Anda di halaman 1dari 96

ASPEK HUKUM PENOLAKAN PERDAMAIAN OLEH KREDITOR

KONKUREN DALAM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN


UTANG SEBAGAI UPAYA MEMPEROLEH PEMBAYARAN
TERHADAP HAK TAGIHNYA

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum


Universitas Sumatera Utara

SKRIPSI

OLEH :
SALMAN ALFARIS
NIM: 160200570

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Nama : Salman Alfaris

Nim : 160200570

Departemen : Hukum Ekonomi

Judul Skripsi :

“ASPEK HUKUM PENOLAKAN PERDAMAIAN OLEH KREDITOR

KONKUREN DALAM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN

UTANG SEBAGAI UPAYA MEMPEROLEH PEMBAYARAN

TERHADAP HAK TAGIHNYA”

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar hasil dari penelitian saya sendiri

dan tidak menjiplak ataupun mengambil hasil karya dari orang lain ataupun dibuat

oleh oranglain.

Apabila ternyata terbukti bahwa saya melakukan kecurangan ataupun

pelanggaran sebagaimana yang tidak sesuai tersebut di atas, maka saya bersedia

untuk mempertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Medan, Desember 2020

SALMAN ALFARIS

NIM: 160200570

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karuniaNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan Salam juga senantiasa Penulis sampaikan kepada Nabi Besar

Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia menuju jalan

keselamatan dan keberkahan. Skripsi yang diberi judul “ASPEK HUKUM

PENOLAKAN PERDAMAIAN OLEH KREDITOR KONKUREN DALAM

PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG SEBAGAI UPAYA

MEMPEROLEH PEMBAYARAN TERHADAP HAK TAGIHNYA” disusun

untuk memenuhi tugas dan memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum

(SH) di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada kedua orangtua saya, Bapak Kholis Alfan dan Ibu Yetty Hamzah Batu-

Bara yang sudah mendoakan serta memberikan cinta, kesabaran, perhatian,

dukungan, bantuan dan pengorbanan yang tak ternilai sehingga saya dapat

melanjutkan dan menyelesaikan studi dengan baik.

Dalam proses penyusunan skripsi ini saya juga mendapat banyak

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai penghargaan

dan terima kasih terhadap semua dukungan dan bantuan yang telah diberikan,

saya menyampaikan terima kasih kepada:

i
Universitas Sumatera Utara
1. Bapak Dr. Murianto Amin, S.Sos,M.Si, selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Budiman, Ginting S.H.,M.Hum, selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Prof. Dr. OK Saidin, S.H.,M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Ibu Puspa Melati, S.H.,M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H.,M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H.,M.H, selaku Ketua Departemen

Hukum Ekonomi Universitas Sumatera Utara;

7. Ibu Prof.Dr. Sunarmi, S.H.M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I. Terima

kasih banyak atas saran, arahan, dan masukan yang membangun dalam

setiap bimbingan, serta waktu yang Ibu berikan sehingga saya

menyelesaikan skripsi ini;

8. Ibu Dr. Detania Sukarja, S.H.,LLM, selaku Dosen Pembimbing II. Terima

kasih atas bimbingan, saran, nasihat, dan ilmu yang ibu berikan selama ini

disetiap bimbingan dengan penuh kesabaran hingga skripsi ini selesai;

9. Seluruh Dosen-Dosen di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

yang telah mengajar dan memberikan ilmu yang terbaik, serta

membimbing penulis selama menjalani studi di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara;

ii
Universitas Sumatera Utara
10. Seluruh Staf Pegawai dan Tata Usaha di Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara yang telah membantu dalam urusan administrasi;

11. Kepada keluarga yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan

selama ini, berkat doa dan dukungan selama ini menjadi semangat dan

kekuatan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih semuanya;

12. Terima kasih teman-teman BTM Aladdinsyah,S.H. Senang bisa menjadi

bagian dari organisasi ini;

13. Terima kasih kepada sahabat seperjuangan klinis Brian, Dodi, Sheryn,

Hendrik, Ketrin, Irun, Afifah, Shinta, Andrew;

14. Terima kasih sahabat-sahabat kampus, Bambang, Irsad, Haikal, Maruli,

Andre, Hendrik, Brian, Dodi, Sheryn, Ketrin, Bibi, Harry, Utin, Melani,

Riza, dll. Terima kasih dukungannya selama ini;

15. Terima kasih buat sahabat LKTI , Bambang, Haikal, Sheryn;

16. Terima kasih dukungan sahabat-sahabat ku selama ini, Hadi, Romi, Azis

Anugerah, Fahrun, Mei, Tia, Farabi, Nadra, dll;

Medan, Desember 2020

SALMAN ALFARIS

NIM : 160200570

iii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv

ABSTRAK........................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5

C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 6

D. Manfaat Penulisan ............................................................................ 6

E. Keaslian Penulisan ............................................................................ 7

F. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 8

G. Metode Penulisan ........................................................................... 14

H. Sistematika Penulisan..................................................................... 17

BAB II KEDUDUKAN KREDITOR KONKUREN DALAM

KEPAILITAN DAN PKPU ................................................................. 19

A. Tinjauan terhadap Pengaturan PKPU ............................................. 19

1. Alasan Pengajuan PKPU ............................................................ 19

2. Asas-Asas dalam PKPU ............................................................. 21

iv
Universitas Sumatera Utara
3. Jenis-Jenis PKPU........................................................................ 25

