Anda di halaman 1dari 17

KERANGKA ACUAN KERJA

(KAK)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

SATKER/SKPD : Dinas Kehutanan Provinsi Jambi


NAMA PPK :
NAMA PEKERJAAN : Kajian Stategis dan Pelepasan Kawasan Hutan
Kabupaten Sarolangun untuk pemekaran wilayah
Kecamatan Mandiangin dan Kecamatan Pauh

TAHUN
ANGGARAN 2020
1. Latar Belakang

Perubahan sistem kekuasan pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi


melahirkan adanya otonomi daerah, sehingga muncul kewajiban daerah otonom untuk
mengurus rumah tangganya sendiri. Begitu pula dalam pemerintahan tingkat II
Kabupaten. Sebuah kabupaten merupakan daerah tingkat II yang berdiri atas kesatuan
masyarakat yang memiliki hukum dan batas wilayah tertentu. Kesatuan masyarakat ini
juga berhak, berwenang, berkewajiban mengatur serta dan mengurus rumah tangganya
sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sebuah kabupaten memiliki syarat–syarat yang harus diperhatikan dengan baik dilihat
dari segi: (1) Kemampuan ekonomi daerah; (2) Kependudukan; (3) Keamanan dan
Pertahanan Nasional; (4) Kestabilan politik dan Perlindungan Masyarakat serta (5)
Pembangunan dan Kesatuan Bangsa.

Kelengkapan pemerintah daerah merupakan komponen yang penting dalam kemandirian


pengelolaan wilayahnya. Secara administrtif Kabupaten terdiri dari beberapa kecamatan.
Demikian pula dengan kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi. Kabupaten Sarolangun
memiliki luas 6,174 Km2 dan terbagi ke dalam 10 (sepuluh) Kecamatan, yaitu:
Kecamatan Batang Asai 858 Km2 (13,90%); Kecamatan Limun 799 km2 (12,94%),
Kecamatan Cermin Nan Gedang 320 Km2 (5,18%); Kecamatan Pelawan 330 Km2
(5,34%); Kecamatan Singkut 173 Km2 (2,80%); Kecamatan Sarolangun 319 Km2
(5,17%); Kecamatan Batin VIII 498 Km2 (8,07%) dan Kecamatan Pauh 1.770 Km2
(28,67%); Kecamatan Air Hitam 471 Km2 (7,63%) dan Kecamatan Mandiangin 636 Km2
(10,30%) (BPS Kabupaten Sarolangun, 2019). Mengacu pada data diatas maka diperukan
adanya pemekaran kecamatan di Kabupaten Sarolangun agar sebagai terobosan untuk
mempercepat pembangunan melalui peningkatan kualitas dan kemudahan memperoleh
pelayanan bagi masyarakat. Pemekaran wilayah juga merupakan bagian dari upaya untuk
meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam memperpendek rentang kendali
pemerintah sehingga meningkatkan efektifitas penyelenggaraan pemerintah dan
pengelolaan pembangunan.

2
Beberapa alasan kenapa pemekaran kecamatan dapat dianggap sebagai salah satu
pendekatan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintah daerah dan
peningkatan publik, yaitu:
a. Keinginan untuk menyediakan pelayanan publik yang lebih baik dalam wilayah
kewenangan yang terbatas/terukur. Pendekatan pelayanan melalui pemerintahan
daerah yang baru diasumsikan akan lebih dapat memberikan pelayanan yang lebih
baik dibandingkan dengan pelayanan melalui pemerintahan daerah induk dengan
cakupan wilayah pelayanan yang lebih luas. Melalui proses perencanaan
pembangunan daerah pada skala yang lebih terbatas, maka pelayanan publik
sesuai kebutuhan lokal akan lebih tersedia.
b. Mempercepat pertumbuhan ekonomi penduduk setempat melalui perbaikan
kerangka pengembangan ekonomi daerah berbasiskan potensi lokal. Dengan
dikembangkannya daerah baru yang otonom, maka akan memberikan peluang
untuk menggali berbagai potensi ekonomi daerah baru yang selama ini tidak
tergali.
c. Penyerapan tenaga kerja secara lebih luas di sektor pemerintah dan bagi-bagi
kekuasaan di bidang politik dan pemerintahan. Kenyataan politik seperti ini juga
mendapat dukungan yang besar dari masyarakat sipil dan dunia usaha, karena
berbagai peluang ekonomi baru baik secara formal maupun informal menjadi
lebih tersedia sebagai dampak ikutan pemekaran wilayah.

