Anda di halaman 1dari 5

Norma, Standar, Prosedur, Kriteria (NSPK)

Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah


Kementerian ATR/BPN

Sosialisasi NSPK Pengendalian Pemanfaatan


Ruang dan Penguasaan Tanah
Kepala Kantor Wilayah BPN Prov. Kalimantan Tengah Drs. Pelopor dalam
sambutannya pada acara “Sosialisasi Peraturan Perundang-Undangan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah” di Palangkaraya (11/4), memberikan
apresiasi yang sangat besar kepada Kementerian Agraria dan Tata
Ruang (ATR)/Badan Pertanahan Nasional (BPN)  khususnya Direktorat Jenderal
Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah atas penyelanggaraannya,
hal tersebut secara langsung menunjukan adanya perhatian khusus
dari Pemerintah Pusat khususnya Kementerian ATR/BPN terhadap penyelanggaraan
dan pengendalian pemanfaatan ruang serta pertanahan di wilayah Provinsi
Kalimantan Tengah.
Adanya sosialisasi Peraturan Perundang-Undangan Pengendalian Pemanfaatan
Ruang Dan Penguasaan Tanah, dapat meningkatkan pengetahuan bagi pemangku
kebijakan di wilayah Kalimantan Tengah dalam hal pengendalian pemanfaatan ruang
dan pengendalian penguasaan tanah sehingga dalam implementasi
penyelanggaraan penataan ruang serta pertanahan di wilayah Kalimantan Tengah
dapat berjalan efektif, efisien, serta memberikan kepastian hukum yang jelas.
Berkaitan dengan adanya Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang
dan Penguasaan Tanah pada Kementerian ATR/BPN, Pelopor juga
mengatakan “Momentum terbaik pada kabinet ini untuk bisa menjadikan berbagai
data dan informasi ruang sebagai hal yang dipertimbangkan dalam rangka
pemberian hak, peralihan hak, pembebanan hak, penetapan tanah terlantar.
Gabungnya antara Direktorat Jendral Tata Ruang dengan BPN diharapkan instrumen-
instrumen tata ruang menjadi hal yang dipertimbangkan untuk dicantumkan dalam
sertifikat hak, sehingga tidak hanya keterangan keadaan tanah saat ini berupa
pertanian atau non pertanian tetapi juga dicantumkan informasi peruntukannya
secara detail menurut rencana tata ruang, sehingga tidak ada pencegahan dalam
pemberian hak atas tanah tetapi yang perlu dilakukan adalah pembatasan
penggunaan dan pemanfaatan tanah sesuai dengan arahan tata ruang,” ujarnya.
Ketimpangan struktur penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah
masih terjadi, yang mengakibatkan masih tingginya angka kemiskinan,
pengangguran, sengketa dan konflik tanah serta kerusakan lingkungan.
Pembangunan ekonomi yang dapat mendorong peningkatan kesejahteraan masih
terhambat oleh karena belum maksimalnya pengaturan masalah pertanahan. Oleh
sebab itu adanya penyatuan fungsi tata ruang dan pertanahan dalam Kemanterian
Agraria dan Tata Ruang diharapkan dapat mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan.
Pelaksanaan pemanfaatan ruang di daerah masih banyak terjadi ketidaksesuaian
pemanfaatan ruang, bahkan kerap terjadi pelanggaran pemanfaatan ruang yang
dilakukan oleh masyakarakat atau pelaku usaha yang menyebabkan; meningkatnya
daerah yang terdampak bencana banjir serta longsor, banyaknya pengalihfungsian
lahan pertanian menjadi bangunan, dan lain sebagainya. Begitu juga halnya dalam
penyelanggaraan pertanahan, masih terdapat kasus sengkata tanah, serta
keberadaan tanah terlantar. Permasalahan Kedua hal tersebut seyogyanya dapat
ditangani dengan adanya tata cara, petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis serta
aturan hukum yang jelas di bidang pengendalian pemanfaatan ruang dan
pertanahan. Oleh karena peraturan hukum yang bersifat operasional sangat
diperlukan bagi pemangku kebijakan baik di bidang tata ruang maupun pertanahan.
Dalam kesempatan yang sama Sesditjen Pengendalian Pemanfaatan Ruang Dan
Penguasaan Tanah Ir. Firman M. Hutapea mengatakan “Saat ini kita memasuki era
Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah. Tantangan dan isu-isu di
bidang pengendalian pemanfaatan ruang dan penguasaan Tanah mulai mengemuka
akhir-akhir ini. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan
penguasaan atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan pertanahan
yang berlaku, merupakan masalah yang perlu penanganan serius. Meningkatnya
daerah yang terdampak bencana banjir dan longsor, banyaknya indikasi pelanggaran
pemanfaatan ruang, meningkatnya laju alih fungsi lahan pertanian, menyusutnya
jumlah Situ, Danau, Waduk, dan Embung (SDWE), serta banyaknya tanah yang tidak
dimanfaatkan dengan optimal atau tanah terlantar, merupakan beberapa contoh
pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang dan ketentuan-ketentuan bidang pertanahan,” ujarnya.
Melihat kondisi tersebut di atas, dapat terlihat bahwa rencana tata ruang, baik itu
berupa RTR Nasional maupun RTR Provinsi, Kabupaten dan Kota beserta rencana
rincinya, tidak akan dapat berjalan optimal tanpa adanya aturan-aturan pengendalian
yang mengawal pelaksanaannya. Perencanaan dan pengendalian merupakan dua hal
yang harus saling bersinergi dalam mewujudkan ruang yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan.Penyusunan peraturan terkait pengendalian
pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah merupakan salah satu upaya strategis
untuk mewujudkan pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan, serta pemanfaatan, penggunaan dan penguasaan tanah dilaksanakan
sesuai dengan hak yang diberikan berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

