INDUKSI MATEMATIKA
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Ni Nyoman Parwati, M.Pd
NIP. 196512291990032002
OLEH
Kelompok 1
Kelas 2A
Komang Bayu Merta 2013011053
I Gusti Komang Sudarmadi Yasa 2013011085
JURUSAN MATEMATIKA
SINGARAJA
2021
NOTASI DAN PRINSIP
Notasi
Matematika selalu berkenaan dengan ide-ide dan konsep, oleh karena itu untuk
memudahkan uraian, penjelasan, atau keterangan diperlukan seperangkat
kesepakatan bersama sebagai dasar dalam memahami matematika sehingga apa
yang ingin diketahui menjadi lebih mudah dan sederhana. Disamping itu dalam
matematika diperlukan lambang-lambang tertentu. Lambang- lambang yang telah
disepakati tersebut mempunyai makna tertentu, dan makna tersebut dinamakan
dengan notasi. Penggunaan notasi haruslah disepakati bersama oleh pengguna
matematika. Notasi- notasi yang ada dalam matematika dapat berkaitan dengan
objek (misalnya himpunan) penggunaan huruf kapital latin, operasi atau
pengerjaan misalnya penjumlahan beruntun ( ∑ ) atau perkalian beruntun ( ∏ ) ,
hubungan antara unsur (misalnya =, >, <, ≡, ∈, ⊂), atau pernyataan yang
bertujuan (misalnya FPB, KPK) dan sebagainya. Beberapa notasi yang berkaitan
dengan himpunan adalah :
= {1, 2, 3, 4, 5,...}
={ x ∈ z │ x ≥ 1}
Quotients of integers
a
bentuk , dengan a,b ∈ Z, dan b ≠ 0
b
= {2, 3, 5, 7,...}
Alfabet Yunani adalah sebuah alfabet yang terdiri dari 24 huruf yang telah
digunakan untuk menuliskan bahasa Yunani sejak akhir abad ke-9 SM atau awal
abad ke-8 SM. Ini merupakan tulisan alfabet tertua yang masih digunakan sekarang.
Huruf-huruf ini juga digunakan untuk mewakili angka Yunani (nomor), sejak abad
ke-2 SM.
Perlu dicatat bahwa pengucapan klasik yang diberikan di bawah ini adalah
pengucapan yang disusun kembali dari Attic pada akhir abad ke-5 SM dan awal
abad ke-4 SM.
(Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Alfabet_Yunani)
Prinsip
Prinsip adalah aturan atau sifat yang digunakan sebagai dasar atau landasan
dalam uraian yang berkaitan dengan bukti sesuatu. Prinsip dapat diambil dari
definisi, aksioma, atau dalil yang “dimunculkan” kembali untuk digunakan pada
bagian lain suatu konsep yang memerlukan. Beberapa prinsip yang digunakan
dalam uraian-uraian berikutnya adalah prinsip urutan, prinsip logika matematika,
dan prinsip induksi matematik
∴q
c. Pembuktian Tidak Langsung
Proses pembuktian secara tidak ini berangkat dari suatu anggapan benar.
Kemudian anggapan setelah diproses dengan fakta, aksioma, atau teorema
yang ada, ternyata menghasilkan sesuatu yang bertentangan (kontradiksi) atau
sesuatu yang mustahil, yaitu A dan Ā yang berarti bahwa anggapan yang
diambil semula adalah tidak benar (salah).
3) Prinsip Induksi Matematik (Principle of Mathematical Induction)
Banyak preposisi-preposisi dalam matematika memiliki bentuk preposisi umum,
yaitu tingkat kebenarannya dijamin untuk semua elemen dari sebuah himpunan.
Untuk membuktikan kebenaran dari proposisi tersebut, tentunya diperlukan suatu
metode yang efektif dan tidak cenderung untuk mengecek kebenaran proposisi
pada setiap elemen himpunan tersebut baik yang memiliki banyak elemen
berhingga maupun tak hingga. Untuk membuktikan proposisi-proposisi dalam
ruang lingkup himpunan sedemikian, muncullah suatu metode pembuktian yang
dinamakan prinsip induksi matematika. (Miskalmika, 2012:70). Prinsip induksi
matematik sering digunakan sebagai suatu cara untuk memberikan landasan dalam
membuktikan atau menguji kebenaran suatu hubungan atau dalil.
Berdasarkan uraian terdahulu dapat disimpulkan bahwa pembuktian
matematika adalah sebuah demontrasi yang meyakinkan atas rumus, teorema,
ataupun pernyataan. Namun sebuah pembuktian dapat pula terdiri dari atas
pencarian proporsi/pernyataan itu benar, dengan bantuan logika dan matematika.
Cara untuk membuktikan sebuah pernyataan ada beberapa diantaranya sebagai
berikut
Terkadang, singkatan "Q.E.D." ditulis untuk menandakan akhir bukti. QED adalah
singkatan dari "Quod Erat Demonstrandum", kata Latin untuk "itulah yang
ditunjukkan".
INDUKSI MATEMATIK
(2) t ∈ P, berakibat (t + 1) ∈ P
maka: S memuat semua bilangan asli, yaitu P = N
Bukti:
Misalkan P ⊂ N dan unsur-unsur P memenuhi suatu hubungan, serta (a) dan (b)
dipenuhi oleh P. Harus dibuktikan bahwa P = N . Untuk membuktikan P = N
digunakan bukti tidak langsung.
