Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Tentang Konsep Belajar dan Kiat-Kiat Mengurangi Lupa

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psychology

DOSEN PENGAMPU

Vera Fauziah Fatah, Skep Ners,M.Kep

DISUSUN OLEH

1. Annisa Harizatul (P17320119007)


2. Annisa Shalla Prasita (P17320119008)
3. Aprilia Salsabilla (P17320119009)
4. Asri Purnamasari (P17320119010)
5. Awal Lianti Sury (P17320119011)
6. Dwi Noviantye (P17320119012)

KELAS / KELOMPOK

1A/2

D-III JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG

POLTEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI

2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan


yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan
serta pengetahuan sehingga makalah matakuliah Psikologi berjudul Tentang konsep
belajar dan kiat-kiat mengurangi lupa dan makalah ini bisa selesai sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.

Penulis berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah


pengetahuan rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi Poltekkes Kemenkes Bandung Jurusan
Keperawatan pada khususnya dan para pembaca yang merupakan salah satu bagian dari
matakuliah Psikologi.

Mudah-mudahan makalah sederhana yang telah berhasil penulis susun ini bisa
dengan mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya penulis
meminta maaf bila mana terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan
serta penulis sangat sadar masih terdapat banyak kekurangan di dalam makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik dan juga saran untuk menyempurnakan makalah ini sangat penulis
harapkan. Semoga dengan adanya makalah ini, bisa memberikan banyak manfaat untuk
Mahasiswa Poltekkes dan khususnya untuk semua pihak yang membutuhkannya.

Bandung, 29 Juni 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 1
1.3 Maksud dan Tujuan.............................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 3


2.1 Pengertian Belajar ................................................................................ 3
2.2 Tujuan Belajar ...................................................................................... 3
2.3 Teori – Teori Belajar ............................................................................ 4
2.4 Pengertian Lupa ................................................................................... 6
2.5 Faktor – Faktor Penyebab Lupa ........................................................... 6

BAB III KONSEP BELAJAR DAN KIAT MENGURANGI LUPA ........ 8


3.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran ....................................................... 8
3.2 Prinsip – Prinsip Belajar ...................................................................... 10
3.3 Kiat Mengurangi Lupa ......................................................................... 14
3.4 Proses Terjadinya Lupa Dalam Belajar ............................................... 16
3.5 Cara Mengatasi Lupa Dalam Belajar ................................................... 19

BAB IV PENUTUP......................................................................................... 22
4.1 Kesimpulan...........................................................................................
4.2 Saran....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... iv

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran, baik dalam konteks pendidikan di sekolah maupun pendidikan


luar sekolah, pada jenjang dan dengan menggunakan pendekatan, strategi serta model
apa pun harus benar-benar efektif. Pembelajaran yang efektif dicirikan antara lain oleh
tingginya kemampuan pembelajaran tersebut dalam menyajikan secara optimal tiga
dimensi pembelajaran sebagai proses, produk dan sikap. Dimensi proses pembelajaran
menuntut guru untuk melibatkan peserta didik secara aktif kedalam kegiatan-kegiatan
dalam upaya memperoleh hasil belajar.

Melalui berbagai strategi pembelajaran dan pengembangan potensi diri, peserta


didik memperoleh bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk
memahami dan menyesuaikan diri terhadap fenomena dan perubahan-perubahan di
lingkungan sekitar dirinya, disamping memenuhi keperluan untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Bagi orang tua yang memiliki anak usia sekolah, hampir setiap hari harus
membimbing anak dalam belajar. Beban materi anak sekolah sekarang juga dirasakan
lebih padat dibandingkan ketika kita dulu sekolah. Beban materi yang padat, pada mata
pelajaran hapalan memungkinkan anak mudah lupa, sehingga orang tua harus berusaha
untuk menemukan trik untuk diajarkan kepada anak agar tidak mudah lupa dalam
menghapal materi pelajaran.

1.2 Rumusan Masalah

Bedasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai
berikut :

a. Apa Itu Belajar ?


b. Apa Saja Tujuan Belajar ?