4. Prosedur dan Syarat-Syarat Pengajuan PKPU ........................... 27

5. Pihak-Pihak yang dapat Mengajukan PKPU .............................. 30

6. Akibat Hukum PKPU ................................................................. 32

B. Tindakan terhadap Kreditor dalam PKPU ...................................... 36

1. Jenis-Jenis Kreditor dalam Kepailitan dan PKPU ..................... 36

2. Hak Kreditor Konkuren dalam Kepailitan dan PKPU ............... 38

3. Kedudukan Kreditor Konkuren dalam PKPU ............................ 39

BAB III PROSES PENGAJUAN UPAYA PERDAMAIAN DALAM

PKPU ..................................................................................................... 43

A. Prosedur Perdamaian dalam PKPU ................................................. 43

B. Syarat-syarat Diterimanya Perdamaian dalam PKPU .................... 47

C. Kedudukan Kreditor dalam Perdamaian ........................................ 49

D. Akibat Hukum Perdamaian dalam PKPU ...................................... 53

BAB IV ASPEK HUKUM PENOLAKAN PERDAMAIAN OLEH

KREDITOR KONKUREN DALAM PENUNDAAN KEWAJIBAN

PEMBAYARAN UTANG SEBAGAI UPAYA MEMPEROLEH

PEMBAYARAN TERHADAP HAK TAGIHNYA .......................... 58

A. Pertimbangan Hukum dalam Penolakan Upaya Perdamaian oleh

Kreditor dalam Putusan Nomor : 21/Pdt.Sus-Pkpu/2020/Pn Niaga

Sby................................................................................................. 58

v
Universitas Sumatera Utara
B. Pertimbangan Hukum dalam Penolakan Upaya Perdamaian oleh

Kreditor dalam Putusan Nomor:15/Pdt.Sus-

Pkpu/2020/Pn.Niaga.Sby .............................................................. 60

C. Analisis Akibat Hukum Penolakan Perdamaian oleh Kreditor

Konkuren dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang sebagai

Upaya Memperoleh Pembayaran Terhadap Hak Tagihnya ............ 62

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 80

A.Kesimpulan...................................................................................... 80

B.Saran ................................................................................................ 82

DAFTAR PUSTAKA

vi
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

SALMAN ALFARIS1
SUNARMI2
DETANIA SUKARJA3

Kepailitan menjadi salah satu jalan yang ditempuh oleh debitor dalam
menyelesaikan persoalan utang piutang saat debitor tidak mampu atau
memperkirakan tidak mampu membayar utang kepada para kreditornya yang
sudah jatuh tempo dan dapat ditagih. PKPU menjadi suatu upaya hukum yang
dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada debitur untuk
melakukan restrukturisasi utang-utangnya, meliputi pembayaran seluruh atau
sebagian utangnya kepada kreditor.
Adapun permasalahan yang dibahas dalam penulisan ini adalah bagaimana
kedudukan kreditor konkuren dalam pengajuan PKPU, bagaimana proses
pengajuan upaya perdamaian dalam PKPU, dan mengapa kreditor konkuren
menolak upaya perdamaian dalam PKPU. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif yang
menggunakan bahan pustaka atau data sekunder. Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui penelusuran dokumen-dokumen dan buku ilmiah untuk
mendapatkan landasan teoritis berupa bahan hukum positif yang sesuai dengan
objek yang diteliti.
Penulisan ini juga akan menganalisis dua putusan terkait hak tagih kreditor
konkuren setelah penolakan perdamaian dalam Putusan Nomor: 21/Pdt.Sus-
Pkpu/2020/PNiagaSby dan Putusan Nomor: 15/Pdt.Sus-Pkpu/2020/ Pn.Niaga.
Sby. Hakim pada dua putusan tersebut memiliki pertimbangan hukum yang
sama dengan menerapkan Pasal 281 UU PKPU dan ketentuan SKMA 109/2020
halaman 78 tentang perhitungan suara. Putusan menyatakan para kreditor
sepakat menolak untuk dilanjutkannya perdamaian dan debitor pailit dengan
segala akibat hukumnya. Berdasarkan dua putusan tersebut, pemenuhan hak
tagih kreditor konkuren didapatkan secara proporsional berdasarkan asas pari
passu.

Kata Kunci : Kepailitan, Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang,


Kreditor Konkuren

1
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
2
Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar Di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
3
Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar Di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

vii
Universitas Sumatera Utara
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan bisnis menimbulkan hubungan hukum antara kreditor dan

debitor, khususnya dalam transaksi utang-piutang. Hubungan hukum ini timbul

karena adanya kebutuhan akan suatu pendanaan yang tidak dapat terpenuhi secara

internal oleh perusahaan. Hal ini mengakibatkan perusahaan harus meminjam

dana kepada perusahaan lain yang memiliki kondisi keuangan yang baik. Pada

dasarnya hubungan hukum tersebut adalah wajar dan sering terjadi dalam dunia

bisnis.4

Hubungan hukum yang terjadi dalam suatu kegiatan bisnis tidak

menimbulkan masalah apabila para pihak memenuhi kewajiban yang harus

dibayarkan. Namun terkadang adanya krisis moneter atau karena suatu keadaan

tertentu, akhirnya menyebabkan pihak yang mempunyai utang berdalih tidak

dapat memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya atau bahkan sama sekali

tidak mampu membayar utangnya.5

Akibat ketidakmampuan debitor dalam memenuhi kewajiban atau cidera

janji, sebagaimana yang telah diperjanjikan dalam hubungan hukum tersebut,

muncul suatu tuntutan akan suatu kewajiban terhadap pihak yang telah melakukan

4
Emmy Yuhassarie, dkk, Hasil Evaluasi Putusan Dibidang Kepailitan, (Jakarta : Pusat
Pengkajian Hukum, 2003), hlm.5.
5
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


