Anda di halaman 1dari 3

Nama : Faiz Nurudin Fahmi

NIM : 20040920
Kelas : HES 4B

Kasus Sengketa Tanah Salve Veritate Tahun 2021


Pada tahun ini, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN)
telah menargetkan untuk menyelesaikan 50 persen konflik pertanahan untuk diselesaikan.
Menurut Kementerian ATR/BPN, faktor terpenting dalam penyelesaian konflik agraria dan
penguatan kebijakan reforma agraria adalah dengan kerjasama antar pemangku kepentingan
seperti Kejaksaan dan Polri untuk mendapatkan perlindungan dan pelaksanaan di lapangan.

Mengutip laman ATR/BPN, ternyata ada delapan faktor pemicu konflik pertanahan. Beberapa
pemicu terjadinya konflik pertanahan yaitu penguasaan dan pemilikan tanah aset BUMN dan
tanah di kawasan hutan, penetapan hak atas tanah, batas dan letak bidang tanah, pengadaan
tanah, tanah objek land reform, tuntutan ganti rugi tanah partikelir, tanah ulayat atau masyarakat
hukum adat dan pelaksanaan putusan pengadilan.

Sengketa/konflik pertanahan yang terjadi di masyarakat belakangan ini muncul dalam beragam
bentuk. Pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian konflik tersebut pun tidak sedikit, baik
negara maupun institusi civil society seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM). Namun,
mengutip dari Repository Universitas Medan Area, proses penyelesaian sengketa acap kali
menemui jalan buntu sehingga menjadikan konflik berlarut-larut.

Sumber konflik/sengketa dapat timbul karena adanya perbedaan/benturan nilai (kultural),


perbedaan tafsir mengenai informasi, data atau gambaran objektif kondisi pertanahan setempat
(teknis), atau perbedaan /benturan kepentingan ekonomi yang terlihat pada kesenjangan struktur
pemilikan dan penguasaan tanah. Pada kasus ini kita akan membahas tentang kasus sengketa
tanah Salve Veritate tahun 2021.

Perkara kasus mafia tanah ini bermodus mal-administrasi penerbitan Sertifikat Hak Milik (SHM)
Nomor 4931/Cakung Barat atas nama Abdul Halim, di Cakung, Jakarta Timur, dengan tanah
seluas 7,78 hektar.Awalnya, PT Salve Veritate yang merupakan pemilik lahan kaget dan tidak
terima ketika tanahnya menjadi obyek sengketa karena diakui oleh orang lain.Tanah milik PT
Salve Veritate sejumlah 38 bidang dengan total luas 77.582 meter persegi yang terletak di
Kelurahan Cakung Barat Jakarta Timur, itu berstatus Hak Guna Bangunan (HGB).

Sebelumnya, Menteri ATR/BPN Sofyan Djalil menceritakan kronologi terjadinya kasus sengketa
tanah seluas 7,7 hektar di Cakung Jakarta Timur. Menurut Sofyan, sengketa berawal pada tahun
1974 atau 1975,a ketika tanah seluas 7,7 hektar yang merupakan milik adat dikonversi menjadi
20 SHM atas nama Keluarga Tabalujan. Kemudian pada tahun 1996, dilakukanlah verifikasi
yang semula bernama Gapura Muka menjadi Wilayah Cakung Barat DKI Jakarta berdasarkan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 1975 dan secara fisik tanah tersebut dikuasai oleh
Keluarga Tabalujan.

Lalu pada tahun 2008, SHM tanah seluas 7,7 hektar yang saat ini disengketakan itu kemudian
beralih kepada Benny Simon Tabalujan dan pada 2011 SHM itu diturunkan menjadi 20 Sertifikat
Hak Guna Bangunan (SHGB) dan dipecah menjadi 38 SHGB. "Setelah itu, kepemilikan SHGB
diimbrengkan kepada PT Salve Veritae yang merupakan perusahaan keluarga Tabalujan itu,"
kata Sofyan. Sofyan menuturkan pada tahun 2017, Abdul Halim kemudian mengajukan
permohonan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL), namun sayangnya ditolak oleh
Kantor Pertanahan (Kantah) Jakarta Timur.

Alasan penolakan karena di atas tanah tersebut telah terbit hak kepemilikan tanah atas nama PT
Salve Veritae. Karena hal tersebut, pada tahun 2018 Abdul Halim kemudian melaporkan secara
pidana Paryoto selaku petugas ukur dan Achmad Jufri selaku penunjuk batas atas 38 SHGB yang
telah diterbitkan atas nama PT Salve Veritae tersebut. Dan atas laporan itu, keduanya ditetapkan
sebagai tersangka. Tak sebatas itu, pada tahun yang sama Abdul Halim juga menggugat BPN
atas penolakan dari Kantah Jakarta Timur ke PTUN dengan perkara Nomor
238/G/2018/PTUN.JKT juncto Nomor 190 B/2019/PT.TUN.JKT juncto Nomor 61 K/TUN/2020
dengan amar Menolak Kasasi dari Abdul Halim.