1
c. Apa Saja Teori – Teori Belajar ?
d. Apa Itu Lupa ?
e. Bagaimana Faktor – Faktor Penyebab Lupa ?

1.3 Tujuan Masalah

Penulisan makalah dibuat dalam rangka untuk menambah pengetahuan rekan-


rekan mahasiswa/mahasiswi Poltekkes Kemenkes Bandung Jurusan Keperawatan pada
khususnya dan para pembaca yang merupakan salah satu bagian dari matakuliah
Psikologi. Hal ini bertujuan :

a. Menambah Ilmu tentang pengertian Belajar


b. Menambah Ilmu Tentang Tujuan Belajar
c. Mengetahui Tentang Teori – Teori Belajar
d. Menambah Ilmu Tentang Pengertian Lupa
e. Mengethaui Apa Saja Faktor – Faktor Penyebab Lupa

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Santrock dan
Yussen mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relative permanen karena
adanya pengalaman. Sedangkan Reber mendefinisikan belajar dalam dua pengertian,
yaitu :

a. Belajar merupakan proses memperoleh pengetahuan


b. Belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relative langgeng
sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh


pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan
bereaksi yang relative permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan
lingkungannya.

2.2 Tujuan Belajar

Tujuan Belajar berlangsung karena adanya tujuan yang akan dicapai seseorang.
Tujuan inilah yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar,
sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Sardiman (2011: 26-28) bahwa tujuan
belajar pada umumnya ada tiga :

a. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir, karena antara kemampuan berpikir
dan pemilihan pengetahuan tidak dapat dipisahkan. Kemampuan berpikir tidak dapat
dikembangkan tanpa adanya pengetahuan dan sebaliknya kemampuan berpikir akan
memperkaya pengetahuan.

3
b. Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep memerlukan keterampilan, baik keterampilan jasmani


maupun keterampilan rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan yang dapat
diamati sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan penampilan atau gerak dari
seseorang yang sedang belajar termasuk dalam hal ini adalah masalah teknik atau
pengulangan. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena lebih abstrak,
menyangkut persoalan penghayatan, keterampilan berpikir serta kreativitas untuk
menyelesaikan dan merumuskan suatu konsep.

c. Pembentukan sikap

Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari soal
penanaman nilai-nilai, dengan dilandasi nilai, anak didik akan dapat menumbuhkan
kesadaran dan kemampuan untuk mempraktikan segala sesuatu yang sudah
dipelajarinya. menyusun suatu tujuan belajar yang harus dicapai oleh seseorang yang
belajar, sehingga terjadi perubahan dalam dirinya. Perubahan

2.3 Teori – Teori Belajar

Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar yang
bersumber dari aliran-aliran psikologi.

a. Teori Behaviorisme

Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya


dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata
lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan
individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks
sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Beberapa hukum
belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :

1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.


2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov

4
3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
4. Social Learning menurut Albert Bandura
b. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget

Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran
konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai
rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan
perkembangan individu.Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaran adalah :

1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa


2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara
dan diskusi dengan teman-temanya.
c. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne

Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi,


untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.
Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal
dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri
individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi
dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang
mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.

d. Teori Belajar Gestalt

Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk
atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu
akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.

5
2.4 Pengertian Lupa

Lupa merupakan istilah yang sangat populer di masyarakat, dari hari ke hari dan
bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan sesuatu, entah hal itu
tentang peristiwa atau kejadian di masa lampau atau sesuatu yang akan dilakukan,
mungkin juga sesuatu yang baru saja dilakukan.

Menurut Irwanto dalam bukunya Piskologi Umum, lupa merupakan suatu gejala
di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali untuk digunakan.
Muhibbinsyah (1996) dalam bukunya yang berjudul psikologi pendidikan mengartikan
lupa sebagai hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau memproduksi
kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari secara sederhana. Ada pula yang
mengartikan Lupa ialah peristiwa tidak dapat memproduksikan tanggapan-tanggapan
kita, sedangkan ingatan kita sehat (Agus Suyanto, 1993).