2

cidera janji. Salah satu bentuknya berupa pengajuan gugatan kepailitan oleh pihak

yang mempunyai piutang, yaitu kreditor kepada pihak yang mempunyai utang,

yaitu debitor.6 Kepailitan menjadi jalan yang ditempuh untuk menyelesaikan

persoalan utang piutang yang menghimpit debitor, saat debitor tidak mampu

menyanggupi untuk membayar utang-utangnya kepada para kreditornya.7

Apabila keadaan ketidakmampuan untuk membayar kewajiban yang telah

jatuh tempo tersebut disadari oleh debitor, maka langkah untuk mengajukan

permohonan penetapan status pailit terhadap dirinya menjadi suatu langkah yang

memungkinkan. Penetapan status pailit oleh pengadilan terhadap debitor tersebut

dilakukan apabila kemudian ditemukan bukti bahwa debitor memang telah tidak

mampu lagi membayar utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.8

Untuk menghindari terjadinya penetapan kepailitan oleh pengadilan

dengan keputusan hakim yang tetap, terdapat suatu upaya hukum yang dapat

ditempuh, yaitu pengajuan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (untuk

selanjutnya disebut dengan PKPU).9

PKPU dijadikan sebagai suatu alternatif bagi perusahaan yang tidak

sanggup memenuhi utang-utangnya. Dengan PKPU, perusahaan sebagai debitor

yang terlilit utang diberikan kesempatan untuk melakukan pelunasan utang-

utangnya tanpa harus melikuidasi aset perusahaan. Pemberian waktu kepada

debitor untuk menunda pelaksanaan pembayaran utang, akan membuka harapan

6
Ibid.
7
Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan, Prinsip, Norma dan Praktik di Peradilan, (Jakarta :
Kencana, 2015), hlm.2.
8
Ibid.
9
Kheriah, “Indepedensi Pengurus Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)
Dalam Hukum Kepailitan”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 3 No. 3, hlm. 239.

Universitas Sumatera Utara


3

bagi debitor untuk dapat melunasi utang-utangnya.10 PKPU juga memberikan

penawaran rencana perdamaian dalam penyelesaian utang-utang oleh debitur

kepada kreditor, dengan memberikan kesempatan kepada debitur untuk

melakukan restrukturisasi utang-utangnya, meliputi pembayaran seluruh atau

sebagian utangnya kepada kreditor.11

Adapun menurut ketentuan Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (untuk selanjutnya

disebut UU PKPU) dapat diketahui bahwa pengajuan PKPU dapat dilakukan baik

oleh kreditor maupun debitor. Hal tersebut dapat diketahui dari bunyi ketentuan

Pasal 222 ayat (1) dan ayat (3) yaitu:12

(1) Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang diajukan oleh debitor yang

mempunyai lebih dari 1 (satu) kreditor atau oleh kreditor;

(3) Kreditor yang memperkirakan bahwa debitor tidak dapat melanjutkan

membayar utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat

memohon agar kepada debitor diberi penundaan kewajiban pembayaran

utang, untuk memungkinkan debitor mengajukan rencana perdamaian yang

meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada

kreditornya.

Hubungan yang erat antara debitor dan para kreditor sangat terlihat jelas dalam

proses PKPU. Hal ini karena dalam proses perdamaian sangat membutuhkan

10
Robitan Sulaiman, Joko Prabowo, Lebih Jauh Tentang Kepailitan Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1998, (Jakarta: Pusat Studi Hukum Bisnis Fakultas Hukum Pelita
Harapan,2000),hlm.23.
11
Ibid, hlm. 240.
12
Indonesia (Kepailitan dan PKPU), Undang-Undang Tentang Kepailitan dan
Penundaan Pembayaran Utang, UU No. 37 tahun 2004, LN Nomor 131 , TLN Nomor 4443, Pasal
222, Ayat 1 dan Ayat 3.

Universitas Sumatera Utara


4

kesepakatan di antara para kreditor atas proposal perdamaian yang diajukan oleh

debitor.13

Dalam perkembangan PKPU, terdapat beberapa permasalahan yang menarik

untuk dibahas lebih lanjut. Salah satu permasalahan yang patut ditinjau adalah

masalah kedudukan dan hak tagih di antara para kreditor. Permasalahan ini

khususnya menyoroti terkait kedudukan dan hak tagih dari kreditor konkuren

dalam proses PKPU.14

Lebih lanjut, PKPU bertujuan untuk mewujudkan perdamaian antara debitor

dengan para kreditornya dan menghindarkan debitor yang telah atau akan

mengalami insolvensi (tidak memiliki cukup dana untuk melunasi utang) dari

pernyataan pailit. Akan tetapi apabila kesepakatan perdamaian dalam PKPU tidak

tercapai, maka debitor pada hari berikutnya dinyatakan pailit oleh pengadilan

niaga.15

Kedudukan kreditor itu sendiri merupakan salah satu tolak ukur dalam

mendapatkan hak tagihnya atas utang-utang debitor, termasuk dalam pengambilan

suara (voting) dalam persetujuan perdamaian. Dengan kata lain, terdapat

hubungan antara kedudukan kreditor dengan pengambilan keputusan dalam

perdamaian antara debitor dan kreditor, dimana perdamaian merupakan salah satu

faktor penentu dalam efektivitas proses PKPU. 16

Terkait akan hal tersebut penulis pada penulisan ini akan menganalisis dua

13
Adhani Rachmi Zulhadi dan Parulian Paidi, “Analisis Yuridis Kedudukan Kreditor
Konkuren dan Kreditor Separatis Dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang”, Jurnal
Fakultas Hukum Indonesia, hlm.2.
14
Ibid.
15
Sutan Remy Sjahdeini, Sejarah, Asas, dan Teori Hukum Kepailitan, (Jakarta: Kencana,
2016), hlm. 328.
16
Adhani Rachmi Zulhadi dan Parulian Paidi, Op.Cit, hlm.3

