Anda di halaman 1dari 2

KONSEP PENETAPAN BATAS LAUT

Litany Meliala

25119007

Faculty of Earth Sciences and Technology, Institute of Technology, Bandung, Indonesia

litanymeliala@gmail.com

1. Azaz Kaidah Tembakan Meriam

Pada tahun 1923, Cornelius van Bynkershoek menulis buku De Dominio Maris Dissertiatio yang menolak dalil
yang dikemukakan oleh John Selden (Mare clausum) dengan menyarankan suatu jalur yang berbeda di bawah
kedaulatan negara pantai dengan suatu ukuran lebar yang tidak terlalu besar. Cornelius van Bynkershoek
menggagaskan suatu konsep penentuan lebar laut territorial dengan asas penguasaan laut dari darat yang disebut
dengan Kaidah Tembakan Meriam. Kaidah Tembakan Meriam ini berisikan “Terrae protestas finitur ubi finitur
armorum vis” yang berarti “Kedaulatan teritorial berakhir dimana kekuatan senjata berakhir”. Menurut Cornelius,
jalur laut territorial menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari wilayah daratan.

Kaidah Tembakan Meriam merupakan salah satu ukuran yang digunakan untuk menetapkan lebar laut territorial
pada masa awal sejarah hukum laut. Dua ukuran lainnya yaitu ukuran pandangan mata dan ukuran marine league.
Dengan adanya parameter-parameter ukuran tersebut, maka terbentuklah pendapat-pendapat atau tulisan yang
menyatakan bahwa penguasaan negara atas laut yang berbatasan selebar 3 mil disebabkan karena sejauh itulah jarak
tembakan meriam pada waktu itu.

2. Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut II (UNCLOS II) tahun 1960

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut II atau yang dikenal dengan UNCLOS II diadakan di
Jenewa pada tanggal 17 – 26 April 1960. Terdapat dua masalah yang menjadi dasar pembahasan pada konferensi ini
yaitu penyelesaian masalah lebar laut territorial dan batas perikanan. Pada saat konvensi, terdapat 22 negara
mengklaim tiga mil laut teritorial, enam belas mengklaim laut teritorial antara empat dan dua belas mil, tiga belas
mengklaim laut teritorial dua belas mil, dan dua mengklaim laut teritorial yang lebih luas dari dua belas mil. Semua
proposal yang diajukan ke konvensi berpendapat untuk laut teritorial yang lebih luas dari tiga mil. Amerika Serikat
dan Kanada mengusulkan enam mil laut teritorial dan zona perikanan dengan memperluas enam mil tambahan.
Usulan Amerika Serikat-Kanada tersebut gagal satu suara untuk mendapatkan mayoritas dua pertiga yang
dibutuhkan untuk diadopsi. Pada akhirnya, konferensi ini dianggap gagal karena tidak menghasilkan keputusan yang
berarti bagi perkembangan laut internasional.

Menyusul kegagalan UNCLOS II, banyak negara yang bertindak secara sepihak untuk mendapatkan luas territorial
dan/atau zona perikanan yang lebih luas lagi. Pada tahun 1960 hanya terdapat enam negara yang telah mengklaim
zona memancing dari dua belas mil. Pada tahun 1971 jumlah tersebut telah meningkat menjadi dua puluh lima.
Banyak negara yang menunjuk ke kegagalan UNCLOS I dan II sebagai pembenaran untuk mengambil tindakan
sepihak untuk memperpanjang laut territorial negaranya. Dengan latar belakang inilah, konvensi PBB hukum laut
ketiga (UNCLOS III) diselenggarakan di New York pada bulan Desember 1973.

Daftar Pustaka

Mochtar Kusumaatmadja (1986), Hukum Laut Internasional, Bina Cipta, Bandung

Albert W. Koers (1991), Konvensi PBB tentang Hukum Laut, Konsorsium Ilmu Hukum, Departemen P & K, UGM,
Yogyakarta
_______, (1962), Masalah Lebar Laut Teritorial pada Konvensi Hukum Laut di Jenewa, Penerbitan Universitas,
Bandung

Sejarah UNCLOS tahun 1982. https://www.slideshare.net/NorselMaranden/sejarah-unclos-tahun. (diakses pada 24 Agustus


2019)

Anda mungkin juga menyukai