Anda di halaman 1dari 22

IMPLIKASI UU NO.

11 TAHUN 2020
TENTANG CIPTA KERJA
TERHADAP PENYELENGGARAAN
PENATAAN RUANG
RM PETRUS NATALIVAN INDRADJATI
Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota
Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
Institut Teknologi Bandung
11 Desember 2020
MATERI:
1. Undang-undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
2. Implikasi Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 terhadap
Penyelenggaraan Penataan Ruang
3. Kebutuhan ‘Penguatan’ Pengendalian Pemanfaatan Ruang Serta
Kualitas Rencana Tata Ruang
4. Catatan-Tantangan
1. IMPLIKASI UU 11/2020
No. Pokok Perubahan dalam UU 26/2007
1. Perubahan Nomenklatur Izin Pemanfaatan Ruang menjadi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
2. Penghapusan RTR KS Provinsi dan ditetapkan sebagai muatan RTRW Provinsi dan tidak menjadi RTR tersendiri.
3. Penghapusan RTR KS Kab/Kota dan ditetapkan sebagai muatan RTRW Kab/Kota dan tidak menjadi RTR
tersendiri.
4. Perubahan Nomenklatur Pemerintah menjadi Pemerintah Pusat
5. Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah
6. Penambahan Bentuk Pembinaan Penataan Ruang
7. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dan KLHS
8. Proses penyusunan dan Penetapan RTRW termasuk proses persetujuan substansi
9. Proses penyusunan dan Penetapan RDTR termasuk proses persetujuan substansi
10. Penyelesaian ketidaksesuaian antara pola ruang rencana tata ruang dengan kawasan hutan, izin dan/atau hak
atas tanah
11. Penghapusan Penyusunan dan Penetapan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan, Rencana Tata Ruang
Kawasan Perkotaan yang Mencakup 2 (Dua) atau Lebih Wilayah Kabupaten/Kota pada Satu atau Lebih Wilayah
Provinsi
12. Penghapusan Penyusunan dan Penetapan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaaan, Rencana Tata Ruang
Kawasan Perdesaan yang Merupakan Bagian Wilayah Kabupaten, dan Rencana Tata Ruang Kawasan
Perdesaan yang Mencakup 2 (Dua) atau Lebih Wilayah Kabupaten pada Satu atau Lebih Wilayah Provinsi,
Rencana Tata Ruang Kawasan Agropolitan
13. Penambahan ketentuan pada Kriteria dan usulan baru pada Tata Cara Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang
14. Penghapusan pengaturan zonasi dari pengendalian pemanfaatan ruang (Arahan Peraturan Zonasi Sistem
Nasional, Arahan Peraturan Zonasi Sistem Provinsi, dan Peraturan Zonasi pada wilayah Kabupaten/Kota)
15. Ketentuan Sanksi
16. Ketentuan pengawasan penataan ruang
Dimungkinkan dengan Peraturan Perundangan
Perkada dan Permen terkait Penataan Ruang
Implikasi UU Cipta Kerja Peraturan Perundangan
terkait Pertanahan
Tingkat Rencana Umum Penetapan Rencana Rinci Penetapan

Nasional RTRWN Peraturan RTRW Peraturan Peraturan Perundangan


Pemerintah Pulau/Kepulauan Presiden terkait Perumahan dan
RTR Kawasan Kawasan Permukiman
Strategis Nasional
Provinsi RTRWP Perda Provinsi RTR Kaw. Strategis Perda Provinsi Peraturan Perundangan
Provinsi terkait Bangunan Gedung
Kabupaten RTRW Kab Perda RDTR Kabupaten Perda
Kabupaten RTR Kawasan Kabupaten Peraturan Perundangan
Strategis Kabupaten terkait Perhubungan
Kota RTRW Kota Perda Kota RDTR Kota Perda Kota
RTR Kawasan Peraturan Perundangan
Strategis Kota
terkait Lingkungan Hidup
dan Kehutanan

Peraturan Perundangan
Rencana Umum Rencana Rinci
terkait Ke-PU-an
Catatan: Dalam UU Cipta Kerja, Kawasan Strategis Provinsi, Kabupaten/Kota tidak Peraturan Perundangan
ditindaklanjuti dengan penyusunan RTR. Materi Kawasan Strategis sudah diatur dalam terkait Lainnnya
Rencana Umumnya. RDTR penetapannya oleh kepala Daerah
Implikasi UU Cipta Kerja

Integrasi tata ruang darat dan laut


(serta udara):
• UU Cipta Kerja mengintegrasikan rencana
tata ruang dan rencana zonasi agar
pengelolaan darat dan laut terpadu dan
terintegrasi. Tidak ada pemisah antara
Rencana Tata Ruang dan Wilayah dengan
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil (RZWP3K). Ketentuan dalam
pasal 17 UU CK, juga menyetop tumpang
tindih penataan ruang di darat dan laut
mulai dari struktur dan pola.
• Muatan RTR yang mencakup ruang laut,
akan disusun secara sinergis dengan
menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kelautan.
• Muatan RTR yang mencakup ruang udara
disusun secara sinergis dengan instansi
pemerintah yang menyelenggarakan
urusan pengelolaan ruang udara.
2. IMPLIKASI UU 11/2020. PADA PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH (RPP)
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

LATAR BELAKANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG


UU CK merupakan langkah strategis pemerintah
dalam mengatasi berbagai permasalahan investasi
dan penciptaan lapangan kerja, yang salah satunya
diakibatkan oleh tumpang tindih dan kompleksnya
pengaturan penataan ruang dalam UU CK, terdapat
berbagai terobosan kebijakan penataan ruang yang
Ruang Populasi Aktivitas Ruang bukan ditargetkan untuk mendorong kemudahan
terbatas manusia terus manusia tidak hanya untuk berinvestasi dan pemanfaatan ruang yang
meningkat terbatas manusia berkelanjutan.

