kekeliruhan pada putusan pengadilan. 2. Adanya upaya hukum diperlukan dalam rangka memberikan kesempatan bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengejar keadilan dan kebenaran yang masih belum ia dapatkan pada proses peradilan tingkat pertama. Macam-macam Upaya Hukum 1. Upaya Huku Biasa yang terdiri dari:
a. Perlawanan terhadap penetapan dismissal
b. Banding c. Kasasi 2. Upaya Hukum Istimewa terdiri dari :
a. Peninjauan kembali b. Kasasi demi kepentingan hukum Perlawanan terhadap penetapan dismissal
• Perlawanan terhadap penetapan dismissal dapat
ditemukan dalam Pasal 62 ayat (3) huruf a.UU.PTUN. “penggugat dapat mengajukan upaya hukum berupa perlawanan ke pengadilan dalam jangka waktu paling lambat 14 hari setelah penetapan dismissal diucapkan”. • penetapan dismissal adalah penetapan yang menyatakan bahwa gugatan tidak diterima atau tidak berdasar, karena tidak memenuhi salah satu atau beberapa atau semua ketentuan yang terdapat dalam pasal 62 ayat (1). BANDING • Banding adalah upaya hukum yang diajukan baik oleh penggugat atau tergugat atas putusan pengadilan tata usaha negara yang dirasa tidak memberi keadilan dan kebenaran kepada pengadilan tinggi tata usaha negara (Pasal 122 UU.PTUN). “Terhadap putusan Pengadilan Tata Usaha Negara dapat dimintakan pemeriksaan banding oleh penggugat atau tergugat kepada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara”. • Tata cara Pengajuan upaya hukum banding adalah : – harus diajukan secara tertulis – tidak melebihi jangka waktu 14 hari sejah putusan tersebut diberitahukan secara sah – Membayar uang panjar biaya perkara yang besarannya ditaksir oleh panitera. Lanjutan • Dalam hal sudah melengkapi persyaratan sebagaimana di atas, maka pengajuan upaya hukum banding dicatat oleh panitera dalam daftar perkara. Dalam waktu 30 hari sesudah permohonan pemeriksaan di tingkat banding dicatat, panitera memberitahukan penggugat dan tergugat untuk melihat berkas perkara di kantor pengadilan tata usaha negara dalam tenggang waktu 30 hari setelah mereka menerima pemberitahuan tersebut • Selanjutnya para pihak menyerahkan memori banding dan/atau kontra memori banding serta surat keterangan dan bukti kepada panitera pengadilan tata usaha negara dengan ketentuan bahwa salinan memori dan/atau kontra memori diberikan kepada pihak lainnya dengan perantara panitera pengadilan. KASASI • Terhadap putusan pengadilan tingkat banding dapat pula dilakukan upaya hukum kasasi ke Mahkamah Agung RI. Tata cara dalam pengajuan uapaya hukum kasasi sama dengan upaya hukum kasasi dalam perkara perdata. Oleh karenanya pasal 131 ayat (2) merujuk pada Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana diubah dengan undang-undangn no. 5 Tahun 2004 • Alasan dibatalkannya putusan pengadilan dalam tingkat Kasasi – Suatu pengadilan tidak berwenang atau melampau batas wewenangnya – Pengadilan salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku – Pengadilan lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan bersangkutan Peninjauan kembali • Rujukan Hukum tentang tata cara upaya hukum istimewa ini juga merujuk undang-undang no 14 tahun 1985 sebagaimna diubah dengan undang-undang No. 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung. Dalam undang-undang tersebut tidak terdapat tata cara uapaya hukum kasasi yang secara khusus mengatur upaya hukum kasasi terhadap putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dilingkungan peradilan tata usaha negara. Dalam undang-undang tersebut hanyalah mengatur upaya peninjauan kembali dalam perkara perdata. Oleh karenanya tata cara upaya hukum peninjauan kembali dalam perakara dilingkungan peradilan tata usaha negara sama dengan peninjauan kembali dalam perkara perdata. Eksekusi • Putusan yang dapat di eksekusi adalah putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (lihat pasal 115). Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dapat terjadi di pengadilan tata usaha negara atau pengadilan tinggi tata usaha negara dengan ketentuan sebagai berikut: • Penggugat dan tergugat telah menyatakan menerima terhadap putusan pengadilan, padahal penggugat dan tergugat mempunyai hak untuk mengajukan permohonan pemeriksaan ditingkat yang lebih tinggi • Sampai lewat tenggang waktu yang telah ditentukan, penggugat dan tergugat tidak mengajukan upaya hukum ditingkat yang lebih tinggi • Terkait dengan aksekusi putusan pengadilan ini, Pasal 97 ayat (8) menentukan kewajiban- kewajiban yang harus dilakukan oleh badan atau pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara berupa: – pencabutan Keputusan Tata Usaha Negara yang bersangkutan; atau – pencabutan Keputusan Tata Usaha Negara yang bersangkutan dan menerbitkan Keputusan Tata Usaha Negara yang baru; atau – penerbitan Keputusan Tata Usaha Negara dalam hal gugatan didasarkan pada Pasal 3 (asas negatif fiktif)