Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN MATEMATIKA DAN IPA

A. HUBUNGAN MATEMATIKA DAN IPA (DIKAJI BERDASARKAN AL-QUR‘AN)

Ilmu Pengetahuan Alam dan matematika selalu bergandengan tangan dalam upaya
menemukan pengetahuan baru yang benar. Keduanya selalu bergerak dalam kegiatan menemukan
pola-pola keteraturan serta hubungan-hubungan antara berbagai pola keteraturan itu. IPA
melakukan melalui serangkaian percobaan dan kegiatan berfikir dan bernalar sedangkan
matematika melakukanya melalui kegiatan otak. Peran matematika dalam IPA adalah bahasa
sains. Kalimat-kalimat pada IPA yang menggunakan bahasa penuturan apabila dirumuskan dalam
bentuk bahasa matematika diperiksa perilakunya. Permodelan matematika merupakan cabang
baru matematika yang terutama menjembatani matematika dengan berbagai bidang IPA (Sains).
Setiap Ilmu Pengetahuan Alam mencari kepastian dan persetujuan matematis, bahkan
Alquran juga menjelaskannya, bagaimana Allah menciptakan segala sesuatu dengan ukuran dan
kadarnya, ini membuktikan bahwa sesuatu ciptaan Allah di alam semesta ini diatur dengan
matematika. Newton10 memperbaiki hasil yang dicapai Kepler dan Galileo, memberikan
keakuratan dan membuktikan bahwa alam semesta yang bersifat materi ini dapat dijelaskan
dengan matematika.
Jenis hubungan yang dibangun dalam matematika yakni bahwa kebenaran matematika
bersifat tautologis, yaitu kebenaran yang tertutup tanpa berkorelasi dengan kesadaran subjek
ataupun fenomena-fenomena alam semesta. Kemudian hubungan matematika bersifat relasional,
berkorelasi dengan kesadaran subjek ataupun fenomena-fenomena alam raya.
Bagi dunia keilmuan matematika berperan sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan
terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat. Matematika dalam hubungannya dengan
komunikasi ilmiah mempunyai peranan ganda, kata Fehr, yakni sebagai ratu sekaligus pelayanan
ilmu. Di satu pihak, sebagai ratu matematika merupakan bentuk tertinggi dari logika, sedangkan
di lain pihak, sebagai pelayanan matematika bukan saja memberikan sistem pengorganisasian
ilmu yang bersifat logis namun juga pernyataan-pernyataan dalam bentuk model matematik.
Pandangan IPA secara konvensional menempatkan matematika sebagai suatu yang prinsipil
dari sebuah cabang pengetahuan dimana alasan dikedepankan, emosi tidak dilibatkan, kepastian
menjadi hal yang ingin diketahui, dan kebenaran hari ini merupakan kebenaran untuk selamanya.
Kiranya patut juga direnungi apa yang dikatakan oleh Galileo (1564-1642 AD) bahwa .
“Mathematics is the language in which God wrote the universe (Matematika adalah bahasa yang
digunakan Tuhan dalam menuliskan alam semesta ini)” ada benarnya.
Beberapa ayat Alquran yang menjelaskan tentang hubungan matematika dan IPA adalah
sebagai beikut:
1. QS. Al-Anbiyā’, 21: 33 dan QS. Az-Zāriyāt, 51: 7 tentang Garis Edar
Telah kita ketahui bersama, bahwa matahari, bumi, bulan dan planet-planet lain di
jagad raya ini senantiasa bergerak berdasarkan garis edarnya masing-masing. Garis edar ini
berbentuk elips. Dalam pergerakannya, keseluruhan planet bersama masing-masing satelitnya
akan bergerak mengelilingi matahari sebagai pusat tata surya di galaksi Bimasakti. Ternyata,
fakta pengetahuan tersebut juga telah dijelaskan di dalam Al-Quran sejak ribuan tahun yang
lalu. Sebagaimana Firman Allah SWT berikut:
"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing
dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (QS. Al-Anbiya: 33)
Selain itu, garis edar di alam semesta ini tidak hanya dimiliki oleh benda-benda
angkasa. Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran
yang terhitung dan terencana. Hal itu dapat kita perhatikan dari firman-Nya yang berbunyi:

"Demi langit yang mempunyai jalan-jalan." (QS. Az-Zariyat:7)

Selama pergerakan ini, tidak ada satupun dari benda-benda angkasa ini memotong
lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah
galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan.
Dan semuanya itu dapat terjadi karena Kuasa Allah SWT sebagai pengatur segala sesuatu
yang ada di muka bumi ini.