Universitas Sumatera Utara


5

putusan yang di dalamnya menerangkan konsekuensi atau aspek hukum apabila

jika terjadinya penolakan perdamaian oleh kreditor konkuren dalam PKPU

sebagai upaya mendapatkan hak tagihnya. Adapun dua putusan tersebut antara

lain:

1) Putusan Nomor : 21/Pdt.Sus-Pkpu/2020/Pn Niaga Sby

2) Putusan Nomor : 15/Pdt.Sus-Pkpu/2020/Pn.Niaga.Sby

Dari dua putusan di atas didapatkan suatu pertimbangan hukum yang sama terkait

dengan perkara yang jenisnya sama. Tentunya pertimbangan hukum tersebut perlu

diteliti lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana upaya proses perdamaian terjadi.

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik untuk mengkaji

permasalahan di atas dalam suatu penulisan skripsi yang berjudul “ASPEK

HUKUM PENOLAKAN PERDAMAIAN OLEH KREDITOR KONKUREN

DALAM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG SEBAGAI

UPAYA MEMPEROLEH PEMBAYARAN TERHADAP HAK

TAGIHNYA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penulisan yang telah diuraikan di atas, maka

penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kedudukan kreditor konkuren dalam pengajuan PKPU ?

2. Bagaimana proses pengajuan upaya perdamaian dalam PKPU?

3. Mengapa kreditor konkuren menolak upaya perdamaian dalam PKPU?

Universitas Sumatera Utara


6

C. Tujuan Penulisan

Secara umum yang menjadi tujuan penulis membahas skripsi ini adalah

guna melengkapi dan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan untuk melatih kemampuan

penulis dalam menyusun suatu karya ilmiah.

Beberapa tujuan khusus yang ingin penulis sampaikan dalam tulisan ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kedudukan dari kreditor konkuren dalam pengajuan

PKPU;

2. Untuk mengetahui proses pengajuan upaya perdamaian dalam PKPU;

3. Untuk mengetahui kreditor konkuren menolak upaya perdamaian dalam

PKPU.

D. Manfaat Penulisan

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penulisan ini diharapkan dapat memperkaya dan menambah khasanah

perkembangan ilmu hukum ekonomi, terutama yang berkaitan dengan aspek

hukum penolakan perdamaian oleh kreditor konkuren dalam penundaan

kewajiban pembayaran utang sebagai upaya memperoleh pembayaran terhadap

hak tagihnya.

Universitas Sumatera Utara


7

2. Manfaat Praktis

Ditinjau dari permasalahan, penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberi

manfaat sebagai berikut:

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi penegak hukum dalam

menyelesaikan masalah hukum yang berkenaan dengan hukum kepailitan

dan PKPU;

b. Memberikan sumbangan pemikiran kepada penegak hukum akan mengkaji

lebih dalam mengenai hukum kepailitan yang berhubungan dengan hak

kreditor, dengan begitu dapat mengantisipasi tindakan-tindakan yang harus

dilakukan khususnya kreditor konkuren;

E. Keaslian Penulisan

Telah diperiksa judul mengenai “ASPEK HUKUM PENOLAKAN

PERDAMAIAN OLEH KREDITOR KONKUREN DALAM PENUNDAAN

KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG SEBAGAI UPAYA

MEMPEROLEH PEMBAYARAN TERHADAP HAK TAGIHNYA”. Tidak

ada judul yang sama pada arsip Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Cabang

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Universitas Sumatera

Utara atau di tempat lain, baik secara fisik maupun online. Apabila dikemudian

hari ditemukan skripsi yang sama, penulis bersedia menerima sanksi akademik

sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


8

F. Tinjauan Pustaka

Sebelum diuraikan lebih lanjut, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan

pengertian judul dengan maksud untuk menghindarkan kesalahpahaman dan

memberikan batasan yang jelas, yaitu sebagai berikut :

1. Kepailitan

Kata pailit berasal dari bahasa perancis “Failite” yang berarti kemacetan

pembayaran. Dalam bahasa Belanda digunakan istilah “Faillite”. Sedangkan

dalam hukum Anglo America, undang-undangnya dikenal dengan “Bankcrupty

Arct”.17

Pengertian kepailitan menurut UU No.37 Tahun 2004 dalam Pasal 1 Ayat

(1) yang menyebutkan :18

“Sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan

pemberesannya dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan hakim

pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini”.

