Anda di halaman 1dari 7

Prociding Call For Paper Thalamus Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta


Desember 2021
KORBAN MALPRAKTIK YANG MENANG DI PENGADILAN

Malpractice Victim Who Won In Court

Sri Wahyu Basuki1, Imaz Zaniar Tristianti2, Rizki Listiansyah3, Atika Fatwa Yukhabilla4 , Titan
Indrajana5, Ratri Mega Harani6, Cut Aqsa Dibintang Akbari7

Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Korespondensi: Imaz Zaniar Tristianti. Alamat email : j500180043@student.ums.ac.id

ABSTRAK

Dugaan kasus malpraktik dan kelainan medik di indonesia semakin meningkat, terutama yang
berkaitan dengan kesalahan diagnosis dan kesalahan pengobatan oleh dokter yang berdampak
buruk terhadap pasiennya. Maraknya media massa yang memberitakan tentang kasus tuntutan
hukum kepada dokter, tenaga medis serta manajemen rumah sakit yang diajukan masyarakat
sebagai konsumen jasa medis menjadi korban dari tindakan malpraktik atau kelalaian medis.
Pada kasus yang dipaparkan terjadi pelanggaran prinsip etik yang dilakukan oleh dr.TS kepada
pasien dengan memberikan kortikosteroid dan stesolid saat sesak nafas yang disebabkan oleh
kelumpuhan pita suara, dr. FK telah menulis resep untuk obat antihipertensi yaitu captopril
diatas kertas resep yang bukan miliknya sendiri, dan Dr. R yang tidak melakukan kunjungan
pemeriksaan terhadap Ny. S. Sebaiknya dalam menangani pasien berikanlah terapi secara tepat
indikasi dan dosis kepada pasien baik secara darurat maupun tidak, perhatikan komplikasi
yang dimiliki oleh pasien sebelum meresepkan obat, dan lakukanlah evaluasi terhadap pasien
secara maksimal setelah menjalani terapi.

Kata Kunci: Malpraktik, Kode etik, Terapi, Pasien

ABSTRACT

Allegations of malpractice cases and medical disorders in Indonesia are increasing, especially
with regard to doctor's misdiagnosis which has a negative impact on their patients. The mass
media is rife in reporting cases of lawsuits/lawsuits to doctors, medical personnel and hospital
management submitted by the public as consumers of medical services who become victims of
malpractice or medical negligence. In the case described, there was a violation of ethical
principles carried out by dr.TS to the patient by giving corticosteroids when short of breath
caused by paralysis of the vocal cords, dr. FK has written a prescription for an antihypertensive
drug, namely captopril on a prescription paper that is not his own, and Dr. R who did not make
an inspection visit to Mrs. S. It is recommended that in handling patients, give appropriate
therapy, indications and doses to patients, whether emergency or not, pay attention to the

123
Prociding Call For Paper Thalamus Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Desember 2021
complications the patient has before prescribing drugs, and evaluate the patient optimally after
undergoing therapy.