2. QS. Yūnus, 10: 5-6 tentang Akibat dari Rotasi dan Revolusi Bumi serta Perputaran Bulan
Mengelilingi Bumi
Berdasarkan ilmu pengetahuan modern, dijelaskan bahwa waktu yang diperlukan bumi
untuk berputar pada sumbunya (rotasi bumi) adalah 23 jam 56 menit. sehingga salah satu
akibat dari rotasi bumi itu adalah terjadinya pergantian siang dan malam di berbagai belahan
bumi.
Sedangkan waktu yang diperlukan bumi untuk mengelilingi matahari adalah 365,25
hari. Sehingga revolusi bumi menjadi dasar penetapan tahun Masehi atau tahun Syamsyiah.
Ilmu pengetahuan Modern juga menjelaskan bahwa bulan merupakan satelit (pengiring)
bumi. Sehingga gerakan yang dilakukan bulan meliputi rotasi, revolusi terhadap bumi, dan
bersama bumi berevolusi terhadap matahari. Perputaran bulan bersama bumi mengelilingi
matahari dijadikan dasar tahun Komariah. Selama bumi mengelilingi matahari dalam satu kali
revolusinya, bulan berevolusi terhadap bumi sebanyak 12 kali. Satu kali revolusi bulan
terhadap bumi memerlukan waktu 29,5 hari. Sehingga selama berevolusi 12 kali memerlukan
waktu sebanyak 12x29,5 = 354 hari. Waktu sebanyak 354 hari itu disebut satu tahun
Komariah. Dan di dalam Al-Quran pun telah dijelaskan hal yang sama. Sebagaimana Firman
Allah SWT yang berbunyi:

“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang
menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan
(waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan
tanda-tanda (Kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahuinya. Sesungguhnya pada
pergantian malam dan siang dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, pasti
terdapat tanda-tanda (Kebesaran-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Yūnus : 5-6)
Kedua ayat tersebut telah menjelaskan secara detail tentang pemahaman akibat dari
rotasi dan revolusi bumi serta perputaran bulan mengelilingi bumi. Dan pada QS. Yūnus ayat
5 terdapat kata kata “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya…”. Kita
dapat melihat adanya perbedaan sifat antara matahari dan bulan. Matahari dengan kata-kata
“bersinar” menandakan bahwa matahari memiliki cahayanya sendiri. Sedangkan bulan
dengan kata-kata “bercahaya” menandakan bahwa bulan tidak memiliki cahaya sendiri. Hal
itu sesuai dengan ilmu pengetahuan modern saat ini, yang juga menjelaskan bahwa bulan
tidak memiliki cahaya sendiri, tetapi hanya memantulkan cahaya dari matahari.

3. QS. Luqman, 31: 29 tentang Bentuk Bumi


Dulu orang-orang berfikir bahwa dunia tempat kita hidup ini adalah datar jadi mereka
takut bepergian ke tempat yang jauh karena pada ujungnya mereka takut jatuh. Pada tahun
1597, Sir Francis Drake berlayar keliling dunia untuk membuktikan bumi itu bulat. Al-qur’an
sudah menyebutkan dalam surat Lukman ayat 29:

“Tidakkah kamu memperhatikan, sesungguhnya Allah menyatukan malam ke dalam siang dan
menyatukan siang ke dalam malam …”.(QS. Luqman : 29)
Penyatuan adalah proses yang lambat dan bertahap, malam secara perlahan dan
bertahap berubah menjadi siang dan siang secara lambat dan bertahap menjadi malam.
Fenomena ini hanya mungkin terjadi apabila bumi bulat dan tidak mungkin apabila bumi
datar. Apabila bumi datar maka akan sebuah terjadi perubahan yang mendadak.
Kata Arab “dahaha berasal dari kata “duhya” yang berarti berbentuk telur, dan itu tidak
mengacu pada semua telur , itu mengacu secara spesifik adalah “telur burung unta”. Dan
sekarang kita ketahui bahwa Bumi tidak bundar seperti bola tapi bumi berbentuk geosferical.
Dan jika kalian analisa , Telur Burung Unta berbentuk “Geosferikal” yaitu sedikit menyempit
dari puncaknya dan menonjol dari pusatnya. Jadi Alquran menggambarkan bentuk tepat dari
bumi yaitu Geosferical 1400 tahun yang lalu.

4. QS. Al-'An`ām :101 dan QS. Al- Anbiyā’: 30 tentang Penciptaan Alam Semesta

"Dialah pencipta langit dan bumi...." (QS. Al-'An`ām :101)


Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta,
beserta dimensi materi dan waktu, muncul sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi
dalam sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan "Big Bang", membentuk keseluruhan alam
semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari
ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang
merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal
mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.

"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan
dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?" (QS. Al- Anbiya: 30)

Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah,
akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain.

5. QS. Al Hasyr, 59: 23 dan QS. Tāhā, 20: 14 tentang Keesaan Allah SWT
Dalam bebrapa surat dalam Al-Quran terdapat ayat yang menandakan tentang ke-Esaan
Allah. Di antaranya terdapat dalam QS. Al Hasyr : 23 yang berbunyi:

“Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera,
Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha
Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan.”
Dalam QS. Tāhā: 14, berbunyi:

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.”
Al-Ikhlās ayat 1:

“Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.”


Dalam beberapa ayat tersebut, dapat dihubungkan dengan makna bilangan biner di
matematika. Angka dalam bilangn biner yaitu 0 dan 1 (nol dan satu). Tentang keesaan Allah
seperti tertera pada kata-kata yang sering di ucapkan kaum muslim yaitu syahadat. Makna La
Ilaha illallah berkaitan dengan angka satu dan nol: La = tidak, Illah = yang disembah, illallah
= kecualli Allah, tidak ada Tuhan = 0 selain Allah = 1 tidak ada Tuhan melainkan Allah; 0 = 1
– Allah Allah = 1 (bilangan syahadat atau kode keesaan Allah).
Angka 1 melambangkan keber-ada-an, keabadian, ke-Esaan, lambang ke-Tuhanan,
sedangkan 0 adalah lambang ketiadaan, kelemahan, kefana-an,kesementaraan, lambang
seorang hamba. Angka 0 ini menjadi bernilai tinggi manakala dia dekat dengan angka 1,
namun apabila angka 0 ini jauh dengan angka 1 apalagi kalau dia berdiri sendiri maka dia
tidak mempunyai nilai, walaupun kita tulis besar-besar.

6. QS. Al-Fātir, 35: 27 tentang Proses Turunnya Hujan


“Tidaklah kamu melihat bahwasannya Allah menurunkan hujan dari langit lalu kami hasilkan
dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka ragam jenisnya. Dan diantara gunung-gunung
itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang
hitam pekat.” (Fātir, 35:27)
Hujan terjadi karena penguapan air laut, danau, sungai, dll. Di sini saya akan
membahas tentang ayat tersebut. Pertama, maksud dari "Tidaklah kamu melihat bahwasannya
Allah menurunkan hujan dari langit lalu kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang
beraneka ragam jenisnya." adalah dengan air hujan bisa dimanfaatkan menjadi air untuk
menyiram tanaman yang bisa membuat pohon itu berkembang dan menghasilkan buah-
buahan. Jadi Allah tidak sia-sia menurunkan hujan di muka bumi. Kedua, maksud dari "Dan
diantara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya
dan ada (pula) yang hitam pekat." adalah pelangi yang terjadi setelah hujan yang disebabkan
karena sinar matahari terurai oleh air hujan.

