Disusun dan Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
SKRIPSI
OLEH :
ANDRE WIJAYA
NIM. 160200120
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
Shalawat dan Salam juga senantiasa Penulis sampaikan kepada Nabi Besar
kepada kedua orangtua saya, Bapak tercinta Hendru Wambri dan ibu tersayang
Herni Zahar yang telah mendoakan serta memberikan cinta, kesabaran, perhatian,
dukungan, bantuan dan pengorbanan yang tak ternilai sehingga saya dapat
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai penghargaan
dan ucapan terima kasih terhadap semua dukungan dan bantuan yang telah
Sumatera Utara;
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Bapak Prof. Dr. Budiman, Ginting S.H.,M.Hum, selaku Dekan Fakultas
5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H.,M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas
Pembimbing I. Terima kasih banyak atas saran, arahan, dan masukan yang
8. Ibu Dr. Detani Sukarja, S.H.,LLM, selaku Dosen Pembimbing II. Terima
kasih atas bimbingan, saran, nasihat, dan ilmu yang ibu berikan selama ini
10. Seluruh staf pegawai dan tata usaha di Fakultas Hukum Universitas
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11. Teman-teman seperjuangan Badan Ta’amirul Musholla Aladdinsyah,S.H
yang biasa disebut BTM Aladdinsyah,S.H. Terima Kasih atas bantuan dan
dukungan yang tak terbalaskan. Bangga dan bahagia bisa menjadi bagian
12. Teman-teman, kakak, abang, dan adik-adik yang ada di Organisasi Ikatan
Mahasiswa Imam Bonjol atau IMIB USU. Terima kasih telah memberikan
Andre Wijaya
NIM.160200120
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
ABSTRAK....................................................................................................... vii
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Penyelesaian Sengketa secara Non Litigasi .......................... 78
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Andre Wijaya*
Keizerina Devi Azwar **
Detania Sukarja***
*
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
**
Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar di fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
***
Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar di fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsumen ayam goreng di Indonesia pada saat sekarang ini sangat punya
banyak pilihan dalam memuaskan nafsu makannya, mulai dari ayam goreng
tepung, ayam penyet, ayam geprek, dan sejenisnya. Banyak outlet-outlet kecil di
pinggir jalan yang menjualnya dengan harga terjangkau, dan ada juga restoran-
restoran besar yang khusus menjual atau mengangkat konsep ayam goreng, seperti
usaha dari seorang publik figur yaitu Ruben Onsu yang memperkenalkan
Penikmat ayam geprek pasti tau betapa nikmatnya ayam Geprek Bensu,
dimana brand usaha ini langsung terkenal ketika pertama kali di buka dan
sekarang sudah mempunyai banyak cabang di seluruh Indonesia, tentunya hal itu
tidak luput terjadi karena kepopuleran sang pemiliknya yaitu Ruben Onsu sebagai
artis terkenal, namun siapa sangka dibalik nikmatnya ayam Geprek Bensu dan
lain yaitu I Am Geprek Bensu yang juga membuka usaha dengan konsep ayam
geprek.
Berkaca dari kasus Geprek Bensu ternyata dalam dunia perlindungan Hak
usaha dagang di Indonesia harus peduli akan pentingnya perlindungan atas Hak
kekayaan yang timbul atau lahir dari kemampuan intelektual manusia. HKI
manusia dihasilkan oleh manusia melalui daya, cipta, rasa, dan karsanya yang
kehidupan, peradaban dan martabat manusia, selain itu juga akan memberikan
berupa tenaga, pikiran, waktu, bahkan biaya yang tidak sedikit. Pengorbanan
demikian tentunya menjadikan karya yang dihasilkan memiliki nilai yang patut
dihargai. Ditambah lagi dengan adanya manfaat yang dapat dinikmati yang dari
1
Budi Agus Riswandi dan M Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum,
(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2005), hal.5.
2
Djumhana, Djubaedilah, , Hak Milik Intelektual Sejarah teori dan Praktiknya Di
Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,2014), hlm.20.
sudut ekonomi karya-karya yang dihasilkan tentunya memiliki nilai ekonomi yang
tinggi.3
Karena adanya nilai serta manfaat ekonomi tersebut, pada gilirannya timbul
konsep karya-karya cipta intelektual sebagai kekayaan. Dalam ilmu hukum hak
dikategorikan sebagai hak milik perorangan yang tidak berwujud. Dalam rangka
pengertian hak milik, apabila kekayaan itu memiliki wujud dan jangkauan di
bidang ilmu pengetahuan maka hak terhadapnya termasuk dalam kelompok hak
milik intelektual.
dirugikan dalam suatu keaadan. Ini terjadi karena adanya pihak yang ingin
sendiri. Dengan mengambil HKI orang lain maupun dari pesaingnya sendiri
seperti konsep dan dan ide bisnis, tentu sangat merugikan bisnis pihak yang
penyelesaian sengketa dibidang HKI dimana si pemakai HKI tanpa hak dapat
Sekarang ini permasalahan HKI menjadi sorotan dan bahan kajian yang
Masalahnya adalah bahwa HKI tidak semata-mata berkaitan dengan hukum saja,
3
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
hlm. 67.
4
Indonesia (KUHPerdata), Kitab Undang Undang Hukum Perdata, Staatsblad No.23 tahun
1848, pasal 1365.
meliputi kewenangan memeriksa sengketa seperti hak cipta, merek, paten, rahasia
dagang, perlindungan varietas tanaman, desain industri, dan desain tata letak
sirkuit terpadu.5
perubahan peraturan terkait dengan kebijakan tentang HKI. Pemerintah dalam hal
ini Direktoral Jendral HKI Kementerian Hukum dan HAM telah mengeluar
sangatlah mungkin terjadi sengketa diantara para pelaku bisnis. Salah satu kasus
5
Indonesia (UUD 1945), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,
Pasal 24.
6
Djulaeka, Konsep Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, (Malang:Setara Press,2014),
hlm.2.
sengketa HKI dalam bidang merek yang cukup menarik perhatian adalah kasus
sengketa antara Geprek Bensu dengan I Am Geprek Bensu. Dua merek bisnis ini
memiliki kemiripan dari segi “Bensu” nya, dimana bagi kedua perusahaan nama
Bensu sendiri memiliki arti yang berbeda. Ruben Onsu selaku pemilik Geprek
Bensu, dihadapkan dengan kasus perebutan hak paten merek dagang “Bensu”
Kekayaan Intelektual merek dagang Bensu. Keunikan kasus ini dimana PT Ayam
Geprek Bensu Benny Sudjono didirikan telebih dahulu dari Geprek Bensu, dan
Ruben Onsu selaku pemilik Geprek Bensu pernah terlibat kontrak kerja sebagai
duta promosi I Am Geprek Bensu. Usai ditunjuk sebagai duta promosi, Ruben
singkatan namanya Ruben Onsu ke pihak pengadilan Negeri Jakarta Selatan lalu
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam dan
sengketa antara Ruben Onsu dengan PT Ayam Geprek Benny Sudjono dalam
20 tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis sebagai dasar hukum dalam
B. Rumusan Masalah
beberapa hal yang akan menjadi pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini,
Kekayaan Intelektual?
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
untuk mencari jawaban permasalah atau proses penemuan.7 Penulis berharap agar
penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Adapun manfaat yang
1. Secara Teoritis
litigasi.
2. Secara Praktis
dimasa lampau dan juga agar lebih baik kedepannya dalam pembuatan
7
Mulyono, Strategi Pembelajaran; Menuju Efektivitas Pembelajaran di Abad Global,
(Malang : UIN-Maliki Press, 2011), hlm.71.
E. Keaslian Penulisan
Oleh karena itu dapat dikatakan skripsi ini merupakan karya tulis penulis
sendiri dan bukan merupakan jiplakan atau plagiat dari skripsi orang lain.
F. Tinjauan Pustaka
Pengertian HKI adalah hak yang berasal dari hasil kegiatan intelektual
karya yang telah dihasilkan memiliki nilai ekonomi karena manfaat yang dapat
hal ini sebagai kreasi pemikiran manusia yang meliputi invensinya, karya sastra
dan seni, simbol, nama, citra dan desain yang digunakan dalam perdagangan.9
atas hasil karya kreativitasnya, sehingga orang lain ikut terangsang untuk
pasar yang sehat dan diarahkan untuk memajukan masyarakat, sehingga HKI
Sistem HKI mendorong adanya sistem dokumentasi yang baik sehingga dapat
mencegah timbulnya ciptaan atau temuan yang sama. Melalui dokumentasi HKI
yang baik maka individu-individu dalam masyarakat didorong untuk selalu kreatif
8
Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, (Jakarta:Sinar Grafika,2013), hlm. 13.
9
Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Globalisasi, Sebuah Kajian
Kontemporer,(Yogyakarta:Graha Ilmu,2010), hlm. 1.
dan inovatif menghasilkan karya-karya intelektual yang khas dan baru demi
Esensi dari HKI ini sendiri didasarkan pada suatu pandangan yang sangat
danjuga keuletan dan tentunya memerlukan banyak daya upaya juga pengorbanan.
Kepemilikan hak atas hasil kreasi intelektual ini sangat abstrak dibandingkan
dengan hak kepemilikan benda yang terlihat, tetapi hak-hak tesebut mendekati
hak-hak benda, lagipula kedua hak tersebut bersifat mutlak. Selanjutnya, terdapat
analogi bahwa setelah benda yang tak berwujud itu keluar dari pikiran manusia,
dalam bentuk pendapat. Jadi, berupa berwujud (lichamelijke zaak) yang dalam
uang. Inilah yang membenarkan penggolongan hak tersebut ke dalam hukum harta
Berikut ini beberapa definisi HKI menurut para ahli, antara lain:
bahwa, “Hak atas Kekayaan Intelektual adalah suatu hak yang timbul
dari hasil olah fikir manusia, yang menghasilkan suatu produk atau
10
Iswi Hariyani, Prosedur Mengurus HAKI yang Benar, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, Cet
1, 2010), hlm. 16.
11
Djumhana, Djubaedilah, op.cit, hlm. 13.
12
Syafrinaldi, Fahmi dan M. Abdi Almaktsur, Hak Kekayaan Intelektual, (Pekanbaru:
Suska Press, 2008), h. 18.
sebagai hasil aktivitas intelektual dan kreativitas yang bersifat khas dan
baru”.13
bernilai ekonomi.14
juga aset-aset yang lain, seperti tanah dnegan sertifikat, dan kepemilikan
benda tidak berwujud yang dapat dijadikan aset adalah kunci pokok
e. OK. Saidin mengemukakan bahwa, “HKI itu adalah hak kebendaan, hak
atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja
rasio. Hasil dari pekerjaan rasio manusia yang menalar. Hasil kerjanya
13
Iswi Hariyani, op.cit, hlm.16.