Keywords: Malpractice, Code of Ethics, Therapy, Patients

124
Prociding Call For Paper Thalamus Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Desember 2021
PENDAHULUAN jalan di RS X dan ditangani oleh dokternya. R.
Pada tanggal 14 Februari 2010, Ny SC mengalami
Malpraktik adalah kegiatan ilegal yang
sesak nafas dan tidak dapat tidur pada malam
didasarkan pada kelalaian dalam menerapkan
hari. Pada tanggal 15 Februari 2010, Ny. SC
tingkat keterampilan dan pengetahuan yang
dibawa ke IGD RS X dan dirawat inap karena
biasanya digunakan di lingkungan yang sama,
sesak nafas. DR. TM mengelola Ny. SC. Setelah
tergantung pada ukuran pasien atau yang terluka.
perawatan, SC akan berkurang dan menaikkan
Dasar hukum kesalahan tersebut adalah Pasal 11
tempat tidur 45 derajat akan membuat pernapasan
(1) (b) Undang-Undang Tenaga Medis Tahun
sedikit lebih mudah.
1963 (UU Tenaga Kesehatan), yang menyatakan
sebagai berikut. Ingat sumpah Anda sebagai Pukul 17.30 tanggal 15 Februari 2010, LZ
profesional kesehatan. Analisis kasus empiris ini (anak-anak SC) bertanya kepada perawat bahwa
membahas kasus Ny. SC, korban perbuatan SC sedang menunggu dokter. R. Perawat berjanji
tercela yang memenangkan kasus di pengadilan. kepada dokter. R datang untuk melihat seperti apa
Dia dirawat dengan kortikosteroid untuk sesak SC itu. Tapi jam 7 malam dr. R melihat kondisi
napas yang disebabkan oleh kelumpuhan pita Ny SC, kata suster juga dokter. R ada di rumah.
suara. Keputusan MKDKI saat ini adalah Dipastikan jam 9 malam R tidak akan datang,
kortikosteroid tidak sering diberikan kepada maka LZ meminta otolaryngologist lain untuk
pasien sesak napas akibat paralisis pita suara. menemui Ny. SC. Pukul 11.30 WIB Ibu SC
Artinya, dokter dituduh melanggar disiplin kembali mengeluh sesak nafas. Ibu SC
kedokteran karena tidak mampu memberikan selanjutnya oleh Dr. FMK sebagai dokter gawat
praktik/perawatan medis yang tepat dalam situasi darurat yang bertugas. Hasil pemeriksaan Ny. SC
tertentu yang dapat membahayakan pasien. sekitar 170/130. Oleh karena itu, dokter. FMK
Menarik untuk membahas kasus ini karena pasien memberikan pengobatan dalam bentuk suntikan
berhak mendapatkan perawatan medis terbaik Stesolid dan meresepkan obat antihipertensi,
dan berhak menuntut dokter yang melakukan captopril. Keesokan harinya, Ibu SC kembali
kesalahan untuk memenangkan ruang sidang. mengeluh sesak nafas. Dokter diminta melakukan
Oleh karena itu, kasus kesalahan Indonesia trakeostomi dengan biaya Rp 8.000.000 dan
setidaknya berdiri kokoh dan memperjuangkan dirujuk ke RSCM, namun RSCM menolak
keadilan. karena masa pendaftaran sudah habis. Saat itu,
sesak napas SC menjadi parah, jadi saya
LAPORAN KASUS
menyadarkannya di ruang gawat darurat RSCM.
Nyonya. SC menjalani tiroidektomi di Persidangan diajukan dan didaftarkan oleh
Rumah Sakit X pada 13 April 2009. SC adalah Majelis Kehormatan Kedokteran Indonesia
seorang dokter. T. Setelah operasi. Setelah sebelum disidangkan. Ada dua dokter, yaitu
operasi, Ny. SC dirawat sebagai pasien rawat dokter. TS dan dr. FMK. Hal ini ditetapkan oleh

125
Prociding Call For Paper Thalamus Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Desember 2021
MKDKI sebagai pelanggaran disiplin kedokteran awalnya mengeluhkan adanya pembengkakan
sesuai dengan Pasal 3 (2) Huruf (f) Perkonsil 4 kelenjar tiroid (gondok) dijadwalkan untuk
Tahun 2011 tentang Tata Tertib Dokter dan menjalani operasi tiroidectomy. Namun, selang
Dokter Gigi. Setelah putusan diumumkan, kasus beberapa hari Ny. S mengalami sesak nafas
tersebut dibawa ke Pengadilan Negeri Jakarta hingga tidak bisa tidur. Berkaitan dengan
Pusat untuk diproses lebih lanjut. transaksi terapeutik, yaitu mengupayakan
pengobatan yang terbaik bagi pasien. Namun
DISKUSI ANALISA KASUS melihat kasus yang ada, diketahui bahwa

Kasus yang dialami oleh Ny. S, terdapat pemberian kortikosteroid (obat anti inflamasi)

pelanggaran terhadap Ethical Principles. Menurut oleh dr. T pada korban Ny. S, dan pemberian

The Kitchener’s Ethical Principles ada lima stesolid (diazepam) kepada pasien yang mengeluh

prinsip etika yaitu autonomy, non-maleficence, sesak nafas dapat meningkatkan keluhan.

beneficence, justice, dan fidelity (Stephanie, Pemberian diazepam telah terbukti menekan

Burns. 2020). pernapasan sentral dan respons kemoreseptor


terhadap hiperkapnea Diazepam juga menurunkan
a. Autonomy : Dokter menghargai hak pasien kualitas tidur, yang dapat memperpanjang durasi
dalam menentukan keputusannya sendiri hipoventilasi (Nicholas, T Vozoris. 2014).

b. Beneficence : Dokter berusaha untuk Pengobatan tersebut tidak mempertimbangkan

meningkatkan kesehatan pasien riwayat penyakit dahulu dan tanpa pemeriksaan


secara menyeluruh untuk mencari tahu penyebab
c. Non-Malficence : Dokter harus menghindari
dari sesak nafas pada pasien.
tindakan yang menyebabkan kerugian
kepada pasien b. Beneficence (Act to benefit others/manfaat
untuk orang lain)
d. Justice : Dokter memperlakukan adil kepada
semua pasien, tanpa memandang ras, suku, Tindakan pembedahan yang dilakukan dr.

