Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PEMILIHAN KEPALA DAERAH (PILKADA)

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan pada
Program Studi Manajemen Bisnis Diploma III Reg.A

DISUSUN OLEH

Pitria Ningsih

NPM. 0420101016

UNIVERSITAS WIDYATAMA

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

PROGRAM STUDI D-3 MANAJEMEN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.

Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengenal tentang pemilihan
kepala daerah yang kami sajikan berdasarkan informasi dari berbagai sumber.

Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,  penulisan
makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang
akan datang.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah  ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala
usaha kita. Amin.

Purwakarta, 08 Oktober 2020

Pitria Ningsih
BAB I

PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG

Salah satu perwujudan dari sistem demokrasi di Indonesia adalah otonomi daerah.Otonomi
daerah adalah hal, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.Otonomi daerah dipandang perlu dalam menghadapi perkembangan
keadaan, baik dalam dan luar negeri, serta tantangan persaingan global.Otonomi daerah
memberikan kewenangan yang luas dan nyata, bertanggung jawab kepada daerah secara
proposional, yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan kemanfaatan sumber daya
nasional, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah.Itu semua harus dilakukan sesuai dengan
prinsip-prinsip demokrasi, peran masyarakat, pemerataan, keadilan, serta potensi dan
keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Sejalan dengan semangat desentralisasi, sejak tahun 2005 Pemilu Kepala Daerah
dilaksanakan secara langsung (Pemilukada/Pilkada). Semangat dilaksanakannya pilkada adalah
koreksi terhadap system demokrasi tidak langsung (perwakilan) di era sebelumnya, dimana
kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh DPRD, menjadi demokrasi  yang berakar
langsung pada pilihan rakyat (pemilih). Melalui pilkada, masyarakat sebagai pemilih berhak
untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa
perantara, dalam memilih kepala daerah.Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah
diterapkan prinsip demokrasi.Sesuai dengan pasal 18 ayat 4 UUD 1945, kepala daerah dipilih
secara demokratis. Dalam UU NO.32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah, diatur
mengenai pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dipilih secara langsung oleh
rakyat, yang diajukan oleh partai politik atau gabungan parpol. Sedangkan didalam perubahan
UU No.32 Tahun 2004, yakni UU No.12 Tahun 2008, Pasal 59 ayat 1b, calon kepala daerah
dapat juga diajukan dari calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang.
 Selain semangat tersebut, sejumlah argumentasi dan asumsi yang memperkuat
pentingnya pilkada adalah: Pertama, dengan Pilkada dimungkinkan untuk mendapatkan kepala
daerah yang memiliki kualitas dan akuntabilitas. Kedua, Pilkada perlu dilakukan untuk
menciptakan stabilitas politik dan efektivitas pemerintahan di tingkat lokal.Ketiga, dengan
Pilkada terbuka kemungkinan untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan nasional karena
makin terbuka peluang bagi munculnya pemimpin-pemimpin nasional yang berasal dari bawah
dan/atau daerah.

1.2.    RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Demokrasi dan mengapa demokrasi berhubungan dengan pilkada ?
2. Bagaimana sejarah Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) di Indonesia
3. Bagaimana Proses Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) dan apa saja tahapannya
4. Apa manfaat dan makna diadakannya Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA)
5. Bagaimana Perkembangan PILKADA di di Indonedia
6. Apa saja Permasalahan dan isu-isu PILKADA yang terjadi di masyarakat
7. Bagaimana upaya dan Solusi dari permasalan dan isu-isu PILKADA
8. Seperti apa pengaplikasian PILKADA dalam masyarakat

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Dapat mengetahui serta memahami system demokrasi dan PILKADA
2. Mengetahui sejarah dan perkembangan PILKADA di Indonesia
3. Mengetahui bagaimana proses dan tahapan terjadinya PILKADA
4. Mengetahui makna dan manfaat diadakannya PILKADA
5. Mengetahui permasalahan dan isu-isu pemilihan kepada daerah (PILKADA)
6. Dapat mengetahui solusi permasalahan dan isu-isu pemilihan kepada daerah (PILKADA)
7. Memberikan gambaran tentang PILKADA dalam kehidupan masyarakat

1.4.  Manfaaat penulisan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan dan untuk peran dan proses
Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA)
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.    Demokrasi dan Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA)


Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai
upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan
oleh pemerintah negara tersebut.Demokrasi adalah prinsip bangsa atau negara ini dalam
menjalankan pemerintahannya.Sehubungan dengan tersebut, ada yang namanya partai
politik.Dimanapartai politik merupakan salah satu bentuk perwujudan kebebasan berserikat dan
berkumpul yang di jamin oleh konstitusi dan merupakan salah satu prasyarat berjalannya
demokrasi. 