14
Djumhana, Djubaedilah, op.cit, hlm 150-160.
15
Ibid., hlm. 55-56.
16
OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Cetakan ke 7, (Jakarta :
PT.RajaGrafindo Persada, 2010), hlm. 9.
atau hak milik intelektual adalah hak yang dimiliki oleh seseorang dari
kreasi dan inovasi yang ditimbulkan, hal inilah yang menjadi esensi
dan inovasi manusia dapat terbagi atas bidang kesenian (art), di bidang
seseorang atau badan hukum atas penemuan atau ciptaan karya intelektual mereka
dengan memberikan hak-hak khusus bagi mereka baik yang bersifat sosial
maupun ekonomis.18
timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia.19 Apabila orang lain
manfaat dari karya itu hanya akan dinikmati orang lain, sedangkan pemiliknya
17
Sudargo Gautama, Rizawanto Winata, Hak atas kekayaan intelektual (HAKI), (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2004), hlm.32.
18
Suyud Margono dan Amir Angkasa, Komersialisasi Aset Intelektual - Aspek Hukum
Bisnis, (Jakarta, Grasindo,2002), hlm 24.
19
Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual, Panduan Hak Kekayaan Intelektual, 2006
hlm 7.
20
Haris Munandar dan Sally Sitanggang, Mengenal Hak Kekayaan Intelektual, Hak Cipta,
Paten,Merek, dan Seluk-Beluknya, (Jakarta, Erlangga,2008), hlm. 4.
intelektualnya.
kehidupan manusia.
martabat manusia.
masyarakat.
mengandung arti sebagai sarana untuk melindungi penuangan ide dan gagasan
yang telah diwujudkan secara nyata, dimana penuangan ide ini mempunyai
implikasi pada munculnya nilai ekonomi terhadap hasil penuangan ide dan
gagasan.
21
Syafrinaldi, Fahmi dan M. Abdi Almaktsur, op.cit. hlm. 19.
tahun 1979,22 HKI telah ada di Indonesia sejak zaman penjajahan Hindia
kekayaan intelektual yang diakui pada masa itu adalah Hak Cipta/Austerswet
tanggal 11 Oktober 1961 dan mulai berlaku tanggal 11 November 1961, yang
dan tidak berlaku lagi. Pada tahun 1992 terjadi pembaruan hukum merek di
22
Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, (Bandung:P.T. Alumni,2003),
hlm. 9.
23
Adrian Sutedi, op.cit, hlm. 1.
1961. Selanjutnya pada tahun 1997, terjadi lagi penyempurnaan terhadap Undang-
Nomor 19 Tahun 1992 jo. Undang- Undang Nomor 14 Tahun 1997 tersebut
Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis (untuk selanjutnya
disebut UU MIG).24
Tahun 1987 tersebut. Lalu pada tahun 2001, Undang-Undang Nomor 12 Tahun
Undang-Undang Paten Indonesia pertama baru ada pada tahun 1989 dengan
24
Ibid,
diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997. Lalu pada tahun 2001,
Dengan demikian, sejak tahun 1961 s.d. tahun 1999, yang berarti selama 54
tahun sejak Indonesia merdeka, bidang hak kekayaan intelektual yang telah
mendapat perlindungan dan peraturan dalam tata hukum Indonesia baru tiga
bidang, yaitu merek, hak cipta, dan paten. Adapun empat bidang hak kekayaan
intelektual lainnya varietas tanaman, rahasia dagang, desaian industri, serta desain
tata sirkuit terpadu, baru mendapat pengaturan dalam hukum positif Indonesia
Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (atau disebut UU Rahasia
25
Ibid,
26
Ibid,
yakni: 27
ekonomi.
dalam hak komunal dan hak personal sebagaimana dikemukakan oleh Sudarmanto
27
Sudarmanto, KI dan HKI Serta Implementasinya Bagi Indonesia, (Jakarta: Elexmediia,
2012), hlm. 3-4.
28
Ibid,
Negara).
dikemukakan tersebut, pada dasarnya HKI personal adalah hak individu atau
badan hukum yang keuntungan atas karyanya bersifat individual serta tersusun
secara tertulis dan sistematis, dan lebih menekankan pada aspek bisnis dan
lebih menekankan pada sarana agama dan kebudayaan dan sangat sulit untuk
hak masyarakat adat yang merupakan milik bersama serta disusun, dijaga, dan
Sengketa dan Konflik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI,
apabila pihak yang dirugikan hanya memendam perasaan tidak puas atau
yang merasa dirugikan telah menyatakan tidak puas atau keprihatinnanya, baik
Sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau lebih yang berawal dari
persepsi yang berbeda tentang suatu kepentingan atau hak milik yang dapat
menimbulkan akibat hukum bagi keduanya.31 Sengketa dapat terjadi pada siapa
29
Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://kbbi.web.id, diaskses pada tanggal 9 Oktober
2020, pukul 14.21 WIB.
30
Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, (Bandung:PT citra
Aditya Bakti,2003). hlm 1.
31
Ali. Achmad Chomzah, Seri Hukum Pertanahan III Penyelesaian Sengketa Hak Atas
Tanah dan Seri Hukum Pertanahan IV Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2003), hlm. 14.
saja dan dimana saja. Sengketa dapat terjadi antara individu dengan individu,
satu dengan yang lainnya, dan sebagainya. Dengan kata lain, sengketa dapat
bersifat publik maupun bersifat privat dan dapat terjadi baik dalam lingkup lokal,
Sengketa terjadi karena situasi dimana ada pihak yang merasa dirugikan
oleh pihak lain, yang kemudian pihak tersebut menyampaikan ketidakpuasan ini
kepada pihak kedua. Jika situasi menunjukkan perbedaan pendapat, maka terjadi
lah apa yang dinamakan dengan sengketa. Dalam konteks hukum khususnya
hukum kontrak, yang dimaksud dengan sengketa adalah perselisihan yang terjadi
antara para pihak karena adanya pelanggaran terhadap kesepakatan yang telah
dituangkan dalam suatu kontrak, baik sebagian maupun keseluruhan. Dengan kata
lain telah terjadi wanprestasi oleh pihak-pihak atau salah satu pihak.32
(wanprestasi).
32
Nurnaningsih Amriani, MEDIASI: Aternatif Penyelesaian Sengketa di Pengadilan,
(Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,2012), hlm. 12.
33
Korma Kantaatmadja, Beberapa Hal Tentang Arbitrase, (Bandung:Citra Aditya
Bakti,2001), hlm.3.
yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang saling mempertahankan persepsinya
tindakan wanprestasi dari pihak-pihak atau salah satu pihak dalam perjanjian.
Munculnya sengketa jika salah satu pihak menghendaki pihak lain untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu tetapi pihak lainnya menolak berlaku demikian.
Pencarian berbagai jenis proses dan metode untuk menyelesaikan sengketa yang
penyelesaian sengketa, baik formal maupun informal, dapat dijadikan acuan untuk
menjawab sengketa yang mungkin timbul asalkan hal itu membawa keadilan dan
kemaslahatan.
apabila salah satu pihak memperoleh kemenangan tidak jarang hubungan diantara
berorientasi pada kemenangan tidak lagi menjadi pilihan utama, bahkan sedapat
G. Metode Penulisan
1. Jenis Penelitian
efektif dan rasional guna mencapai hasil penelitian yang lebih optimal. Penelitian
merupakan suatu cara pendekatan yang tepat untuk memperoleh data-data yang
akurat, oleh karena itu diperlukan adanya metode penelitian yang harus ada
relevansinya antara komponen yang satu dengan komponen yang lain. Dalam
Penelitian hukum normatif, hukum dikonsepsikan sebagai apa yang tertulis dalam
34
M. Faiz Mufisi, ”Alternatif Penyelesaian Sengketa menurut Undang-Undang Nomor 30
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa”, Jurnal Ilmu Hukum Syiar
Hukum, Vol. 8, No. 3, November 2005.
35
Sutrisno Hadi, Metodologi Research,(Yogyakarta: Andi Offset, 1990), hlm. 9.
penelitian hukum, penelitian dalam bentuk ini disebut dengan jenis penelitian
sebuah bangunan sistem norma,36 yang bersifat ideal penjelajahan pada sisi
dassolen.37 Sistem norma yang dimaksud adalah asas, norma, kaedah dari
Objek kajian hukum normatif adalah sistem norma yang akan memberikan
justifikasi perspektif tentang suatu peristiwa atau gejala. Sistem norma dalam arti
Penelitian hukum normatif meneliti kaedah atau aturan hukum sebagai suatu
bangunan sistem hukum yang terkait dengan suatu peristiwa hukum, penelitian ini
gejala atau fenomena sudah benar atau salah serta bagaimana seharusnya gejala
2. Spesifikasi Penelitian
36
Hajar M, Model-Model Pendekatan Dalam Penelitian Hukum Dan Fikih, (Pekanbaru:
Suska Press, 2015), hlm. 65.
37
Nico Ngani, Metodologi Penelitian Dan Penulisan Hukum, Cet. ke-1,(Jakarta: Pustaka
Yustisia, 2012), hlm. 83
38
Hajar M, op.cit. hlm 65.
39
Ibid, hlm 67.
40
Ibid,
3. Sumber Data
Data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari
studi kepustakaan dan mempunyai kekuatan hukum mengikat, yang terdiri dari
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.42 Bahan-
1) UUD 1945
2) UU MIG
3) UU Hak Cipta
4) UU Paten
5) UU Rahasia Dagang
6) UU Desain Industri
7) UU DTLST
41
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta:Ghalia
Indonesia,Cetakan Kelima,1994), hlm.34.
42
Bahder Johan, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Semarang: Mandar Maju, 2004), hlm.
23.
8) UU PVT
9) UU Arbitrase
terhadap bahan hukum primer, seperti misalnya literatur yang diperoleh dari
informasi, berupa kamus yang terdiri dari kamus bahasa Indonesia, kamus hukum
dan data lainnya yang dibutuhkan untuk melengkapi bahan bagi penulis dalam
penelitian ini.
Dalam penelitian digunakan data sekunder yaitu data yang secara tidak
informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material yang ada di
artikel, catatan, serta berbagai jurnal yang berkaitan dengan masalah yang ingin
5. Analisis Data
Analisa data dalam penulisan ini menggunakan data kualitatif , metode ini
digunakan agar penulis dapat mengerti dengan gejala yang ditelitinya. Metode
penelitian data sebagai cara untuk menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang
logis, sistematis dan empiris terhadap fenomena – fenomena sosial yang terjadi di
bagi kehidupan masyarakat dan ilmu pengetahuan. Analisis data kualitatif adalah
bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya
H. Sistematika Penulisan
1. BAB I : PENDAHULUAN
43
Milya Sari, Asmendri, “Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam Penelitian
Pendidikan IPA”, NATURAL SCIENCE: Jurnal Penelitian Bidang IPA dan Pendidikan IPA, Vol.6
(1), 2020, hlm.44.