Jadi dapat disimpulkan bahwa lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan


untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya pernah dipelajari.

2.5 Faktor – Faktor Penyebab Lupa

Dalam interfence theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini


terbagi menjadi dua macam dalam buku psikologi pendidikan (Reber, 1988; Best, 1989;
Anderson, 1990), yaitu:

a. proactive interference.

Gangguan ini terjadi jika item-item atau materi pelajaran yang lama telah tersimpan
dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru.
Dalam hal ini gangguan seperti ini terjadi jika seorang siswa mempelajari sebuah materi
pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam
waktu yang relatif pendek. Dalam keadaan demikian materi pelajaran yang baru sulit
untuk diingat dan dengan sangat mudah untuk dilupakan.

6
b. retroactive interference.

Gangguan ini terjadi jika materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan
terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran yang telah lebih dahulu tersimpan
dalam subsistem akal permanennya siswa tersebut. Dalam hal ini materi pelajaran lama
akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali (siswa tersebut lupa akan materi
pelajaran lama itu).

lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang
telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi karena adanya
kemungkinan:

1. Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan


sebagainya) yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan
sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran.
2. Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi
yang telah ada, jadi sama dengan fenomena retroaktif.
3. Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan
kealam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah digunakan.

7
BAB III

KONSEP BELAJAR DAN KIAT MENGURANGI LUPA

3.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran


a. Konsep Belajar
Belajar sebagai aktivitas psiko – fisik yang menghasilkan perubahan atas
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang relative konstan, dibedakan atas
:
 Belajar abstrak maksudnya menggunakan cara – cara berpikir
abstrak untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah –
masalah yang tak nyata. Contoh ilmu matematika.
 Belajar keterampilan maksudnya menggunakan gerakan – gerakan
motoric yaitu berhubungan dengan syaraf danotot yang bertujuan
untuk memperoleh keyterampilan jasmaniah seperti olahraga,
music, menari.
 Belajar sosial maksudnya memahami masalah – masalah dan
teknik untuk memecahkan masalah social seperti masalah
kelompok dan masalah lainnya yang bersifat kemasyarakatan,
missal beljar PKN untuk lebih mencintai bangsa sehingga
berambisi untuk berkontribusi bagi Negara agar lebih maju.
 Belajar pemecahan masalah pada dasarnya merupakan bentuk
problem solving yang digunakan diseluruh bidang keilmuan.
Seperti contoh belajar matematik kita perlu memecahkan
permasalahan atau soal kalkulus.
 Belajar rasional erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah,
yaitu menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional
sehingga dapat menyelasikan masalah dengan lugas dan tuntas.
 ,Belajar kebiasaan diartikan sebagai proses pembentukan kebiasaan
– kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan yang ada. Tujuannya

8
agar dapat mengelola diri dari sikap – sikap yang kita peroleh
dengan positif.
 Belajar apresiasi bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
ranah rasa dalam berekspresi terhadap sesuatu, seperti menghargai
nilai suatu objek.
 Belajar pengetahuan ialah belajar dengan cara melakukan
penyelidikan secara mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu
yang bertujuan untuk menambah informasi dan pemahaman
terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan
memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, seperti
menggunakan alat – alat lab dan penelitian lapangan.
Hal ini telah mendapat perhatian dari para ahli pendidikan dan psikologi
yang pada pokoknya memandang bahwa konsep belajar selalu
menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku seseorang
berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu.
b. Konsep pembelajaran
Pembelajaran merupakan aktivitas yang berproses melalui tahapan
perancangan, pelaksanaan, evaluasi, dimaknai sebagai interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.
Oleh karena itu, keberhasilan sebuah proses pembelajaran ditentukan oleh
ketiga komponen tersebut. Beberapa teori yang dapat dijadikan landasan
konsep pembelajaean antara lain teori Ilmu Jiwa Dayya yang beranggapan
bahwa jiwa manusia mempunyai daya – daya seperti daya mengenal, daya
mengingat, daya berpikiiir, daya fantasi yang dapat dipertajam secara
fungsional untuk sesuatu hal dengan cara melatih semua daya yang
tersedia. Teori belajar ilmu jiwa Gestalt memandang bahwa keseluruhan
lebih penting dari bagian – bagian itu didahului oleh keseluruhan. Teori
belajar Ilmu Jiwa Asosiasi yang dibedakan atas teori belajar
Connectionism memandang bahwa belajar adalah hubungan antara