Pemekaran kecamatan adalah wujud nyata otonomi daerah. Dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2008 Tentang Kecamatan mengenai pembentukan pemekaran
Kecamatan yakni syarat dan fisik kewilayahan menjelaskan pada BAB II pasal 5
menjelaskan beberapa fisik kewilayahan yakni cakupan wilayah, penetuan calon Ibukota
Pemerintahan Kecamatan dan penyediaan sarana dan prasarana fasilitas Pemerintahan
seperti kantor kecamatan dan fasilitas umum lainnya.

Kabupaten Sarolangun berencana untuk melakukan pemekaran Kecamatan Pauh dan


Kecamatan Mandiangin. Beberapa kendala muncul sebagai tindak lanjut dari rencana
tersebut, salah satunya adalah cakupan wilayah Kecamatan Pauh dan Kecamatan
Mandiangin. Sebagian dari Kecamatan Pauh dan Kecamatan Mandiangin adalah kawasan
dengan status fungsi kawasan hutan. Pemenuhan luas wilayah minimal yang tercantum
3
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 tentang
Kecamatan, maka diperlukan status kawasan denga status fungsi bukan hutan agar
diperoleh luas minimal yang sesuai. Luas keseluruhan kawasan hutan di Kabupaten
Sarolangun adalah 252.377,81 hektar. Sehingga diperlukan kajian strategis agar
diperoleh kawasan yang tepat agar dapat dilakukan perubahan status kawasan hutan di
Kecamatan Mandiangin dan Kecamatan Pauh menjadi kawasan bukan hutan.

2. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan ini adalah:
1. Melakukan kajian kawasan hutan yang tidak lagi produktif untuk dilakukan
pelepasan kawasan agar pemekaran wilayah Kecamatan Mandiangin dan
Kecamatan Pauh dapat dilakukan.
2. Melalukan proses pelepasan status kawasan dari status kawasan hutan hutan
menjadi bukan kawasan hutan

3. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari hasil kegiatan adalah:
1. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional, Pengelolaan
Pertanahan Nasional semakin lebih optimal, meminimalkan intrusi permohonan
sertipikasi di kawasan hutan di Kabupaten Sarolangun
2. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, inventarisasi dan pengelolaan
kawasan hutan semakin lebih optimal karena kawasan hutan yang tidak optimal
akan berkurang.
3. Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, bertambahnya Kawasan non hutan yang
produktif dan menambah variasi peruntukan lahan non hutan.
4. Badan usaha dan masyarakat umum akan memiliki akses terhadap lahan non
hutan yang dapat menunjang meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4
4. Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Metode yang digunakan untuk melaksakan pekerjaan pengukuran batas kawasan hutan
adalah dengan cara swakelola dan kontraktual;
Pelaksana kegiatan yang bersifat kontraktual ini adalah perusahaan/badan hukum
penyedia jasa konsultan pemetaan di bidang jasa kehutanan, jasa survei dan pemetaan,
tenaga pelaksana pekerjaan harus memiliki spesifikasi sebagai berikut

A. Tenaga Teknis
Untuk mendukung kegiatan Kajian Stategis dan Pelepasan Kawasan Hutan
Kabupaten Sarolangun untuk pemekaran wilayah Kecamatan Mandiangin dan
Kecamatan Pauh seluas ± 3.000 Ha berdasarkan peta lampiran Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor: SK. 863/Menhut-II/2014, perlu ditangani oleh beberapa
tenaga teknis dengan spesifikasi sebagai berikut:

No. Tenaga Teknis Pendidikan Pengalaman Jml Tugas


A.1 Ketua Tim S3 Minimal 8 Tahun di 1 - Melakukan koordinasi
Sekaligus Ahli Kehutanan bidang manajemen dengan koordinator
Kebijakan dan kebijakan kegiatan
Kehutanan kehutanan - Bertanggungjawab
terhadap seluruh tahapan
pekerjaan dan hasil akhir
yang diserahkan
A.2 Ahli Sistem S2 Minimal 7 Tahun di 1 - Bertanggungjawab dalam
Informasi Komputer/ Bidang sistem melakukan koordinasi
Manajemen Hutan Kehutanan informasi terhadap tim kerja terkait
sistem informasi dan
pelaksanaan konsultasi
publik
A.3 Ahli Survei dan S2 Geografi Minimal 7 Tahun di 1 - Bertanggung jawab
Pemetaan bidang survei dalam melakukan
pengukuran dan koordinasi terhadap tim
pemetaan kerja dan hasil
pekerjaan.
- Bertanggung jawab
dalam melakukan
kontrol kualitas data
hasil pekerjaan