44
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta.CV,2013), hlm.14.
penulisan.
KEKAYAAN INTELEKTUAL
4. BAB IV : PENUTUP
Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan dari bagian awal hingga
BAB II
INTELEKTUAL
sesuai dengan permasalahan HKI nya itu sendiri yang sangat kompleks. Kondisi
terhadap HKI tersebut melalui sarana hukum, maka hukum perdata, hukum
pidana, ataupun hukum administrasi negara dapat digunakan secara saling mengisi
45
Jacklin Mangowal, “Perlindungan Hukum Merk Terkenal Dalam Perspektif Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merk dan Indikasi Geografis”, Lex Et Societatis, Volume
V No. 9 November 2017, hlm.24.
sepanjang hukum pidana hendak digunakan, haruslah selalu diingat sifat hukum
pidana yang mempunyai fungsi subsidair, mengingat sifatnya yang keras, yakni
janganlah menggunakan hukum pidana apabila masih ada sarana-sarana lain yang
memadai (ultimum remedium).47 Salah satu pokok persoalan dan yang menjadi
sorotan berbagai pihak dalam masalah HKI, yaitu penegakan hukum. Persoalan
ini sangat penting sebab perlindungan hukum yang diberikan kepada pemegang
dalam pengaturan nya banyak sengketa yang terjadi dengan berbagai sebab dan
keadaan dalam bidang HKI, yang mana terdiri dari dua pembagian besar, yaitu
Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri. Selanjutnya dalam Hak Kekayaan Industri
tercakup Paten, Merek dan Indikasi Geografis, Rahasia dagang, Desain Industri,
Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
46
Djumhana, Djubaedilah, , op.cit, hlm, 33-34.
47
Sudarto, Hukum Pidana I Edisi Revisi, (Semarang:Yayasan Sudarto,Cet.IV,2013),
hlm.20.
perundang-undan gan.48
Ide dasar sistem Hak Cipta adalah untuk melindungi wujud hasil karya
hanya berlaku pada Ciptaan yang telah mewujud secara khas sehingga dapat
dilihat, didengar atau dibaca. Dengan gambaran seperti itu menunjukkan bahwa
Hak Cipta mempunyai syarat substansif, yaitu originalitas, kreativitas, dan fiksasi.
Suatu karya dapat dikatakan memiliki unsur originalitas dan merupakan suatu
bentuk kreativitas jika merupakan hasil kreasi sendiri walaupun bisa saja
terinspirasi dari karya orang lain. Adapun elemen fiksasi mengandung maksud
suatu karya berhak mendapatkan Hak Cipta apabila telah tertuang dalam bentuk
Dalam Pasal 40 ayat (1) UU Hak Cipta disebutkan, dalam UU ini ciptaan
yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra
a. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
pengetahuan;
48
Indonesia (Hak Cipta), Undang-Undang Hak Cipta, UU No.28 tahun 2014, LN Nomor
266 Tahun 2014, TLN Nomor 5599, Pasal 1 ayat 1.
49
Djumhana, Djubaedilah, , op.cit, hlm. 21.
50
Indonesia (Hak Cipta), op.cit, pasal 40 ayat 1.
f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
h. Karya arsitektur;
i. Peta ;
k. Karya fotografi;
l. Potret;
m. Karya sinematografi;
budaya tradisional;
p. Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca
s. Program computer.
Sengketa akibat pelanggaran terhadap hak cipta akan terjadi apabila ada
merugikan bagi pencipta dan pemegang hak cipta, karena hak cipta terdiri dari
atas hak ekonomi (economic rights) dan hak moral (moral rights). Hak ekonomi
adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk hak
terkait. Sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau
pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun walaupun
hak cipta tersebut telah dialihkan 51 Apabila hal ini dibiarkan dan tidak dilindungi,
maka para Pencipta dan dan pemegang hak cipta akan kehilangan motivasi untuk
lebih kreatif membuat karya cipta yang baru, padahal hasil ciptaan dapat
kesejahteraan rakyat.
cipta dapat dicegah dan apabila pelanggaran tersebut terjadi, maka sanksi hukum
meliputi merek dagang dan merek jasa. Merek adalah tanda yang dapat
ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan
warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/ atau 3 {tiga) dimensi, suara, hologram,
51
Adrian Sutedi, op.cit, hlm 115.
atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang
dan Zatau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan
perdagangan barang darr/ atau jasa.52 Sedangkan Indikasi Geografis adalah suatu
tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang danjatau produk yang karena
faktor lingkungan geografis termasuk faktor alarn, faktor manusia atau kornbinasi
dari kedua faktor tersebut memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu
Pasal 1 butir 4 UU MIG menyatakan hak atas merek adalah hak esklusif
yang diberikan negara kepada pemilik merek yang terdaftar untuk jangka waktu
kepada pihak lain untuk menggunakannya. Hak atas merek merupakan hal yang
sangat penting untuk mencegah terjadinya persaingan tidak sehat yang dapat
buruk.54
Hak merek berfungsi sebagai suatu monopoli karena hanya pemilik merek
yang dapat menggunakan merek tersebut. Hak merek bukan merupakan monopoli
mutlak karena apabila jangka waktu perlindungan merek telah habis dan pemilik
merk tidak memperpanjang waktu perlindungan tersebut, maka pihak lain dapat
pihak yang tidak berhak tidak bisa menggunakan merek sebagai hak eksklusif.
Suatu merek menjadi hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemilik merek
52
Indonesia (Merek dan Indikasi Georafis), Undang-Undang Merek dan Indikasi
Geografis, UU No.20 Tahun 2016, LN Nomor 252 Tahun 2016, TLN Nomor 5953, Pasal 1 angka
1..
53
Ibid, Pasal 1 angka 6.
54
Ibid, Pasal 1 angka 4.
atau pihak lain yang diperbolehkan memanfaatkan hak tersebut dengan seizin
pemilik merek.55
hak eksklusif merupakan hak yang diberikan oleh negara kepada pemilik merek
terdaftar dalam daftar umum untuk jangka waktu tertentu, dimana dengan adanya
hak eksklusif yang dimiliki pemilik merek, maka ia dapat memanfaatkan sendiri
merek miliknya dan pihak lain tidak dapat diperbolehkan menggunakan merek
dikarenakan hak merek merupakan hak eksklusif, maka hanya pemilik merek saja
berhak atas hak ekonomi dari suatu merek. Hak ekonomi adalah suatu hak untuk
sendiri merek atau karena menggunakan oleh pihak lain berdasarkan lisensi. Hak
ekonomi pada merek terbatas hanya 3 (tiga) jenis yaitu penggunaan sendiri,
penggunaan melalui lisensi merek dagang, lisensi merek jas tanpa variasi lain.57
Adanya pelanggaran merek yang dilakukan oleh pihak-pihak yang beritikad tidak
baik dan tidak bertanggung jawab terhadap merek terkenal yang dilanggarnya,
tentu akan menimbulkan kerugian yang dirasakan oleh produsen atau pengusaha
pemegang hak atas merek yang terkenal. Sebagai pihak yang dirugikan, tentu
55
Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung: Alumni,2003), hal.
131.
56
Ibid,
57
Ibid,
pemegang hak atas merek terkenal akan menempuh jalur hukum untuk
pelanggaran merek tidak akan lagi memakai merek yang menyerupai pada
aktivitas produksinya.58
minded), apalagi kalau itu merek terkenal.59 Akan tetapi daya beli masyarakat
yang rendah menyebabkan mereka belum mampu untuk membeli produk luar
negeri yang harganya lebih tinggi dari produk lokal pada umumnya. Hal ini
memicu adanya perilaku pelaku usaha atau produsen yang memiliki itikad tidak
meniru merek terkenal tersebut. Pemilik merek terkenal dalam hal ini sudah tentu
58
Djumhana, Djubaedilah, op.cit, hlm 93.
59
Ismail Saleh, Hukum dan Ekonomi, (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,1990), hlm.51.
60
Tim Redaksi Tata Nusa, Himpunan Putusan-putusan Pengadilan Niaga dalam Perkara
Merek, (Jakarta:PT. Tatanusa,2004), hlm.319.
melalui putusan pengadilan maupun gugatan ganti rugi, agar pihak pihak yang
yang berkaitan dengan penggunaan merek secara tanpa hak tersebut memang
sudah sewajarnya, karena tindakan tersebut sangat merugikan pemilik merek yang
sah. Bukan hanya kerugian ekonomi secara langsung, tetapi juga dapat merusak
citra merek tersebut apabila barang atau jasa menggunakan merek secara tanpa
hak tersebut kualitasnya lebih rendah daripada barang atau jasa yang
3. Sengketa Paten
Hak Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor
merupakan hak Eksklusif atau hak istimewa yang diberikan negara kepada
pemegang hak paten, Negara memberikan hak eksklusif kepada pemegang hak
61
Ahmadi Miru, Hukum Merek, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.93.
62
Indonesia (Paten), Undang-Undang Paten, UU No.13 Tahun 2016, LN Nomor 176
Tahun 2016, TLN Nomor 5922, Pasal 1 angka 1.
Hak Paten merupakan salah satu ruang lingkup hak kekayaan intelektual.
Hak kekayaan intelektual termasuk benda. Benda adalah segala sesuatu yang
dapat dihaki oleh orang.63 Kemajuan di bidang perdagangan dan bisnis seiring
temuannya untuk mendapatkan hak paten agar tidak di klaim oleh pihak lain
sebagai temuannya.
inventor dalam menigkatkan hasil karyanya baik secara kuantitas maupun kualitas
untuk mendorong kesejahteraan bangsa dan negara serta menciptakan iklim usaha
yang sehat. Paten yang diberikan perlindungan bukan hanya terhadap temuan
dibidang teknologi, tapi juga hak eksklusif yang melekat pada pemilik atau
pemegang hak paten, sehingga apabila pihak lain yang yang menerima peralihan
Objek paten adalah termasuk benda yaitu benda tak berwujud (imnaterial)
paten merupakan karya seseorang atau secara bersama yang digunakan proses
industri. Hak paten sebagai hak kebendaan yang dapat dijadikan jaminan dengan
63
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Bandung: Intermasa, Cetakan ke-XX, 1982),
hlm. 60.