9
stimulus dan respon, dan teori belajar Conditioning yang memandang
bahwa segala tingkah laku manusia tidak lain adalah hasil dari latihan –
latihan atau kebiasaan – kebiasaan mereaksi terhadap perangsang –
perangsang tertentu yang dialami didalam kehidupannya.
3.2 Prinsip – Prinsip Belajar
a. Pengertian Prinsip Belajar
 Prinsip Belajar Menurut Gestalt :
Adalah suatu transfer belajar antara pendidik dan peserta didik
sehingga mengalami perkembangan dari proses interaksi belajar
mengajar yang dilakukan secara terus menerus dan diharapkan
peserta didik akan mampu menghadapi permasalahan dengan
sendirinya melalui teori-teori dan pengalaman-pengalaman yang
sudah diterimanya.
 Prinsip Belajar Menurut Robert H Davies :
Suatu komunikasi terbuka antara pendidik dengan peserta didik
sehingga siswa termotivasi belajar yang bermanfaat bagi dirinya
melalui contoh-contoh dan kegiatan praktek yang diberikan pendidik
lewat metode yang menyenangkan siswa.
 Berdasarkan Pendapat para Ahli, disimpulkan bahwa :
Prinsip Belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan
sumber motivasi agar Proses Belajar dan Pembelajaran dapat
berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik
b. Prinsip-Prinsip Belajar
 Prinsip Kesiapan (Readiness)
Proses belajar dipengaruhi kesiapan peserta didik, yang dimaksud
dengan kesiapan atau readiness ialah kondisi individu yang
memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal itu terdapat
berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus.
Yang termasuk kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan

10
fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku,
motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan
seseorang dapat belajar
 Prinsip Motivasi (Motivation)
Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai
kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara ke-sungguhan.
Motivasi juga mem-punyai peranan penting dalam kegiatan
pembelajaran. Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau
keinginan untuk belajar itu timbul dari dirinya. Motivasi dalam hal
ini meliputi dua hal: (a) mengetahui apa yang akan dipelajari, (b)
memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Kedua hal ini
sebagai unsur motivasi yang menjadi dasar permulaan yang baik
untuk belajar. Sebab tanpa kedua unsur tersebut kegiatan
pembelajaran sulit untuk berhasil. Motivasi adalah unsur utama
dalam pembelajaran dan pembelajaran tidak dapat berlangsung tanpa
adanya perhatian.
 Prinsip Persepsi dan keaktifan
“Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia
memahami situasi”. Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang
hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang
berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu.
Seseorang guru akan dapat memahami peserta didiknya lebih baik
bila ia peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat suatu situasi
tertentu. Termasuk dalam pembelajaran, peserta didik harus selalu
aktif. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai pada
kegiatan psikis yang susah diamati. Dengan demikian belajar yang
berhasil harus melalui banyak aktivitas baik fisik maupun psikis.
Bukan hanya sekedar menghafal sejumlah rumus-rumus atau