Pemilihan Kepala Daerah berhubungan erat dengan demokrasi.Demokrasi yang


memberikan kedaulatan berada ditangan rakyat. Istilah deokrasi sendiri berasal dari bahasa
Yunani (dēmokratía) “kekuasaan rakyat”, yang dibentuk dari kata (dêmos) “rakyat” dan (Kratos)
“kekuasaan”. Demokrasi muncul pada pertengahan abad ke-5 dan ke-4 SM di negara kotaYunani
Kuno, khususnya Athena, menyusul revolusi rakyat pada tahun 508 SM.
Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah, atau sering disebut Pilkada,
merupakan perkara wajib yang harus dilaksanakan setelah periode untuk menjabat habis
sebagaimana dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pilkada sendiri
adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung
di Indonesia oleh penduduk daerah setempat yang memenuhi syarat.Sebelum dilangsungkannya
Pilkada tersebut calon kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah warga Negara Republik
Indonesia yang harus memenuhi syarat yang ditentukan pada Pasal 58 UU No. 32 tahun 2004.
Dalam hal ini yang disebut sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah:
1.                       Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi
2.                       Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten
3.                       Walikota dan wakil walikota untuk kota
2.1.1 Pengertian PILKADA Menurut Para Ahli

1. Suryo Untoro

Pilkada yaitu suatu pemilihan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia. Terutama rakyat yang telah
memiliki hak pilihnya. Hak ini digunakan untuk memilih wakil-wakilnya di MPR, DPR,dan
DPRD

2. Harris G. Warren dkk

Pilkada yakni kesempatan rakyat memilih pempimpin mereka. Serta memutuskan, apa yang
ingin pemerintah lakukan untuk mereka. Keputusan rakyat ini juga menentukan hak yang mereka
miliki dan ingin mereka jaga.

3. Ramlan

Pilkada ialah sebuah mekanisme penyeleksian serta pendelegasian. Atau penyerahan kedaulatan
kepada orang atau partai yang dipercayai.

4. Ali Moertopo

Pilkada yaitu uatu Lembaga Demokrasi yang dipakai untuk memilih anggota-anggota perwakilan
rakyat. Seperti memilih anggota MPR, DPR, maupun DPRD yang akan bertugas bersama-sama
dengan pemerintah serta menetapkan politik dan jalannya pemerintahan negara.
2.2 Sejarah Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) di Indonesia

Awal dan Perkembangan Pengesahan UU Pilkada

Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pilkada. Pilkada pertama kali
diselenggarakan pada bulan Juni 2005.

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan


Umum, pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu, sehingga secara resmi bernama Pemilihan
umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pemilukada. Pemilihan kepala
daerah pertama yang diselenggarakan berdasarkan undang-undang ini adalah Pilkada DKI
Jakarta 2007.

Sejarah Pilkada berlanjut dengan terbitnya UU 12/2008 menggantikan UU 32/2004


tentang pemerintahan daerah, 1 tahun setelah keputusan MK, pilkada 2008 dapat diikuti
oleh calon perseorangan.

Pada tahun 2011, terbit undang-undang baru mengenai penyelenggara pemilihan umum yaitu
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011. Di dalam undang-undang ini, istilah yang digunakan
adalah Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota.

2.3 Proses Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA)

Proses pemilihan kepala daerah terbagi menjadi dua tahapan,yaitu :

2.3.1 Tahap Persiapan

Pada Pasal 65 ayat (2) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
disebutkan tahap persiapan terbagi menjadi lima pelaksanaan, yaitu:

 Pemberitahuan DPRD kepada Kepala Daerah mengenai berakhirnya masa jabatan.


 Pemberitahuan DPRD kepada KPUD mengenai berakhirnya masa jabatan Kepala
Daerah.
 Perencanaan penyelenggaraan, meliputi penetapan tata cara dan jadwal tahapan
pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah.
 Pembentukan Panitia Pengawas, PPK, PPS, dan KPPS.
 Pembentukan dan pendaftaran pemantauan.

