Anda di halaman 1dari 9

PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI JENEBERANG

KOTA MAKASSAR-SULAWESI SELATAN

Oleh :
Yoi Rabbana , Bondan Mangiding2), Dicky Supandi3), Ria4),
1)

Asmidar5), Murni6), Murni6), Andi Wirawan Iksan7).

Fakultas Kehutanan, Universitas Andi Djemma ( UNANDA ) Palopo


Jl. Anggrek EE No Blok Kota Palopo, Propinsi Sulawesi Selatan.

ABTRAK

Daerah aliran sungai (DAS) dalam perspektif keruangan merupakan bagian dari
muka bumi, yang airnya mengalir ke dalam sungai yang bersangkutan apabila hujan
jatuh. (Sandy,1996). Dalam DAS, terdapat karakteristik yang diperoleh dari air hujan
yang jatuh terhadap penggunaan tanah. Hal ini dicirikan pada Daerah Aliran Sungai
Jeneberang di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Karakteristik yang paling mencolok
tentu saja terhadap lahan pertanian dimana air dibutuhkan dalam aktivitas ini.
Sungai ini berasal dan mengalir dari bagian timur Gunung Bawakaraeng (2,833
mdpl) dan Gunung Lampobatang (2,876) yang kemudian menuju hilirnya di Selat
Makassar. Pada Daerah Aliran Sungai Jeneberang, terdapat dua daerah penampungan air
(reservoir) utama yaitu di Kota Bili-bili dan Jenelata. Keberadaan sungai Jeneberang ini
memberikan sumber harapan, kebahagiaan, kebanggaan dan kesenangan bagi Suku
Makassar dan Suku Bugis. Kesemuanya ini dapat dilihat dari cerita-cerita dan lagu-lagu
rakyat terhadap keberadaan sungai ini dan masih sering dilantunkan oleh anak-anak muda
pada suku- suku tersebut.

PENDAHULUAN mengalir ke dalam sungai yang


bersangkutan apabila hujan jatuh.
Daerah aliran sungai (DAS)1 (Sandy, 1996)2. Menurut hemat saya,
dalam perspektif keruangan merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah
bagian dari muka bumi, yang airnya suatu tempat dengan pembatas fisik
berupa pegunungan dimana air hujan
yang jatuh tepat berada pada daerah yang
dibatasi oleh pegunungan dan memberi
dampak terhadap penggunaan tanah di
sekitarnya.
Dalam DAS, terdapat
karakteristik yang diperoleh dari air
hujan yang jatuh terhadap penggunaan
tanah. Hal ini dicirikan pada Daerah
Aliran Sungai Jeneberang di Kota
Makassar, Sulawesi Selatan.
Gambar 1. Sungai Jeneberang
Karakteristik yang paling mencolok
tentu saja terhadap lahan pertanian
dimana air dibutuhkan dalam aktivitas
sungai ini selain memberikan asupan air
ini. Keberadaan
bagi masyarakat sekitar, juga dapat
dijadikan sebagai prasarana transportasi
sekaligus sebagai sumber air bagi
1 Istilah lainnya adalah Drainage Area pertanian dan kehidupan disekitarnya.
atau River Basin. Tetapi akhir-akhir Hal ini dikarenakan kondisi geologis
Drainage Area disebut juga dan geomorfologis-nya memungkinkan
Watershed. Meskipun pada awalnya untuk penyimpanan air dan
istilah watershed itu berarti hanya keberlangsungan aktivitas pertanian.
rangkaian punggung gunung, atau Tulisan ini akan membahas Daerah
bagian-bagian tertinggi saja dari Aliran Sungai Jeneberang dari segi
drainage area itu. (Sandy, 1996 letak geografis, kondisi geologis,
hal.90) kondisi fisiografis (iklim) yang
2 Sandy juga berpendapat bahwa selanjutnya dikaitkan dengan

sebuah pulau akan terbagi habis ke keberadaan sosial budaya mayarakatnya

dalam Daerah-Daerah Aliran Sungai. secara umum.