64
Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung:
PT Citra Aditya Bakti, 2007), hlm. 3.
fidusi, juga dapat dialihkan kepada pihak lain karena, pewarisan, hibah, wasiat,
Paten mempunyai objek dari temuan atau invensi atau invention di bidang
teknologi yang secara praktis dapat digunakan dalam bidang perindustrian. Yang
industri bidang peternakan dan industri bidang pendidikan.66 Invensi yang dapat
diberikan adalah Invensi dianggap baru yang dapat diterapkan dalam industri dan
tidak sama dengan teknologi yang diungkapan sebelumnya yang telah diumumkan
di Indonesia atau diluar Indonesia dalam suatu tulisan, uraian lisan atau melalui
peragaan, penggunaan atau dengan cara lain yang memungkinkan seorang ahli
Ruang lingkup perlindungan hukum paten dapat dibedakan jadi dua yaitu
paten dan paten sederhana. Paten yang dimaksud disini adalah untuk invensi yang
baru yang dapat diterapkan dalam industri. Sedangkan yang dimaksud dengan
paten sederhana diberikan untuk invensi produk baru, pengembangan dari produk
Mengenai subjek paten diatur dalam Pasal 10-13 UU Paten. Pihak yang
berhak memperoleh paten adalah inventor atau pihak lain yang menerima lebih
lanjut. Invensi dapat dihasilkan secara bersama-sama oleh inventor yang pertama
65
Ibid, hlm. 206.
66
Ibid, hlm. 230.
67
Indonesia (Paten), op.cit, Pasal 5.
68
Ibid, Pasal 2 dan 3.
memiliki peranan penting dan strategis dalam pembangunan suatu bangsa dan
HKI. Rahasia Dagang sama pentingnya seperti Hak Cipta (Copyright), Merek
agar tercipta dunia usaha yang sehat dan dinamis.70 Pengaturan Rahasia Dagang di
dirumuskan dalam Pasal 1 angka 1 yaitu rahasia dagang adalah informasi yang
tidak diketahui oleh umum dibidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai
69
Ibid, Pasal 10-13.
70
Rachmadi Usman, op.cit, hlm.395.
ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh
individu yang tidak diketahui secara umum oleh masyarakat baik di bidang
usaha, dan harus ada upaya yang menunjukkan bahwa informasi tersebut memang
pikiran manusia yang memiliki nilai komersial serta menjadi sarana untuk
mencegah persaingan usaha yang tidak sehat. Pemilik rahasia dagang tersebut
suatu informasi yang dimiliki oleh perorangan atau korporasi. Yang menjadi
71
Indonesia (Rahasia Dagang), Undang-Undang Rahasia Dagang, UU No.30 Tahun 2000,
LN Nomor 242 Tahun 2000, TLN Nomor 4044, Pasal 1 angka 1.
72
Djoko Imbawani Atmadjaja, Hukum Dagang Indonesia (Sejarah, Pengertian, dan Prinsip
Hukum Dagang), (Malang, Setara Press, 2016),hlm. 244.
73
Indonesia (Rahasia Dagang), op.cit, Pasal 4.
mengajukan permohonan paten ke pada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
(HAM). Sedangkan untuk rahasia dagang berlaku secara otomatis tanpa perlu
Ada empat elemen kritis dalam rahasia dagang, elemen kritis tersebut antara
a. Elemen pertama
b. Elemen kedua
c. Elemen ketiga
Suatu informasi harus dijaga oleh pemilik rahasia dagang dengan wajar,
Dari uraian diatas, rahasia dagang suatu perusahaan bersifat sangat rahasia,
dimana tidak boleh ada seorangpun yang tahu. Rahasia dagang perusahaan ini
74
Riandhani Septian Chandrika, “Perlindungan Hukum Perjanjian Lisensi Rahasia Dagang
Di Indonesia”, Jurnal Hukum Bisnis Bonum Commune, Volume 2, Nomor 1, Februari 2016, hlm.
12.
menyangkut tentang teknologi dan atau bisnis yang mempunyai nilai ekonomi.
Sebagian perusahaan meyakini bahwa akan lebih baik invensi yang ditemukan
oleh seseorang atau perusahaan tidak diumumkan pada masyarakat. Hal ini
teknologi dan/ atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak
diketahui oleh pihak tertentu dan tidak diketahui secara umum oleh
masyarakat.
secara ekonomi.
75
Indonesia (Rahasia Dagang), op.cit, Pasal 2 dan 3.
dan patut.
persaingan dalam dunia bisnis, sehingga memanfaat kan informasi rahasia dagang
penerima menggunakan konsep atau informasi tanpa ijin dari si pencipta. Ada dua
sama sekali.
diberikan.
kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga rahasia dagang yang
bersangkutan.77
76
OK. Saidin,op.cit, hlm.459.
77
Indonesia (Rahasia Dagang), op.cit, Pasal 13.
ulang atas produk yang dihasilkan dari penggunaan rahasia dagang milik orang
komposisi garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga
dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan
dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan
suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.80 Dari pengertian
seperti itu maka produk atau barangnya merupakan gabungan kreativitas dan
teknikal dalam proses perancangan produk industri dengan tujuan untuk dapat
78
Ibid, Pasal 14.
79
Muhamad Firmansyah, Tata Cara Mengurus HAKI, (Jakarta : Visimedia, 2008), hlm.66-
67
80
Indonesia (Desain Industri), Undang-Undang Desain Industri, UU No.31 Tahun 2000,
LN Nomor 243 Tahun 2000, TLN Nomor 4045, Pasal 1 angka 1.
dipakai oleh manusia atau pengguna serta sebagai hasil produksi dari satu sistem
manufaktur.81
bahwa sesuatu hal dikatakan sebagai Desain Industri apabila mempunyai unsur-
unsur:
atau garis dan warna atau gabungan dari padanya berbentuk tiga dimensi
kerajinan tangan
adalah “hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia kepada
pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri,
tersebut”.82
disimpulkan bahwa hak atas Desain Industri adalah hak khusus pemilik desain
terdaftar yang diperoleh dari negara. Dengan kata lain, berarti diperolehnya hak
81
Muhamad Djumhana, Perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan
Intelektual, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2006), hlm. 113.
82
Indonesia (Desain Industri), op.cit, Pasal 1 angka 5.
Desain Industri tersebut pada kantor Desain, dalam hal ini adalah Direktorat
Jenderal HKI.
Adapun subjek dari desain industri atau penerima hak atas desain industri
yaitu :83
Kemudian, Ruang lingkup untuk hak atas desain industri yaitu meliputi :84
Desain Industri.
maupun hak moral apabila diberikan secara memadai akan mempunyai korelasi
yang erat dengan peningkatan kreasi pendesaian yang pada akhirnya akan
83
Ibid, Pasal 6.
84
Ibid, Pasal 9.
memberikan kontribusi ekonomi yang besar, baik untuk pendesain maupun untuk
negara.
gugat atas suatu karya desain baru dari seorang pendesain, disertai
penyalahgunaan hak ata desain industri itu sendiri. Penyalahgunaan hak desain
industri dapat terjadi salah satunya adalah karena didalam pengaturan perundang-
mengenai batasan-batasan suatu desain industri dapat dikatakan sama atau tidak
sama. Tetapi yang jelas di Indonesia memahami sesuatu yang disebut dengan
identik immaterial dimana suatu desain yang memiliki kemiripan yang secara
85
Muhammad Djumhana, op.cit, hlm 49
Desain Industri.86
Desain Industri jadi bagian dari HKI pada dunia perindustrian yang
antara para pihak dalam kaitannya dengan hak desain industri, yang
ditimbulkan oleh adanya penggunaan hak desain industri oleh pihak lain
tanpa seizindari pemegang hak. Penggunaan hak desain industri tanpa izin
desain industri yang terdaftar. Dari hal tersebutlah sengketa desain industri
melalui jalur hukum oleh pihak yang merasa telah dirugikan untuk
86
Indonesia (Desain Industri), op.cit, Pasal 2.
87
Ni Putu Rinawati, I Gusti Ngurah Wairocana, “Mekanisme Penyelesaian Sengketa Di
Bidang Desain Industri Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain
Industri”, Kertha Semaya : Journal Ilmu Hukum, Vol. 01, No. 09, September 2013, hlm 2.
dua alasan. Alasan pertama, terkait dengan kewajiban Indonesia sebagai anggota
WTO yang harus menyediakan peraturan yang lebih baik tentang perlindungan
jadi atau setengah jadi, yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-
kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau
seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan
Sedangkan Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga
adalah elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu Sirkuit
88
Tomi Suryon Utomo, op.cit, hlm 225.
89
Indonesia (Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu), Undang-Undang Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu, UU No.32 Tahun 2000, LN Nomor 244 Tahun 2000, TLN Nomor 4046, Pasal 1
angka 1
Desain tata letak sirkuit terpadu yang mendapat perlindungan adalah desain
tata letak sirkuit terpadu yang orisinal, dimana desain tersebut merupakan hasil
karya mandiri pendesain, serta pada saat desain tata letak sirkuit terpadu tersebut
dibuat tidak merupakan sesuatu yang umum bagi para pendesain.91 Dan ada juga
desain tata letak sirkuit terpadu yang tidak mendapat perlindungan yaitu desain
Subjek desain tata letak sirkuit terpadu adalah seseorang atau beberapa
orang yang menghasilkan desain tata letak sirkuit terpadu, yang kepadanya negara
memberikan hak pemanfaatan desain tata letak sirkuit terpadu yang bersangkutan
secara eksklusif dalam jangka waktu tertentu (10 tahun dan tidak dapat
diperpanjang), terhitung sejak desain tata letak sirkuit terpadu itu untuk pertama
Pemegang hak desain tata letak sirkuit terpadu dapat menggugat siapa saja
yang dengan sengaja dan tanpa hak melanggar pasal 8 UU DTLSP, yaitu
barang yang didalamnya terdapat seluruh atau sebagian desain yang telah
diberikan Hak Desain tata letak sirkuit terpadu.94 Pelanggaran Desain tata letak
90
Ibid, Pasal 1 angka 2.
91
Ibid, Pasal 2.
92
Ibid, Pasal 3.
93
Ibid, Pasal 4-5.