UNDANG-UNDANG No. 11 TAHUN 2020 tentang CIPTA KERJA


SUBSTANSI PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

MUATAN PERUBAHAN
Pasal 16 Daftar UU Tata Ruang yang diubah, dihapus, dan/atau ditetapkan

Pasal 16 PENYIAPAN RPP


Penjelasan terkait Penyelenggaraan Penataan Pasal 17 Perubahan Substansi UU 26 2007 tentang Penataan Ruang PELAKSANAAN
Ruang termuat pada Bagian Ketiga tentang Waktu penyelesaian dalam
Perubahan Substansi UU 27 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir UU 11 Tahun 2020
Penyederhanaan Persyaratan Dasar Perizinan Pasal 18
dan Pulau-Pulau Kecil tentang Cipta Kerja :
Berusaha, pada Pasal 16 sampai dengan 20.
3 bulan sejak diundangkan
Pasal 19 Perubahan Substansi UU 32 2014 tentang Kelautan
( 3 bulan sejak
2 November 2020)
Pasal 20 Perubahan Substansi UU 4 2011 tentang Informasi Geospasial

MUATAN RENCANA PERATURAN PEMERINTAH PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG


Ubahan UU No. 11/2020 thd UU Ubahan UU No. 11/2020 thd
No. 27/2007 jo. UU No. 1/2014 UU No. 32/2014
Pasal 7A Pasal 43
(1) RZWP-3-K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) (1) Perencanaan ruang laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat
huruf a diintegrasikan ke dalam Rencana Tata Ruang (2) meliputi:
Wilayah Provinsi. a. perencanaan tata ruang laut nasional;
b. Perencanaan zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
(2) RZ KSN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf c. perencanaan zonasi kawasan Laut.
b diintegrasikan ke dalam Rencana Tata Ruang Kawasan
(2) Perencanaan tata ruang Laut nasional sebagaimana dimaksud
Strategis Nasional. pada ayat (1) huruf a merupakan perencanaan untuk
(3) RZ KSNT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) menghasilkan rencana tata ruang Laut nasional yang
diintegrasikan ke dalam perencanaan tata ruang wilayah nasional.
huruf c diserasikan, diselaraskan, dan diseimbangkan
dengan rencana tata ruang, rencana zonasi kawasan (3) Perencanaan zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
antarwilayah, dan rencana tata ruang laut. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menghasilkan
rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang
(4) Dalam hal RZWP-3-K sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diintegrasikan ke dalam perencanaan tata rulang wilayah provinsi.
sudah ditetapkan, pengintegrasian dilakukan pada saat (5) Rencana zonasi kawasan strategis nasional diintegrasikan ke
peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi. dalam rencana tata ruang kawasan strategis nasional.
(5) Dalam hal RZ KSN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) (6) Dalam hal perencanaan tata ruang Laut nasional sebagaimana
sudah ditetapkan, pengintegrasian dilakukan pada saat dimaksud pada ayat (1) huruf a sudah ditetapkan, pengintegrasian
dilakukan pada saat peninjauan kembali Rencana Tata Ruang
peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Wilayah Nasional.
Nasional.
Konsistensi Pengaturan Dalam RPP Ruang lingkup Peraturan
Penyelenggaraan Penataan Ruang Pemerintah ini meliputi:
Pasal 6
Pasal 7
(1) Perencanaan tata ruang mencakup ruang darat,
ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di a. Perencanaan Tata Ruang;
dalam bumi secara terpadu dilaksanakan melalui b. Pemanfaatan Ruang;
penyusunan RTR yang memuat arahan spasial
pemanfaatan ruang darat, laut, dan udara c. Pengendalian Pemanfaatan Ruang;
termasuk ruang dalam bumi secara terintegrasi d. Pengawasan Penataan Ruang;
dalam satu dokumen rencana.
(2) Muatan RTR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) e. Perencanaan Ruang Laut;
yang mencakup ruang laut, disusun secara f. Pemanfaatan Ruang Laut;
sinergis dengan menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kelautan. g. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Laut;
(3) Muatan RTR yang mencakup ruang udara disusun h. Pengawasan Pemanfaatan Ruang Laut;
secara sinergis dengan instansi pemerintah yang i. Pembinaan Penataan Ruang; dan
menyelenggarakan urusan pengelolaan ruang
udara. j. Kelembagaan Penataan Ruang.
(10) Tata cara pelaksanaan integrasi kajian lingkungan hidup
strategis dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah
provinsi diatur dengan peraturan Menteri.

