Disusun Oleh :
1
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN AJARAN
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kerukunan
Hidup Umat Beragama dengan sebaik baiknya dalam batas waktu yang sudah
ditentukan. Makalah Kerukunan Hidup Umat Beragama disusun teruntuk memenuhi
kewajiban mahasiswa dalam menyelesaikan tugas dari Bapak Dosen Dr. I Ketut Yoda,
S.Pd., M.Or. Pada mata kuliah Agama Hindu di Universitas Pendidikan Ganesha.
Penuslis mengucapkan rasa terimakasih sebesar besarnya kepada Bapak Dosen Dr. I
Ketut Yoda, S.Pd., M.Or. karena telah memberikan kami banyak ilmu dan juga
wawasan agar dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis juga berterimakasih kepada
segala pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................................2
Daftar Isi.........................................................................................................................3
BAB 1
1.1 Latar belakang...........................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah......................................................................................................5
1.3 Tujuan penulisan........................................................................................................5
BAB 2
2.1 Pengertian..................................................................................................................6
2.2 Cara mencapai Masyarakat Jagadhita.......................................................................6
2.3 Peranan umat hindu dalam mencapai masyarakat sejahtera.....................................7
2.4 Tanggung Jawab Umat Hindu dalam Mewujudkan HAM dan Demokrasi.............10
BAB 3
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................12
3.2 Saran........................................................................................................................12
Daftar Pustaka.............................................................................................................13
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Keberadaan manusia pada hakekatnya, terwujud sebagai manusia bersifat sosial dan
manusia yang berbudaya. Menurut kodrat alam, manusia di mana-mana dan pada
zaman apapun juga selalu hidup bersama. Berbagai kondisi obyektif dan perjalanan
historis mengakibatkan manusia berusaha mengembangkan sistem sosial dan sistem
budayanya secara khas. Manusia sebagai individu mempunyai kehidupan jiwa yang
menyendiri, namun manusia sebagai makhluk social tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat. Coba kita perhatikan tayangan TV dan media cetak seperti surat kabar.
Kedua media tersebut amat banyak kita menyaksikan tayangan peristiwa-peristiwa
berbagai tindak kriminalitas dan amoral, seperti pembunuhan, memeras teman di
sekolah digunakan membeli obat-obat psikotropika, pornografi, pornoaksi,
perselingkuhan, pemerkosaan, pencurian, perampokan dll. Semua tayangan tersebut
ibarat pisau bermata dua, di satu sisi, pesan-pesan tayangan tersebut untuk
diwaspadai, jangan sampai menjadi korban dan jangan dilakukan pihak lain maupun
diri sendiri. Di sisi yang lain dapat juga mendorong seseorang untuk menirukan atau
melakukan perbuatan yang ditayangan tersebut. Menghadapi fenomena sosial
demikian, disamping realitas hidup di dalam masyarakat lokal, regional dan global,
maka peranan pendidikan budi pekerti sangat menentukan. Bila penanaman dan
penumbuh kembangan budhi pekerti dapat dilakukan dengan baik dan benar oleh orang
tua dan keluarga di rumah, para guru di sekolah, dan tokoh-tokoh agama serta tokoh-
tokoh masyarakat, maka seorang anak ketika mencapai fase kedewasaan, akan menjadi
manusia yang berbudhi pekerti yang luhur, sangat dibanggakan oleh orang tua di
rumah, para guru di sekolah dan lingkungan masyarakatnya, namun bila sebaliknya,
anak-anak yang tumbuh menjadi
4 orang yang tidak memiliki kepribadian yang mantap,
mudah terkena pengaruh lingkungan yang buruk. Dalam kehidupan global dengan
sarana komunikasi yang sangat canggih, segala sesuatu yang terjadi di luar rumah dan
bahkan di luar negeri dapat dilihat melalui tanyangan TV, demikian pula media
elektronik seperti film termasuk internet dan sejenisnya yang memuat ceritra tentang
kriminalitas dan amoral sangat sulit dibendung dan tidak sulit untuk
mendapatkannya.Maka demikian makalah ini menampilkan peranan pendidikan budhi
pekerti sesuai ajaran Hindu. Kita banyak berharap semoga semua orang tua dan anak
menjadi dua kelompok yang bersinergi untuk mencapai tujuan hidup sesuai dengan
ajaran agama Hindu. Salah satu contoh tujuan ajaran Hindu adalah untuk mewujudkan
masyarakat yang Krtajagadhita,yakni masyarakat yang sejahtera, tentram dan damai,
karena di dalamnya anggota masyarakatnya sebagian besar dan hampir seluruhnya
berbudhi pekerti luhur. Nilai-nilai budhi pekerti sangat luas maknanya yang intinya
untuk kembali ke “sangkan paraning dumadi yang disebut dengan moksa, bersatunya
atman dengan paratmatman.