94
Ibid, Pasal 8.
sirkuit terpadu selain dapat digugat secara perdata juga tidak menutup
Desain tata letak sirkuit terpadu merupakan bentuk HKI baru, baik dalam
Desain tata letak sirkuit terpadu merupakan salah satu bentuk HKI baru
HKI lain, seperti hak cipta, paten, merek, dan desain industri. Keberadaan
pengaturan muncul akibat adanya sifat khusus desain tata letak sirkit terpadu yang
tidak dapat ditampung pengaturannya melalui rejim hukum HKI yang ada.
pemahaman tentang garis besar pengaturan tentang hal ini sebelum dapat
95
Sanusi Bintang, “Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Sebagai Hak Kekayaan Intelektual
Dalam Hukum Indonesia”, Kanun Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 20, No. 1, (April, 2018), hlm.24.
adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh
bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi
karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis
atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan
atas, maka dapat diketahui bahwa varietas tanaman yang dihasilkan harus berbeda
dengan varietas tanaman yang lain yang ditandai dengan perbedaan bentuk fisik
dalam hal ini diwakili oleh Pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor
kemurnian benih varietas yang dihasilkan,98 yang dilakukan dengan tujuan untuk
kemurnian jenis dan/atau varietas tanaman yang sudah ada, atau menghasilkan
96
Indonesia (Perlindungan Varietas Tanaman), Undang-Undang Perlindungan Varietas
Tanaman, UU No.29 Tahun 2000, LN Nomor 241 Tahun 2000, TLN Nomor 4043, Pasal 1 angka
3.
97
Ibid, Pasal 1 angka 1.
98
Ibid, Pasal 1 angka 4.
jenis dan/atau varietas tanaman baru yang lebih baik. Pada dasarnya pemuliaan
lain :99
a. Varietas dari jenis atau spesies tanaman yang baru, dimana bahan
lebih dari setahun, atau telah diperdagangkan di luar negeri tidak lebih
dari empat tahun untuk tanaman semusim dan enam tahun untuk
tanaman tahunan.
varietas tanaman.
99
Ibid, Pasal 2.
sifat varietas;
penamaan baru;
(6) nama varietas yang diajukan dapat juga diajukan sebagai merek
sebagaimana hak cipta, namun dibatasi. Jangka waktu berlaku hak perlindungan
100
Ibid, Pasal 3.
varietas tanaman oleh Negara. Sebelum diberikan hak, diberikan hak sementara
hak.101
varietas tanaman adalah pemulia - orang pribadi atau badan hukum.102 Selain
pemulia, orang atau badan hukum lain dapat menjadi subjek hukum hak
perlindungan varietas tanaman yang menerima peralihan hak dari pemulia melalui
pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian lisensi dalam bentuk notariel, atau sebab-
masyarakat.
101
Rio Christian Wenas, “Tindak Pidana Terhadap Perlindungan Varietas Tanaman Dan
Pengaturannya Di Indonesia”, Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014, hlm. 142.
102
Indonesia (Perlindungan Varietas Tanaman), op.cit, Pasal 5.
103
Ibid, Pasal 40.
104
Dwi Afni Maileni, “Aspek Hukum Perlindungan Varietas Tanaman Ditinjau Dari
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman”, Jurnal Ilmu
Hukum UNRIKA, hlm.6.
dalam berbagai aspek pembangunan pertanian. Hal ini semakin penting mengingat
perakitan varietas unggul di Indonesia saat ini lebih banyak dilakukan oleh
lembaga penelitian pemerintah. Pada waktu yang akan datang diharapkan dunia
usaha dapat semakin berperan, sehingga lebih banyak varietas tanaman yang lebih
unggul dan lebih beragam dapat dihasilkan. Namun, varietas baru yang
varietas baru untuk keperluannya sendiri, serta dengan tetap melindungi varietas
105
Rachmadi Usman, op.cit, hlm.505.
ditentukan berdasarkan jenis sengketa HKI yang dialami oleh para pihak yang
terlibat. Dalam aturan normatif, sengketa aKI dapat digolongkan dalam tiga
kategori, yaitu:106
1. Sengketa Administratif
dengan penolakan permohonan yang dilakukan oleh Dirjen HKI akibat tidak
normatif; atau sengketa antara Pemegang HKI dan Dirjen HKI dengan Pihak
Ketiga, yang berkaitan dengan gugatan pembatalan HKI karena diduga adanya
kesalahan keputusan administratif yang telah dikeluarkan oleh Dirjen HKI. Untuk
mendapatkan putusan.107
106
Sudaryat, Sudjana dan Rika Ratna Permata, Hak Kekayaan Intelektual, (Memahami
Prinsip Dasar, Cakupan dan Undang-Undang Yang Berlaku), (Bandung:Oase Media, 2010), hal.
203.
107
Adi Sulistiyono, Mekanisme Penyelesaian Sengketa Haki (Hak Atas Kekayaan
Intelektual), (Surakarta: UNS Press,Cet 1, 2004), hlm. 54.
108
Indonesia (Paten), op.cit, Pasal 64.
109
Indonesia (Merek dan Indikasi Geografis), op.cit, Pasal 33.
penolakan permohonan pendaftaran jenis HaKI yang lain tidak dikenal adanya
komisi banding. Komisi banding merupakan badan khusus yang independen dan
Pertanian.111
dan paten dengan obyek sengketa yang berada di bawah yurisdiksinya adalah
gugatan karena tidak puas atas putusan komisi banding merek/paten. Walaupun
pada pengadilan niaga sudah tepat, namun kalau melihat materi sengketa yang
bersifat administratif dan teknis substantif nampaknya pemberian tugas ini justru
merek hanya ditangani oleh Komisi Banding saja tidak perlu ada lembaga banding
desain industri oleh Dirjen HKI, dan sengketa pemegang desain industri melawan
110
Indonesia (Perlindungan Verietas Tanaman), op.cit, Pasal 36 ayat 2.
111
Adi Sulistiyono, op.cit, hlm.55.
112
Ibid, hlm.60.
pemegang hak desain tata letak sirkuit terpadu melawan pihak-pihak yang
2. Sengketa Perdata
Dalam Sengketa Perdata bidang HKI, lembaga yang yang bisa diakses oleh
karena adanya berbedaan penafsiran terhadap isi perjanjian, atau salah satu pihak
sepakati. Untuk jenis sengketa ini pihak yang merasa dirugikan dapat mengajukan
berdasarkan isi atau klausul perjanjian yang dibuat oleh para pihak, ketika
113
Indonesia (Desain Industri), op.cit, Pasal 28 dan 38.
114
Indonesia (Desain tata letak sirkuit terpadu), op.cit, Pasal 30 dan 32.
115
Adi Sulistiyono, op.cit, hlm.62.
kemudian hari.116 Namun, bila dalam perjanjian yang dibuat para pihak memuat
klausul arbitrase atau dibuat perjanjian arbitrase, maka lembaga peradilan tidak
Untuk jenis sengketa perdata yang timbul karena adanya pelanggaran atau
pembajakan yang dilakukan oleh orang atau badan hukum yang tidak berhak atas
3. Sengketa Pidana
melawan pelaku tindak pidana HKI, berdasarkan aturan yang berlaku, wajib
Indonesia, semua pelanggaran bidang HKI, baik itu hak cipta, merek, paten,
Sekarang ini hanya tinggal PVT yang tindak pidananya digolongkan delik
biasa, hal ini mengandung makna bahwa penyidik harus pro-aktif melakukan
kegiatan investigasi manakala ada dugaan telah terjadi tindak pidana HKI.
116
Indonesia (Arbitrase), op.cit, Pasal 1 angka 1.
117
Ibid, Pasal 3 dan 11.
118
Adi Sulistiyono, op.cit, hlm.73.
Padahal untuk jenis tindak pidana HKI wawasan atau pengetahuan sebagian besar
polisi masih rendah, sehingga seringkali penyelidikan terhadap tindak pidana HKI
baru dilakukan pada saat ada laporan dari pemegang HKI yang dirugikan.
Sedangkan merek, paten, rahasia dagang, desain produk industri, dan desain tata
pembuat undang-undang agar para pelaku jera setelah terkena sanksi hukuman,
dan bagi anggota masyarakat lain diharapkan juga akan takut bila mengatahui
adanya sanksi pidana pada pelanggaran HKI. Dalam hal proses penegakan hukum
dengan memberi ancaman sanksi pidana penjara yang lama dan atau ancaman
pidana denda dengan jumlah besar pada para pembajak. Padahal penegakan
hukum di bidang HKI tidak sesederhana dengan sekedar menaikan sanksi pidana,
tapi juga memerlukan pendekatan budaya, sosial, dan ekonomi. Tanpa menyadari
hal tersebut, pembajakan atau pelanggaran HKI sulit untuk dicarikan solusinya.
Asal mula sengketa biasanya bermula pada situasi di mana ada pihak yang
merasa dirugikan oleh pihak lain. Biasanya ini diawali oleh perasaan tidak puas,
bersifat subyektif dan tertutup. Kejadian ini dapat dialami perorangan maupun
kelompok. Jika hal ini berkelanjutan, pihak yang merasa dirugikan menyampaikan
ketidakpuasan ini kepada pihak kedua dan apabila pihak kedua dapat menanggapi
119
Ibid,
Sebaliknya jika beda pendapat terus berlanjut, maka terjadi apa yang disebut
sebagai sengketa.120
hak didengar kedua belah pihak sama-sama diperhatikan harus terpenuhi. Dengan
itu baru dapat dimulai proses dialog dan pencarian titik temu yang akan menjadi
pentingnya langkah ini, proses penyelesaian sengketa tidak dalam arti yang
diatas.
Upaya hukum yang dapat ditempuh oleh para pihak yang bersengketa dapat
120
Sri Soemantri, Prospek dan Pelaksanaan Arbitrase di Indonesia, (Bandung:PT. Citra
Aditya Bakti, 2001), hlm. 21.
121
Ibid, hlm.22.
litigasi ini dibagi menjadi dua macam yakni jalur perdata dan jalur pidana. Untuk
jalur perdata ditempuh melalui suatu proses gugatan ganti kerugian di Pengadilan
Niaga. Sedangkan untuk jalur pidana prosedurnya adalah dari pelaporan pihak
Undang HKI adalah melalui jalur peradilan. Meskipun asas peradilan yang cepat
dan murah tetap dipakai, namun dalam kenyataannya peradilan justru banyak
waktu dan biaya. Terlebih lagi, para pihak dalam sengketa terkuras konsentrasinya
dalam sengketa yang diselesaikan melalui jalur litigasi tersebut. Masyarakat yang
tidak beruntung yang dihadapkan pada proses peradilan seperti dihadapkan pada
medan terjal tanpa pengetahuan hukum yang cukup. Oleh karena itu bentuk-
perkara mengenai HKI adalah dengan menggunakan hukum acara perdata biasa
122
Sudargo Gautama, Perkembangan Arbitrase Dagang Indonesia, (Bandung: Eresco,
1989), hlm. 52.
Peradilan Tata Usaha Negara. Pembahasan dalam tulisan ini lebih mengarah pada
Hukum Acara Perdata yang menjadi pokok bahasan dalam tulisan ini berkaitan
Pengadilan Negeri. Untuk upaya hukum banding terhadap hasil putusan dari
sengkata HKI.124
123
Djamal, Hukum Acara Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Di Indonesia, (Bandung:
Pustaka Rekacipta,2009), hal. 30.