Kepailitan seorang debitor merupakan keadaan yang ditetapkan oleh

pengadilan bahwa debitor telah berhenti membayar utang-utangnya yang

berakibat penyitaan umum atas harta kekayaan dan pendapatannya demi

kepentingan semua kreditor dibawah pengawasan pengadilan.19

Menurut R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Pailit merupakan keadaan seorang

debitor apabila ia telah menghentikan pembayaran utang-utangnya. Suatu keadaan

17
Rahayu Hartini, Op.Cit, hlm.4.
18
Ibid, hlm.15.
19
Sentosa Sembiring, Hukum Kepailitan Dan Peraturan Perundang-Undangan Yang
Terkait Dengan Kepailitan, (Bandung: CV Nuansa Aulia, 2006),hlm.12

Universitas Sumatera Utara


9

yang menghendaki campur tangan hakim guna menjamin kepentingan bersama

dari pada kreditornya.20

Menurut Martias gelar Imam Radjo Mulano, Hukum Pailit sebagai asas

dalam BW ditentukan, bahwa seluruh harta kekayaan dari debitor menjadi

jaminan untuk seluruh utang-utangnya. Pailit merupakan penyitaan umum atau

seluruh kekayaan debitor untuk kepentingan kreditor secara bersama-sama.21

Menurut Kartono Kepailitan adalah suatu sitaan umum dan ekseskusi atas

seluruh kekayaan debitor untuk kepentingan semua kreditornya. 22

Menurut Siti Soemarti Hartono, pailit keadaan dimana mogok dalam

melakukan pembayaran.23

Menurut Levinthal, kepailitan yang didasarkan pada satu sistem hukum saja

tidak tepat untuk menggambarkan makna yang sesungguhnya dari kepailitan

sehingga dapat diberlakukan bagi semua sistem hukum yang berbeda. Alasannya

karena di beberapa sistem hukum kepaiitan hanya diberlakukan terbatas pada

golongan pedagang dan ada pula sistem hukum yang memberlakukan hukum

kepailitan pada semua subjek hukum tanpa terkecuali.24

Menurut Donald R. Korobkin yang mengusung teori hukum kepailitan

modren bernama “Valuebased Theory” mengidealkan hukum kepailitan tidak

semata-mata bertujuan untuk merespon masalah pembayaran utang secara kolektif

20
Ibid.
21
Ibid.
22
Ibid, hlm.13.
23
Ibid.
24
Elyta Ras Ginting, Hukum Kepailitan Teori Kepailitan, (Jakarta Timur : Sinar Grafika,
2018), hlm.3.

Universitas Sumatera Utara


10

atau untuk menyelesaikan kesulitan finansial, akan tetapi tujuan utama hukum

kepailitan adalah untuk memulihkan keadaan finansial debitor.25

Menurut Miles, hukum kepailitan modern sebagai hukum yang memberi

keadilan (equity) dan keseimbangan (balance) tidak hanya pada debitor yang

tengah mengalami kesulitan finansial maupun pada para kreditornya, akan tetapi

pada masyarakat yang mendapatkan imbas dari kesulitan finansial yang dialami

debitor.26

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa kepailitan merupakan suatu keadaan dimana ketidakmampuan pihak

debitor untuk memenuhi kewajibannya kepada kreditor tepat pada waktu yang

telah ditentukan. Jika terjadi ketidakmampuan dalam membayar utang, maka salah

satu solusi hukum yang dapat ditempuh baik oleh debitor maupun kreditor melalui

penerapan hukum kepailitan.27

2. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)

PKPU merupakan suatu upaya pemberian waktu yang diberikan oleh

undang-undang melalui putusan pengadilan niaga kepada debitor maupun kreditor

dengan memusyawarahkan cara-cara pembayaran utang-utangnya dengan

kesepakatan antara debitor dan kreditor dengan memberikan rencana perdamaian

terhadap seluruh atau sebagian utangnya.28

Menurut Munir Fuady, PKPU adalah suatu masa yang diberikan oleh

25
Ibid, hlm. 275
26
Ibid.
27
Sentosa Sembiring, Op.Cit, hlm.13
28
Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, (Bandung : Citra Aditya Bakti,
2014), hlm. 82.

Universitas Sumatera Utara


11

Undang-Undang melalui putusan hakim niaga dimana dalam masa tersebut

kepada pihak kreditor dan debitor diberikan kesempatan untuk memusyawarahkan

cara-cara pembayaran utangnya dengan memberikan rencana pembayaran seluruh

atau sebagian utangnya, termasuk apabila perlu untuk merestrukturisasi utangnya

tersebut. Jadi, PKPU sebenarnya merupakan sejenis moratorium, dalam hal legal

moratorium.29

Menurut Kartini Muljadi, PKPU pada dasarnya merupakan penawaran

rencana perdamaian oleh debitor, dimana merupakan pemberian kesempatan

kepada debitor untuk melakukan restrukturisasi utang-utangnya, yang dapat

meliputi pembayaran seluruh atau sebagian utangnya kepada kreditor konkuren.

Jadi hal itu dapat terlaksana dengan baik, pada akhirnya debitor dapat memenuhi

kewajiban-kewajibannya dan meneruskan usahanya.30

Menurut Anton Suyatno, PKPU merupakan sarana yang dapat dipakai oleh

debitor untuk menghindari diri dari keadaan pailit, bila hendak mengalami

likuidasi dan sulit untuk memperoleh kredit. Sarana yang meberikan waktu

kepada debitur untuk menunda pelaksanaan pembayaran utang (utangnya) seperti

ini akan membuka harapan yang besar bagi debitur untuk dapat melunasi utang-

utangnya.31

PKPU bertujuan untuk memberikan kesempatan rencana perdamaian yang

meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada kreditor.