5
A.4 Surveyor S1/D3 > 3 Tahun di bidang 8 Melakukan pekerjaan:
Geografi/ survei pengukuran - Pengukuran lapangan
Kehutanan dan pemetaan - Rekapitulasi data lapangan

A.5 Operator Pengolah S1/D3 > 1 Tahun di bidang 2 Mengolah Data SIG yang
Data SIG Geografi/ survei pengukuran meliputi:
Kehutanan dan pemetaan - Pengukuran lapangan
- Pemrosesan data lapangan
- Analisis data lapangan
A.6 Administrasi S1/D3 > 3 Tahun di bidang 1 Menyusun laporan-laporan
Administrasi dan pelaksanaan pekerjaan dan
kesekretariatan administasi pekerjaan

A.7 Tenaga Lokal - - 4 Membantu dan mendampingi


surveyor dalam upaya
pengambilan data lapangan
secara teknis.

6
5. Ruang Lingkup
Ruang lingkup/batasan pekerjaan ini terdiri dari:

Tabel 1. Ruang lingkup kegiatan


No. Lingkup Pekerjaan Bobot (%)
I. Persiapan Administrasi dan Koordinasi Instansi 5,61
II. Kajian Strategis Pelepasan Kawasan Hutan Tidak Produktif 49,47
III. Pengambilan Data Lapangan
a. Survei biofisik dan potensi kawasan 5,63
b. Pengambilan data sekunder pendukung 1,70
c. Analisis data primer dan sekunder 1,97
IV. Berita Acara dan Laporan Kajian Strategis Pelepasan Kawasan
Hutan
a. Konsultasi publik 1,89
b. Konstruksi batas pengajuan pelepasasan kawasan hutan 3.21
c. Berita acara kontruksi batas pengajuan strategis pelepasan 23.88
kawasan hutan
d. Penyusunan laporan dan peta pelepasan kawasan hutan skala 1.84
1:5000
e. Pengajuan pelepasan kawasan hutan 1,24

V. Pelaporan 3,55

6. Volume dan Lokasi Pekerjaan


Volume pekerjaan dalam 1 (satu) paket pekerjaan di Kecamatan Mandiangin dan
Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi berdasarkan Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor: SK. 863/Menhut-II/2014 (peta terlampir).

7. Spesifikasi Teknis Peralatan


Kebutuhan jenis peralatan yang dipersyaratkan dalam pekerjaan ini adalah:

7
Tabel 2. Spesifikasi Teknis Peralatan
No Jenis Peralatan Spesifikasi Khusus
A Koleksi Batas Kawasan Hutan
GPS Receiver Dual Frequency
Tipe receiver Geodetic
Alat memiliki ketelitian horizontal maksimal 5
mm + 1 ppm rms dan vertikal 10 mm + 1 ppm
rms
Perangkat Lunak pengolah Memiliki kemampuan mengolah data GPS
GPS hingga menghasilkan koordinat dengan akurasi
horizontal maksimal 5 cm dan vertikal 10 cm
B Pengukuran Detil Situasi
Total Station/GPS G Memiliki kemampuan untuk:
Akurasi Jarak dengan Prisma : ±(2mm + 2 ppm*D)
m.s.e
Kecepatan pengambilan data per Titik ± 0.3 - 0.9 Detik
Akurasi Sudut 1 '' ( 1 Detik )
Perangkat lunak Memiliki kemampuan untuk:
Melihat raw data pengukuran pengolahan data spasial
Melakukan perhitungan koordinat
Mampu mengexport data ke dalam format data yang
diperlukan (CSV, txt, dxf, dwg, shp)

Sanggup menyediakan peralatan sebagaimana tersebut di atas yang dinyatakan dengan:


a. Untuk perangkat milik sendiri: bukti kepemilikan yang sah
b. Untuk perangkat sewa: surat dukungan dari penyedia perangkat

Software-software sebagaimana disebutkan dalam Tabel 2. di atas berupa software yang


memiliki lisensi berbayar katagori/jenis lisensi perusahaan (corporate license) yang
dibuktikan dengan sertifikat lisensi, kecuali software untuk digitasi.