124
Eben Paulus Muaja, “Kewenangan Pengadilan Niaga Dalam Penyelesaian Sengketa
Haki Di Bidang Hak Cipta Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014”, Jurnal Ilmu Hukum
FH UNSRAT Lex Crimen, Vol. VII/No. 6 /Ags/2018, hlm.90.
125
Djamal, op.cit, 27.
Adapun cara penyelesaian sengketa HKI secara litigasi setiap bidang nya
dan/atau hak terkait dalam bentuk pembajakan, sepanjang para pihak yang
Adapun tata cara gugatan sengketa hak cipta ke Pengadilan Niaga yaitu :128
126
Ibid, 31.
127
Indonesia (Hak Cipta), op.cit, Pasal 95.
128
Ibid, Pasal 100.
ketua Pengadilan Niaga dalam waktu paling lama 2 hari terhitung sejak
Putusan atas gugatan harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum
paling lama 90 hari sejak gugatan didaftarkan. Jika dalam jangka waktu tersebut
tidak dapat dipenuhi, atas persetujuan Ketua Mahkamah Agung jangka waktu nya
dapat diperpanjang selama 30 hari. Putusan sengketa disampaikan oleh juru sita
kepada para pihak paling lama 14 hari terhitung sejak putusan diucapkan.129
Putusan Pengadilan Niaga dalam sengketa hak cipta hanya dapat diajukan
kasasi. Permohonan kasasi dapat diajukan paling lama 14 hari terhitung sejak
diberitahukan kepada para pihak. Dalam waktu paling lama 7 hari terhitung sejak
hari sidang. Putusan kasasi harus diucapkan paling lama 90 hari terhitung sejak
129
Ibid, Pasal 101.
130
Ibid, Pasal 102-104.
Niaga terhadap pihak lain yang secara tanpa hak menggunakan merek yang
tersebut.
Adapun gugatan ganti rugi sengketa merek tertera dalam pasal 90 dan 91
UU MIG :132
(90) “Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang
sama pada keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda
(91) “Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang
sama pada pokoknya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling
131
Adrian Sutedi, op.cit, hlm.55.
132
Indonesia (Merek dan Indikasi Geografis), op.cit, Pasal 90 dan 91.
dengan penggunaan merek secara tanpa hak tersebut memang sudah sewajarnya,
karena tindakan tersebut sangat merugikan pemilik merek yang sah. Bukan hanya
kerugian ekonomi secara langsung, tetapi juga dapat merusak citra merek tersebut
apabila barang atau jasa menggunakan merek secara tanpa hak tersebut
kualitasnya lebih rendah daripada barang atau jasa yang menggunakan merekk
secara sah.133
Selama masih dalam pemeriksaan dan untuk mencegah kerugian yang lebih
besar, atas permohonan pemilik merek atau penerima lisensi selaku penggugat,
dan/atau perdagangan barang atau jasa yang menggunakan merek tersebut secara
tanpa hak.134
Tata cara gugatan sengketa merek dan indikasi geografis pada Pengadilan
Niaga, yaitu:135
133
Ahmadi Miru, op.cit, hlm 93.
134
Ibid, 94.
135
Indonesia (Merek dan Indikasi Geografis), op.cit, Pasal 85.
pendaftaran gugatan.
4. Dalam jangka waktu paling lama 3 hari terhitung sejak tanggal gugatan
5. Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama 7 hari
untuk umum.
8. lsi putusan Pengadilan Niaga wajib disampaikan oleh juru sita kepada
para pihak pating lama 14 hari setelah putusan atas gugatan diucapkan.
hanya dapat diajukan kasasi. Permohonan kasasi diajukan paling lama 14 hari
kepada para pihak dengan mendaftarkan kepada panitera pada Pengadilan Niaga
yang telah memutus gugatan. Sidang pemeriksaan dan putusan permohonan kasasi
harus diselesaikan paling lama 90 hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima
Ketentuan mengenai syarat dan tata cara gugatan merek serta kasasi
syarat dan tata cara gugatan Indikasi Geografis.137 Mutatis Mutandis adalah asas
yang menyatakan bahwa pada dasarnya sesuai dengan prosedur yang terdapat
perubahan prosedur pada hal-hal yang diperlukan atau penting sesuai dengan
jika suatu paten diberikan kepada pihak lain selain dari yang berhak memperoleh
paten. Pemegang paten berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada pengadilan
Niaga terhadap setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan
perbuatan sesuai pasal 19 ayat 1 UU Paten. Dimana hanya dapat diterima jika
produk atau proses itu terbukti dibuat dengan menggunakan invensi yang telah
diberi paten.139
136
Ibid,, Pasal 87-88.
137
Ibid, Pasal 86 dan 90.
138
Indonesia (Pembentukan Produk Hukum Di Lingkungan Arsip Nasional Republik
Indonesia), Berita Negara Republik Indonesia, Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2016, No.253 tahun 2016, Pasal 1 angka 11.
139
Indonesia (Paten), op.cit, Pasal 142-143.
Tata cara gugatan sengketa paten pada Pengadilan Niaga, yaitu :140
tempat tinggal atau domisili tergugat, jika salah satu pihak bertempat
Putusan atas gugatan harus diucapkan paling lambat 180 hari sejak tanggal
gugatan didaftarkan dalam siding terbuka untuk umum. Setelah itu Pengadilan
Niaga wajib menyampaikan salinan putusan kepada para pihak yang tidak hadir
paling lambat 14 hari sejak putusan diucapkan. Pengadilan Niaga juga wajib
memutus gugatan paling lama 14 (empat belas) hari sejak tanggal diucapkan atau
140
Ibid, Pasal 144.
141
Ibid, Pasal 145.
sidang terbuka untuk umum paling lama 180 hari sejak tanggal berkas perkara
siapa pun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
Rahasia Dagang.
Di Indonesia, terdapat tujuh ragam HKI, yaitu Hak Cipta, Paten, Merek,
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Desain Industri, Varietas Tanaman, dan
Rahasia Dagang. Namun, diantara ketujuh HKI tersebut, Rahasia Dagang adalah
diselesaikan secara tertutup. Namanya juga rahasia dan di Pengadilan Niaga tidak
142
Ibid, Pasal 148-152.
143
Indonesia (Rahasia Dagang), op.cit, Pasal 11.
144
Yanni Lewis Paat, “Penyelesaian Sengketa Rahasia Dagang Menurut Hukum Positif
Indonesia”, Lex et Societatis, Vol. I/No.3/Juli/2013, hlm 42.
Jika terjadi pelanggaran rahasia dagang, pemegang hak rahasia dagang bisa
apakah ada terjadi pelanggaran rahasia dagang sesuai pasal 13-15 UU Rahasia
siapa pun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
Desain Industri.
Adapun tata cara gugatan sengketa desain industri pada Pengadilan Niaga,
yaitu :146
tempat tinggal atau domisili tergugat, jika salah satu pihak bertempat
pendaftaran gugatan.
145
Indonesia (Rahasia Dagang), op.cit, Pasal 17 ayat 2.
146
Ibid, Pasal 48.
4. Dalam jangka waktu paling lama 3 hari terhitung sejak tanggal gugatan
hari sidang.
6. Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama 7 hari
Putusan atas gugatan sengketa harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk
umum paling lama 90 hari setelah gugatan didaftarkan dan dapat diperpanjang
paling lama 30 hari atas persetujuan Ketua Mahkamah Agung. Salinan putusan
Pengadilan Niaga wajib disampaikan oleh juru sita kepada para pihak paling lama
Permohonan kasasi diajukan paling lama 14 hari setelah tanggal putusan yang
mendaftarkan kepada panitera yang telah memutus gugatan tersebut. Untuk sidang
147
Ibid,
harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum paling lama 90 hari setelah
Pemegang Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu atau penerima Lisensi
dapat menggugat siapa pun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan
DTLST.
Adapun tata cara gugatan sengketa desain tata letak sirkuit terpadu pada
tempat tinggal atau domisili tergugat, jika salah satu pihak bertempat
pendaftaran gugatan.
148
Ibid,
149
Indonesia (Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu), op.cit, Pasal 38.
150
Ibid, Pasal 40.
4. Dalam jangka waktu paling lama 3 hari terhitung sejak tanggal gugatan
hari sidang.
6. Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama 7 hari
Putusan atas gugatan sengketa harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk
umum paling lama 90 hari setelah gugatan didaftarkan dan dapat diperpanjang
paling lama 30 hari atas persetujuan Ketua Mahkamah Agung. Salinan putusan
Pengadilan Niaga wajib disampaikan oleh juru sita kepada para pihak paling lama
Permohonan kasasi diajukan paling lama 14 hari setelah tanggal putusan yang
mendaftarkan kepada panitera yang telah memutus gugatan tersebut. Untuk sidang
151
Ibid,
harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum paling lama 90 hari setelah
Jika suatu hak perlindungan varietas tanaman (PVT) diberikan kepada orang
atau badan hukum selain orang atau badan hukum yang seharusnya berhak atas
hak PVT, maka orang atau badan hukum yang berhak tersebut dapat menuntut ke
Sertifikat hak PVT. Salinan putusan atas tuntutan tersebut oleh Panitia Pengadilan
Negeri segera disampaikan kepada kantor PVT untuk selanjutnya dicatat dalam
Pemegang hak PVT atau pemegang lisensi atau pemegang Lisensi Wajib
berhak menuntut ganti rugi melalui Pengadilan Negeri kepada siapapun yang
dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
pelanggaran hak PVT hanya dapat diterima apabila terbukti varietas yang
digunakan sama dengan varietas yang telah diberi hak PVT. Putusan Pengadilan
dalam Daftar Umum PVT dan diumumkan dalam Berita Resmi PVT.155
Untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak yang haknya
dilanggar, maka Hakim dapat memerintahkan pelanggar hak PVT tersebut, selama
152
Ibid,
153
Suyud Margono, Amir Angkasa, op.cit, hlm.155.
154
Indonesia (Perlindungan Varietas Tanaman), op.cit, Pasal 66 ayat 2 dan 3.
155
Ibid, Pasal 67.
Pengadilan sudah mempunyai kekuatan hukum tetap dan setelah orang atau badan
hukum yang dituntut, membayar ganti rugi kepada pemilik barang yang beritikad
baik.156
Penyelesaian sengketa secara nonlitigasi meliputi bidang yang sangat luas bahkan
dan tetap menjaga hubungan baik. Satu-satunya kelebihan proses nonlitigasi ini
156
Ibid, Pasal 68.