7. QS. Az-Zumar, 39: 6 tentang Bayi dalam Rahim


Dalam Al Qur'an dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam
rahim ibunya.

"... Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan.
Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan.
Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat
dipalingkan?" (QS. Az-Zumar, 39: 6)
Tiga kegelapan yang dimaksud itu ialah kegelapan dalam perut, kegelapan dalam
rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim.

8. QS. Al-Mu’minūn, 23: 12-14 tentang Proses Kejadian Manusia

“Diantara contoh ayat Al-Qur’an yang mendahului ilmu pengetahuan (sains) adalah
pemberitaan Al-Qur’an mengenai proses kejadian manusia. Allah SWT berfirman :
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al-Mu’minūn:
12-14)
B. HUBUNGAN MATEMATIKA DAN IPA (DIKAJI BERDASARKAN TEORI KEILMUAN)

Ilmu pengetahuan adalah ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya. Ilmu
pengetahuan alam mempunyai bentuk yang mantap sebagai ilmu baru yang berawal pada abad ke-
XVI masehi. Yang sebelumnya masih merupakan kumpulan pengetahuan alam yang cara
memperolehnya belum menggunakan cara yang dapat diandalkan.
H.W.Fowler mengatakan bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskaan, yang
berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan
induksi. Sedangkan Nokes di dalam bukunya “science in education” menyatakan bahwa IPA
adalah suatu ilmu teoritis, tetapi teori tersebut didasarkan atas pengamatan dan percobaan
terhadap gejala-gejala alam. Ilmu pengetahuan alam terbagi dalam tiga kelompok ilmu yakni
fisika, kimia dan biologi. Yang dimana fisika mengkaji tentang perubahan bentuk alam semesta
ini, kimia mengkaji tentang unsur-unsur yang ada di alam ini, sedangkan biologi mengkaji tentang
makhuk hidup maupun makhluk tidak hidup (mati).
Matematika (dari bahasa Yunani: μαθημα - mathēma, "pengetahuan, pemikiran,
pembelajaran") adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Berikut pengertian
matematika yang dikutip dari beberapa ahli matematika.
1. James (1976) : matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran
dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya.
2. Ruseffendi (1980) : matematika terbentuk sebagai pemikiran manusia yang berhubungan
dengan ide, proses dan penalaran.
3. Kline (1973) : matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena
dirinya sendiri, tetapi adanya matematika dapat membantu manusia dalam memahami dan
menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.