Tabel 3. Peralatan yang Dibutuhkan


No. Rincian Peralatan Jumlah
1. Komputer Desktop 4
2. Plotter A0 1
3. Printer Laser Jet A-3 1
4. Laptop 2
5. Kamera Digital 4
6. GPS Geodetik Dual Frekuensi 4

8
8. Spesifikasi Teknis dan Spesifikasi Umum Pekerjaan
Pelaksanaan kegiatan ini melibatkan pihak ketiga atau jasa konsultansi melalui mekanisme
pengadaan umum terbuka/penunjukan langsung/swakelola??

Pekerjaan Volume pekerjaan dalam 1 (satu) paket pekerjaan di Kecamatan Mandiangin dan
Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi berdasarkan Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor: SK. 863/Menhut-II/2014 ini dilakukan dengan kajian desk study dan
pengukuran langsung. Secara keseluruhan, tahapan pekerjaan adalah sebagai berikut:

A. Persiapan Administrasi dan Koordinasi Instansi


Melakukan koordinasi dengan instansi dan lembaga terkait untuk mempersiapkan
administrasi dan pengumpulan data untuk desk study data terkait penyusunan kajian
strategis pelepasan kawasan hutan di Kabupaten Sarolangun agar dasarpemekaran
wilayah dapat dilakukan terutama dari segi luas wilayah dan peruntukan lahan di
kecamatan tersebut.

Koordinasi instasi yang dilibatkan dalam pelaksanaan pekerjaan antara lain:


• Kementerian Agraria dan Tata Ruang /Badan Pertanahan Nasional
• Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
• Kanwil Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan pertanahan Nasional Provinsi
• Dinas Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
• Balai Pemantapan Kawasan Hutan
• Pemerintah Daerah Provinsi Jambi cq Bappeda Provinsi Jambi
• Pemerintah Daerah Kabupaten Sarolangun
• Dinas Kehutanan Provinsi Jambi
• Dinas Kehutanan Kabupaten Sarolangun
• Kecamatan Pauh dan Kecamatan Mandiangin
• Kepala Desa/Lurah

B. Kajian Strategis Pelepasan Kawasan Hutan Tidak Produktif


Kajian strategis pelepasan kawasan hutan tidak produktif dilakukan dengan review dan
kajian terhadap kebijakan, strategi, dan program pembangunan daerah berdasarkan
dokumen kebijakan terkait yang telah tersedia dan status kawasan hutan yang tidak

9
produktif. Kegiatan tahap ini adalah desk studi yang merumuskan beberapa wilayah
dengan status kawasan hutan yang akan dilakukan proses pelepasan kawasan.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sistem informasi geografis dengan dasar
data pengukuhan kawasan hutan Provinsi Jambi, izin usaha pengusahaan hutan, Rencana
Tata Ruang Provinsi Jambi, arahan pembangunan pemerintah provinsi dan regulasi
perundang-undangan nasional.

C. Pengambilan Data Lapangan


a. Survei biofisik dan potensi kawasan
Survei biofisik dan potensi kawasan yang dipilih berdasarkan hasil dalam
penentuan pilihan lokasi dalam desk studi kajian strategis pelepasan kawasan
hutan. Pilihan lokasi dilakukan survei kondisi biofisik yang meliputi:
- Kondisi batas kawasan
- Kondisi potensi tegakan
- Kondisi pengelolaan kawasan hutan
- Kondisi morfologi
b. Pengambilan data sekunder pendukung
Data sekunder pendukung yang diperlukan dalam pekerjaan ini antara lain:
- Tingkat kebergantungan masyarakat sekitar terhadap hasil hutan kayu dan
bukan kayu
- Persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan
- Rencana tata ruang dan wilayah kabupaten Sarolangun
- Rencana detail tata ruang Kabupaten Sarolangun
- Izin usaha pemanfaatan hasil hutan
c. Analisis data primer dan sekunder
Hasil kajian desk study dan data primer serta sekunder yang diperoleh dari survei
lapangan dilakukan analisis dan diperoleh hasil calon lokasi pelepasan kawasan
hutan yang sesuai untuk pemekaran Kecamatan Mandiangin dan Kecamatan Pauh.

