Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa juga saya
mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah ini yang teah memberikan tugas ini
kepada saya sebagai upaya untuk menjadikan manusia yang berilmu dan berpengetahuan.
Selanjutnya mengenai Contoh Kasus Malpraktik ini penting untuk diketahui dan
dipahami oleh mahasiswa, terutama mahasiswa dengan jurusan Administrasi Rumah Sakit
untuk menambah wawasannya.
Setiap manusia tak luput dari kesalahan, maka saya memohon maaf atas segala
kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini. Kritik dan Saran yang membangun saya
harapkan dari pembaca sekalian untuk memperbaikinya.

28 November 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………………. i


Daftar isi ……………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………. 3
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………………... 3
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………….. 4
2.1 Pengertian Malpraktik Medik …………………………………………………... 4
2.2 Aspek hukum Malpraktik Medik ………………………………………………. 5
2.3 Faktor-faktor yang mendukung terjadinya Malpraktik Medik ………………….. 5
2.4 Contoh Kasus Malpraktik Medik ………………………………………………. 6
2.5 Analisa dari Kasus Malpraktik Medik ………………………………………….. 8
BAB III PENUTUP ……………………………………………………….................. 10
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………… 10
3.2 Saran …………………………………………………………………………….. 10
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………….. 12

BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Tindakan malpraktik medik adalah salah satu cabang kesalahan di dalam bidang
professional. Tindakan malpraktik medik yang melibatkan para dokter dan tenaga kesehatan
lainnya banyak terdapat jenis dan bentuknya, misalnya kesilapan melakukan diagnosa, salah
melakukan tindakan perawatan yang sesuai dengan pasien atau gagal melaksanakan
perawatan terhadap pasien dengan teliti dan cermat.

Di beberapa negara maju seperti United Kingdom, Australia dan Amerika Serikat,
kasus malpraktik medik juga banyak terjadi bahkan setiap tahun jumlahnya meningkat.
Misalnya, di negara Amerika Serikat pada tahun 1970-an jumlah kasus malpraktik medik
meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dan keadaan ini terus
meningkat hingga pada tahun 1990-an.

Keadaan di atas tidak jauh berbeda dengan negara Indonesia, dalam beberapa tahun
terakhir ini kasus penuntutan terhadap dokter atas dugaan adanya malpraktik medik
meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan disetiap media masa dan
elektronik setiap harinya memberitakan tentang kasus malpraktik medik yang dilakukan oleh
dokter atau tenaga kesehatan lainnya baik di rumah sakit di kota besar maupun rumah sakit
tingkat daerah.

Mengamati pemberitaan media massa akhir-akhir ini, terlihat peningkatan dugaan


kasus malpraktek dan kelalaian medik di Indonesia, terutama yang berkenaan dengan
kesalahan diagnosis dokter yang berdampak buruk terhadap pasiennya. Dalam rentang
beberapa bulan terakhir ini, media massa marak memberitahukan tentang kasus gugatan/
tuntutan hukum (perdata dan/ atau pidana) kepada dokter, tenaga medis lain, dan/ atau
manajemen rumah sakit yang diajukan masyarakat konsumen jasa medis yang menjadi
korban dari tindakan malpraktik (malpractice) atau kelalaian medis.
Ada berbagai faktor yang melatarbelakangi munculnya gugatan-gugatan malpraktik
tersebut dan semuanya berangkat dari kerugian psikis dan fisik korban. Mulai dari kesalahan
diagnosis dan pada gilirannya mengimbas pada kesalahan terapi hingga pada kelalaian dokter
pasca operasi pembedahan pada pasien (alat bedah tertinggal didalam bagian tubuh), dan
faktor-faktor lainnya.