Pasal 16
(1) Rencana tata ruang wilayah provinsi paling sedikit memuat:
a. tujuan, kebijakan, dan strategi Penataan Ruang wilayah
provinsi;
b. rencana struktur ruang wilayah provinsi yang meliputi
sistem perkotaan dalam wilayahnya yang berkaitan
dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya
dan sistem jaringan prasarana wilayah provinsi;
c. rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi
kawasan lindung dan kawasan budi daya yang memiliki
nilai strategis provinsi;
d. arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi
indikasi program utama jangka menengah lima tahunan;
e. arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi
yang berisi indikasi arahan zonasi sistem provinsi, arahan
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang, arahan insentif
dan disinsentif, serta arahan sanksi;
f. kebijakan pengembangan kawasan strategis provinsi;
g. arahan kebijakan pengembangan wilayah kabupaten/kota;
h. arahan kebijakan peruntukan ruang pada sempadan Substansi baru dalam RTRW Provinsi
pantai, sungai, situ, danau, embung, waduk, dan mata air;
dan
i. RZWP-3-K
(2) RZWP-3-K sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i
dimuat dalam rencana tata ruang wilayah provinsi secara
terintegrasi.
(3) Rencana tata ruang wilayah provinsi menjadi acuan untuk:
keserasian antarsektor; dan
h. dalam hal Batas Daerah sebagaimana dimaksud pada huruf g
PROSEDUR PENETAPAN
f. penetapan lokasi danRTRW PROVINSI
fungsi ruang DALAM
untuk investasi.
belum ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
RPP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG di bidang pemerintahan dalam negeri, maka persetujuan
Pasal 17 substansi oleh Menteri menggunakan Batas Daerah indikatif;
i. pengintegrasian garis pantai sebagaimana dimaksud pada
Prosedur penetapan rencana tata ruang wilayah provinsi meliputi:
huruf e menggunakan garis pantai yang telah ditetapkan oleh
a. pengajuan rancangan peraturan daerah provinsi tentang badan yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
rencana tata ruang wilayah provinsi dari gubernur kepada informasi geospasial;
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi; j. dalam hal garis pantai sebagaimana dimaksud pada huruf i
b. pembahasan rancangan peraturan daerah tentang rencana tata belum ditetapkan oleh badan yang menyelenggarakan urusan
ruang wilayah provinsi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pemerintahan bidang informasi geospasial, maka persetujuan
provinsi; substansi oleh Menteri menggunakan garis pantai yang
disepakati pada saat pembahasan lintas sektor sebagaimana
c. penyampaian rancangan peraturan daerah provinsi tentang dimaksud pada huruf e;
rencana tata ruang wilayah provinsi kepada Menteri untuk
k. pengintegrasian Kawasan Hutan sebagaimana dimaksud pada
memperoleh persetujuan substansi; huruf e menggunakan Kawasan Hutan termutakhir yang
d. dalam rangka pemberian persetujuan substansi sebagaimana ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
dimaksud pada huruf c, Menteri menyelenggarakan pemerintahan di bidang kehutanan;
pembahasan lintas sektor bersama Kementerian/Lembaga l. konfirmasi persetujuan teknis RZWP-3-K sebagaimana
terkait, Pemerintah Daerah provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat dimaksud pada huruf e diberikan oleh menteri yang
Daerah provinsi, dan seluruh Pemangku Kepentingan; menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan;
e. pelaksanaan pembahasan lintas sektor sebagaimana dimaksud m. jangka waktu pelaksanaan pembahasan lintas sektor
pada huruf d, dilakukan untuk mengintegrasikan sebagaimana dimaksud pada huruf e sampai dengan huruf l
program/kegiatan sektor, kegiatan yang bernilai strategis paling lama 40 (empat puluh) Hari;
nasional, Batas Daerah, garis pantai, Kawasan Hutan, dan n. tata cara pelaksanaan pembahasan lintas sektor dan proses
konfirmasi persetujan teknis RZWP-3-K; penerbitan persetujuan substansi rencana tata ruang wilayah
provinsi diatur lebih lanjut dalam peraturan Menteri;
f. pengintegrasian Batas Daerah sebagaimana dimaksud pada
huruf e menggunakan Batas Daerah indikatif atau Batas o. pelaksanaan persetujuan bersama antara Dewan Perwakilan
Daerah yang sudah ditetapkan oleh menteri yang Rakyat Daerah provinsi dengan gubernur berdasarkan hasil
menyelenggarakan urusan di bidang pemerintahan dalam persetujuan substansi dari Menteri;
negeri; p. pelaksanaan evaluasi rancangan peraturan daerah provinsi
g. menteri yang menyelenggarakan urusan di bidang tentang rencana tata ruang wilayah provinsi dilaksanakan oleh
pemerintahan dalam negeri melakukan penetapan penegasan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
negeri untuk memastikan rancangan peraturan daerah telah
Batas Daerah indikatif sebagaimana dimaksud pada huruf f
sesuai dengan persetujuan substansi oleh Menteri; dan
paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak pelaksanaan
pembahasan lintas sektor sebagaimana dimaksud pada huruf q. penetapan rancangan peraturan daerah provinsi tentang
e; rencana tata ruang wilayah provinsi oleh gubernur.
persetujuan substansi dari Menteri;
p. pelaksanaan evaluasi rancangan peraturan daerah provinsi
tentang rencana tata ruang wilayah provinsi dilaksanakan oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
negeri untuk memastikan rancangan peraturan daerah telah
sesuai dengan persetujuan substansi oleh Menteri; dan
PROSEDUR
q. penetapan PENETAPAN RTRW PROVINSI
rancangan peraturan DALAM
daerah provinsi tentang
rencana tata ruang wilayah provinsi oleh gubernur.
RPP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
Pasal 18
(1) Peraturan daerah provinsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 huruf q wajib
- 20 -ditetapkan paling lama 2 (dua) bulan
terhitung sejak mendapat persetujuan substansi dari Menteri.
(2) Dalam hal peraturan daerah provinsi sebagaimana dimaksud
RPP Versigubernur
pada ayat (1) belum ditetapkan, 17 November 2020
menetapkan
rencana tata ruang wilayah provinsi paling lama 3 (tiga) bulan
terhitung sejak mendapat persetujuan substansi dari Menteri.
(3) Dalam hal rencana tata ruang wilayah provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) belum ditetapkan oleh gubernur,
rencana tata ruang wilayah provinsi ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat paling lama 4 (empat) bulan terhitung sejak
mendapat persetujuan substansi dari Menteri.
(4) Rencana tata ruang wilayah provinsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) ditetapkan dengan peraturan Presiden.