2.3.2 Tahap Pelaksanaan

Pada Pasal 65 ayat (3) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, tahap
pelaksanaan terdiri dari enam kegiatan, yang masing-masing merupakan rangkaian yang saling
terkait, yaitu:

 Penetapan daftar pemilih.


 Pendaftaran dan penetapan calon Kepala Daerah atau Wakil Kepala Daerah.
 Kampanye.
 Pemungutan suara.
 Perhitungan suara.
 Penetapan pasangan calon Kepala Daerah atau Wakil Kepala Daerah terpilih.
 Pengesahan dan pelantikan.

2.3.3 Contoh Tahapan Pemilu jawa barat 2018

1. Sosialisasi 14 Juni 2017 - 23 Juni 2018


2. Pembentukan PPK dan PPS 12 Oktober - 11 November 2017
3. Penyerahan Syarat Dukungan Calon Perseorangan 25 - 29 November 2017
4. Pendaftaran Pasangan Calon 8 - 10 Januari 2018
5. Penelitian Syarat Pencalonan 10 - 16 Januari 2018
6. Pemutakhiran dan Penetapan Daftar Pemilih 20 Januari - 19 April 2018
7. Penetapan Pasangan Calon 12 Februari 2018
8. Pengundian dan Pengumuman Nomor Urut Calon 13 Februari 2018
9. Masa Kampanye 15 Februari - 23 Juni 2018
10. Pembentukan KPPS 3 April - 3 Juni 2018
11.Masa Tenang 24 - 26 Juni 2018
12. Pemungutan Suara 27 Juni 2018
13. Rekapitulasi Suara 28 Juni - 8 Juli 2018
14.Pengajuan sengketa pemilihan dilaksanakan 3 hari setelah paslon ditetapkan
15. Penetapan Paslon terpilih tanpa sengketa menunggu registrasi Mahkamah
Konstitusi (MK)
16. Penetapan Paslon Pasca Putusan MK 3 hari setelah putusan di Mahkamah
Konstitusi (MK)

2.4 Manfaat dan Makna Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA)

2.4.1 Manfaat Pilkada

 Pilkada ditujukan sebagai perwujudan kedaulatan rakyat. Serta menunjukan demokrasi


terletak di tangan rakyat.
 Sehingga rakyat dapat menentukan wakil rakyat yang akan mengatur jalannya
pemerintahan.
 Pilkada dijadikan sebagai sarana untuk membentuk perwakilan politik. Sehingga rakyat
dapat memilih wakil yang bisa dipercaya. Serta bisa mewakili aspirasi dan kepentingan
rakyat yang memilihnya. Sehingga semakin tinggi kualitas pemilu akan semakin baik
juga kualitas para wakil rakyatnya.
 Pilkada dijadikan sebagai sarana guna melakukan penggantian pemimpin secara
konstitusional. Pilkada diadakan untuk mewujudkan reformasi pemerintahan. Melalui
pilkada, pemerintahan yang aspiratif dapat memperoleh kepercayaan rakyat untuk
memimpin kembali. Atau sebaliknya, apabila rakyat tidak percaya maka pemerintahan
akan berakhir dan diganti.
 Pilkada sebagai sarana pemimpin politik dalam memperoleh legitimasi. Pada dasarnya,
pemberian suara adalah mandat yang diberikan rakyat kepada pemimpin yang dipercaya
untuk menjalankan roda pemerintahan. Pemimpin yang terpilih akan mendapatkan
legitimasi (keabsahan) dari rakyat.
 Pemilu dijadikan sarana partisipasi politik masyarakat. Rakyat mampu secara langsung
menetapkan kebijakan publik melalui dukungannya. Selanjutnya pemimpin yang terpilih
harus merealisasikan janji-janjinya.
2.4.2 Makna Pilkada

1. Perspektif Tujuan

Pilkada ditujukan sebagai pemindahan konflik. Pemindahan dari masyarakat kepada perwakilan
politik bersama tujuan menanggung integrasi masyarakat.

2. Perspektif Tingkat Perkembangan Negara

Pilkada diselenggarakan sebagai alat untuk membetulkan rezim yang berkuasa.