157
I Wayan Wiryawan dan I Ketut Artadi, Penyelesaian sengketa di Luar Pengadilan,
(Denpasar:Udayana University Press,2010), hlm.3.
yang cukup besar, serta keraguan masyarakat terhadap kemampuan hakim dalam
complicated) atau dapat juga karena banyaknya serta luasnya stake holders yang
harus terlibat. Oleh sebab itulah para praktisi hokum dan para akademisi
beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di
158
Rachmadi Usman, op.cit, hlm 2-3.
159
Ibid, hlm 4.
penilaian ahli.160
yang baru dalam nilai-nilai budaya bangsa, karena jiwa dan sifat masyarakat
perdamaian yang secara umum berperan sebagai mediator dan konsiliator dalam
sebab itu masuknya konsep ADR di Indonesia tentu saja dapat dengan mudah
Mahkamah Agung.
Penyelesaian sengketa melalui non litigasi jauh lebih efektif dan efisien
sengketa di luar pengadilan, yang dikenal dengan ADR dalam berbagai bentuk,
seperti :
a. Arbitrase
perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
maupun yang sedang mengalami perselisihan yang tidak dapat diselesaikan secara
negosiasi atau konsultasi maupun melalui pihak ketiga serta untuk menghindari
Terdapat dua aliran ADR, yang pertama adalah pendapat bahwa arbitrase
terpisah dari alternatif penyelesaian sengketa dan aliran yang kedua berpendapat
dalam UU Arbitrase menganut aliran kombinasi dari kedua aliran tersebut diatas
163
Indonesia (Arbitrase), op.cit, Pasal 1 angka 1.
binding
tertentu proses peradilan dapat lebih cepat dari pada proses arbitrase. Karena satu-
164
Sudargo Gautama, Prospek dan Pelaksanaan Arbitrase di Indonesia : Penyelesaian
Sengketa Secara Alternatif (ADR). (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,2001). hlm. 122.
165
Indonesia (Arbitrase), op.cit, Penjelasan bagian umum.
b. Mediasi
perundingan yang melibatkan pihak ketiga yang bersikap netral (non intervensi)
titik temu penyeesaian masalah atau sengketa yang dihadapi para pihak yang
pihak yang bersengketa. Mediasi sifatnya tidak formal, sukarea, melihat ke depan,
166
Ibid,
167
Indonesia (Prosedur Mediasi), Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016
tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, Pasal 1 angka 1.
168
Rachmasi Usman, op.cit, hlm.99.
Pengaturan mediasi dapat ditemukan dalam ketentuan Pasal 6 ayat (3), (4),
dan (5) UU Arbitrase bahwa terhadap sengketa yang tidak dapat diselesaikan
seorang atau lebih penasehat ahli maupun melalui seorang mediator. Mediasi pada
dasarnya adalah negosiasi yang melibatkan pihak ketiga yang memiliki keahlian
mengenai prosedur mediasi yang efektif, sehingga dapat membantu dalam situasi
dalam proses tawar menawar. Mediasi juga dapat diartikan sebagai upaya
yang bersikap netral dan tidak membuat keputusan atau kesimpulan bagi para
pihak tetapi menunjang sebagai fasilitator untuk terlaksananya dialog antar pihak
mufakat.169
c. Konsultasi
pihak tertentu yang disebut dengan klien dengan satu pihak lain yang merupakan
pendapat yang telah diberikan ataupun memilih untuk tidak menggunakan adalah
bebas, karena tidak terdapat rumusan yang menyatakan sifat “keterikatan” atau
169
Indonesia (Arbitrase), op.cit, Pasal 6 ayat 3-5.
170
Sri Hajati, Sri Winarsi, dkk. Buku Ajar Politik Hukum Pertanahan. (Surabaya :
Airlangga University Press,2018) Hal. 429.
sengketa akan diambil sendiri oleh para ihak yang bersengketa, meskipun
bersengketa tersebut.
d. Negosiasi
namun dapat dilihat dalam Pasal 6 ayat (2) UU Arbitrase bahwa pada dasarnya
para pihak dapat dan berhak untuk menyelesaikan sendiri sengketa yang timbul
negosiasi. Selain dari ketentuan tersebut tidak diatur lebih lanjut mengenai
“negosiasi” sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa oleh para pihak.171
Menurut Ficher dan Ury, negosiasi merupakan komunikasi dua arah yang
dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki
berbagai kepentingan yang sama maupun yang berbeda172. Hal ini selaras dengan
apa yang diungkapkan oleh Susanti Adi Nugroho bahwa, negosiasi ialah proses
171
Indonesia (Arbitrase), op.cit, Pasal 6 ayat 2.
172
Nurnaningsih Amriani, op.cit, hlm. 23.
penyelesaian atau jalan keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi oleh
e. Konsiliasi
penyelesaian sengketa dapat ditemukan dalam ketentuan Pasal 1 angka (10) dan
menjadi konsiliator. Dalam hal ini konsiliator menjalankan fungsi yang lebih aktif
para pihak. Jika para pihak dapat menyetujui, solusi yang dibuat konsiliator akan
menjadi resolution.175
dengan mediasi, hanya saja peran konsiliator lebih aktif dibandingkan mediator
yaitu :176
kooperatif.
173
Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, (Jakarta : Prenada
Media, 2009), hlm. 21.
174
Indonesia (Arbitrase), op.cit, Pasal 1 angka 10.
175
Nurnaningsih Armani, op.cit, hlm. 34.
176
Bambang Sutiyoso, Penyelesaian Sengketa Bisnis: Solusi dan Antisipasi bagi Peminat
Bisnis dalam menghadapi Sengketa kini dan mendatang, (Yogyakarta: Citra Media Hukum,2006),
hlm. 92.
2. Konsiliator adalah pihak ketiga yang netral yang terlibat dan diterima
mencapai penyelesaian.
perundingan berlangsung.
sengketa.
f. Penilaian Ahli
Berarti Penilaian ahli merupakan salah satu alternatif penyelesian sengketa oleh
para pihak dengan meminta pendapat atau penilaian ahli terhadap perselisihan
177
Indonesia (Arbitrase), op.cit, Pasal 1 angka 10.
melalui mediasi. Hasil akhir dari rangkaian proses penyelesaian sengketa di luar
tertentu dalam bidang HKI, yaitu hak cipta, merek dan indikasi geografis, paten,
rahasia dagang, varietas tanaman, desain industri dan desain tata letak sirkuit
Hak Terkait secara tidak sah dan pendistribusian barang hasil penggandaan
dan kelebihan, para pihak yang bersengketa bisa menentukan lembaga mana yang
penyelesaian sengketa HKI di Indonesia, baik secara litigasi maupun non litigasi,
178
Ibid, Pasal 6 ayat 7.
BAB III
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual, serta Direktorat Merek dan Indikasi Geografis. Dalam gugatannya itu
Ruben mengklaim sebagai pemilik hak dan pendaftar pertama merek "Bensu"
yang digunakan dalam usaha bisnis kulinernya. Merek Bensunya ini telah
dimohonkan Ruben sejak tanggal 3 September 2015 dan terdaftar pada tanggal 7
2025, dimana nama Bensu, menurut Ruben, diambil dari singkatan namanya,
menggunakan merek Bensu untuk usaha kulinernya yakni "I Am Geprek Bensu
usaha "I Am Geprek Bensu " pada 3 Mei 2017. Usaha kuliner ini didirikan oleh
nama Bensu diberikan berdasarkan nama ayah Yangchen yang bernama Benny
berdasarkan Akta Perseroan Terbatas PT Ayam Geprek Benny Sujono Nomor 130
terhadap Benny Sujono yang dinilai telah memberikan saran dan masukan
tersebut bernama "I Am Geprek Bensu Sedep" pada tanggal 17 April 2017 di
Lalu Adik Ruben Onsu yaitu Jordi Onsu, menawarkan diri mau bergabung
disetujui karena Jordi merupakan teman dari Yangcent dan Stefani Livinus.
Geprek Bensu.
yaitu Ruben Onsu, untuk bergabung ke perusahaan sebagai duta promosi pada
Mei 2017. Alasannya, Ruben telah dikenal masyarakat sebagai seorang artis dan
punya banyak penggemar. Foto dan nama Ruben kemudian dipasang di sejumlah
cabang atau outlet usaha kuliner merek "I Am Geprek Bensu". Ruben dan Jordi
tersebut.
Sejak tanggal 9 Mei 2017 sampai 14 Agustus 2017, Ruben Onsu diketahui
bukti, setidaknya Ruben sudah menerima sekitar Rp 663 juta. Oleh karena itu,
sudah jelas Ruben Onsu selama ini hanya berkedudukan sebagai duta promosi,
Pada Juli 2017, Jordi menarik kembali karyawannya yang telah bisa
memasak dan mengetahui resep usaha kuliner "I Am Geprek Bensu". Kemudian,
pada Agustus 2017, Ruben Onsu membuka usaha kuliner bernama "Geprek
Bensu" yang memiliki kesamaan jenis makanan, logo, dekorasi ruangan, susunan
kata, dan susunan gambar dengan usaha kuliner "I Am Geprek Bensu". Ruben dan
Pada Mei 2018, Ruben memohon penetapan nama merek Bensu sebagai
tidak menggunakan merek Bensu pada usaha kuliner "I Am Geprek Bensu".
Bahkan, Ruben meminta uang ganti rugi senilai Rp 100 miliar dari PT Ayam
Benny Sujono adalah pemilik dan pemakai pertama yang sah atas merek "I Am
Geprek Bensu".
Lalu Hakim juga meminta Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,
1.911.000.
Mahkamah Agung atas putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Pengajuan kasasi
menolak kasasi Ruben pada 20 Mei 2020. Oleh karena itu, putusan tersebut telah
terjadi antara PT Ayam Geprek Benny Sujono dan Ruben Onsu adalah, sebagai
berikut :
2025. Sesuai dengan pasal 1 angka 5 UU MIG dimana hak atas merek
diberikan oleh negara kepada pernilik Merek yang terdaftar,179 lalu juga
ditolak jika ada kesamaan sebagian atau keseluruhan dengan pihak lain
179
Indonesia (Merek dan Indikasi Geografis), op.cit. Pasal 1 angka 5.
180
Ibid, Pasal 21 ayat 1(a).
orange dengan api yang sama berwarna merah, lalu lihat bentuk
logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua)
dimensi dan/ atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari
181
Nur Tiffany Ariana, https://kuyou.id/homepage/read/9745/viral-kasus-merek-geprek-
bensu-dan-i-am-geprek-bensu-sebenarnya-mana-yang-asli-simak-disini-gaes, diakses pada 5
Oktober 2020, pada pukul 19.45 WIB.
2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/ atau
jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan
unsur-unsur logo diatas tentu ada salah satu logo yang seharusnya
adanya unsur yang dominan antara merek yang satu dengan merek yang
182
Ibid, Pasal 2 ayat 3.