11
informasi tetapi belajar harus berbuat, seperti membaca, mendengar,
menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
 Prinsip Tujuan dan keterlibatan langsung
“Tujuan harus ter-gambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para
pelajar pada saat proses belajar terjadi”. Tujuan ialah sasaran khusus
yang hendak dicapai oleh seseorang. Prinsip keterlibatan langsung
merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Prinsip keterlibatan
langsung ini mencakup keterlibatan langsung secara fisik maupun non
fisik. Prinsip ini diarahkan agar seseorang merasa dirinya penting dan
berharga dalam lingkungan belajarnya sehingga dia bisa menikmati
jalannya pembelajaran.
 Prinsip Perbedaan Individual
Proses pembelajaran semestinya memperhatikan perbedaan individual
dalam lingkungan belajar (kelas) agar dapat memberi kemudahan
pencapaian tujuan belajar setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya
memperhatikan satu tingkat sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan
yang ingin dicapai seseorang.
 Prinsip Transfer Retensi dan tantangan
“Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan
menerapkan hasil belajar dalam situasi baru”. Apa pun yang dipelajari
dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang
lain. Prosesa tersebut dikenal dengan proses transfer, kemampuan
seseorang untuk menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi.
Bahan-bahan yang dipelajari dan diserap dapat digunakan oleh
seseorang dalam situasi baru. Prinsip belajar dan pembelajaran dengan
salah satu prinsip konsep contextual teaching and learning yaitu
inkuiri. Di mana dijelaskan bahwa inkuiri merupakan proses
pembelajaran yang ber-dasarkan pada pencarian dan penemuan
melalui proses berpikir secara sistematis.19 Jadi, peserta didik akan

12
bersungguh-sungguh dalam menemukan masalahnya terlebih dahulu
kemudian menemukan sendiri jalan keluarnya.
 Prinsip Belajar Kognitif
“Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan atau
penemuan”.Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur,
pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan
memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru,
berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi me-rupakan aktivitas
mental yang berkaitan dengan proses belajar kognitif. Proses belajar
itu dapat terjadi pada berbagai tingkat kesukaran dan menuntut
berbagai aktivitas mental.
 Prinsip Belajar Afektif
“Proses belajar afektif seseorang menentukn bagaimana ia meng-
hubungkan dirinya dengan pengalaman baru”.Belajar afektif
mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Dalam banyak hal
pelajar mungkin tidak menyadari belajar afektif. Sesungguhnya proses
belajar afektif meliputi dasar yang asli untuk dan merupakan bentuk
dari sikap, emosi dorongan, minat dan sikap individu.
 Proses Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu
mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung
aspek mental dan fisik.
 Prinsip Pengulangan, Balikan, Penguatan dan Evaluasi.
Prinsip pembelajaran yang menekankan penting-nya pengulangan
yang barangkali paling tua seperti yang dikemukakan oleh teori
psikologi daya. Menurut teori ini bahwa belajar adalah melatih daya-
daya yang ada pada manusia yang terdiri dari daya mengamat,
menangkap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir dll.

13
3.3 Kiat Mengurangi Lupa

Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan


daya ingat akal s. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba dalam
meningkatkan daya ingatannya, antara lain menurut Barlow (1985), Reber
(1988), dan Anderson (1990), adalah sebagai berikut.

Pertama, Over learning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang


melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Over
learning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah
seseorang melakukan pembelajaran atas respons tersebut dengan cara di
luar kebiasaan. Misalnya, membaca asmaul husna sebelum

belajar memungkinkan ingatan seseorang terhadap materi keimanan lebih


kuat.

Kedua, extra study time (tambahan waktu belajar), yaitu upaya


penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan)
aktivitas belajar. Penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu berarti
menambah jam belajar, misalnya dari satu jam menjadi satu setengah jam.

Ketiga, mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga hanya


disebut mnemonic, berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental
untuk memasukkan item-item informal ke dalam sistem akal seseorang.
Banyak kiat mnemonic yang dapat dilakukan, di antaranya adalah: 1) Rima
(Rhyme), yakni sajak yang dibuat sedemikian rupa yang isinya terdiri atas
kata dan istilah yang harus diingat ; 2) Singkatan, yakni terdiri atas huruf-
huruf awal nama atau istilah yang harus diingat; 3) Sistem kata kunci (key
word system). Sistem kata kunci biasanya direkayasa secara khusus untuk
mempelajari kata dan istilah asing, dan konon cukup efektif untuk pengajaran
bahasa asing, Inggris misalnya. Sistem ini berbentuk daftar kata yang terdiri
atas unsur-unsur sebagai berikut: a) kata-kata asing; b) kata-kata kunci, yakni
kata-kata bahasa lokal yang paling kurang suku pertamanya memiliki

14
suara/lafal yang mirip dengan kata yang dipelajari; dan c) arti-arti kata asing
tersebut.