3. Perspektif Demokrasi Liberal

Pilkada merupakan upaya menegaskan serta melibatkan individu dalam tiap tiap sistem politik.

2.5     Perkembangan Pilkada di di Indonedia


Pemilihan kepala daerah (Pilkada atau Pemilukada) dilakukan secara langsung
oleh penduduk daerah administratif setempat yang memenuhi syarat. Pemilihan kepala daerah
dilakukan satu paket bersama dengan wakil kepala daerah.
Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat melalui
Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pilkada. Pilkada pertama kali
diselenggarakan pada bulan Juni 2005.
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara
Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu, sehingga secara resmi bernama
Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pemilukada.
Pemilihan kepala daerah pertama yang diselenggarakan berdasarkan undang-undang ini
adalah Pilkada DKI Jakarta 2007. Pada tahun 2011, terbit undang-undang baru mengenai
penyelenggara pemilihan umum yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011. Di dalam
undang-undang ini, istilah yang digunakan adalah Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota.
Pada tahun 2014, DPR-RI kembali mengangkat isu krusial terkait pemilihan kepala daerah
secara langsung. Sidang Paripurna DRI RI pada tanggal 24 September 2014 memutuskan bahwa
Pemilihan Kepala Daerah dikembalikan secara tidak langsung, atau kembali dipilih oleh DPRD.
Putusan Pemilihan kepala daerah tidak langsung didukung oleh 226 anggota DPR-RI yang terdiri
Fraksi Partai Golkar berjumlah 73 orang, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berjumlah 55
orang, Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) berjumlah 44 orang, dan Fraksi Partai
Gerindra berjumlah 32 orang.
Keputusan ini telah menyebabkan beberapa pihak kecewa. Keputusan ini dinilai sebagai
langkah mundur di bidang "pembangunan" demokrasi, sehingga masih dicarikan cara untuk
menggagalkan keputusan itu melalui uji materi ke MK. Bagi sebagian pihak yang lain,
Pemilukada tidak langsung atau langsung dinilai sama saja. Tetapi satu hal prinsip yang harus
digarisbawahi (walaupun dalam pelaksanaan Pemilukada tidak langsung nanti ternyata
menyenangkan rakyat) adalah: Pertama, Pemilukada tidak langsung menyebabkan hak pilih
rakyat hilang. Kedua, Pemilukada tidak langsung menyebabkan anggota DPRD mendapat dua
hak sekaligus, yakni hak pilih dan hak legislasi. Padahal jika Pemilukada secara langsung, tidak
menyebabkan hak pilih anggota DPRD (sebagai warga negara) hak pilihnya tetap ada.
 

  2.6 Permasalahan dan isu-isu PILKADA


1.      Daftar Pemilih tidak akurat
a.   Sebagian besar DP4 dari Kab/Kota tidak dapat diandalkan
b.   Calon pemilih banyak yang memiliki domisili lebih dari satu tempat
c.   Calon pemilih dan Parpol bersikap pasif dalam menyikapi DPS
d.   Pelibatan RT/RW dalam pemutakhiran data pemilih tidak maksimal
e.       Para pihak baru peduli atas kekurang-akuratan data pemilih ketika sudahditetapkan sebagai
daftar pemilih tetap atau ketika sudah mendekati hari pemungutan suara
f.       Kontrol Panwaslu untuk akurasi data pemilih tidak maksimal.

2.      Proses pencalonan yang bermasalah


a.       Munculnya dualisme pencalonan dalam tubuh partai politik.
b.      Perseteruan antar kubu calon yang berasal dari partai yang sama.
c.       KPU tidak netral dalam menetapkan pasangan calon.
d.      Tidak ada ruang untuk mengajukan keberatan dari pasangan calon/Parpol terhadap penetapan
pasangan calon yang ditetapkan oleh KPU.
e.       Terhambatnya proses penetapan pasangan calon.
f.       Dalam hal terjadi konflik internal Parpol, KPU berpihak kepada salah satu pasangan
calon/pengurus parpol tertentu sehingga parpol yang sebenarnya memenuhi syarat namun gagal
mengajukan pasangan calon. Akibat lebih lanjut, partai politik maupun konstituen kehilangan
kesempatan untuk mendapatkan kepala daerah yang merupakan preferensi mereka.