D. Berita Acara dan Laporan Kajian Strategis Pelepasan Kawasan Hutan


a. Konsultasi public

10
Konsultasi public melibatkan instansi dan lembaga yang mewakili pemerintah,
masyarakat, lembaga Pendidikan, lembaga sosial masyarat yang merupakan
representasi dari kondisi sosial di lokasi tersebut. Produk dari konsultasi public
adalah lokasi yang tepat guna pelepasan kawasan hutan.

b. Konstruksi batas pengajuan pelepasasan kawasan hutan


Kontruksi batas adalah penataan batas kawasan yang akan dilakukan pengajuan
pelepasan kawasan hutan kepada kementerian lingkungan hidup dan kehutanan.

c. Berita acara kontruksi batas pelepasan kawasan hutan


Berita acara kontruksi batas pelepasan kawasan hutan merupakan bentuk
persetujuan dan pemahaman dari pihak-pihak terkait yang secara lokasi
bersinggungan dengan kawasan usulan untuk pelepasan kawasan hutan.

d. Penyusunan laporan dan peta pelepasan kawasan hutan skala 1:5000


Pembuatan peta dan laporan merupakan bagian penting. Dasar pembuatan peta
yaitu Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutan dan Tata Lingkungan (PKTL)
No: P.6/PTKL/SETDIT/KUM.1/11/2017 tentang Petunjuk Teknis Penggambaran
dan Penyajian Peta Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

e. Pengajuan pelepasan kawasan hutan


Pengajuan pelepasan kawasan hutan dilakukan sesuai dengan mekanisme yang
telah diatur dalam peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan republik
Indonesia
- UU No.41/1999 jo No. 19/2012 tentang Kehutanan.
- Peraturan Pemerintah 104 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Perubahan
Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan. (Pengganti PP 10 Tahun 2010 jo
PP 60 Tahun 2012).
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1/6/2016
Tentang Tata Cara Pelepasan Kawasan Hutan Produksi Yang Dapat
Dikonversi.

11
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.36/Menhut-II/2010 Tentang Tim
Terpadu Dalam Rangka Penelitian Perubahan Peruntukan dan Fungsi
Kawasan Hutan.
- Nomor P.17/MENLHK/SETJEN/Kum.1/5/2018 tentang Tata Cara
Pelepasan Kawasan Hutan dan Perubahan Batas Kawasan Hutan untuk
Sumber Tanah Obyek Reforma Agraria

E. Pelaporan
Pelaporan merupakan administrasi yang harus dipenuhi dengan skema yang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait pengadaan pekerjaan.

9. Pelaksanaan Pekerjaan

a. Penyedia Jasa wajib memiliki pengalaman melaksanakan pekerjaan di bidang


Pengukuran dan Pemetaan Batas Wilayah Administrasi/Batas Kawasan selama minimal
4 tahun.
b. Dalam rangka memudahkan pelaksanaan kendali mutu dan pengawasan kegiatan,
penyedia wajib menetapkan/menunjuk sturtur tim kerja sesuai dengan kebutuhan.
c. Penyedia Jasa diperkenankan untuk bekerjasama (Kerja Sama Operasi/KSO) dengan
perusahaan lain untuk memenuhi kebutuhan sumberdaya yang diperlukan dalam
pelaksanaan paket pekerjaan. KSO dinyatakan dalam suatu surat perjanjian yang
menjelaskan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang bekerjasama.
d. Penyedia Jasa menyertakan jadwal penugasan personil dengan ketentuan sebagai
berikut:
- Tidak diperbolehkan menggunakan personil yang sama dalam tahapan pekerjaan
berbeda yang dilaksanakan secara bersamaan.
- Personil yang sama dapat digunakan pada lebih dari satu tahapan pekerjaan yang
berbeda dengan syarat tidak dilaksanakan pada waktu bersamaan (paralel),
sepanjang personil yang bersangkutan memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk
tahapan tersebut.
e. Kontrol Kualitas
Kontrol kualitas (QC) dilaksanakan secara internal oleh Penyedia Jasa maupun oleh Tim
Pengawas Teknis dari Dinas Kehutanan Provinsi Jambi. Kontrol kualitas dimaksudkan