Lepas dari fenomena tersebut, ada yang mempertanyakan apakah kasus-kasus itu
terkategori malpraktik medik ataukah sekedar kelalaian (human error) dari sang dokter?
Untuk diketahui, sejauh ini di negara kita belum ada ketentuan hukum ihwal standar profesi
kedokteran yang bisa mengatur kesalahan profesi. Dan sebenarnya kasus malpraktek ini
bukanlah barang baru. Sejak bertahun-tahun yang lalu, kasus ini cukup akrab di Indonesia.

Menurut Coughlin’s Dictionary Of Law , “malpraktek bisa diakibatkan karena sikap


kurang keterampilan atau kehati-hatian didalam pelaksanakan kewajiban professional,
tindakan salah yang sengaja atau praktek yang bersifat tidak etis”.

Kasus malpraktik merupakan tindak pidana yang sangat sering terjadi di Indonesia.
Malpraktik pada dasarnya adalah tindakan tenaga profesional yang bertentangan dengan
SOP, kode etik, dan undang-undang yang berlaku, baik disengaja maupun akibat kelalaian
yang mengakibatkan kerugian atau kematian pada orang lain. Biasanya malpraktik dilakukan
oleh kebanyakan dokter di karenakan salah diagnosa terhadap pasien yang akhirnya dokter
salah memberikan obat.
Sudah banyak contoh kasus yang malpraktik yang terjadi di beberapa rumah sakit,
kasus yang paling sering di bicarakan di media-media diantaranya adalah kasus prita
mulyasari. Ia mengaku adalah korban malpraktik di rumah sakit Omni internasional. Tidak
hanya kasus Prita saja, masih banyak lagi kasus-kasus lain. Pihak rumah sakit berlindung
pada nama besarnya. Sesungguhnya Prita hanya berbicara tentang kebenaran dan hak sebagai
seseorang yang dirugikan. Dalam pengakuannya Prita pernah berobat di rumah sakit Omni
Internasional tersebut. Tapi ia tidak menyangka bahwa ia akan mendapat perlakuan medis
yang tidak layak. Ia mengungkapkan hal ini pada teman-temannya melalui media internet dan
tanpa disangka hal ini membuat Prita terlilit kasus pencemaran nama baik.
II. Rumusan Masalah

Pada hakikatnya penulis mengarahkan langkah-langkah yang dijadikan pokok


permasalahan dalam pembuatan makalah ini agar sasaran yang hendak dicapai dapat
terwujud. Pokok permasalahan tersebut yaitu:
1. Apa pengertian dari Malpraktik medik..?
2. Apa aspek Hukum dari Malpraktik medik..?
3. Apa saja faktor-faktor yang mendukung terjadinya Malpraktik medik..?
4. Berikan contoh Kasus Malpraktik medik..?
5. Jelaskan analisa dari Kasus Malpraktik medik..!

III. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari pembuatan makalah,
yaitu:
1. Untuk mengetahui tentang pengertian Malpraktik medik.
2. Untuk mengetahui dan memahami aspek-aspek hukum dari malpraktik medik.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung terjadinya malpraktik medik.
4. Untuk mengetahui dan memahami contoh kasus yang berkaitan dengan malpraktik medik.
5. Untuk menganalisis contoh kasus malpraktik tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

I. Pengertian Malpraktik Medik

Istilah Malpraktik digunakan pertama kali oleh Sir William Blackstone pada tahun
1768. Ia menyebutkan dalam tulisannya bahwa:
“…that, malapraxis is great misdemeanour and offence at common law, whether it be for
curiosity or experiment, or by neglect; because it breaks the trust which the party had placed
in his physician, and tends to the patient’s destruction…”

Menurut berbagai sumber, malpraktek merupakan perbuatan yang tidak melakukan


profesinya sebagaimana yang diajarkan di dalam profesinya, misalnya seorang dokter,
insinyur, pengacara, akuntan, dokter gigi, dokter hewan, dan lain-lain. Oleh karena itu, istilah
malpraktek sebenarnya tidak hanya digunakan untuk profesi kedokteran saja tetapi dapat
digunakan untuk semua bidang profesi, dan jika digunakan untuk profesi kedokteran
seharusnya dipakai istilah malpraktek medik.