3.      Pemasalahan pada Masa kampanye :


a.       Pelanggaran ketentuan masa cuti
b.      Manuver politik incumbent untuk menjegal lawan politik
c.       Care taker yang memanfaatkan posisi untuk memenangkan PILKADA
d.      Money politics
e.       Pemanfaatan fasilitas negara dan pemobilisasian birokrasi
f.       Kampanye negative
g.      Pelanggaran etika dalam kampanye
h.      Curi start kampanye, kampanye terselubung, dan kampanye di luar waktu yang telah ditetapkan

4.     Manipulasi dalam penghitungan suara dan rekapitulasi hasil penghitungan:


a.  Belum terwujudnya transparansi mengenai hasil penghitungan suara dan rekapitulasi
penghitungan suara.
b.  Manipulasi penghitungan dan rekapitulasi penghitungan suara dilakukan oleh PPK, KPU
Kab/kota, dan KPU Provinsi.
c.  Belum  lengkapnya instrument untuk mengontrol akuntabilitas PPK,  KPU Kabupaten/Kota, dan
KPU Provinsi.
d. Keterbatasan saksi-saksi yang dimiliki oleh para pasangan calon.
e.  Keterbatasan    anggota    Panwas    mengontrol    hasil    penghitungan    dan rekapitulasi hasil
penghitungan suara.
5.      Penyelenggara Pilkada tidak adil dan netral
a.       Keberpihakan anggota KPUD dan jajarannya kepada salah satu pasangan calon.
b.      Kewenangan KPUD yang besar dalam menentukan pasangan calon.Tidak adanya ruang bagi
para bakal calon untuk menguji kebenaran hasil penelitian administrasi persyaratan calon.
6.      Putusan MA dan MK yang menimbulkan kotroversi
7.      Putusan-putusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No.
12 Tahun 2008.
8.      Penyesuaian tata cara pemungutan suara dan penggunaan KTP sebagai kartu pemilih.
9.      Posisi kepala daerah/wakil kepala daerah incumbent dalam Pilkada
10.  Penggabungan PILKADA (Pilkada serentak).
11.  Sistem pemilihan gubernur.
12.  Sistem pemilihan wakil kepala daerah.

2.7 Solusi permasalan dan isu-isu PILKADA


 

1. Daftar Pemilih tidak akurat.

Berdasarkan Pasal 47 UU No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu menyebutkan


bahwa PPS mempunyai tugas dan wewenang antara lain mengangkat petugas pemutakhiran data
pemilih dan membantu KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK melakukan
pemutakhiran data pemilih, daftar pemilih sementara, daftar pemilih hasil perbaikan, dan daftar
pemilih tetap. Melalui pengaturan ini jika dalam pemutakhiran data pemilih, melibatkan RT/RW
sebagai petugas pemutakhiran, maka permasalahan data pemilih yang tidak akurat akan dapat
diminimalisir, karena RT/RW adalah lembaga yang paling mengetahui penduduknya.

2.      Proses pencalonan yang bermasalah

Permasalahan dalam pencalonan yang selama ini terjadi disebabkan oleh 2 (dua) hal yaitu
konflik internal partai politik/gabungan partai politik dan  keberpihakan para anggota KPUD
dalam menentukan pasangan calon yang akan mengikuti Pilkada.
3.      Pemasalahan pada Masa kampanye.

Pasal 75 ayat (2) berbunyi dimaksud pada ayat (1) dilakukan selama 14 (empat belas) hari dan
berakhir 3 (tiga) hari sebelum hari pemungutan suara", dengan terbatasnya waktu untuk
kampanye maka sering terjadi curi start kampanye dan kampanye diluar waktu yang telah
ditetapkan.Kampanye yang diharapkan dapat mendorong dan memperkuat pengenalan pemilih
terhadap calon kepala daerah agar pemilih mendapatkan informasi yang lengkap tentang semua
calon, menjadi tidak tercapai. Untuk itu ke depan perlu pengaturan masa kampanye yang cukup
dan peningkatan kualitas kampanye agar dapat mendidik pemilih untuk menilai para calon dari
segi program.