12
untuk menjamin kualitas hasil pekerjaan pada setiap tahapan pekerjaan. Kontrol kualitas
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
- Penyedia Jasa wajib melakukan kontrol kualitas (QC) secara internal terhadap hasil
pelaksanaan pada setiap tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh operator sesuai
dengan petunjuk teknis QC yang ditetapkan. QC internal dilakukan oleh Ketua tim.
Ketua tim bertanggung jawab terhadap kualitas data yang dilakukan oleh operator dan
berhak untuk memerintahkan operator untuk mengulangi atau memperbaiki kesalahan
apabila data belum memenuhi kualitas yang ditetapkan.
- Proses kontrol kualitas dapat dilaksanakan secara parsial tanpa menunggu seluruh
hasil pada satu tahapan pekerjaan.
- Pelaksana pekerjaan harus berperan aktif dalam menjalankan proses QC/QA internal
disetiap tahapan pekerjaan sebelum diserahkan kepada Tim Pengawas Teknis dan
Panitia Penerima Hasil Pekerjaan diakhir pekerjaan. Setiap tahapan pekerjaan
dilakukan QC/QA dimulai dari sebelum akuisisi data sampai dengan pengecekan
akhir hasil pemrosesan data.
- Hasil dari QC/QA ini untuk memutuskan apakah pelaksana perlu mengulang
pekerjaan di suatu tahapan untuk memperbaiki kualitas data.
- Penyedia Jasa harus menyimpan seluruh dokumen QC untuk diserahkan kepada
Pemberi
- Kerja setelah selesainya seluruh pelaksanaan pekerjaan.
- Hasil QC yang dilakukan oleh Tim Pengawas Teknis Dinas Kehutanan Provinsi
Jambi dituangkan dalam dokumen QC berikut catatan untuk perbaikan.
f. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dimaksudkan untuk menjamin kelancaran dalam pelaksanaan
pekerjaan. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara internal oleh tim pelaksana dari
Penyedia Jasa maupun oleh Tim Pengawas Teknis Dinas Kehutanan Provinsi Jambi.
1) Penyedia Jasa wajib melaksanakan monitoring dan evaluasi secara internal dan berkala
selama pelaksanaan pekerjaan. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
- Koordinator teknis melaksanakan monitoring dan evaluasi internal terhadap
pelaksanaan pekerjaan sekurang-kurangnya selama satu kali setiap minggu.
- Ketua Tim Pelaksana (Team Leader) melaksanakan monitoring dan evaluasi internal
terhadap pelaksanaan pekerjaan sekurang-kurangnya selama satu kali setiap bulan.

13
- Apabila diperlukan, kegiatan monitoring dan evaluasi internal dapat mengundang
Dinas Kehutanan Provinsi Jambi
- Tim Pengawas Teknis Dinas Kehutanan Provinsi Jambi akan melaksanakan
monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pekerjaan sekurang-kurangnya selama
satu kali dalam satu bulan.
- Kegiatan monitoring dan evaluasi baik yang dilaksanakan secara internal oleh
Penyedia Jasa maupun oleh Tim Pengawas Teknis Dinas Kehutanan Provinsi Jambi
harus dicatat dalam notulensi yang ditandatangani oleh pihak terkait.
- Notulensi kegiatan monitoring dan evaluasi harus didokumentasikan dengan baik.
Tim Pengawas Teknis Dinas Kehutanan Provinsi Jambi sewaktu-waktu dapat
meminta seluruh notulensi untuk dilakukan pemeriksaan.
- Tim Pengawas Teknis Dinas Kehutanan Provinsi Jambi dapat memberikan teguran
apabila Penyedia Jasa lalai dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi terkait
pelaksanaan pekerjaan.
2) Monitoring dan evaluasi mencakup beberapa hal, antara lain:
- Kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai.
- Kendala yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan.
- Solusi bagi setiap kendala yang timbul.
- Rencana pelaksanaan pada periode selanjutnya.
- Strategi percepatan pencapaian target apabila terjadi keterlambatan dari jadwal
pelaksanaan yang ditetapkan.
3) Setiap operator pelaksana wajib melakukan pencatatan dalam suatu personal logbook
terkait aktivitas sehari-hari dalam pelaksanaan pekerjaan. Personal logbook mencakup
beberapa hal, antara lain:
- Waktu mulai kerja, istirahat, waktu selesai kerja (harian).
- Pekerjaan yang dilaksanakan dan pencapaian hasil kerja perhari.
- Permasalahan yang dijumpai dan solusi yang dilakukan.

10. Laporan Pelaksanaan Pekerjaan


Laporan yang dibuat adalah laporan pendahuluan, laporan bulanan, dan laporan akhir, yang
dilengkapi dengan kurva S. Dibuat rangkap 3 (tiga). Satu rangkap laporan (pendahuluan,
bulanan, akhir) wajib dimasukkan dalam box penyerahan barang/hasil.