183
Ibid, Pasal 21 ayat 1, bagian penjelasan.
meniru Merek yang sudah dikenal tersebut. Bahwa sejak dari tanggal 09
telah memberi kompensasi kepada Ruben Onsu dan telah disertai bukti
Usaha dagang milik dari PT Ayam Geprek Benny Sujono, jadi bukan
memiliki niat untuk meniru menjiplak atau mengikuti merek pihak lain
memiliki niat untuk meniru, menjiplak atau mengikuti merek pihak lain
184
Ibid, Pasal 21 ayat 3, bagian penjelasan.
baik.
Khususnya pelaku usaha yang baru merintis usahanya. Kasus Geprek Bensu
merupakan salah satu contoh kasus dari beberapa ratusan sengketa merek yang
sering terjadi didalam dunia usaha. Upaya perlindungan terhadap sebuah merek,
baik itu merek dagang maupun jasa wajib hukumnya untuk didaftarkan didalam
Prinsip perlindungan menjadi sangat penting bagi sebuah produk baik dibidang
jasa maupun barang, mengingat merek merupakan sebuah pembeda bagi produk
plagiarisme merek dagang olahan makanan ayam geprek. Merek dagang tersebut
dimiliki oleh salah satu selebritas kenamaan Indonesia, Ruben Onsu. Tidak
disangka, pasca viralnya ayam “Geprek Bensu”, ada pihak lain yang mengklaim
bahwa merek dagang tersebut sudah didaftarkan sebagai merek dagang oleh
pihaknya, jauh sebelum Bensu memiliki usaha sejenis, yaitu tentu saja oleh PT.
Memang pelaku usaha sudah menyadari akan pentingnya ide atau konsep
merek (branding) sebuah usaha atau produk yang mereka jajakan agar bisa
Setidaknya inilah pelajaran yang bisa dipetik dari kasus sengketa merek
umum kalau ditanya apa Bensu, maka mayoritas akan merujuk sosok pelaku dunia
hiburan bernama Ruben Samuel Onsu alias Ruben Onsu. Apalagi sang sosok
Dilihat dari data yang ada, perbandingan outletnya tipis antara Geprek
Bensu dan I Am Geprek Bensu, 120: 111. Artinya, skala produksinya tidak terlalu
jauh. Kedua merek ini bisa dikatakan sebagai merek terkenal di Indonesia, dengan
fakta juga dimana merek Geprek Bensu pemiliknya adalah Ruben Onsu yang
merupakan artis terkenal, dan dia juga pernah menjadi brand ambassador merek I
pasal 3 menyebutkan bahwa Hak atas Merek diperoleh setelah Merek tersebut
Berkaca dari kasus rebutan merek "Bensu" hakim tidak melihat kata
"Bensu" ini sebagai singkatan dari nama orang terkenal. Dari persidangan terkuak
berdasarkan first to file tersebut nama "Bensu" pertama kali terdaftar milik PT.
Ayam Geprek Benny Sudjono dengan merek I Am Geprek Bensu pada tanggal 3
Mei 2017, lalu baru Ruben Samuel Onsu mendaftar dengan merek sama pada 7
Juni 2018.
Dalam gugatannya Ruben Onsu juga turut menggugat Dirjen HKI sebagai
tergugat II nya, ini terjadi karena menurut tim Ruben Onsu, Dirjen HKI tidak
Sudjono. Menurutnya jelas sekali bahwa Dirjen HKI tidak melaksanakan Asas-
keputusan harus dipersiapkan dan diambil dengan cermat, meneliti semua fakta
perlu digugat dalam perkara sengketa merek karena ketika terjadi pendaftaran
Karena hal itu sangat bertentangan dengan ketentuan Pasal 91 ayat (1) UU MIG
185
Indonesia (Merek dan Indikasi Georafis), op.cit, Pasal 3.
Jenis sengketa Merek yang dilakukan oleh Ruben Onsu ini termasuk dengan
jenis sengketa dengan pelanggaran Peniruan Label atau kemasan suatu produk,
disini Ruben Onsu lebih tepat di sebut sebagai pelaku usaha yang berlaku curang
masyarakat. Bisa kita lihat dari logo, nama merek, dan produk yang di jual itu
serupa dengan I Am Geprek Bensu milik PT. Ayam Geprek Benny Sudjono.
Mahkamah Agung (MA) yang terdaftar dengan nomor register 575 K/Pdt.Sus-
Jakarta Pusat dalam sengketa ini tidak bertentangan dengan hukum atau UU MIG.
Oleh karena itu, putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah berkekuatan
hukum tetap.
Menarik juga dilihat bahwa Ruben Onsu yang menggugat PT. Ayam Geprek
Benny Sudjono terlebih dahulu, dan PT. Ayam Geprek Benny Sudjono disebut
sebagai tergugat. Itu dilakukan Ruben Onsu karena semua permohonan mereknya
telah di akui oleh Dirjen HKI dengan penerbitan sertifikat. Namun Sertifikat yang
186
Ibid, Pasal 91 ayat 1.
187
Ibid, Pasal 78 ayat 3.
di ajukan PT Ayam Geprek Benny Sudjono untuk nama yang sama juga
dikabulkan oleh Dirjen HKI, sertifikatnya keluar di hari yang sama dengan Ruben
Onsu. Karena itulah Ruben Onsu mengajukan gugatan pembatalan merek pada
Agustus 2019.
Pihak PT. Ayam Geprek Benny Sudjono mengklaim memiliki hak atas
nama merek “Bensu”, karena lebih dulu mendaftarkan permohonannya pada Mei
2017. Sedangkan pihak Ruben Onsu pada Agustus di tahun yang sama. Dan
Ruben Onsu mengetahuinya karena dia pernah jadi Brand Ambassador di usaha I
Am Geprek Bensu, serta honornya telah dibayarkan oleh pihak PT. Ayam Geprek
prinsip pendaftar pertama dalam permohonan merek, dan PT Ayam Geprek Benny
Sudjono bisa membuktikan dengan baik bahwa pihaknya memang benar pemohon
pertama atas mereknya I Am Geprek Bensu. Maka sudah jelas bahwa hak atas
dengan baik sebagai usaha makanan dengan konsep ayam geprek. Ruben Onsu
seperti ini lebih mudah di temukan solusinya agar kedua belah pihak ketemu titik
Namun apa daya, Ruben Onsu telah menggugat terlebih dahulu PT Ayam
geprek Benny Sudjono, dan sengketa merek terkenal dan viral di media. Dan
buruk kepada Ruben Onsu, kerena mengetahui latar belakang sebenarnya siapa
pemilik sah atas nama “Bensu”. Pada akhirnya Kompromi ataupun Negosiasi
dengan pihak PT Ayam Geprek Benny sudjono adalah juga jalannya agar Ruben
Onsu tetap bisa menggunakan mereknya, dan usahanya tetap berjalan seperti
biasa.
sangat penting sekali. Prinsip first to file dalam UU MIG, menjadi dasar
penentuan siapa yang dapat menjadi pemilik sah hak atas merek tersebut.
Sengketa Merek antara Ruben Onsu dan PT Ayam Geprek Benny Sudjono sudah
wajar terjadi karena kedua belah pihak sama-sama ingin mendapatkan HKI atas
sengketa HKI yang terjadi, apakah di pengadilan atau di luar pengadilan, intinya
pilihlah sesuai kebutuhan agar sengketa selesai sesuai keinginan kedua belah
Dari beberapa merek yang didaftarkan oleh Ruben Onsu, bahwa semuanya
diterima atau ditolak bukan konsultan tetapi negara. Oleh karena itu keputusan
Hakim pengadilan dalam sengketa ini sudah memenuhi unsur keadilan menurut
UU MIG. Kejadian ini tentunya sangat mengedukasi orang banyak, bahwa ide
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. HKI milik suatu warga negara telah menjadi bagian penting pembangunan
ekonomi suatu negara, karena telah tekait dengan kelangsungan hidup sebuah
perkembangannya sengketa HKI terjadi si setiap bidang HKI yaitu, hak cipta,
tanaman, desain industri, dan desain tata letak sirkuit terpadu. Sengketa HaKI
penyelesaian sendiri berdasarkan aturan hukum dalam HKI. Secara garis besar
ada 2 bentuk penyesaian sengketa HKI, yaitu secara litigasi dan non litigasi.
Para pihak yang bersengketa bisa memilih lembaga mana yang di ambil untuk
bertentangan dengan hukum dan UU MIG. Dengan ini berarti Ruben Onsu
tidak bisa menggunakan merek “Geprek Bensu” nya lagi sesuai hasil putusan
B. Saran
yang efektif oleh pihak pemerintah agar pelaksanaan aturan hukum setiap
bidang HKI dapat berjalan dengan baik dan tentunya diharapkan pemerintah
bentuk pelanggaran HKI yang terjadi guna dapat diproses secara hukum. Agar
sengketa seperti Geprek Bensu dan I Am Geprek Bensu tidak terjadi lagi.
seharusnya lebih baik melalui jalur non litigasi atau melalui lembaga mediasi
karena lebih mudah menemukan persamaan pendapat kedua belah pihak untuk
menemukan perdamaian serta tentunya lebih cepat dan biaya murah. Tetapi
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Chomzah, Ali Achmad, Seri Hukum Pertanahan III Penyelesaian Sengketa Hak
Atas Tanah dan Seri Hukum Pertanahan IV Pengadaan Tanah Instansi
Pemerintah, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2003.
Johan, Bahder. Metode Penelitian Ilmu Hukum, Semarang: Mandar Maju, 2004.
Munandar, Haris dan Sally Sitanggang, Mengenal Hak Kekayaan Intelektual, Hak
Cipta, Paten,Merek, dan Seluk-Beluknya, Jakarta, Erlangga,2008.
Ngani, Nico. Metodologi Penelitian Dan Penulisan Hukum, Cet. ke-1, Jakarta:
Pustaka Yustisia, 2012.
Riswandi. Budi Agus dan M Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya
Hukum, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005.
Simatupang, Richard Burton, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Jakarta: Rineka Cipta,
2003.
Utomo, Tomi Suryo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Globalisasi, Sebuah
Kajian Kontemporer, Yogyakarta:Graha Ilmu,2010.
B. Perundang-undangan
Dwi Afni Maileni, “Aspek Hukum Perlindungan Varietas Tanaman Ditinjau Dari
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas
Tanaman”, Jurnal Ilmu Hukum UNRIKA.
Sanusi Bintang, “Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Sebagai Hak Kekayaan
Intelektual Dalam Hukum Indonesia”, Kanun Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 20,
No. 1, (April, 2018).
D. Website