29
Ibid, hlm.171.
30
Kartini Muljadi, Penyelesaian Utang Piutang Melalui Pailit atau Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang, (Bandung : Alumni, 2001), hlm. 251.
31
Anton Suyatno, Pemanfaatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang,sebagai
upaya Mencegah Kepailitan,(Jakarta : Penerbit Kencana, 2012), hlm.50

Universitas Sumatera Utara


12

Kreditor dalam hal ini baik kreditor konkuren, preferen, maupun kreditor

separatis. Karena PKPU merupakan upaya hukum yang memberikan hak kepada

setiap debitor maupun kreditor yang tidak dapat memperkirakan melanjutkan

pembayaran utangnya, yang sudah jatuh tempo.32

3. Perdamaian

Perdamaian dalam hukum kepailitan diartikan sebagai suatu perjanjian

perdamaian antara si pailit dengan para kreditor, dimana diadakan suatu ketentuan

bahwa si pailit dengan membayar sesuatu persentase tertentu (dari utangnya), ia

akan dibebaskan untuk membayar sisanya. 33

Dalam hukum kepailitan terdapat 2 macam perdamaian antara lain :

(1) Perdamaian dalam kepailitan adalah perjanjian antara debitur pailit dengan

para kreditur dimana debitur menawarkan pembayaran sebagian dari

utangnya dengan syarat bahwa ia setelah melakukan pembayaran tersebut,

dibebaskan dari sisa utangnya , sehingga ia tidak mempunyai utang lagi.34

(2) Perdamaian dalam Proses PKPU adalah perdamaian yang diajukan oleh

debitor dinyatakan pailit. Bila debitor dalam proses PKPU menawarkan

perdamaian PKPU dan ditolak oleh kreditor, maka perdamaian tersebut

tidak dapat ditawarkan lagi dalam proses kepailitan.35

Dalam hal ini hukum kepailitan menentukan bahwa debitor berhak pada

waktu mengajukan permohonan PKPU atau setelah itu menawarkan suatu

32
Adrian Sutedi, Hukum Kepailitan, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 3.
33
Sunarmi, Hukum Kepailitan,( Medan : USU Press, 2009), hlm.144
34
Rahayu Hartini, Op.Cit, hlm.175.
35
Sunarmi, Op.Cit, hlm.198.

Universitas Sumatera Utara


13

perdamaian kepada kreditor tercantum dalam pasal 265 UU PKPU. 36

Adapun tahapan penting PKPU dalam perdamaian, karena dalam

perdamaian tersebut debitor akan menawarkan rencana perdamaiannya kepada

para kreditor. Dalam perdamaian tersebut dimungkinkan adanya restruturisasi

utang tersebut antara lain :37

(1) Moratorium, yakni yang merupakan penundaan pembayaran yang sudah

jatuh tempo;

(2) Haircut, merupakan pemotongan pokok jaminan dan bunga;

(3) Pengurangan tingkat waktu pelunasan;

(4) Perpanjangan jangka waktu pelunasan;

(5) Konversi utang kepada saham;

(6) Debt forgiveness (pembebasan utang);

(7) Bailout, yakni pengambilalihan utang-utangnya, misalnya pengambilalihan

utang-utang swasta oleh pemerintah;

(8) Write-off, yakni penghapus bukuan utang-utang.

Bila perdamaian ini dapat dicapai, tentu akan lebih menguntungkan kedua

belah pihak. Bagi debitor terhadap asetnya tidak perlu disita, perusahaan bisa

berjalan terus. Bagi kreditor piutang dapat dibayar kembali walaupun mungkin

tidak sepenuhnya. 38

36
Ibid.
37
Hadi Subhan, Op.Cit, hlm. 150.
38
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


14

G. Metode Penulisan

Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini diantara lain

sebagai berikut :

1) Jenis Penulisan

Jenis penulisan yang penulis pakai adalah yuridis normatif, yaitu dengan

mengkaji peraturan perundang undangan, teori-teori hukum dan yurisprudensi

yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. 39 Metode penulisan secara

hukum normatif atau metode penulisan hukum kepustakaan adalah metode atau

cara yang dipergunakan di dalam penulisan hukum yang dilakukan dengan cara

meneliti bahan pustaka yang ada. Tahapan pertama penulisan hukum normatif

adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum obyektif (norma

hukum), yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap masalah hukum.

2) Sifat Penulisan

Sifat dalam penulisan skripsi ini adalah deskriptif, yaitu metode yang

digunakan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau

kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan

dengan masalah atau unit yang diteliti.40 Deskriptif dalam arti bahwa dalam

penulisan ini penulis bermaksud untuk menggambarkan dan melaporkan secara

rinci, sistematis dan menyeluruh mengenai segala sesuatu yang berkaitan. Kajian

39
Rony Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1988) , hlm. 9.
40
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana Media Group, 2010),
hlm. 22.

Universitas Sumatera Utara


15

tersebut untuk menemukan kedudukan masing-masing pihak serta dikaitkan

dengan putusan sebagai bukti real yang terjadi di tengah masyarakat.

3) Pendekatan Penulisan

Menjelaskan penulisan ini digunakan metode pendekatan yuridis normatif

yaitu suatu penelitian yang secara deduktif dimulai analisa terhadap pasal-pasal

dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur terhadap permasalahan

diatas. Penelitian hukum secara yuridis maksudnya penelitian yang mengacu pada

studi kepustakaan yang ada ataupun terhadap data sekunder yang digunakan.41

Sedangkan bersifat normatif maksudnya penelitian hukum yang bertujuan untuk

memperoleh pengetahuan normatif tentang hubungan antara satu peraturan

dengan peraturan lain dan penerapan dalam prakteknya. 42

4) Sumber Data

Penulisan ini penulis menggunakan bentuk bahan hukum seperti:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan yang bersifat mengikat, terdiri dari:

(1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(2) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

(3) Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung (SKMA)

No.109/KMA/SK/2020 Tentang Pemberlakuan Buku Pedoman

41
Amirudin, dan H.Zainal, Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 32.
42
Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit, hlm. 93.