14
A. Laporan Pendahuluan
Secara garis besar isi dari laporan pendahuluan sekurang-kurangnya menguraikan
mengenai:
- Persiapan pelaksanaan Pekerjaan, yang mencantumkan paling tidak:
▪ Deskripsi area kerja
▪ Indeks lokasi pekerjaan
▪ Deksripsi mengenai citra satelit yang hendak digunakan
- Identitas pekerjaan dan organisasi pelaksana
- Metoda, Peralatan dan Prosedur Pelaksanaan
- Desain pelaksanaan pekerjaan
- Peralatan pelaksanaan pekerjaan
- Deskripsi metode, prosedur dan perangkat (lunak/keras) yang akan digunakan.

B. Laporan Bulanan
Penyedia harus membuat buku laporan bulanan mengenai kemajuan pelaksanaan
pekerjaan paling lambat hari ke lima pada setiap bulannya. Laporan tersebut dimulai
sejak tanggal penandatanganan kontrak. Untuk keadaan-keadaan tertentu, Pengawas
Teknis berhak untuk meminta laporan kemajuan diluar waktu yang telah ditetapkan
diatas.

C. Laporan Akhir
Pada akhir pekerjaan perusahaan harus membuat laporan akhir yang memuat secara
detail setiap tahapan kegiatan, laporan akhir terdiri dari:
1) Laporan Akhir, 2 (dua) rangkap, secara garis besar isi dari laporan akhir menguraikan
sekurang-kurangnya:
a. Organisasi pelaksana
b. Metoda, peralatan dan prosedur pelaksanaan
c. Mekanisme kontrol kualitas yang dilaksanakan. Sebagai bagian kontrol kualitas,
laporan akhir juga harus melampirkan:
- Hasil analisis terhadap hasil pengolahan data survei yang dihasilkan.
- Buku kendali, yang berisi konsultasi pelaksana dengan pengawas teknik
(saran, rekomendasi).
- Hasil supervisi lapangan.

15
d. Analisa produk yang dihasilkan.
2) Laporan Administrasi 2 (dua) rangkap, berisikan antara lain absensi kehadiran
pelaksana kegiatan, pertanggunganjawab setiap item kegiatan disertai bukti-bukti
pengeluaran.

11. Produk yang Dihasilkan


Hasil pekerjaan yang harus diserahkan kepada pemberi pekerjaan adalah berupa file digital
yang disimpan dan disusun berurutan dalam folder seperti dijelaskan di bawah ini sebagai
berikut:
a. Peta ususan kawasan pengajuan pelepasan kawasan hutan
- Peta indeks dengan sistem koordinat Geografis WGS 84/ UTM format ESRI
shapefile (*.shp),
- Skala dan layout kartografis disesuaikan dengan template dari pemberi kerja.
b. Laporan pelaksanaan konsultasi publik.
c. Berita acara rekontruksi batas dengan peta lampiran yang ditandatangani semua pihak.
d. Kontrak dan Laporan lengkap (*.pdf). Disimpan dalam folder 3_KONTRAK
DAN LAPORAN.
e. Peta Kerja Lapangan yang dibawa saat ke lapangan berupa hardcopy.
f. Seluruh hasil digital pekerjaan disimpan dalam bentuk hardisk eksternal untuk
diserahkan kepada Dinas Kehutanan Provinsi Jambi sebanyak 1 set yang diberi label
sebagai berikut:
- Nama paket dan identitas pelaksana
- Manajemen penyimpanan file didalam hardisk terdiri dari:
a. Folder 1_PETA INDEKS berisi file peta indeks;
b. Folder 2_SURVEI;
c. Folder 3_ KONTRAK DAN LAPORAN;
g. Hasil pekerjaan diserahkan dalam box yang juga diberi label paket pekerjaan, identitas
pelaksana/perusahaan.

12. Waktu Pelaksanaan Yang Diperlukan


Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini adalah 180 (seratus delapan puluh)
hari.

16
13. Anggaran Pembiayaan
Pekerjaan ini akan dibiayai oleh DIPA Dinas Kehutanan Provinsi Jambi Kementerian
Tahun Anggaran 2020

14. Masa Pemeliharaan


Masa pemeliharaan adalah 90 hari kalender dihitung sejak tanggal penyelesaian pekerjaan.

17

Anda mungkin juga menyukai