bangsa, dll. TM, mengakibatkan adanya komplikasi terhadap


pasien berupa paralisis nervus laryngeus
e. Fidelity :Dokter senantiasa setia pada
recurrens. Penjelasan rinci dari semua langkah
komitmennya dan menepati janji serta
pembedahan tiroidektomi dalam laporan bedah
menyimpan rahasia klien (Darwin, 2012).
adalah "inti utama". Laporan bedah yang akurat,
Pada kasus ini, etika yang dilanggar adalah : ditulis dengan baik dan lengkap adalah alat utama
untuk mengantisipasi klaim malpraktik
a. Non maleficence (Do no Harm/tidak
(Verzeletti, A. 2016). Pasien seharusnya tidak
merugikan orang lain)
diberikan pengobatan seperti captopril karena
Dilihat dari kasus yang dialami oleh Ny. S, captopril dikontraindikasikan terhadap pasien
jelas sekali terjadi pelanggaran etika. Ny. S yang yang mengalami outflow tract obstruction (IDAI,

126
Prociding Call For Paper Thalamus Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Desember 2021
2013). Pasien yang seharusnya sembuh setelah 1) Anamnesis, pemeriksaan fisik dan
berobat, malah mengalami cacat setelah diberikan mental, apabila perlu pemeriksaan
perawatan. penunjang diagnostik.

c. Autonomy 2) Evaluasi riwayat medis pasien, gejala dan


tandaa.
Ny. S menginginkan pemeriksaan dilakukan
oleh Dr. R sebagai dokter yang menanganinya 3) Pengobatan/manajemen secara
setalah operasi. Perawat yang berjaga selalu profesional.
menjanjikan kedatangan Dr. R, akan tetapi Dr. R
4) Tindakan/asuhan yang tepat dan cepat
sama sekali tidak melakukan kunjungan untuk
dalam situasi yang memerlukan intervensi
memeriksa Ny. S. Pasien memiliki hak autonomy,
medis.
untuk menentukan pilihan pemeriksaan dan
5) Bersedia berkonsultasi dengan rekan
pengobatan. Menghormati otonomi adalah norma
kerja terkait jika diperlukan.
yang mewajibkan kita untuk menghormati
keputusan (self-determination) orang dewasa Pelanggaran yang dilakukan oleh dr. TS dan
yang memiliki kapasitas pengambilan keputusan dr. F kepada Ny. S yang meresepkan
(Varkey, B. 2021). kortikosteroid untuk pasien dengan dyspnea
karena kelumpuhan pita suara bilateral (parase
Pencermatan nilai/norma etika yang dilanggar:
abductor bilateral). Berdasarkan keputusan
a. Pasal 3 ayat (2) huruf (f) Perkonsil 4 Dewan Kehormatan Kedokteran Disiplin
Tahun 2011 tentang Disiplin Profesional Kedokteran Indonesia (MKDKI) a quo, diketahui
Dokter dan Dokter Gigi: “Tidak bahwa kortikosteroid dan stesolid (diazepam)
melakukan tindakan/asuhan medis yang tidak diresepkan untuk pasien dengan gejala
memadai pada situasi tertentu yang dapat kelumpuhan pita suara karena akan
membahayakan pasien”. mengakibatkan adanya efek samping distress
respiratory. Seharusnya dokter melakukan
Sebagaimana dijelaskan dalam ayat ini,
observasi ketat terlebih dahulu kepada Ny. S
Perkonsil menyatakan bahwa dalam memberikan
sebelum pengobatan.
pelayanan atau merawat pasien, dokter tidak
boleh melakukan sesuatu yang tidak seharusnya
b. Pada pasal 359 dan pasal 360 KUHP Praktik
dilakukan sesuai dengan kewajiban profesinya,
Kedokteran “Kesalahan dalam penulisan
tanpa alasan yang dapat dibenarkan atau
resep yang menimbulkan kerugian bagi
dimaafkan, untuk membahayakan pasien. Dokter
pasien berupa kecacatan atau kematian”
mempunyai kewajiban untuk merawat pasiennya
dapat dikenakan sanksi pidana (Paranadipa,
dengan hati-hati, cermat, teliti, beretika dan penuh
M. 2019). Dr. F telah menulis resep untuk
perhatian terhadap:
obat antihipertensi (captopril) pada kertas

127
Prociding Call For Paper Thalamus Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Desember 2021
resep yang bukan miliknya sendiri. Tidak Saran:
melakukan kesalahan pencatatan dan
1) Memberikan terapi secara sempurna pertanda
penulisan resep yang baik mempengaruhi & takaran pada pasien baik secara darurat juga
tercapainya pengobatan yang rasional nir.
terhadap pasien.
2) Memperhatikan komplikasi yg dimiliki sang
4. KESIMPULAN DAN SARAN pasien sebelum meresepkan obat.