Paragraf 4
Penyusunan dan Penetapan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Pasal 19
(1) Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf c
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah kabupaten.
Pasal 21
Prosedur penetapan rencana tata ruang wilayah kabupaten
REKOMENDASI PROVINSI - 22 - DALAM meliputi:

PERSETUJUAN SUBSTANSI RENCANA TATA


RPP Versi 17 November 2020
a. pengajuan rancangan peraturan daerah kabupaten tentang
rencana tata ruang wilayah kabupaten dari Bupati kepada

RUANG KABUPATEN, KOTA à Tidak ada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten;
b. pembahasan rancangan peraturan daerah tentang rencana tata
lagi, hanya
(10) Tata melalui integrasi
cara pelaksanaan LInsekkajian lingkungan hidup ruang wilayah kabupaten di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
kabupaten;
- 24 -
strategis dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah
kabupaten diatur dengan peraturan Menteri. c. penyampaian rancangan peraturan daerah kabupaten tentang RPP Versi 17 November 2020
rencana tata ruang wilayah kabupaten kepada Menteri untuk
memperoleh persetujuan substansi;
Pasal 20
d. dalam rangka pemberian persetujuan substansi sebagaimana k. pengintegrasian Kawasan Hutan sebagaimana dimaksud pada
(1) rencana tata ruang wilayah kabupaten paling sedikit memuat: dimaksud pada huruf c, Menteri menyelenggarakan huruf e menggunakan Kawasan Hutan termutakhir yang
pembahasan lintas sektor bersama Kementerian/Lembaga ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah
terkait, Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah Daerah pemerintahan di bidang kehutanan;
kabupaten;
kabupaten, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten, dan l. jangka waktu pelaksanaan pembahasan lintas sektor
b. rencana Struktur Ruang wilayah kabupaten yang meliputi seluruh pemangku kepentingan; sebagaimana dimaksud pada huruf e sampai dengan huruf k
sistem perkotaan di wilayahnya yang terkait dengan paling lama 40 (empat puluh) Hari;
e. pelaksanaan pembahasan lintas sektor sebagaimana dimaksud
kawasan perdesaan dan sistem jaringan prasarana wilayah
pada huruf d, dilakukan untuk mengintegrasikan m. tata cara pelaksanaan pembahasan lintas sektor dan proses
kabupaten;
program/kegiatan sektor, kegiatan yang bernilai strategis penerbitan persetujuan substansi rencana tata ruang wilayah
c. rencana Pola Ruang wilayah kabupaten yang meliputi nasional, Batas Daerah, garis pantai, dan/atau Kawasan Hutan; kabupaten diatur lebih lanjut dalam peraturan Menteri;
kawasan lindung kabupaten dan kawasan budi daya n. pelaksanaan persetujuan bersama antara DPRD Kabupaten
f. pengintegrasian Batas Daerah sebagaimana dimaksud pada
kabupaten; dengan bupati berdasarkan hasil persetujuan substansi dari
huruf e menggunakan Batas Daerah indikatif atau Batas
d. arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi Daerah yang sudah ditetapkan oleh menteri yang Menteri;
indikasi program utama jangka menengah lima tahunan; menyelenggarakan urusan di bidang pemerintahan dalam o. pelaksanaan evaluasi rancangan peraturan daerah kabupaten
e. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah negeri; tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten dilaksanakan
oleh gubernur untuk memastikan rancangan peraturan daerah
kabupaten yang berisi ketentuan umum zonasi, ketentuan g. menteri yang menyelenggarakan urusan di bidang
telah sesuai dengan persetujuan substansi oleh Menteri; dan
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang, ketentuan pemerintahan dalam negeri melakukan penetapan penegasan
insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi. Batas Daerah indikatif sebagaimana dimaksud pada huruf f p. penetapan rancangan peraturan daerah kabupaten tentang
paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak pelaksanaan rencana tata ruang wilayah kabupaten oleh bupati.
f. kebijakan pengembangan kawasan strategis kabupaten;
pembahasan lintas sektor sebagaimana dimaksud pada huruf e;
g. kebijakan pengembangan wilayah kabupaten; dan
h. dalam hal Batas Daerah sebagaimana dimaksud pada huruf g Pasal 22
h. peruntukan ruang pada sempadan pantai, sungai, situ, belum ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan (1) Peraturan daerah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
danau, embung, waduk, dan mata air. di bidang pemerintahan dalam negeri, maka persetujuan Pasal 21 huruf p, wajib ditetapkan paling lama 2 (dua) bulan
(2) rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi acuan untuk: substansi oleh Menteri menggunakan Batas Daerah indikatif; terhitung sejak mendapat persetujuan substansi dari Menteri.