Asumsikan P tidak memuat semua bilangan asli atau P ≠ N , berarti ada
himpunan bilangan bulat F ⊂ N dengan F = {t ∈ N │ t ∉ P} dan F memenuhi
(1) dan (2) Harus ditunjukkan bahwa F = ∅. Andaikan F = ∅ , menurut prinsip
urutan, karena F ⊂ N , maka F mempunyai elemen terkecil t, t ∈ F tetapi t ∉ P.
Karena 1 ∈ P dan t ∈ F maka t ≠ 1, berarti t > 1 dan akibatnya t-1 ∈ N. Karena t
adalah elemen terkecil dari F, maka t-1 ∉ F berarti t-1∈ P
Menurut (b), (t-1) + 1 = t ∈ P , terjadi kontradiksi,
yaitu t ∉ P dan t ∈ P . Jadi Anggapan F ≠ ∅ adalah
salah, berarti F = ∅.
Contoh 1.11
1
Buktikan 1 + 2 + 3 +.......+ n = n (n + 1)
2
Pernyataan yang akan dibuktikan adalah
1
P(n) : 1 + 2 + 3 +.......+ n = n (n + 1)
2
Langkah pertama adalah buktikan n = 1 bernilai benar
1
1 = 1 (1 + 1) 1 = 1 benar
2
Kita ketahui bahwa p(1) bernilai benar. Kemudian kita asumsikan bahwa n = k, yaitu
1
1 + 2 + 3 +.......+ k = k (k + 1), maka kita juga harus membuktikan bahwa n = k
2
+ 1 juga bernilai benar, maka diperoleh
1
1 + 2 + 3 +.......+ k + (k+1) = (k+1) ((k + 1) + 1)
2
1 1
k (k + 1) + (k + 1) = (k+1) ((k + 1) + 1)
2 2
1 1
[k(k+ 1) + 2(k + 1)] = (k+1) ((k + 1) + 1)
2 2
1 1
[(k 2+ k) + (2k + 2)] = (k+1) ((k + 1) + 1)
2 2
1 2 1
[k + 3k + 2] = (k+1) ((k + 1) + 1)
2 2
1 1
(k + 1)(k + 2) = (k+1) ((k + 1) + 1)
2 2
1 1
(k + 1)((k + 1) + 1) = (k+1) ((k + 1) + 1), benar
2 2
Dari sini diperoleh nilai n = k + 1 benar, hal ini menunjukkan bahwa pernyataan
1
p(n) : 1 + 2 + 3 +.......+ n = n (n + 1) adalah benar untuk setiap n bilangan asli,
2
(terbukti)
Jawab :
Langkah (2)
Diasumsikan bahwa p(n) adalah benar untuk setiap bilangan asli n ≥ 6, yaitu 4n <
(n2 - 7), dan kita harus membuktikan bahwa p(n +1) juga benar, yaitu 4(n + 1) <
((n+1 ¿ ¿2- 7). Hal ini ditunjukkan sebagai berikut
4n < (n2 - 7), lalu (n+1 ¿ ¿2- 7 = n2 + 2n + 1 – 7 > 4n + 2n + 1. Kemudian dengan n
≥ 6, 2n ≥ 12, 2n +1 ≥ 13. Jadi, ( n+1 ¿ ¿2- 7 > 4n + 2n + 1 > 4n + 13 > 4n + 4 =
4(n+1). Dari langkah langkah 1 dan 2 dapat disimpulkan bahwa 4n < (n2 - 7) benar
untuk setiap bilangan asli n ≥ 6. (Terbukti)
c. Induksi Kuat
Pada induksi matematika kuat ini, pernyataan harus bernilai benar untuk P(1), P(no
+ 1), P(no + 2),…, P(k). Selain itu, juga harus membuktikan pernyataan benar untuk
P(n + 1). Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus ditempuh untuk induksi
matematika kuat.
Contoh 1.13
Jawab :
Basis induksi.
Jika n = 2, maka 2 sendiri adalah bilangan prima dan di sini 2 dapat dinyatakan
sebagai perkalian dari satu buah bilangan prima, yaitu dirinya sendiri.
Langkah induksi.
Misalkan pernyataan bahwa bilangan 2, 3, 4, 5,…, n dapat dinyatakan sebagai
perkalian (satu atau lebih) bilangan prima adalah benar (hipotesis induksi). Kita
perlu membuktikan bahwa n + 1 juga dapat dinyatakan sebagai perkalian bilangan
prima. Ada dua kemungkinan nilai n + 1 yaitu bisa prima atau komposit (bukan
prima)
(a) Jika n + 1 sendiri bilangan prima, maka jelas ia dapat dinyatakan sebagai
perkalian satu atau lebih bilangan prima.
(b) Jika n + 1 bukan bilangan prima, maka n + 1 memiliki pembagi selain 1 dan
n+1 itu sendiri, terdapat bilangan asli lain yang dapat membagi n + 1, kita
misalkan a dan hasil baginya dimisalkan b tanpa sisa. Dengan kata lain
n+1
=b n + 1 = ab
a
Daftar Rujukan