2.1 Pengertian
Masyarakat kerta jagaditha adalah masyarakat yang sejahtera. Pada hakekatnya
hampir semua masyarakat ingin mewujudkan Jagadhita (sejahtera), Kerta (aman) dan
Trepti (tertib).Jagadhita dimaksudkan disini meliputi wahyu yaitu kesejahteraan
lahiriah dan adyatmika yaitu kesejahteraan batiniah. Sarana untuk mewujudkan
jagadhita itu adalah melalui bekerja tekun dan giat membenahi diri dan membangun
diri meliputi pembangun dibidang fisik, pembangunan dibidang rohani, mental dan
perilaku. Pembangunan dibidang fisik akan mewujudkan kesejahteraan ekonomi dan
peralatan hidup, pembangunan dibidang rohani akan mewujudkan kesucian dan
ketenangan pikiran, pembangunan dibidang mental akan mewujudkan ketentraman dan
kenyamanan perasaan, dan pembangunan dibidang perilaku akan mewujudkan
ketertiban dan kedisiplinan, baik individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat
khususnya di desa adat . maka dari itu adalah mutlak perlu diciptakan suatu: trepti ring
tata parhyangan (tata tertib dalam tata prahyangan), trepti ring tata pawongan (tata
tertib dalam perilaku manusianya) dan trepti ring palemahan ( tertib dalam pemakain
tanah desa dan sesuai dengan aturan yang berlaku) di desa adat yang bersangkutan,
sehingga terwujud suatu kondisi masyarakat desa adat yang kerta, raharja dan jagadhita
“Bumi yang memikul beban, bagaikan sebuah keluarga, sebuah orang berbicara dengan
bahasa berbeda-beda dan yang memeluk kepercayaan (agama) yang berbeda- beda
pula, semoga ia melimpahkan kekayaan kepada kita, tumbuhkan penghargaan diantara
Anda seperti sapi betina (kepada anak-anaknya)”
“Engkau mengambil makanan dan air mu ditempat yang sama. Aku menyatakan Anda
semua dengan suatu ikatan saling pengertian. Sembahlah Tuhan Yang Maha Esa dengan
kebulatan hati ( musyawarah ) dan tujulah kehidupan yang bersatu seperti sebuah as
roda yang di kelilingi oleh jari-jarinya”.
Dari kutipan di atas dapat9 di pahami bahwa setiap manusia Hindu yang merupakan
bagian dari anggota keluarga, mahagotra, dan desa pakaraman secara teologis telah
dibekali sebuah kesadaran social-ekonomi cultural untuk berperan mengkondisikan dan
membangun sebuah masyarakat yang kerta-raharja (civil society) atau masyarakat
madani/ sejahtera. Upaya ini tidak sekedar tergantug kepada pimpinan Negara,
akan tetapi bertumpu kepada setiap individu. Hal ini selaras dengan konsep Hindu
yang memandang bahwa setiap manusia Hindu adalah seorang pemimpin; pertam-tama
adalah memimpin mengendalikan indra-indranya ke hal yang positif, sehingga ia jiga
akan dapat memimpin keluarga dan masyarakat demi terciptanya kesejahteraan
bersama. Mewujudkan kesejahteraan pada prinsipnya sebuah dharma-agama
sekaligus dharma-Negara dan dharma-kemasyarakatan
2.4 Tanggung Jawab Umat Hindu dalam Mewujudkan HAM dan Demokrasi
Tanggung jawab dalam mewujudkan HAM dan Demokrasi bagi sebuah kehidupan
masyarakat dalam pandangan Veda,pada dasarnya tidak dapat di pisahkan dharma-
karma.Dalam pemahaman tentang dharma-karma baik dalam konteks dharma-agama,
dharma-negara,dharma-kemasyarakatan, maka makna ham akan di pahami sebagai
salah satu kesatuan dengan KAM (Kewajiban Asasi Manusia ). Selanjutnya, dengan
memahami makna HAM dan KAM sebagai salah satu kesatuan juga berarti memahami
konsepsi HAR( Hak Asasi Ruh) dan KAR (Kewajiban Asasi Ruh ) yang terlahirkan
sebagai manusia.Pandangan filsafat manusia Hindu lebih berat tendensinya kepada
paham seperti ritualisme bahwa jiwa- atman lebih tinggi dari badan materi.Dalam
kaitan ini, Mahatma Gandhi mengatakan : “Sumber dari seluruh hak yang sejati ialah
kewajiban. Asal saja kita semua melaksanakan kewajiban sendiri (Suadharma), tidak
terlalususah mengejar hak”. Pandangan Mahatma Gandhi ini pada dasarnya bersumber
dari Bhagawadgita, sebagai berikut :
“oleh karena itu, laksanakanlah segala kerja kewajibanmu tanpa terikat pada hasil
(sebagai hak).Sebab kerja yang bebas dari keterikatan bila melakukanya, maka orang
itu akan mencapai tujuan yang tertinggi ”.
11
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Saran penulis terhadap makalah ini yaitu diharapkan kepada pembaca selalu
senantiasa untuk mewujudkan kesejahteraan dengan mengamalkan ajaran Tri Hita
Karana.
12
Daftar Pustaka
13