a. penyusunan RDTR; i. pengintegrasian garis pantai sebagaimana dimaksud pada huruf (2) Dalam hal peraturan daerah kabupaten sebagaimana dimaksud
e menggunakan garis pantai yang telah ditetapkan oleh badan pada ayat (1) belum ditetapkan, bupati menetapkan rencana
b. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang informasi tata ruang wilayah kabupaten paling lama 3 (tiga) bulan
daerah kabupaten; geospasial; terhitung sejak mendapat persetujuan substansi dari Menteri.
c. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah j. dalam hal garis pantai sebagaimana dimaksud pada huruf i (3) Dalam hal rencana tata ruang wilayah kabupaten sebagaimana
daerah kabupaten; belum ditetapkan oleh badan yang menyelenggarakan urusan dimaksud pada ayat (2) belum ditetapkan oleh bupati, rencana
pemerintahan bidang informasi geospasial, maka persetujuan tata ruang wilayah kabupaten ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
d. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang paling lama 4 (empat) bulan terhitung sejak mendapat
di wilayah kabupaten; substansi oleh Menteri menggunakan garis pantai yang
persetujuan substansi dari Menteri.
disepakati pada saat pembahasan lintas sektor sebagaimana
e. pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan dimaksud pada huruf e; (4) rencana tata ruang wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud
antarsektor; dan pada ayat (3) ditetapkan dengan peraturan Presiden.
MUATAN RENCANA PERATURAN PEMERINTAH PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
INTEGRASI TATA RUANG PERCEPATAN PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RTR

Ruang PERCEPATAN PENETAPAN RDTR


Udara Persub terbit RDTR ditetapkan dengan
Peraturan Kepala Daerah
Ruang 1 Kab./Kota
bulan
Darat RDTR ditetapkan
dengan Perpres
Ruang
Laut
Ruang PERCEPATAN PENETAPAN RTRW KAB./KOTA
Dalam Persub terbit RTRW ditetapkan dengan Perda Prov./Kab./Kota
Bumi
2 RTRW ditetapkan dengan Peraturan
bulan Gubernur/Bupati/Walikota
Diintegrasikan 1
ke dalam … bulan
Ditetapkan melalui … RTRW ditetapkan
Peraturan 1
RTRL RTRWN dengan Perpres
Pemerintah bulan

Perda/ PENYEDIAAN PETA DASAR


RZWP3K RTRW Provinsi Perkada/ Untuk percepatan pemenuhan peta dasar dalam
Permen penyusunan RDTR, dapat mempergunakan Peta Dasar
Lainnya dengan ketelitian detail informasi sesuai dengan
skala perencanaan RTR, jika Peta Dasar (dari BIG) tidak
tersedia.
RZ KSN RTR KSN Perpres

PENYEDERHANAAN PRODUK RTR

Penghapusan Ketentuan
Penetapan Kawasan Strategis
Penghapusan RTR KS Peta Rupabumi Indonesia Peta Dasar Lainnya
Provinsi dan Kabupaten/Kota, oleh BIG

Perizinan Berusaha
untuk menghindari tumpang
tindih antar produk RTR. DIGITALISASI & TRANSPARANSI UNTUK
Substansi KS tersebut akan MEMASYARAKATKAN TATA RUANG

Berbasis Risiko?
diintegrasikan ke dalam
RTRW Provinsi dan Platform Digital Penyebarluasan Informasi RTR
Kabupaten/Kota.

KESESUAIAN KEGIATAN PEMANFAATAN RUANG DALAM


PERIZINAN BERUSAHA RTR ONLINE RDTR PROTARU PROGRES KONSULTASI
RDTR INTERAKTIF PENYELESAIAN PUBLIK
Kegiatan Pemanfaatan Ruang TATA RUANG ONLINE
RDTR Platform digital yang terhubung dengan Masyarakat dapat
OSS, di mana masyarakat dapat
Masyarakat dapat
(Konfirmasi KKPR) memberikan mengetahui informasi
mengakses informasi terkait rencana aspirasinya untuk dan memonitor
lokasi kegiatan/usahanya apakah telah pengembangan kemajuan penyediaan
sesuai dengan RDTR dan RTRW. wilayah di sekitarnya. RTR di wilayahnya.

RTR KSN
https://gistaru.atrbpn.go.id/ ⍨ PERMIT (Kesesuaian kegiatan
RTRW
Menilai kesesuaian antara
Berada pada lokasi memiliki RDTR Berada pada lokasi yang belum memiliki RDTR
pemanfaatan ruang)
+ pelaksanaan pembangunan
Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Persetujuan Kesesuaian

- Konfirmasi
Pemanfaatan Ruang Kegiatan Pemanfaatan Ruang
dengan arahan pemanfaatan (kesesuaian dengan RTR)
Persetujuan KKPR ruang berupa:
Apakah usulan kegiatan RDTR
• Produk RTR (RTRWN, RTR
- Persetujuan
merupakan: Pelaku usaha dapat melakukan
Kegiatan bersifat KSN, RTRWK, RDTR) pengecekan kesesuaian
strategis nasional
HPL Bank Tanah
• Konfirmasi KKPR lokasi usaha yang
Rekomendasi KKPR
- Rekomendasi
• Persetujuan KKPR diinginkannya dengan tata
Kawasan/tanah yang
ruang melalui sistem OSS
akan diberikan HPL • Rekomendasi KKPR yang akan berhubungan
untuk kegiatan strategis
nasional dengan sistem webgis
dan belum termuat dalam Perencanaan & Pemanfaatan Ruang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kementerian ATR/BPN
RTR?
KESESUAIAN KEGIATAN
DIGITALISASI PEMANFAATAN RUANG
& TRANSPARANSI DALAM
UNTUK
PERIZINAN BERUSAHA RDTR PROTARU PROGRES KONSULTASI
MEMASYARAKATKAN
RDTR TATA RUANG Kegiatan Pemanfaatan Ruang
RTR ONLINE
INTERAKTIF PENYELESAIAN PUBLIK
TATA RUANG ONLINE
RDTR Empat kategori jenis usaha:
Platform digital yang terhubung dengan Masyarakat dapat Masyarakat dapat
Platform Digital Penyebarluasan
(Konfirmasi KKPR) Informasi RTR OSS, di mana masyarakat dapat memberikan mengetahui informasi
• Risiko rendah, mengakses informasi terkait rencana aspirasinya untuk dan memonitor
lokasi kegiatan/usahanya apakah telah pengembangan kemajuan penyediaan
• menengah rendah, sesuai dengan RDTR dan RTRW. wilayah di sekitarnya. RTR di wilayahnya.

