Setelah lahirnya UU Ciptaker, maka terjadi banyak perubahan dalam arah pengaturan
tata ruang. Utamanya yang berkaitan dengan kewenangan pemerinth daerah. Dalam pasal
yang tertuang didalam UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang alias UU Tata
Ruang. Total ada 38 pasal aturan Tata Ruang yang diubah, dihapus, maupun ditambahkan.
Khusus tata ruang, UU Cipta Kerja menghapus 6 pasal terkait rencana penataan ruang
kawasan perdesaan yang tertuang dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
yakni, Pasal 49 hingga 54. Pada Pasal 49-51 UU Nomor 26 Tahun 2007 menjelaskan tentang
perencanaan tata ruang di kawasan perdesaan dan kawasan agropolitan. Lalu, Pasal 52 dan
wilayah kabupaten. Sementara, Pasal 54 berisi mekanisme kerja sama penataan ruang di
Atas dasar tersebut dalam tulisan ini penulis akan membahas tentang perubahan
DPR telah mengesahkan RUU Cipta Kerja. Khusus tata ruang, UU ini menghapus
bahwa Pemda Provinsi dan Kabupaten/Kota bertindak sebatas pengaturan, pembinaan, dan
Sementara dalam Pasal 10 ayat 2 UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
yang berkaitan dengan rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka
Kemudian, arahan peraturan zonasi untuk sistem provinsi yang disusun dalam rangka
penataan ruang.
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang dihapus dalam UU Cipta Kerja sebagai berikut:
Pasal 10
ruang antarkabupaten/kota.
3) Dalam penataan ruang kawasan strategis provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dan huruf d dapat dilaksanakan
provinsi dapat menyusun petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang pada tingkat
6) Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3),
1. rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan
7) Dalam hal pemerintah daerah provinsi tidak dapat memenuhi standar pelayanan minimal
Pasal 11
meliputi :
4) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
pemerintah daerah kabupaten/kota mengacu pada pedoman bidang penataan ruang dan
petunjuk pelaksanaannya.
5) Dalam melaksanakan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3),
a. menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan rencana umum dan rencana rinci
tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota; dan
6) Dalam hal pemerintah daerah kabupaten/kota tidak dapat memenuhi standar pelayanan
minimal bidang penataan ruang, pemerintah daerah provinsi dapat mengambil langkah
daerah dalam penataan ruang. Dalam UU Cipta Kerja, kewenangan penataan ruang berada
Dalam Pasal 9 ayat 2, tertulis bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan
Adapun tugas dan tanggung jawab menteri dalam penataan ruang mencakup tiga
hal. Yaitu pengaturan, pembinaan, dan pengawasan penataan ruang; pelaksanaan penataan
ruang nasional; dan koordinasi penyelenggaraan penataan ruang lintas sektor, lintas
prosedur, dan kriteria (NSPK) untuk penyelenggaraan penataan ruang. Penataan ruang oleh
pemerintah daerah harus mengacu pada NSPK yang telah dibuat pemerintah pusat.
daerah provinsi dan kabupaten/kota pun berubah drastis dari yang sebelumnya meliputi
tujuh pasal. UU lama mengatur pemda berwenang terhadap penataan ruang wilayah,
antarprovinsi.
perencanaan tata ruang kawasan strategis, pemanfaatan ruang kawasan strategis hingga
pemerintah pusat hanya meliputi tiga hal. Pertama, pengaturan, pembinaan, dan
Kedua, pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi. Ketiga, kerja sama penataan
permasalahan investasi dan penciptaan lapangan kerja, yang salah satunya diakibatkan oleh
tumpang tindih dan kompleksnya pengaturan penataan ruang dalam UU Cipta Kerja, terdapat
Pasal 7A
2) RZ KSN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b diintegrasikan kedalam
diselaraskan, dan diseimbangkan dengan rencana tata ruang, rencana zonasi kawasan
4) Dalam hal RZWP-3-K sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sudah ditetapkan,
pengintegrasian dilakukan pada saat peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi.
5) Dalam hal RZ KSN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sudah ditetapkan,
Pasal43
1) Perencanaan ruang laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal42 ayat (2) meliputi:
2) Perencanaan tata ruang Laut nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan perencanaan untuk menghasilkan rencana tata ruang Laut nasional yang
3) Perencanaan zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b menghasilkan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
4) Rencana zonasi kawasan strategis nasional diintegrasikan ke dalam rencana tata ruang
5) Dalam hal perencanaan tata ruang Laut nasional sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a sudah ditetapkan, pengintegrasian dilakukan pada saat peninjauan kembali
Pasal 6
1) Perencanaan tata ruang mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udaratermasuk
arah anspasial pemanfaatan ruang darat, laut, dan udara termasuk ruang dalambumi
2) Muatan RTR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang mencakup ruang laut, disusun
kelautan.
3) Muatan RTR yang mencakup ruang udara disusun secara sinergis dengan instansi pemerintah
Pasal 7
Pasal 6
c. rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung dan
i. RZWP-3-K
- Risiko rendah;
- menengah rendah;
- tinggi.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), persyaratan tersebut lebih diprioritaskan bagi
kategori usaharisiko tinggi seperti sektor sumber daya alam dan lingkungan.
1. Kategori Rendah : hanya memerlukan Nomor Izin Berusaha (NIB) saja sebagai
usaha)
pemerintah daerah)
4. Kategori Tinggi : NIB dan izin (pusat, daerah). Izin tersebut merupakan persetujuan
5. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa diatas terhadap masalah dan potensi masalah lebih banyak
dibandingkan temuan positif. Karenanya, kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa
permasalahan utamanya yaitu dilemahkannya posisi tata ruang sebagai salah satu instrument
mengakomodasi kebijakan nasional yang bersifat strategis, yang mana lingkup kebijakan
nasional yang bersifat strategis ini juga tidak dijelaskan. Hal ini menandakan bahwa UU Cipta
hidup, hak-hak masyarakat dan juga berpotensi meberikan dampak negatif terhadap kualitas
lingkungan hidup.