Sosialisasi NSPK dan Program Pengendalian


Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah
serta Workshop Pengawasan Teknis
Penataan Ruang

Pada tanggal 8-10 Mei, bertempat di Novotel Airport Ngurah Rai Bali dilaksanakan rapat
Sosialisasi NSPK dan Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah
serta Workshop Pengawasan Teknis Penataan Ruang. Rapat diselenggarakan oleh Direktorat
Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah Kementerian ATR/BPN
dalam rangka meningkatkan pemahaman terkait Norma, Standar, Prosedur, Kriteria (NSPK)
serta terkait pengendalian pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah. Rapat dibuka oleh
Direktur Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah (PPRPT)
Kementerian ATR/BPN (Bpk. Dr. Ir. Budi Situmorang, MURP) dan dihadiri oleh Bappeda, Dinas
PUPR, Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, NTB, NTT, Jawa Timur, Jawa
Tengah dan DIY. Pemaparan materi dari Ditjen PPRPT terkait NSPK Pengendalian
Pemanfaatan Ruang, NSPK Penertiban Pemanfaatan Ruang, NSPK Pengendalian dan
Pemantauan Pertanahan, NSPK Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar dilanjutkan
dengan penjelasan terkait petunjuk teknis pengawasan pemanfaatan ruang serta penjelasan
pengisian kuisioner pengawasan teknis penataan ruang yang akan diinput dalam aplikasi
siwastek (sistem informasi pengawasan teknis). Masing-masing kabupaten/kota diberikan
username dan password utk selanjutnya menginput data2 terkait penataan ruang sesuai format
yg diminta.
Dorong Tertib Pemanfaatan Ruang, Kementerian
ATR/BPN Sosialisasikan NSPK dan Program
Stategis PPRPT di Aceh
Semakin berkembangnya permasalahan tata ruang dan pertanahan yang terjadi di
Indonesia, maka diperlukan berbagai inovasi dalam pelaksanaan pengendalian
pemanfaatan ruang yang disesuaikan dengan karakteristik dan permasalahan yang
berkembang dalam suatu wilayah tersebut. Sosialisasi Norma, Standar, Prosedur dan
Kriteria (NSPK) Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah (PPRPT) di
seluruh Indonesia sangat diperlukan sebagai landasan operasional pelaksanaan
pengendalian pemanfaatan ruang bagi seluruh pemangku kepentingan di lapangan.

Sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo saat Rapat Kerja Nasional Kementerian
ATR/BPN beberapa bulan yang lalu, mengatakan untuk segera mendorong
Pemerintah Daerah (Pemda) menyusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) khususnya
memberikan kepastian pada kawasan Potensi Ekonomi, Program Strategis Nasional
termasuk kawasan rawan bencana.

"Penguatan tata ruang sebagai payung hukum pembangunan ini sangat penting.
Percepatan pembangunan ekonomi dan infrastruktur nasional segera dapat
dilakukan untuk mengejar posisi Negara kita menjadi Negara yang sangat
diperhitungkan di tingkat internasional," ujar Direktur Jenderal PPRPT, Budi
Situmorang pada acara Sosialisasi NSPK dan Program Pengendalian Pemanfaatan
Ruang dan Penguasaan Tanah serta Workshop Pengawasan Teknis Penataan Ruang
di Kyriad Muraya Hotel, Aceh, Kamis (23/5).

Budi menambahkan sosialisasi NSPK ini dilakukan untuk mengingatkan kembali


bahwa ada banyak NSPK baru, sehingga Pemda jadi tahu bahwa sudah ada
peraturan-peraturan yang mendasari dan tidak ragu lagi untuk penegakan hukum
jadi kalau ada yang melanggar bisa dilakukan tindakan. "Kita akan audit kemudian
melakukan tindakan pembongkaran dan pemasangan plang peringatan pemanfaatan
lahan. Teman-teman kantor pertanahan akan mendampingi kita dengan data-data
informasi terbaru sehingga pada waktu kita melakukan pemasangan plang, ada
resikonya kepada yang kena plang," ujarnya.

Hal ini untuk mencegah maraknya alih fungsi lahan, yang bertentangan dengan
hukum dan peraturan perundang-undangan, salah satu contohnya kawasan
pertanian menjadi non pertanian; Konflik antar sektor dan Sengketa Kepemilikan
Lahan; Banyaknya Kasus Tanah Terlantar yang belum dimanfaatkan dan
ditindaklanjuti sesuai dengan ijin peruntukannya.
Muhammad Ikhsan Kepala Bidang Tata Ruang PUPR Provinsi Aceh mengatakan
pengendalian pemanfaatan ruang di Provinsi Aceh perlu usaha yang lebih keras.
Kalau dilihat lebih lanjut terjadi beberapa penyimpangan di aceh khususnya
penyimpangan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan fungsi ruangnya,
namun tidak dominan karena pengembangan pembangunan di Aceh tidak sebesar
di Pulau Jawa. "Jadi penyimpangan yang terjadi masih bisa kita atasi dan toleransi
namun itu harus menjadi perhatian serius bagi kita karena kalo kita tidak serius
arahnya akan menjadi besar dan itu tidak sanggup kita kendalikan. Jadi peran kita
adalah bagaimana memberikan pembinaan kepada Pemerintah Kabupaten dan Kota
tentang sistem pengendalian yang bagus, bagaimana mengendalikan sistem ruang,
pola ruang yang telah kita rencanakan dalam tata ruang," ujarnya.

Acara sosialisasi dan Workshop ini dilaksanakan selama 3 hari tanggal 23 - 25 Mei
2019, dengan Peserta yang hadir berjumlah 118 orang berasal dari Pulau Sumatra
yang terdiri atas: Unsur Bidang Penataan Ruang di Dinas PUPR, Bappeda Provinsi,
Kabupaten/Kota serta Bidang Penanganan Masalah dan Pengendalian Pertanahan
pada Kanwil dan Kantah Badan Pertanahan Nasional. Sosialisasi dan Workshop ini
diharapkan mampu membangun serta meningkatkan sinergitas pelaksanaan
program antara Direktorat Jenderal PPRPT dengan Pemerintah Daerah,
meningkatkan pemahaman terkait NSPK PPRPT, serta meningkatkan kemampuan
daerah dalam melaksanakan pengawasan teknis penataan ruang di daerah.
(HF/NA/AF)

Anda mungkin juga menyukai