RTR KSN • menengah tinggi dan https://gistaru.atrbpn.go.id/

RTRW • tinggi.
Berada pada lokasi memiliki RDTR Berada pada lokasi yang belum memiliki RD

Menilai kesesuaian antara Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),


RDTR +
Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Persetujuan Kesesuaian
RTR ONLINE PROTARU PROGRES KONSULTASI
pelaksanaan pembangunan Pemanfaatan Ruang Kegiatan Pemanfaatan Ruang
INTERAKTIF PENYELESAIAN dengan arahan pemanfaatan
PUBLIK persyaratan tersebut lebih diprioritaskan bagi
(kesesuaian dengan RTR)
Persetujuan KKPR ruang berupa:
Apakah usulan kegiatan RDTR TATA RUANG ONLINE kategori usaha risiko tinggi seperti sektor sumber
merupakan: Platform digital yang terhubung dengan Masyarakat dapat • Produk RTR (RTRWN,
Masyarakat RTR
dapat Pelaku usaha dapat melakukan
Kegiatan bersifat
strategis nasional
OSS, di mana masyarakat dapat memberikan

KSN, RTRWK, RDTR)
mengetahui informasi
Konfirmasi KKPR
daya alam dan lingkungan. pengecekan kesesuaian
lokasi usaha yang
HPL Bank Tanah mengakses informasi terkait rencana
Rekomendasi aspirasinya
KKPR untuk dan memonitor diinginkannya dengan tata
• Persetujuan KKPR
Kawasan/tanah yang lokasi kegiatan/usahanya apakah telah pengembangan kemajuan penyediaan ruang melalui sistem OSS
akan diberikan HPL • Rekomendasi KKPR
untuk kegiatan strategissesuai dengan RDTR dan RTRW. wilayah di sekitarnya. RTR di wilayahnya. yang akan berhubungan
nasional dengan sistem webgis
dan belum termuat dalam Perencanaan & Pemanfaatan Ruang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kementerian ATR/BPN
RTR? https://gistaru.atrbpn.go.id/ 1. Kategori Rendah: hanya memerlukan Nomor Izin
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Berusaha (NIB) saja sebagai legalitas pelaksanaan
Berada pada lokasi memiliki RDTR www.ekon.go.id asdeptrp@ekon.go.id perekonomianRI perekonomianR
Republik Indonesia
Berada pada lokasi yang belum memiliki RDTR
izinKemenko Perekonomian RI
berusaha.
Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Persetujuan Kesesuaian 2. Kategori menengah-rendah: NIB dan Sertifikat
Pemanfaatan Ruang Kegiatan Pemanfaatan Ruang Standar (pernyataan pelaku usaha)
(kesesuaian dengan RTR)
3. Kategori Menengah Tinggi: NIB dan Sertifikat
Standar (pemerintah pusat, pemerintah daerah)
Pelaku usaha dapat melakukan
pengecekan kesesuaian 4. Kategori Tinggi: NIB dan izin (pusat, daerah). Izin
lokasi usaha yang tersebut merupakan persetujuan Pemerintah Pusat
diinginkannya dengan tata
ruang melalui sistem OSS
untuk melaksanakan kegiatan usaha yang wajib
yang akan berhubungan dipenuhi oleh pelaku usaha sebelum melaksanakan
dengan sistem webgis kegiatan usahanya.
Kementerian ATR/BPN
3. KEBUTUHAN ‘PENGUATAN’ PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
SERTA KUALITAS RENCANA TATA RUANG

Undang-Undang Cipta Kerja

Ketentuan yang lebih ‘ramah’ Potensi kehilangan


‘Kemudahan Berusaha’
terhadap duania usaha kewenangan (penggabungan
dokumen)
Penyederhanaan prosedur
Eksistensi sektor dan internal
sektor
Penyederhanaan produk
rencana tata ruang Perumusan RPP yang
terfragmentasi, tidak utuh
dalam waktu singkat

Potensi ketentuan yang diatur


Kontradiksi
menjadi lebih rumit >< nilai
yang digagas UU CK
Kedalaman/ketelitian;
Kawasan Strategis Provinsi,
Persoalan RTR sebagai
Perubahan Produk Kabupaten dan Kota tidak lagi perangkat koordinasi yang
Undang-Undang Cipta Kerja ditindaklanjuti dengan
Rencana Tata Ruang spesifik menjadi hilang (di
penyusunan RTR tingkat Provinsi)

Kepentingan eksekkutif akan


‘Kemudahan Berusaha’ Perubahan Landasan menonjol dalam RDTR
Hukum Rencana Tata Rencana Detail Tata Ruang meskipun RDTR tidak boleh
Ruang bertentangan dengan RTRW
yang ditetapkan perda