Keempat, pengelompokan (clustering), yaitu menata ulang item-item


materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam
arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau
sangat mirip. Penataan/pengelompokan ini direkayasa sedemikian rupa dalam
bentuk daftar-daftar item materi seperti: daftar I terdiri atas nama-nama
negara serumpun: Indonesia, Malaysia, Brunei, dan seterusnya; daftar II
terdiri atas singkatan- singkatan lembaga-lembaga negara: MPR, DPR, dan
seterusnya.

Kelima, latihan terbagi. Lawan latihan terbagi (distributed practice)


adalah latihan terkumpul (massed practice) yang sudah dianggap tidak efektif
karena mendorong siswa melakukan cramming.Dalam latihan terbagi,
seseorang melakukan latihan-latihan dengan alokasi waktu yang pendek dan
dipisah-pisahkan di antara waktu-waktu istirahat.Upaya demikian dilakukan
untuk menghindari cramming, yakni belajar banyak materi secara tergesa-
gesa dalam waktu yang singkat.

Keenam, Pengaruh letak bersambung. Untuk memperoleh efek positif


dari pengaruh letak bersambung (the serial position effect), dianjurkan
menyusun daftar kata-kata (nama, istilah, dan sebagainya) yang diawali dan
diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus diingat
siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warna yang
mencolok agar tampak sangat berbeda dari kata-kata yang lainnya yang tidak
perlu diingat. Dengan demikian, kata yang ditulis pada awal dan akhir daftar
tersebut memberi kesan tersendiri dan diharapkan melekat erat dalam
subsistem akal permanen seseorang

15
3.4 Proses Terjadinya Lupa Dalam Belajar
A. Pengertian Lupa
Lupa adalah kehilangan kemampuan untuk menyebutkan atau
memproduksi kembali mengenai hal-hal yang sebelumnya telah dipelajari
seseorang. Lupa dianggap sebagai bentuk ketidak mampuan dalam mengenal
maupun mengingat sesuatu yang sebelumnya pernah dialami atau dipelajari.
Sehingga lupa bukan merupakan kondisi dimana kehilangan informasi dan
pengetahuan yang ada di dalam memori manusia.
Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau
memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah dipelajari. Secara
sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai
ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari
atau dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item
informasi dan pengetahuan dari akal seseorang (Muhibbin Syah, 2008: 158).
Pada umumnya orang percaya bahwa lupa terutama disebabkan oleh lamanya
tenggang waktu antara saat terjadinya proses belajar sebuah materi dengan saat
pengungkapannya. Namun berdasarkan hasil-hasil penelitian, ternyata
anggapan seperti itu nyaris tak terbukti.

B. Proses Terjadinya Lupa


Ketika seseorang mengalami lupa, sebenarnya ada 4 tahapan yang terjadi
yaitu :
1. Tahap Pertama

Apa yang sudah kita ingat, akan disimpan dalam bagian otak
tertentu jika materi tersebut harus diingat namun tidka pernah
digunakan. Maka karena adanya proses metabolisme dalam otak,
lambat laun materi tersebut akan terhapus dalam otak yang membuat
seseorang tidak dapat mengingatnya kembali. Sehingga karena tidak

16
digunakan lagi, maka secara tidak langsung menyebabkan materi
tersebut lenyap dengan sendirinya

2. Tahap Kedua
Ada beberapa prinsip-prinsip sistematis yang perlu diketahui, yaitu :

 Penghalusan, materi berubah bentuk menuju bentuk yang lebih


halus, lebih simetris, dan kurang tajam sehingga membuat
bentuknya yang asli tidak dapat diingat kembali.
 Penegasan, bagian-bagian yang mencolok dalam sesuatu hal
menjadi bagian yang paling mengesankan. Sehingga di
dalam ingatan akan dipertegas. Sehingga bagian-bagian
tersebutlah yang kemudian hanya diingat sedangkan yang lainnya
secara keseluruhan tidak terlalu diingat.
 Asimilasi, misalnya saja anda mengingat sebuah bunga, maka
anda akan mengingatnya sebagai bunga meskipun bentuknya
bukan bunga. Sehingga yang anda hanya ingat hanyalah sebuah
bunga namun tidak mengingat bagaimana bentuknya yang asli.
Perubahan materi ini disebabkan bagaimana bentuk wajah orang
tersebut tidak dapat diingat lagi.