Carl Friedrich Gauss mengatakan matematika sebagai "Ratunya Ilmu Pengetahuan". Di dalam
bahasa aslinya, Latin Regina Scientiarum, juga di dalam bahasa Jerman Königin der
Wissenschaften, kata yang bersesuaian dengan ilmu pengetahuan berarti (lapangan) pengetahuan.
Jelas, inipun arti asli di dalam bahasa Inggris, dan tiada keraguan bahwa matematika di dalam
konteks ini adalah sebuah ilmu pengetahuan.
Matematika sebagai ratu atau ibunya ilmu dimaksudkan bahwa matematika adalah sebagai
sumber dari ilmu yang lain. Banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung
dari matematika. Sebagai contoh, banyak teori-teori dan cabang-cabang dari Fisika dan Kimia
(modern) yang dikembangkan melalui Konsep Kalkulus Diffrenesial maupun Integral. Akibatnya
sekarang muncul Fisika Kuantum, Fisika Metrik, Mekanika Kuantum, Kimia Organik, Kimia
Terukur dan sebagainya. Bahkan matematika mampu memberikan kontribusinya dalam
"mengawinkan" dua bagian dari ilmu eksakta menjadi ilmu yang baru. Misalnya; Bio-Fisika dan
Bio-Kimia. Dalam Biologi, penemuan dan pengembangan Teori Mendel dilakukan menurut
Konsep Probabilitas (teori kemungkinan) yang merupakan bagian dari materi matematika.
Dari kedudukan matematika sebagai ratu ilmu pengetahuan, seperti yang telah diuraikan di
atas, tersirat bahwa matematika itu sebagai suatu ilmu berfungsi pula untuk melayani ilmu
pengetahuan. Misalnya, melalui matematika seorang insinyur dapat menghitung waktu perkaratan
suatu badan pesawat, menembakkan suatu peluru kendali yang tepat jatuh pada sasarannya, serta
menghitung daya tampung maksimum dari suatu kapal laut.
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaian
pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” yang
baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika
hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati (Filsafat Ilmu dan Riset Bab I).
Hubungan antara matematika dengan IPA ialah saling membutuhkan dalam penggunaannya.
Dalam ilmu pengetahuan alam (IPA), matematika digunakan dalam percobaan atau eksperimen
seorang ilmuan untuk mendapatkan sesuatu yang dapat dipergunakan lebih lanjut.
Bagi dunia keilmuan matematika berperan sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan
terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat. Matematika dalam hubungannya dengan
komunikasi ilmiah mempunyai peranan ganda, kata Fehr, yakni sebagai ratu sekaligus pelayanan
ilmu. Di satu pihak, sebagai ratu matematika merupakan bentuk tertinggi dari logika, sedangkan
di lain pihak, sebagai pelayanan matematika bukan saja memberikan sistem pengorganisasian
ilmu yang bersifat logis namun juga pernyataan-pernyataan dalam bentuk model matematik.
Dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam, matematika memberikan kontribusi yang
cukup besar. Kontribusi matematika dalam ilmu alam, lebih ditandai dengan penggunaan
lambang-lambang bilangan untuk perhitungan dan pengukuran, disamping hal lain seperti bahasa,
metode, dan lainnya. Hal ini sesuai dengan objek ilmu alam, yaitu gejala-gejala alam yang
diamati dan dilakukan penelaahan yang berulang-berulang.
Matematika juga mempunyai tiga peranan dalam ilmu pengetahuan yaitu matematika
sebagai bahasa, matematika sebagai sarana berfikir deduktif dan matematika untuk ilmu
alam dan sosial. Matematika mempunyai ciri utama dalam ilmu pengetahuan melalui
metode penalaran. Dalam penalaran bisa melalui induksi dan analogi sebagai bahan
pengamatan untuk mencari argumentasi agar bisa mendapatkan hasil yang dapat
dipercaya.
Matematika sering disebut sebagai ibu sekaligus pelayan ilmu pengetahuan. Disebut sebagai
ibu ilmu pengetahuan karena matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan dasar yang
merupakan sumber dari ilmu pengetahuan terapan. Dikatakan pelayan karena matematika sering
dipakai untuk membantu mempermudah penyelesaian permasalahan yang ada di dalam ilmu-ilmu
lainnya.
Pentingnya matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan.
Misalnya banyak persoalan kehidupan yang memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur.
Menghitung mengarah pada aritmetika (studi tentang bilangan) dan mengukur mengarah pada
geometri (studi tentang bangun, ukuran dan posisi benda). Aritmetika dan geometri merupakan
pondasi atau dasar dari matematika. Saat ini, banyak ditemukan kaidah atau aturan untuk
memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan pengukuran, yang biasanya ditulis
dalam rumus atau formula matematika, dan ini dipelajari dalam aljabar. Namun, perkembangan
dalam navigasi, transportasi, dan perdagangan, termasuk kemajuan teknologi sekarang ini
membutuhkan diagram dan peta serta melibatkan proses pengukuran yang dilakukan secara tak
langsung. Akibatnya, perlu studi tentang trigonometri.
Jadi, setiap awal kehidupan manusia matematika itu merupakan alat bantu untuk mengatasi
setiap permasalahan menghadapi lingkungan hidupnya. Sumbangan matematika terhadap
perkembangan IPA sudah jelas bahkan boleh dikatakan bahwa tanpa matematika IPA tidak akan
berkembang. Hal ini disebabkan oleh karena IPA menggantungkan diri dari metode induksi.
Dengan metoda induksi semata tak mungkin orang mengetahui jarak antara bumi dan bulan atau
bumi dengan matahari, bahkan untuk menyatakan keliling bumi saja hampir tidak mungkin.
Berkat bantuan matematikalah maka Erathotenes (240 SM), pada zaman Yunani dapat
menghitung besarnya bumi dengan metode gabungan antara induksi dan deduksi matematika.
Berikut beberapa contoh hubungan Matematika dan IPA:
1. Pada tanggal 21 juni di Syene (Mesir) pada tengah hari matahari berada tepat di atas kepala.
Saat yang mana di kota Alexandria yang jauhnya 500 Mil tepat berada di sebelah utara Syene
matahari jatuh dengan membentuk 7,4o . Ini dapat diukur melalui bayang-bayang sebuah
tongkat. Dengan asumsi bahwa bumi ini bulat maka keliling bumi atau besarnya bumi dapat
dihitung secara matematika. Erathotenes sampai pada kesimpulan bahwa keliling bumi adalah
24.000 mil dan garis tengah bumi adalah 8.000 mil.
2. Hipparchus (150 SM) dapat menghitung jarak bumi ke bulan. perhitungannya diilhami oleh
ajaran Aristoteles yang menyatakan bahwa bulan terletak di anatar bumi dan matahari, juga
diilhami oleh gerhana bulan dimana bayang-bayang bumi pada bulan dipergunakan untuk
memperkirakan besarnya bumi. Ia berkesimpulan bahwa jarak bumi ke bulan adalah 24.000
mil.
3. Aristarchus juga secara matematika mencoba menghitung jarak bumi ke matahari. Namun
karena kesalahan instrumen ia berkesimpulan bahwa jarak bumi ke matahari itu adalah 20 kali
jarak bumi ke bulan, padahal jarak yang benar adalah 400 kali. Kesimpulan lain yang ia
peroleh berdasarkan matematika adalah sinar matahari itu tentunya lebih besar dari bumi. Ia
perkirakan sedikitnya tujuh kali lebih besar. Ia berpendapat, tidak logis kalau matahari yang
besar itu beredar mengelilingi bumi yang jauh lebih kecil. Mestinya sebaliknya bumilah yang
mengelilingi matahari. Namun pendapatnya tak mendapat tanggapan oleh masyarakat, sampai
pada zaman baru dimana Copernicus dengan bantuan teleskopnya serta perhitungan
matematik mengumumkan prinsip heliosentrik.