Perubahan
penyelenggaraan Konfirmasi, Persetujuan, Dorongan untuk mempercepat
ketersediaan RDTR à semakin
pemanfaatan ruang Rekomendasi kesesuaian
deterministik?
terkait perizinan kegiatan pemanfaatan
pemanfaatan ruang ruang. Implikasi ketidakseimbangan
Kelembagaan: forum, kapasitas dan layanan yang
diberikan terkait pemanfaatan
inspektur pembangunan
Penegakan hukum ruang

Seimbang?
SISTEM PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Kemudahan berusaha
seyogyanya disertai dengan Bagaimana memastikan tujuan, kepentingan dan kesejahteraan umum tetap tercapai
penguatan pengendalian
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH (RPP)

2
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

6
PENGENDALIAN
dilaksanakan untuk
PEMANFAATAN RUANG
PENGENDALIAN Mendorong terwujudnya tata
mendorong setiap
orang agar:
ruang sesuai dengan rencana Memanfaatkan
PEMANFAATAN Menaati RTR yang Mematuhi ketentuan yang Memberikan akses
tata ruang telah ditetapkan ruang sesuai dengan ditetapkan dalam persyaratan terhadap kawasan yang
dinyatakan sebagai milik
RTR KKPR
RUANG DALAM RPP
umum

KETENTUAN PEMBERIAN INSENTIF PENGENAAN


PENYELENGGARAAN KESESUAIAN KEGIATAN
PEMANFAATAN RUANG
DAN DISINSENTIF SANKSI

PENATAAN RUANG PENILAIAN PERWUJUDAN RENCANA TATA RUANG


KETENTUAN KESESUAIAN KEGIATAN PEMANFAATAN RUANG

Pasal 84-170 PENILAIAN PELAKSANAAN KESESUAIAN


KEGIATAN PEMANFAATAN RUANG
A
Penilaian program dalam
dokumen sinkronisasi
Penyandingan program dalam dokumen sinkronisasi
program pemanfaatan ruang terhadap muatan rencana
program pemanfaatan ruang struktur ruang dan/atau pola ruang

dilakukan terhadap:
A Konsistensi ketentuan dalam rencana kegiatan
pemanfaatan ruang
Rekomendasi untuk dilakukan:
Penilaian perwujudan
Penyesuaian; B rencana struktur ruang dan
dan/atau rencana pola ruang
Pemenuhan prosedur persetujuan kesesuaian
B kegiatan pemanfaatan ruang
Struktur
Ruang
Pola
Ruang
Implikasi
kewilayahan

Pengenaan sanksi
Pemenuhan prosedur persetujuan kesesuaian
C kegiatan pemanfaatan ruang
administratif Penilaian perwujudan
C kebijakan atau rencana
strategis nasional
Konsistensi ketentuan dalam rencana kegiatan pemanfaatan ruang: Rawan
LP2B SDEW PSN Bencana

Pengendalian implikasi kewilayahan

ZONA KENDALI a. persyaratan pemanfaatan ruang;


Terjadi penumpukan kegiatan instrumen
b. ketentuan pemberian insentif
pemanfaatan ruang tertentu dikuatirkan pengendalian
SELAMA PASCA dan disinsentif; dan
terlampaui daya dukung dan daya tampung pemanfaatan
PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN ruang c. ketentuan pengenaan sanksi

ZONA YANG DIDORONG


Dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan dapat zona yang kurang diminati, perlu didorong dilakukan secara
periodik dan menerus.
didelegasikan ke pemerintah daerah perwujudannya sesuai dengan RTR
PENGENAAN SANKSI PEMBERIAN INSENTIF DAN
Bentuk sanksi:
DISINSENTIF administratif
setiap orang yang tidak menaati rencana
tata ruang yang telah ditetapkan yang
tidak memiliki kesesuaian
kegiatan pemanfaatan ruang dapat diberikan untuk: Sengketa
mengakibatkan perubahan fungsi ruang menindaklanjuti hasil pemantauan dan
tidak sesuai dengan
evaluasi perwujudan rencana tata ruang;
setiap orang yang menghalangi akses
rencana tata ruang
atau Ada kebutuhan
terhadap kawasan yang oleh ketentuan
peraturan perundang-undangan dinyatakan
tidak mematuhi ketentuan
yang ditetapkan dalam
mendukung terobosan perwujudan
rencana tata ruang.
kepranataan untuk
sebagai milik umum persyaratan Insentif Disinsentif menjalankan/
Dilakukan hasil pengaduan
fiskal
menerapkan sanksi,
hasil penilaian non fiskal
Berdasarkan pelaksanaan
ketentuan KKPR
pengawasan
penataan
hasil audit
tata ruang
pelanggaran
pemanfaatan Kewenangan Pemberian
mengatasi sengketa
ruang ruang