(Geografi Regional Indonesia, 1996


hal.89).
DAERAH ALIRAN SUNGAI Tabel 1. Fakta Wilayah Daerah Aliran
JENEBERANG (1): FAKTA Sungai Jeneberang,
Kotamadya Makassar,
WILAYAH DAN PENGGUNAAN Sulawesi Selatan
TANAH

Sungai Jeneberang merupakan


sungai besar yang terletak pada bagian
barat dalam wilayah administrasi
Kotamadya Makassar (Ujung Pandang),
ibukota dari Provinsi Sulawesi Selatan.
Sungai ini berasal dan mengalir dari
bagian timur Gunung Bawakaraeng
(2,833 mdpl) dan Gunung Lampobatang
(2,876) yang kemudian menuju hilirnya Sumber : flood.dpri.kyoto-u.ac.jp.
di Selat Makassar. Pada Daerah Aliran
Secara geografis Daerah Aliran
Sungai Jeneberang, terdapat dua daerah Sungai Jeneberang terletak pada 119° 23'
penampungan air (reservoir) utama yaitu 50" BT - 119° 56' 10" BT dan 05° 10' 00"
LS - 05° 26' 00" LS dengan panjang sungai
di Kota Bili-bili dan Jenelata. utamanya 78.75 kilometer. Daerah Aliran
Sungai Jeneberang dialiri oleh satu sungai
pendukungnya (anak sungai) yaitu Sungai
Jenelata (220 km2). Kota-kota besar yang
diliputi Daerah Aliran Sungai ini selain
Makassar (Ujung Pandang) yaitu Kota
Malino, Kota Bili-bili, dan Kota
Sungguminasa.

Tabel 2. Sungai Utama dan Anak


Sungai yang melewati Daerah Aliran
Sungai Jeneberang.

Sumber : flood.dpri.kyoto-u.ac.jp.
Berdasarkan sungai utama dan anak Tabel 3. Luas dan Persentase
sungainya yang memiliki hulu di Gunung Penggunaan Tanah yang ada pada
Bawakaraeng dan Gunung Lampobatang, Daerah Aliran Sungai
maka didapatkan gambaran umum Daerah Jeneberang.
Aliran Sungai Jeneberang secara
keruangan, yaitu: Penggunaan Luas Persentase
Tanah (Km2) (%)
Hutan 501.63 69
Sawah Padi 36.35 5
Pertanian 87.24 12
Perkotaan 101.78 14
Jumlah 727 100
Sumber : diolah dari table of basic data
Kyoto University (1993).

Gambar 2. Fakta Wilayah Daerah


Aliran Sungai Jeneberang

Wilayah penggunaan tanah


atau tutupan lahan yang diliputi oleh
Daerah Aliran Sungai ini sebesar 727
kilometer persegi dengan ketentuan
luas (dalam persen) sebagai berikut :
FISIOGRAFIS DAERAH ALIRAN
SUNGAI JENEBERANG

a. Geologi.