Malpraktek dapat terjadi akibat ketidaktahuan, kelalaian, kurangnya ketrampilan,


kurangnya ketaatan kepada yang diajarkan dalam profesinya atau melakukan kejahatan untuk
mendapatkan keuntungan di dalam melaksanakan kewajiban profesinya, adanya perbuatan
salah yang disengaja, maupun praktek gelap atau bertentangan dengan etika.
Dan pada umumnya, timbulnya suatu gugatan adanya dugaan malpraktik medik
adalah karena terjadinya suatu peristiwa yang bersifat negatif. Dengan kata lain, terjadi suatu
peristiwa di mana setelah dilakukannya suatu tindakan medik, ternyata keadaan pasien
menjadi bertambah buruk, menderita kesakitan yang lebih hebat, menjadi lumpuh, koma,
bahkan meninggal.

II. Aspek Hukum Malpraktik Medik

Berdasarkan jenisnya, tindakan malpraktik medik terbagi ke dalam dua bentuk


pertanggungjawaban. Pertama, pertanggungjawaban profesi kedokteran, yaitu pelanggaran
etika kedokteran dan pelanggaran disiplin kedokteran. Kedua, pertanggungjawaban hukum
(malpraktik yuridis), yang terbagi juga menjadi tiga yaitu malpraktik pidana (criminal
malpractice), malpraktik perdata (sivil malpractice) dan malpraktik administratif
(administrative malpractice).

Masing-masing kriteria pertanggungjawaban hukum dan profesi kedokteran tersebut


di atas mempunyai jalur penyelesaian yang berbeda, dasar hukum yang berbeda dan ditangani
oleh lembaga peradilan yang berbeda pula.

III. Faktor-faktor yang mendukung terjadinya malpraktik medik

Ada 3 hal yang dapat menyebabkan seorang tenaga kesehatan melakukan tindakan
malpraktik medik, yaitu apabila tidak melakukan tindakan medisi sesuai dengan :

1. Standar Profesi Kedokteran


Dalam profesi kedokteran, ada tiga hal yang harus ada dalam standar profesinya, yaitu
kewenangan, kemampuan rata-rata dan ketelitian umum.

2. Standar Prosedur Operasional (SOP)


SOP adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan
suatu proses kerja rutin tertentu.
3. Informed Consent
Substansi informed consent adalah memberikan informasi tentang metode dan jenis rawatan
yang dilakukan terhadap pasien, termasuk peluang kesembuhan dan resiko yang akan dialami
oleh pasien.

IV. Contoh kasus malpraktik medik

Kasus I :
“Prosedur Invasive Jantung Terbuka…Tapi Salah Pasien”

Invasif jantung adalah salah satu metode operasi yang minimal mengurangi
komplikasi setelah operasi dan selain itu, metode tersebut dapat menekan hambatan
psikologis pasien dan dalam operasi jantung invasif, dokter hanya membuat sayatan minimal
hanya sekitar 5 cm ke bagian samping dari dada sehingga tidak terlalu sakit dan
penyembuhannya lebih cepat.

Joan Morris (nama samaran), seorang nenek berusia 67 tahun, diminta bantuannya
dalam suatu pembelajaran di rumah sakit untuk cerebral angiography (ilmu mengenai darah
pada otak). Sehari setelahnya, secara tidak sengaja dia "terpaksa" dijadikan objek studi
mengenai invasive cardiac electrophysiology.