4. Penyesuaian tata cara pemungutan suara dan penggunaan KTP sebagai kartu pemilih.

Berdasar Pasal 88 UU No. 32 Tahun 2004 menyatakan: "pemberian suara untuk Pilkada
dilakukan dengan mencoblos salah satu pasangan calon dalam surat suara". Sedangkan dalam
pelaksanaan Pemilu DPR, DPD, dan DPRD serta  Perhllu  Presiden dan Wakil  Presiden Tahun
2009 melalui peraturan KPU pemberian suara dilakukan dengan memberi tanda "centang".

2.7 Pengaplikasian PILKADA pada masyarakat

Pemilihan umum Bupati Karawang 2020 

adalah pemilihan umum lokal yang akan diselenggarakan di Kabupaten Karawang, Jawa


Barat, Indonesia. Pilkada Karawang 2020 diadakan dalam rangka memilih Bupati dan Wakil Bupati
Karawang periode 2021-2024. Bupati dan Wakil Bupati petahana dapat kembali mencalonkan diri
dikarenakan baru menjabat sebanyak satu periode. Hasil Pemilu 2019 menunjukkan bahwa dari total
11 partai politik yang mendudukkan wakilnya di DPRD Karawang, tidak ada satupun yang dapat
mengusung pasangan calon bupati-wakil bupati tanpa berkoalisi.
Hasil pemilihan umum legislatif 2019 di Kabupaten Karawang terdapat 11 Partai Politik dengan
jumlah 50 Kursi di DPRD Kabupaten Karawang, yaitu:

No Jumlah
Partai politik Perubahan kursi (2014)
. kursi

1  Demokrat 9 / 50 ▲ 3 kursi

2  Gerindra 8 / 50 ▲ 2 kursi

3  Golkar 7 / 50 ▼ 1 kursi

4  PKB 7 / 50 ▲ 2 kursi

5  PDI Perjuangan 6 / 50 ▼ 3 kursi

6
 PKS
6 / 50 ▲ 3 kursi

7  NasDem 2 / 50 ▼ 1 kursi

8  PBB 2 / 50 ▼ 1 kursi

9  PPP 1 / 50 ▼ 1 kursi

10
 PAN
1 / 50 ▼ 2 kursi

11  Hanura 1 / 50 ▼ 1 kursi


Pasangan Calon
No. Partai Politik
Urut Pengusung
Calon Bupati Calon Wakil Bupati

  PDI
Perjuangan

  PPP
1

  PAN
Yesi Karya Lianti Ahmad Adly Fairuz
(Kader PDI-P) (Kader NasDem)
  PBB
Direktur PT. Medyska Sukestama
Karawang Artis
(2016-sekarang)

Pengusung:

  Demokrat

  Golkar

  PKS
Cellica Nurrachadiana Aep Syaepuloh
(Kader Demokrat) (Kader PKS)   NasDem

Pendukung:
2

  Perindo

  Berkarya
Bupati Karawang
Pengusaha
(2016-2021)
  PSI
  Garuda

  Garuda
  Idaman
  PKB
3
  Gerindra
Ahmad Zamakhsyari Yusni Rinzani
  Hanura
(Kader PKB) (Kader Gerindra)
Wakil Sekretaris DPC Partai
Wakil Bupati Karawang
Gerindra Karawang
(2016-2021)
(2017-sekarang)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pelaksanaan Pilkada/Pemilukada yang telah berlangsung sejak Juni 2005 s/d saat ini
secara umum telah berlangsung secara aman, tertib, dan demokratis dengan tingkat partisipasi
yang cukup tinggi. Sejumlah penyelenggaraan pemilu kepala daerah menunjukkan hasil-hasil
yang positif maupun negatif. Dari aspek positif pemilukada langsung telah cukup berhasil, baik
ditinjau dari segi proses penyelenggaraannya, partisipasi masyarakat dan keanekaragaman
peserta yang ikut Pemilukada , maupun ditinjau dari hasil- hasil Pemilukada  itu sendiri.

3.2 Saran

Pengaplikasian pilkada di masyarakat sudah cukup baik namun,masih banyak


permasalahan yang muncul karena berbagai oknum. Tidak sedikit pemimpin yang kompeten
terkalahkan oleh oknum yang mencari kesempatan untuk menduduki kursi jabatan. Indonesia
perlu memperbaiki system pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) agar terciptanya tujuan pilkada
yaitu untuk menempatkan seseorang yang tepat karena pilihan rakyat yang didasari oleh landasan
Demokrasi.

Anda mungkin juga menyukai