3. Tahap Ketiga

Saat mempelajari hal yang baru, kemungkinan sesuatu yang


sebelumnya sudah anda ingat tidak dapat kembali diingat. Dapat dikatakan
jika materi kedua lah yang menjadi penghambat untuk mengingat kembali
materi pertama sebelumnya. Hambatan seperti ini yang dinamakan dengan
Hambatan retroaktif. Sebaliknya bisa saja materi yang baru dipelajari tidak
masuk ke dalam ingatan dikarenakan mater lain sebelumnya, hambatan ini
dikenal dengan nama hambatan proaktif

17
4. Tahap Keempat

Ada kalanya saat seseorang melakukan sesuatu, disebut dengan


represi. Peristiwa yang menakutkan, mengerikan, menjijikkan, dan
sejenisnya tidak dapat diterima hati nurani yang membuat peristiwa
tersebut akan sengaja terlupakan bahkan tanpa disadari.

C. Faktor-Faktor Penyebab Lupa


Muhibbin Syah mengemukakan setidaknya ada enam faktor yang
menyebabkan lupa tersebut (Ibid., hlm. 158-160) yaitu:

Pertama, lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item


informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Dalam
interference theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini
terbagi menjadi dua macam, yaitu:

a) Proactive interference: Lupa terjadi karena gangguan konflik antara


item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa.
Dalam hal ini, materi yang baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat
atau diproduksi kembali.
b) Retroactive interference: Seorang siswa akan mengalami gangguan
retroaktif apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan
gangguan terhadap kembali materi pelajaran lama yang telah lebih
dahulu tersimpan.

Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan
terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak.

Ketiga, lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan
antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990).

18
Keempat, lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa
terhadap proses dan situasi belajar tertentu.

Kelima, lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai
tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian
ahli, materi yang diperlakukan’ demikian dengan sendirinya akan masuk
ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi
pelajaran baru.

Keenam, lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syarat otak.
Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan,
kecanduan alkohol, dan gegar otak akan kehilangan ingatan atas item-item
informasi yang ada dalam memori permanennya (Tohirim, 2008: 137-139).

3.5 Cara Mengatasi Lupa Dalam Belajar


Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan
daya ingat akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam
meningkatkan daya ingatannya, antara lain menurut Barlow (1985), Reber
(1988), dan Anderson (1990), adalah sebagai berikut:
Pertama, Over learning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang
melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Over learning
terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan
pembelajaran atas respons tersebut dengan cara di luar kebiasaan. Misalnya,
membaca asmaul husna sebelum belajar memungkinkan ingatan siswa
terhadap materi keimanan lebih kuat.
Kedua, extra study time (tambahan waktu belajar), yaitu upaya
penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan)
aktivitas belajar. Penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu berarti
siswa menambah jam belajar, misalnya dari satu jam menjadi satu setengah
jam.