Kepemilikan Lahan PT Salve Veritae Dibatalkan Namun, Sofyan menegaskan pada saat proses
kasasi masih berjalan, Kanwil BPN DKI Jakarta justru membatalkan ke-20 SHM berikut turunan
38 SHGB atas nama PT Salve Veritate melalui SK Nomor 13/Pbt/BPN.31/IX/2019 tanggal 30
September 2019 yang didasarkan atas surat keterangan Lurah Cakung Barat Nomor 183/-
1.711.12, tanggal 28 Maret 2019 dan Surat Lurah Cakung Barat Nomor 306/-1.711.12, tanggal
18 Juni 2019. "Isinya menyatakan bahwa 'letak persil tidak berada di Kelurahan Cakung Barat',
yang oleh Kanwil DKI Jakarta maupun Kantah Jakarta Timur tidak diverifikasi kebenarannya,"
ungkap Sofyan.

Hasil investigasi Lurah Cakung Barat menurut Sofyan, tidak mempunyai Peta Rincian, sehingga
keterangan tersebut menyebabkan kerugian bagi pihak PT Salve Veritate yang telah mempunyai
SHM selama 45 tahun. Karena tindakan tesebut, Lurah Cakung Barat juga akhirnya ditetapkan
sebagai tersangka berdasarkan SP2HP No. B/492/V/2021/Dittipidu tanggal 4 Mei 2021. Setelah
SK Pembatalan dari Kepala Kanwil BPN DKI Jakarta dikeluarkan, kemudian terbitlah SHM
Nomor 4931/Cakung Barat atas nama Abdul Halim melalui kegiatan PTSL. Di mana
berdasarkan Pasal 29 Permen ATR/BPN Nomor 6 Tahun 2018 tentang PTSL, tanah tersebut
masuk ke dalam Kluster 2 atau K2 yang tidak bisa diterbitkan hak-nya. Kluster 2 adalah bidang
tanah yang data fisik dan data yuridisnya memenuhi syarat untuk diterbitkan sertifikat hak atas
tanah namun terdapat perkara di Pengadilan dan/atau sengketa. Karenanya, penerbitan SHM
yang semula atas nama Abdul Halim itu kemudian dialihkan atau menjadi atas nama Harto
Kusumo. Padahal, berdasarkan Pasal 39 juncto Pasal 45 PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dilarang membuat akta dan Kepala
Kantor mengalihkan hak dalam keadaan sengketa.

Pasca-tindakan yang dilakukan oleh Kakanwil BPN DKI Jakarta atas penerbitan SK Pembatalan
dan penerbitan hak melalui PTSL, maka Kementerian ATR/BPN melakukan investigasi yang
dilakukan oleh Irjen Kementerian ATR/BPN. Dari investigasi tersebut, terdapat cacat formil
maupun materil dalam penerbitan SK Pembatalan, penerbitan SHM dan peralihannya. Di
antaranya yaitu alas hak yang dimiliki Abdul Halim hanya seluas 5,2 hektar sedangkan SHM
yang terbit seluas 7,7 hektar dan berdasarkan hasl pengukuran letaknya berbeda dengan letak
SHM milik PT Salve Veritate yang dibatalkan. Hal ini tentu saja bertentangan dengan asas nemo
plus iuris transfere (ad alium) potest quam ipse habet, di mana seseorang tidak boleh
mengalihkan/memohon hak melebihi yang dipunyainya. "Karena pelanggaran itu, Kakanwil
BPN DKI Jakarta dibebastugaskan dari jabatannya, beserta 10 orang lainnya termasuk Kepala
Kantah Jakarta Timur dikenakan sanksi berat," tegas Sofyan.

Menindaklanjuti laporan kuasa hukum, akhirnya Kementerian ATR/BPN memeriksa


kelengkapan dokumen tanah yang semula atas nama PT Salve Veritate tersebut. Setelah
dilakukan pengecekan, Sertifikat HGB PT Salve Veritate tidak ditemukan hal-hal yang membuat
tim pemeriksa yakin bahwa proses penerbitan sertifikat sebagaimana tersebut di atas tidak sesuai
dengan prosedur.

Penyelesaian Kasus Tersebut

Jual-beli tanah di Indonesia berdasarkan UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
pokok Agraria (UUPA) harus dilakukan secara terang dan tunai. Sifat terang dan tunai
merupakan sifat jual-beli tanah menurut hukum adat yang diakui berdasarkan pasal 5 UUPA
yang berbunyi, Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum
adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan Negara, yang
berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta dengan peraturan-
peraturan yang tercantum dalam Undangundang ini dan dengan peraturan perundangan
lainnya, segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama.
Terang dan tunai artinya penyerahan hak atas tanah dilakukan di hadapan pejabat umum yang
berwenang, dalam hal ini Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) serta pembayarannya dilakukan
secara tunai dan bersamaan.

Anda mungkin juga menyukai