Universitas Sumatera Utara


16

Penyelesaian Perkara Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang

(4) Putusan Nomor : 21/Pdt.Sus-Pkpu/2020/Pn Niaga Sby

(5) Putusan Nomor : 15/Pdt.Sus-Pkpu/2020/Pn.Niaga.Sby

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum bersifat menjelaskan terhadap

bahan hukum primer berupa literatur, jurnal, serta hasil penelitian terdahulu.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan sekunder berupa kamus, berita, majalah,

dan surat kabar, termasuk bahan dari internet.43

5) Cara Pengumpulan Bahan Hukum

Adapun cara pengumpulan bahan hukum yang penulis pakai antara lain:44

a. Studi pustaka, yakni dengan mengkaji berbagai peraturan perundang

undangan atau literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian.

b. Studi dokumen, yakni dengan mengkaji berbagai dokumen resmi

institusional yang berupa putusan sidang dan dokumen lain yang diperlukan.

6) Analisis Bahan Hukum

Metode analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif

kualitatif, yaitu dengan membahas dan menganalisis bahan hukum yang diperoleh

43
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2007), hlm. 52
44
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI-Press, 1986), hlm. 9.

Universitas Sumatera Utara


17

yang berhubungan dengan fokus yang diteliti dan disajikan dalam bentuk

deskriptif.45

Bahan hukum dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif,

yaitu mengambarkan suatu keadaan dari suatu peristiwa yang diperoleh dari

penelitian kemudian disesuaikan dengan hukum atau peraturan yang ada

kaitannya dengan fokus penulisan.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan digunakan agar penulisan lebih terarah dan lebih

mudah untuk dipahami, maka penulisan diatur secara teratur. secara sistematis,

penulisan menempatkan materi pembahasan keseluruhannya ke dalam 5 (lima)

bab yang terperinci antara lain sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN: Adapun yang ingin penulis bahas dalam bab ini ,

antara lain: Latar Belakang Penulisan Skripsi; Rumusan Masalah; Tujuan

Penulisan; Manfaat Penulisan Skripsi; Keaslian Penulisan; Tinjauan Pustaka;

Metode Penulisan; dan Sistematika Penulisan Skripsi.

BAB II KEDUDUKAN KREDITOR KONKUREN DALAM

KEPAILITAN DAN PKPU: Adapun yang ingin penulis bahas dalam bab ini,

antara lain: Tinjauan Terhadap Pengaturan PKPU; Alasan Pengajuan PKPU;

Asas-Asas dalam PKPU; Jenis-Jenis PKPU; Prosedur dan Syarat Pengajuan

PKPU; Pihak-Pihak yang dapat Mengajukan PKPU; Akibat Pengajuan PKPU;

45
Emmy Yuhassarie dkk, undang-undang kepailitan dan perkembangaannya: prosiding
rangkaian lokakarya terbatas masalah-masalah kepailitan dan wawasan hukum bisnis, (Jakarta:
Pusat Pengkajian Hukum, 2005), hlm. 16.

Universitas Sumatera Utara


18

Tindakan Terhadap Kreditor dalam PKPU; Jenis-Jenis Kreditor dalam Kepailitan

dan PKPU; Hak Kreditor Konkuren dalam Kepailitan dan PKPU; Kedudukan

Kreditor Konkuren dalam PKPU;

BAB III PROSES PENGAJUAN UPAYA PERDAMAIAN DALAM PKPU:

Adapun yang saya ingin bahas dalam bab ini, antara lain: Prosedur Perdamaian

dalam PKPU; Syarat-Syarat Diterimanya Perdamaian dalam PKPU; Kedudukan

Kreditor dalam Perdamaian; Akibat Hukum Perdamaian dalam PKPU;

BAB IV ASPEK HUKUM PENOLAKAN PERDAMAIAN OLEH

KREDITOR KONKUREN DALAM PENUNDAAN KEWAJIBAN

PEMBAYARAN UTANG SEBAGAI UPAYA MEMPEROLEH

PEMBAYARAN TERHADAP HAK TAGIHNYA: Adapun yang ingin penulis

bahas dalam bab ini, antara lain: Pertimbangan Hukum dalam Penolakan Upaya

Perdamaian Oleh Kreditor dalam Putusan Nomor : 21/Pdt.Sus-Pkpu/2020/Pn

Niaga Sby; Pertimbangan Hukum dalam Penolakan Upaya Perdamaian oleh

Kreditor dalam Putusan Nomor : 15/Pdt.Sus- Pkpu/2020/Pn.Niaga.Sby; Analisis

Akibat Hukum Penolakan Perdamaian oleh Kreditor Konkuren dalam Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang sebagai Upaya Memperoleh Pembayaran terhadap

Hak Tagihnya;

BAB V PENUTUP: Kesimpulan dan Saran.