3) Melakukan penilaian terhadap pasien secara


Kesimpulan : aporisma sehabis menjalani terapi.

Tugas seseorang energi kesehatan DAFTAR PUSTAKA


terutama dokter yaitu menaruh pelayanan secara
Darwin, E., Hardisman. 2012. Etika Profesi
profesional didukung jua sang Rumah Sakit yg Kesehatan. Sleman : Deepublish
berperan krusial buat menaruh pelayanan
Fitriono. 2016. Penegakan Hukum Malpraktik
kesehatan seoptimal mungkin & seefektif Melalui Pendekatan Mediasi Penal. Yustisia. Vol
mungkin pada pasien yan dirawat. Namun, nir 5 (1) : 87-93
sanggup dipungkiri pada Indonesia perkara
LBH Jakarta. 2013. Siti Chomsatun Korban
kegagalam pada menaruh pelayanan kesehatan yg Malpraktik Menang di Pengadilan.
mengakibatkan kerugian bagi penerima kesehatan https://bantuanhukum.or.id/siti-chomsatun-
korban-malpraktik-menang-di-pengadilan/
masih terus saja terjadi. Kasus yg diangkat pada
(Diakses tanggal 30 Oktober 2021)
pembahasan kali ini yaitu transaksi terapeutik yg
nir sesuai, melakukan yg seharusnya nir dilakukan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK)
2011, Kode Etik Kedokteran dan Pedoman
sebagai akibatnya membahayakan pasien, selain Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia,
itu pihak Rumah Sakit pada menangani perkara Jakarta: IDI.
tadi nir efektif & nir kondusif pada menaruh
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK)
pelayanan kesehatan yg seharusnya bermutu & 2012, Kode Etik Kedokteran Indonesia
berkualitas. Akibatnya beberapa dokter yg (KODEKI), Jakarta: IDI.

menangani pasien berhadapan menggunakan


Nicholas T Vozoris. 2014. Do benzodiazepines
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran contribute to respiratory problems?. Expert
Indonesia & Rumah Sakit yg sebagai loka perkara Review of Respiratory Medicine.

tadi wajib berhadapan menggunakan Pengadilan PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN


Negeri. Pembelajaran yg sanggup diambil yaitu INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011
TENTANG DISIPLIN PROFESIONAL
menjadi seseorang dokter & pelayanan Rumah
DOKTER DAN DOKTER GIGI
Sakit wajib menaruh pelayanan yg kooperatif
menggunakan ilmu yg sanggup dipertanggung Paranadipa, M. 2019. Penulisan Resep.
ETIKOMEDIKOLEGA.CDK-274/ vol. 46 no. 3
jawabkan & mempunyai Etika, Norma, & Hukum tahun 2019.
yg dimengerti & ditaati.

128
Prociding Call For Paper Thalamus Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Desember 2021
Stephanie, Burns. 2020. Impact of ethical
information resources on counselor education
students. Cogent Education. 7:1, 1757182, DOI:
10.1080/2331186X.2020.17571828:6, 661-663,
DOI: 10.1586/17476348.2014.957186

S. Soetrisno, S. H., M. H. 2010. Malpraktek


Medik dan Mediasi Sebagai Alternatif
Penyelesaian Sengketa, Penerbit PT Telaga Ilmu
Indonesia, Tangerang, hlm. V.

Tambunan, T, Rundjan L., Satari, HI.,


Windiastuti, E., Somasetia, DH., Kadim, M.
2013. Formularium Spesialistik Ilmu Kesehatan
Anak : Ikatan Dokter Anak Indonesia

Verzeletti, A., Vassalini, M., Bin, P., Lancini, L.,


Restori, M., & De Ferrari, F. 2016. Malpractice
claims related to recurrent laryngeal nerve injury:
Forensic remarks regarding 15 cases. Egyptian
Journal of Forensic Sciences, 6(4), 501–504.
doi:10.1016/j.ejfs.2016.04.001

Varkey, B. 2021. Principles of Clinical Ethics and


Their Application to Practice. Medical Principle
and Practice. DOI: 10.1159/000509119

129

Anda mungkin juga menyukai