mirip. Penataan/pengelompokan ini direkayasa sedemikian rupa dalam
bentuk daftar-daftar item materi seperti: daftar I terdiri atas nama-nama negara
serumpun: Indonesia,Malaysia, Brunei, dan seterusnya; daftar II terdiri atas
singkatan-singkatan lembaga-lembaga negara: MPR, DPR, dan seterusnya.
Kelima, latihan terbagi. Lawan latihan terbagi (distributed practice)
adalah latihan terkumpul (massed practice) yang sudah dianggap tidak efektif
karena mendorong siswa melakukan cramming. Dalam latihan terbagi siswa
melakukan latihan-latihan dengan alokasi waktu yang pendek dan dipisah-
pisahkan di antara waktu-waktu istirahat. Upaya demikian dilakukan untuk
menghindari cramming, yakni belajar banyak materi secara tergesa-gesa dalam
waktu yang singkat.
Keenam, Pengaruh letak bersambung. Untuk memperoleh efek positif
dari pengaruh letak bersambung (the serial position effect),siswa dianjurkan
20
menyusun daftar kata-kata (nama, istilah, dan sebagainya) yang diawali dan
diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus diingat
siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warna yang
mencolok agar tampak sangat berbeda dari kata-kata yang lainnya yang tidak
perlu diingat. Dengan demikian, kata yang ditulis pada awal dan akhir daftar
tersebut memberi kesan tersendiri dan diharapkan melekat erat dalam
subsistem akal permanen siswa.
Selain cara di atas, Hujair AH. Sanaky juga mengemukakan empat cara
yang dapat dilakukan agar belajar tidak lupa, yaitu: 1) Review (pengulangan),
yaitu mengingat dan merangkum apa yang telah dipelajari; 2) Self-assessment
(penilaian diri sendiri), yaitu mengevaluasi perubahan-perubahan dalam hal
pengetahuan,keterampilan dan perilaku; 3) Future planning (perencanaan
masa yang akan datang), yaitu menentukan bagaimana siswa akan meneruskan
kegiatan belajarnya setelah kelas selesai; dan 4) Expression final sentiments
(pengungkapan sentimen-sentimen akhir), yaitu mengkomunikasikan pikiran-
pikiran, perasaan- perasaan, dan perhatian siswa yang mereka miliki pada
akhir kelas.
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
Hanafy,Sain. 2014. Konsep Belajar dan Pembelajaran. Lentera Pendidikan. Vol 17(1) :
68 – 76
Justin, DebrillaIvanadyaPang. 2018. Bagaimana proses terjadinya lupa.
https://www.dictio.id/t/bagaimana-proses-terjadinya-lupa/111318. Diakses pada
tanggal 6 Juli 2020 pukul 13.05
iv