Setelah sesi angiography, pasien ini dipindahkan ke ruangan yang lain yang bukan
merupakan ruangan asalnya. Kesalahan yang "direncanakan" terjadi keesokan harinya saat
paginya pasien ini dibawa untuk suatu prosedur jantung terbuka. Dia berada di atas meja
operasi yang mestinya bukan untuk dia selama satu jam. Para dokter membuat irisan pada
pangkal pahanya, menusuk sebuah arterinya, menyambungnya ke sebuah pipa pembuluh lalu
ke atas ke jantungnya (suatu prosedur yang mengakibatkan resiko tinggi terjadinya
pendarahan, infeksi, serangan jantung, dan stroke).
Kemudian tiba-tiba telepon berdering, dan seorang dokter dari bagian lain bertanya
"Apa yang kalian lakukan dengan pasienku?" Tidak ada yang salah dengan jantungnya.
Kardiologis yang melakukan prosedur itu mencek data wanita itu dan baru menyadari
kesalahan fatal telah terjadi. Studi itu langsung distop, setelah rekondisi wanita malang itu
akhirnya dikembalikan ke kamar asalnya, beruntungnya, dalam kondisi yang masih stabil.

Kasus II :
“Kasus Malpraktek dalam Bidang Orthopedi”

Seorang pasien menjalani suatu pembedahan di sebuah kamar operasi. Sebagaimana


layaknya, sebelum pembedahan dilakukan anastesi terlebih dahulu. Pembiusan dilakukan
oleh dokter anastesi, sedangkan operasi dipimpin oleh dokter ahli bedah tulang (orthopedy).
Operasi berjalan lancar. Namun, tiba-tiba sang pasien mengalami kesulitan bernafas.
Bahkan setelah operasi selesai dilakukan, pasien tetap mengalami gangguan pernapasan
hingga tak sadarkan diri. Akibatnya, ia harus dirawat terus menerus di perawatan intensif
dengan bantuan mesin pernapasan (ventilator). Tentu kejadian ini sangat mengherankan.
Pasalnya, sebelum dilakukan operasi, pasien dalam keadaan baik, kecuali masalah
tulangnnya.
Akan tetapi, ternyata kedapatan bahwa ada kekeliruan dalam pemasangan gas anastesi
(N2O) yang dipasang pada mesin anastesi. Harusnya gas N2O, ternyata yang diberikan gas
CO2. Padahal gas CO2 dipakai untuk operasi katarak. Pemberian CO2 pada pasien tentu
mengakibatkan tertekannya pusat-pusat pernapasan sehingga proses oksigenasi menjadi
sangat terganggu, pasien jadi tidak sadar dan akhirnya meninggal. Ini sebuah fakta
penyimpangan sederhana namun berakibat fatal.

V. Analisa dari kasus malpraktik medik

Kasus I

Permasalahan dalam kasus ini ialah tindakan seorang Dokter yang tidak teliti dan
tidak hati-hati dalam melakukan tugasnya yaitu tidak mencek data pasien sebelum melakukan
operasi. Tindakan seperti ini bisa menimbulkan akibat yang fatal bagi pasien. Tapi, untung
saja dalam kasus di atas ini hal itu belum terjadi dan kondisi pasien masih dalam keadaan
stabil.

Kasus ini merupakan salah satu contoh bentuk kelalaian dari petugas kesehatan yang
meletakkan pasien di atas meja operasi yang seharusnya bukan untuk si pasien. Sehingga si
Dokter pun melakukan operasi pada pasien yang salah. Dan kasus ini termasuk ke dalam
kategori kesalahan dalam kasus perdata yang kesalahannya tidak disengaja.