Pada peta Geologi Daerah Aliran


Sungai Jeneberang dapat ditemukan
bahwa di bagian barat atau bagian hilir
terdapat deposit dari aluvial. Hal ini di
karenakan merupakan daerah hulu sungai
dengan ketinggian sekitar 0-3 meter dari
permukaan air laut. Deposit aluvial ini
merupakan jenis batuan yang dominan
berada pada hilir
Gambar 3. Penggunaan Tanah Daerah
Daerah Aliran Sungai Jeneberang. Jika
Aliran Sungai Jeneberang
dianalisis dengan peta penggunaan tanah,
Lahan perkotaan yang meliputi terlihat bahwa pertanian padi berada pada
bagian geologi deposit aluvial.
luas 101.78 kilometer persegi dengan
persentase sebesar 14 persen terlihat
1 Dr. Tarsoen Waryono, MSc pernah
berada pada bagian barat mendekati hilir
mengatakan ini pada saat kuliah
dari Daerah Aliran Sungai Jeneberang Pengelolaan DAS untuk Mahasiswa
Program Sarjana Reguler Departemen
yaitu Selat Makassar.
Geografi FMIPA-UI ATA 2009/2010.
Sebagai sebuah ekosistem
Daerah Aliran Sungai, Sungai
Jeneberang sebenarnya masih mampu
bertahan dari kondisi yang kritis sebagai
sebuah DAS dimana penggunaan tanah
hutan masih diatas 50% (parameter
sebagai DAS kritis ialah jika kondisi
hutan sudah dibawah 50%)1 yaitu
sebesar 501.63 kilometer persegi atau 69
persen dari luas penggunaan tanah dalam
satu Daerah Aliran Sungai Jeneberang
ini.
Pulau Sulawesi terdiri dari
Bagian hulu dari Daerah Aliran sebuah masif dengan banyak patahan-
Sungai Jeneberang ini didominasi patahan. Batuan yang terdapat dimana
oleh geologi jenis latosol yang umumnya batu gamping dengan
berasal dari era tersier. Dimana permukaan kasar dan sulit diusahakan
keberadaan jenis geologi ini untuk pertanian. Sebagai contoh,
berkorelasi dengan munculnya pegunungan kapur Maros, Bone, dan
penggunaan tanah pertanian jika juga Tana Toraja memperlihatkan
dianalisis berdasarkan peta bentuk-bentuk yang khas dengan
pengunaan tanah. ujungnya runcing- runcing.
Bagian timur Daerah Aliran Sungai Pada lokasi dimana Daerah
Jeneberang merupakan batuan Aliran Sungai Jeneberang berada,
secara fisik merupakan wilayah
vulkanik yang berasal dari zaman pegunungan Malino (Gunung
holosen. Dimana penggunaan lahan Lampobatang), wilayah lipatan

pada daerah tengah ini merupakan


hutan yang berfungsi sebagai
penahan longsor untuk wilayah-
wilayah di bagian hilir dari Daerah
Aliran Sungai Jeneberang ini.

Gambar 4. Geologi Daerah Aliran


Sungai Jeneberang

b. Geomorfologi.
Pada Daerah Aliran Sungai
tersier selatan Combi dan wilayah Jeneberang, suhu dan curah hujan di
dataran rendah aluvial selatan Makassar wakili oleh stasiun suhu dan curah
(Ujung
hujan Kota Makassar dimana variasi
Pandang) yang berakhir di Selat
Makassar. suhu dan curah hujan-nya tidak terlalu
mencolok perbedaannya. Suhu tertinggi
c. Suhu dan Curah Hujan. berada pada bulan Oktober yaitu
Di Sulawesi Selatan iklim sebesar 27.4°C. sedangkan suhu
merupakan bagian dari peralihan terendah berada pada bulan Desember,
antara rezim hujan
Januari, dan Februari yaitu sebesar 25.9
Indonesia Barat dengan rezim hujan
Indonesia Timur. Garis peralihan itu °C.
terletak pada Curah hujan tertinggi berada
1200 BT atau di Lintang Bantaeng di pada bulan Januari yaitu sebesar 670
Sulawesi Selatan. Makassar (Ujung mm dan terendah pada bulan Agustus
Pandang) dan Takalar memperoleh yaitu sebesar 35.3 mm. Kebervariasian
hujan maksimum pada bulan Januari. ini sangat mencolok dikarenakan letak
Sedangkan Watampone dan Sinjai Kota Makassar yang hanya 0- 3 meter
memperoleh hujan terbanyak pada bulan dari permukaan laut serta adanya
Mei dan Juni. Punggung pegunungan pengaruh arah angin dari pantai
yang sempit mengakibatkan banyak baratnya. Sehingga keberadaanya
tempat memperoleh hujan yang sangat mempengaruhi hilir dari Daerah Aliran
sedikit karena sedikitnya angin yang Sungai Jeneberang.
membawa bakal hujan.
Suhu dan curah hujan Tabel 4. Suhu dan Curah Hujan Rata-
memberikan pengaruh penting Rata Di Kota Makassar
terhadap suatu wilayah, khususnya (Ujung Pandang)/Hasan,
pada wilayah-wilayah ekuatorial Jan Feb Mar Apr Mei Jun
seperti Indonesia. Dalam sebuah
mm 670 551.2 417.8 209.1 147.8 80
Daerah Aliran Sungai, keberadaan
suhu dan curah hujan dapat digunakan °C 25.9 25.9 26.2 26.6 26.9 26.5
sebagai parameter perubahan luasnya
Jul Ags Sep Okt Nov Des Tahun
penggunaan tanah selain faktor
aktivitas manusia. Sulawesi Selatan.
Lagu-lagu rakyat yang terkenal
59.4 35.3 37.4 126.3 297.4 571.1 3203.
4 yaitu “Maranno-ranno ri binange
26 26.6 27.1 27.4 26.8 25.9 26.5
Jeneberang” yang berarti mengadakan
Sumber : World Climate kesenangan bersama-sama setiap hari di
Sungai Jeneberang. Ada beberapa
pengertian mengenai asal usul kata
Jeneberang, yang dalam terminology
Makassar dan Bugis dibagi menjadi
“Jene” yang berarti air dan “Binanga”
yang berarti hubungan antara suku-suku
tersebut dengan daerah aliran sungai ini.
Sampai akhirnya ketika dibangun
dam di Bili-bili dan Jenelata pada Daerah
Aliran Sungai Jeneberang, hal ini
berdampak pada bertambahnya harapan,