Bentuk Sanksi
dan pemberian
Administratif
Sengketa insentif dan
a. Peringatan tertulis;
b. Denda administratif; Pemangku kepentingan Pemangku kepentingan
disinsentif
c. Penghentian sementara kegiatan; Pemerintah Masyarakat
a. Pemerintah Pusat a. Pemerintah Pusat Pemerintah Pemerintah
d. Penghentian sementara pelayanan
umum;
b. Pemerintah Daerah
c. Masyarakat
VS b. Pemerintah Daerah
c. Masyarakat
Pusat Daerah Daerah (lainnya)
Pengendalian sebagai
e. Penutupan lokasi; d. dll d. dll
f. Pencabutan kesesuaian kegiatan suatu sistem
pemanfaatan ruang;
g. Pembatalan kesesuaian kegiatan NEGOSIASI
(?):Bagaimana sistem
MEDIASI KONSILIASI diberikan kepada pelaku
pemanfaatan ruang;
kegiatan pemanfaatan ini bekerja
h. Pembongkaran bangunan; dan/atau
i. Pemulihan fungsi ruang. MEDIATOR KONSILIATOR
ruang
Keterkaitan antara
inspektur
7 PENGAWASAN
PENATAAN RUANG
Lingkup Pengawasan pembangunan vs
pengaturan, pembinaan, dan Pengawasan penataan ruang salah
satunya terhadap kinerja
sistem pengendalian
Tujuan pelaksanaan penataan ruang
pemenuhan: lainnya
STANDAR
fungsi dan manfaat keluaran
pengaturan, pembinaan, dan TEKNIS Dimana poisisi
pelaksanaan penataan ruang
berupa daftar
Menjamin Menjamin
tercapainya terlaksananya
Meningkatkan
periksa
INSPEKTUR standar?
kualitas
tujuan penegakan penyelengga-
pemenuhan standar pelayanan PEMBANGUNAN
penyelengga- hukum bidang raan penataan bidang penataan ruang dan standar
raan penataan penataan teknis penataan ruang kawasan
ruang
ruang ruang
FORUM
Forum Penataan Ruang adalah Lembaga atau Badan di tingkat
pusat dan daerah yang memiliki tugas dan fungsi untuk INSPEKTUR PEMBANGUNAN
membantu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam
Penyelenggaraan Penataan Ruang. Pasal 158
Dalam hal sengketa penataan ruang terjadi akibat
Pasal 263 adanya perbedaan kebijakan pengaturan antartingkatan
(1) Dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang secara pemerintah, para pemangku kepentingan dapat
partisipatif, Pemerintah Pusat dapat membentuk Forum mengajukan fasilitasi penyelesaian kepada Forum
Penataan Ruang. Penataan Ruang.
(2) Forum Penataan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bertugas untuk memberikan masukan dan Pasal 169
pertimbangan dalam pelaksanaan penataan ruang. (1) Dalam melaksanakan pengawasan penataan ruang,
(3) Pemerintah Pusat dapat mendelegasikan pembentukan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat
Forum Penataan Ruang kepada Pemerintah Daerah membentuk inspektur pembangunan di pusat dan
provinsi dan kabupaten/kota. daerah.
(4) Pemerintah Pusat dapat membentuk tim koordinasi (2) Kriteria dan tata cara pembentukan, tugas, dan
Kawasan Strategis Nasional dalam penyelenggaraan tanggung jawab inspektur pembangunandiatur
penataan ruang di Kawasan Strategis Nasional. dengan peraturan Menteri.

Nomenklatur ‘dapat’ à tidak bersifat wajib? Jika tidak memiliki forum dan inspektur pembangunan, kepada siapa tugas ini
dilaksanakan?
4. CATATAN-TANTANGAN
Rencana Tata Ruang menjadi Kualitas Dokumen Asosiasi Profesi
Proses Teknis
dokumen utama dan RTR terutama RDTR
3. CATATAN
menentukan pemanfaatan Proses Persetujuan Pemerintah Provinsi
ruang Substansi Kementerian ATR, LHK, BIG
Asosiasi Profesi?
Keragaman
karakteristik, Sistem digital, OSS Sejauhmana
persoalan dan dll ‘keputusan-keputusan’
kebutuhan lokal terakomodsi dalam
sistem à realtime RTR?

Kebutuhan justifikasi,
Terjadi hal yang tidak terduga, ada ‘error’ kesalahan
interpretasi, dll jika
dalam rencana tata ruang?
rencana ‘gagal’

Identifikasi kegiatan yang beresiko dari daftar KLBI?


Kendali Pemanfaatan Redefinisi peran, fungsi? Sejauh mana, sampai batas-
Ruang batas mana pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan”
menjaga, memenuhi standar? à mampu
Dalam RPP sistem pengendalian pemanfaatan ruang tidak begitu jelas sistemnya:
1. Tujuan dan arah pengendalian pemanfaatan ruang pasca UU CK?
Sistem pemanfaatan ruang
dan pengendalian 2. Apakah bisa menyelesaikan persoalan yang sangat beragam.
pemanfaatan ruang? 3. Bagaimana setiap perangkat pengendalian ini bekerja/
4. Bagaimana sistem kerja kelembagaan yang ada?

Pemanfaatan Ruang • Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan.


• Persetujuan Kesesuaian
kegiatan pemanfaatan ruang. Forum
• Persetujuan Kesesuaian
kegiatan pemanfaatan ruang.

Pengendalian Sanksi adminitratif ?


Pemanfaatan Ruang
Sengketa Forum Penataan Ruang

Insentif dan Disinsentif ?

Pengawasan TURBINLAK Inspektur Pembangunan

Keragaman persoalan, menyangkut aspek lain, mampukan perangkat yang disediakan


mengatasi berbagai persoalan ini, termasuk dengan kerangka penyeselaian persoalan lain
Terima kasih
Materi disusun oleh
RM. Petrus Natalivan Indradjati
Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota
Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
Institut Teknologi Bandung
E-mail: natalivan@sappk.itb.ac.id

22

Anda mungkin juga menyukai