Ahli-ahli matematika yang banyak sumbangannya dalam IPA antara lain adalah : Phythagoras
mengadakan perhitungan terhadap benda-benda segi banyak. Apollonius mengadakan
perhitungan pada benda-benda yang bergaris lengkung. Kepler (1609) berjasa dalam perhitungan
jarak beredar yang berbentuk elips dari planet-planet. Galileo (1642) berjasa dalam menetapkan
hukum lintasan peluru, gerak, dan percepatan. Huygens (1695) dapat memecahkan teka teki
adanya cincin Saturnus, perhitungan tentang bandulan dan ini terkenal dengan perhitungan
tentang kecepatan cahaya, yaitu 600.000 kali kecepatan suara (pada masa itu orang beranggapan
bahwa cahaya tak membutuhkan waktu untuk memancar). Ini semua adalah sekedar gambaran
yang menunjukkan bahwa perkembangan IPA selalu ditunjang atau secara mutlak membutuhkan
tunjangan matematika.
DASAR-DASAR PENDIDIKAN MIPA

IRMAWANTY, S. Si., M. Si.

HUBUNGAN MATEMATIKA DAN IPA


(DIKAJI BERDASARKAN AL-QUR‘AN DAN TEORI KEILMUAN)

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK III

M. SUQRAN ALKAUSAR S. (105361107017)

SRI LUCYANA RAHMA (105361107217)

RESTU KHOFIFAH (105361107317)

NURHIKMAH MUSLIMIN (105361107517)

KASMIATI (105361107617)

KELAS: MATEMATIKA II C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2017/ 2018

Anda mungkin juga menyukai