Gambar 5. Grafik Hubungan Suhu dan kebanggaan, kesenangan, dan


Curah Hujan. kebahagiaan bagi suku-suku di daerah

DAERAH ALIRAN SUNGAI aliran sungai Jeneberang ini.


JENEBERANG (2) : KONDISI
SOSIAL BUDAYA
MAYARAKAT

Daerah Aliran Sungai


Jeneberang di Sulawesi Selatan
melintasi salah satu kota besar yaitu
Kota Makassar. Keberadaan sungai
Jeneberang ini memberikan sumber
harapan, kebahagiaan, kebanggaan dan
kesenangan bagi Suku Makassar dan
Suku Bugis. Kesemuanya ini dapat
dilihat dari cerita-cerita dan lagu-lagu
rakyat terhadap keberadaan sungai ini
dan masih sering dilantunkan oleh
anak-anak muda pada suku- suku
tersebut.
KESIMPULAN Geografi FMIPA-UI-PT Indograph
Bakti. Hal. 89, 90, dan 270.
Keberadaan Daerah Aliran Internet. http://flood.dpri.kyoto-
Sungai Jeneberang dengan Kota Bili- u.ac.jp.
bili dan Jenelata sebagai ‘penampung’ http://www.Makassarkab.go.id/index2.
air hujan sementara sebelum dialirkan php?option=com_content&do_pdf=1&i
dapat dipandang sebagai daerah d=28.
resapan air untuk Kota Makassar dan
sekitarnya.
Kondisi geologi yang utuh
pada setiap bagian wilayah Daerah
Aliran Sungai Jeneberang memberikan
ciri terhadap keberadaan penggunaan
tanahnya. Sedangkan perbedaan yang
mencolok terhadap suhu dan curah
hujan yang terjadi akan berdampak
secara tidak langsung terhadap
perubahan penggunaan tanah.
Sosial-budaya masyarakat pada
Daerah Aliran Sungai Jeneberang masih
memegang teguh budaya turunan nenek
moyangnya seperti lagu dan cerita rakyat
seperti “Maranno-ranno ri binange
Jeneberang”, khususnya pada acara- acara
isidental seperti panen dan semacamnya.

DAFTAR BACAAN

Buku.

Sandy, I Made. 1996. Republik Indonesia


Geografi Regional. Edisi Ketiga. Jakarta:
Jurusan

Anda mungkin juga menyukai