19
Ketiga, mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga hanya
disebut mnemonic, berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental
untuk memasukkan item-item informal ke dalam sistem akal siswa. Banyak
kiat mnemonic yang dapat dilakukan, di antaranya adalah: 1) Rima (Rhyme),
yakni sajak yang dibuat sedemikian rupa yang isinya terdiri atas kata dan
istilah yang harus diingat siswa; 2) Singkatan, yakni terdiri atas huruf-huruf
awal nama atau istilah yang harus diingat siswa; 3) Sistem kata kunci (key
word system). Sistem kata kunci biasanya direkayasa secara khusus untuk
mempelajari kata dan istilah asing, dan konon cukup efektif untuk pengajaran
bahasa asing, Inggris misalnya. Sistem ini berbentuk daftar kata yang terdiri
atas unsur-unsur sebagai berikut: a) kata-kata asing; b) kata-kata kunci, yakni
kata-kata bahasa lokal yang paling kurang suku pertamanya memiliki
suara/lafal yang mirip dengan kata yang dipelajari; dan c) arti-arti kata asing
tersebut.
Keempat, pengelompokan (clustering), yaitu menata ulang item-item
materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti
bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau
sangat mirip. Penataan/pengelompokan ini direkayasa sedemikian rupa dalam
bentuk daftar-daftar item materi seperti: daftar I terdiri atas nama-nama negara
serumpun: Indonesia,Malaysia, Brunei, dan seterusnya; daftar II terdiri atas
singkatan-singkatan lembaga-lembaga negara: MPR, DPR, dan seterusnya.
Kelima, latihan terbagi. Lawan latihan terbagi (distributed practice)
adalah latihan terkumpul (massed practice) yang sudah dianggap tidak efektif
karena mendorong siswa melakukan cramming. Dalam latihan terbagi siswa
melakukan latihan-latihan dengan alokasi waktu yang pendek dan dipisah-
pisahkan di antara waktu-waktu istirahat. Upaya demikian dilakukan untuk
menghindari cramming, yakni belajar banyak materi secara tergesa-gesa dalam
waktu yang singkat.
Keenam, Pengaruh letak bersambung. Untuk memperoleh efek positif
dari pengaruh letak bersambung (the serial position effect),siswa dianjurkan

20
menyusun daftar kata-kata (nama, istilah, dan sebagainya) yang diawali dan
diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus diingat
siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warna yang
mencolok agar tampak sangat berbeda dari kata-kata yang lainnya yang tidak
perlu diingat. Dengan demikian, kata yang ditulis pada awal dan akhir daftar
tersebut memberi kesan tersendiri dan diharapkan melekat erat dalam
subsistem akal permanen siswa.
Selain cara di atas, Hujair AH. Sanaky juga mengemukakan empat cara
yang dapat dilakukan agar belajar tidak lupa, yaitu: 1) Review (pengulangan),
yaitu mengingat dan merangkum apa yang telah dipelajari; 2) Self-assessment
(penilaian diri sendiri), yaitu mengevaluasi perubahan-perubahan dalam hal
pengetahuan,keterampilan dan perilaku; 3) Future planning (perencanaan
masa yang akan datang), yaitu menentukan bagaimana siswa akan meneruskan
kegiatan belajarnya setelah kelas selesai; dan 4) Expression final sentiments
(pengungkapan sentimen-sentimen akhir), yaitu mengkomunikasikan pikiran-
pikiran, perasaan- perasaan, dan perhatian siswa yang mereka miliki pada
akhir kelas.

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

22
DAFTAR PUSTAKA

Hanafy,Sain. 2014. Konsep Belajar dan Pembelajaran. Lentera Pendidikan. Vol 17(1) :
68 – 76
Justin, DebrillaIvanadyaPang. 2018. Bagaimana proses terjadinya lupa.
https://www.dictio.id/t/bagaimana-proses-terjadinya-lupa/111318. Diakses pada
tanggal 6 Juli 2020 pukul 13.05

Kosim, M.2015.Prinsip dan Strategi Pembelajaran Mengatasi Lupa Perspektif


Psikologi Pendidikan Islam.At-tarbiyah.VI(1):69-86.
Kosim, Muhammad. 2015. Prinsip dan Strategi Pembelajaran Mengatasi Lupa
Perspektif Psikologi Pendidikan IslamVolume VI Nomor.
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Jurnal%20Prinsip%20Mengatasi%20L
pa.pdf. Diakses Pada Tanggal 1 Juli 2020 pukul 07.00

Muis, A A. 2013. Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran. Principles of Teaching and


Learning. 1 (1): 30-34.

iv

Anda mungkin juga menyukai