Kasus II

Ada sebuah kegagalan dalam proses penetapan gas anastesi. Dan ternyata, di rumah
sakit tersebut tidak ada standar-standar pengamanan pemakaian gas yang dipasang di mesin
anastesi. Padahal seharusnya ada standar, siapa yang harus memasang, bagaimana caranya,
bagaimana monitoringnnya, dan lain sebagainya. Idealnya dan sudah menjadi keharusan
bahwa perlu ada sebuah standar yang tertulis (misalnya warna tabung gas yang berbeda),
jelas, dengan formulir yang memuat berbagai prosedur tiap kali harus ditandai dan
ditandatangani. Seandainya prosedur ini ada, tentu tidak akan ada, atau kecil kemungkinan
terjadi kekeliruan. Dan kalaupun terjadi akan cepat diketahui siapa yang bertanggungjawab.
Jadi, contoh kasus malpraktik yang ke-II ini merupakan suatu bentuk kelalaian berat
(culpa lata) dari tenaga kerja yang ada di rumah sakit, bukan hanya tenaga medis, tetapi juga
tenaga dalam bidang logistik, dalam bidang perencanaan, dan lain-lain yang menimbulkan
dampak yang sangat buruk bagi pasien yaitu kematian. Kelalaian fatal ini bisa dikatakan
terjadi karena kurangnya ketelitian dari dokter ataupun petugas kesehatan lainnya dalam
pemberian pelayanan kesehatan terhadap pasien.
Kelalaian ini juga bisa disebabkan karena manejemen rumah sakit yang kurang tertata
baik, pendidikan yang dimiliki petugas yang mungkin masih minim serta banyak lagi faktor
yang lainnya. Dan tindakan tersebut tidak hanya melangar hukum, kode etik kedokteran dan
juga standar berperilaku dalam suatu agama tetapi bahkan sampai menghilangkan nyawa
seseorang.
BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan

Contoh kasus malpraktik medik di atas ialah suatu contoh bentuk kelalaian dari
seorang Dokter terhadap pasiennya dan adanya sikap kurang hati-hati dalam melakukan
tugasnya. Dan kasus I tersebut termasuk ke dalam Kategori Kesalahan dalam kasus perdata
yang kesalahannya tidak disengaja.
Sedangkan kasus II ini merupakan suatu bentuk kelalaian atau kurangnya ketelitian
dari dokter ataupun petugas kesehatan lainnya dalam pemberian pelayanan kesehatan
terhadap pasien. Dan Kelalaian itu juga bisa disebabkan karena manejemen rumah sakit yang
kurang tertata baik, pendidikan yang dimiliki petugas yang mungkin masih minim serta
banyak lagi faktor yang lainnya.

II. Saran

Menurut pendapat saya supaya kejadian tersebut tidak terjadi lagi, diharapkan supaya
seorang Dokter itu harus bersikap hati-hati, bersikap sewajarnya dalam melakukan tugasnya
dan harus teliti dalam melakukan observasi terhadap pasien supaya tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan seperti contoh kasus di atas ini. Dan seharusnya seorang petugas kesehatan
itu harus mencek data pasien sebelum melakukan operasi.

Selain itu kasus malpraktek ini dapat dicegah apabila pihak pasien, dokter dan rumah
sakit saling menghormati hak dan kewajiban masing-masing. Realisasi perlindungan hak
pasien dapat dilakukan antara lain dengan cara mewajibkan dokter memberikan informasi
yang jelas dan lengkap kepada pasien, serta memberi kesempatan kepada pasien untuk
memilih melalui hak persetujuan atau penolakan atas tindakan medis.
Upaya pencegahan terjadinya malpraktik tersebut dapat juga dilakukan melalui
pembenahan majemen rumah sakit, meningkatkan ketelitian dalam menjalankan profesi
kedokteran serta memperdalam segala macam pengetahuan tentang berbagai macam tindakan
pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Ide, Alexandra. 2012. Etika dan Hukum dalam Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta: Grasia Book
Publisher.

http://www.google.co.id/url?url=http://www.duniaremaja.net/catatan/contoh-kasus-
malpraktek-di-
indonesia.html&rct=j&sa=U&ei=3WmzUICiI83LrQegkoEg&ved=0CC4QFjAH&sig2=rnBa
l-
uftuNaAxvQvyxfKA&q=kasus+malpraktek+di+indonesia&usg=AFQjCNHji0MbEpm51eN_
zsolnJh7Yv5AFg

http://internetweb159.wordpress.com

http://dintap.blogspot.com/2011/06/kasus-malpraktek.html

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/132085774_1412-4009.pdf

http://isidunia.blogspot.com/2011/11/10-kasus-malpraktek-dunia-kedokteran.html

Anda mungkin juga menyukai