Universitas Sumatera Utara


19

BAB II

KEDUDUKAN KREDITOR KONKUREN DALAM KEPAILITAN DAN


PKPU

A. Tinjauan terhadap Pengaturan PKPU

1. Alasan Pengajuan PKPU

Dalam menjalankan kegiatan bisnis atau usaha, tentu terdapat resiko yang

tidak dapat dihindari. Salah satunya resiko yang menyebabkan tersendatnya

pemenuhan kewajiban dan untuk melunasi kewajiban secara tepat waktu. Untuk

menghindari resiko seperti ini, pengajuan PKPU dapat menjadi jalan keluar bagi

debitor dalam melunasi kewajibannya.46

Dengan cara mengajukan PKPU, debitor dapat meminta untuk sementara

waktu dihentikan melakukan pembayaran kewajibannya kepada para kreditor. 47

Debitor yang tidak dapat memenuhi kewajibannya dapat mengajukan PKPU

melalui pengadilan niaga, sebagaimana diatur pasal 222-229 UU PKPU.

Penerapan aturan ini pada dasarnya tidak hanya mengatasi masalah hukum saja

tetapi juga masalah sosial dan ekonomi.48

Mengutip pendapat BG Tumbuan, PKPU merupakan suatu cara untuk

menghindari kepailitan yang lazimnya bermuara dalam likuidasi harta kekayaan

debitor. Khususnya dalam perusahaan, PKPU bertujuan memperbaiki keadaan

ekonomi dan kemampuan debitor untuk membuat laba. Dengan cara ini

46
Ibid.
47
Ibid.
48
Rudy A. Lontoh, dkk, Penyelesaian Utang-Piutang Melalui Pailit Atau Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang, ( Bandung : Alumni, 2001), hlm. 232.

Universitas Sumatera Utara


20

kemungkinan besar debitor dapat melunasi kewajibannya. 49

Menurut Kartono, tujuan PKPU untuk mencegah debitor yang apapun

sebabnya berada dalam kesulitan, kekurangan uang dan atau sukar memperoleh

kredit dinyatakan pailit. Hal ini mengakibatkan harta kekayaan dijual dan

perusahaannya terpaksa dihentikan, sedangkan jika perusahaannya itu dapat terus

dijalankan, debitor tidak kehilangan harta kekayaannya dan para kreditor mungkin

mendapat pembayaran piutang mereka lebih memuaskan daripada jika debitor

dinyatakan pailit.50 Lebih lanjut, menurut Elijana, tujuan PKPU sekarang tidak

hanya sekedar debitor bisa bangkit lagi untuk kemudian bisa membayar utangnya,

tetapi memberikan waktu kepada debitor untuk mengajukan rencana perdamaian

kepada kreditor.51

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa PKPU bertujuan

untuk membantu debitor dalam memenuhi kewajibannya. Namun, perlu diingat

bahwa tujuan ini bukan semata-mata demi kepentingan debitor saja tetapi juga

kepentingan kreditor .52

Manfaat PKPU juga dapat dilihat dari berbagai sisi. Dari sisi ekonomi,

debitor dapat melanjutkan usahanya, tidak akan terjadinya pemutusan kerja, tidak

terganggunya usaha, dan kreditor akan mendapatkan haknya. 53 Jika dilihat dari

sisi sosial, pada saat dikabulkannya PKPU secara tetap dan tercapai perdamaian

antara kedua belah pihak, maka debitor akan tetap melanjutkan kegiatan usahanya

49
Ibid.
50
Kartono, Kepailitan dan Pengunduran Pembayaran, (Jakarta : Pradnya Paramita,
1974),hlm.97.
51
Sentosa Sembiring, Op.Cit,hlm.39.
52
Ibid.
53
Anton Suyatno, Op.Cit, hlm.56-58

Universitas Sumatera Utara


21

sehingga akan dapat memberikan berbagai kontribusi di bidang sosial. 54

Terakhirjika dilihat dari sisi hukum, kreditor mendapat kepastian dalam penagihan

karena debitor pailit selama kepailitan tidak boleh meninggalkan tempat

tinggalnya dan debitor pailit juga dicabut haknya berbuat bebas terhadap

kekayaan dalam kepailitan dan hak untuk mengurusnya. 55

2. Asas-Asas dalam PKPU

Adapun asas-asas yang digunakan dalam PKPU antara lain :56

a) Asas Keseimbangan

Asas ini mencegah terjadinya penyalahgunaan aturan hukum dan lembaga

kepailitan oleh debitor yang tidak jujur, termasuk untuk mencegah kreditor yang

tidak beritikad baik. Dalam hal ini PKPU harus memberikan perlindungan hukum

yang seimbang bagi debitor dan para kreditor dengan menjunjung tinggi keadilan

dan memperhatikan kepentingan keduanya meliputi penyelesaian utang secara

cepat, adil , dan terbuka secara efektif.57

b) Asas Kelangsungan Usaha

Asas ini memungkinkan perusahaan debitor yang prospektif tetap

melanjutkan usahanya. Oleh karena itu, permohonan pernyataan pailit seharusnya

hanya dapat diajukan terhadap debitor yang insolven, yaitu tidak membayar

54
Ibid.
55
Ibid.
56
Susanti Adi Nugroho, Hukum Kepailitan Di Indonesia,( Jakarta: Kencana, 2018),
hlm.40.
57
Andrian Sutedi, Op..Cit, hlm.30.

Universitas Sumatera Utara


22

utang-utangnya kepada kreditor mayoritas.

c) Asas Keadilan

Asas ini mengandung ketentuan mengenai kepailitan dapat memenuhi rasa

keadilan bagi para pihak yang berkepentingan. Asas ini juga mencegah terjadinya

kesewenang-wenangan pihak penagih yang mengusahakan pembayaran atas

tagihan masing-masing terhadap debitor, dengan tidak memperdulikan kreditor

lainnya.

d) Asas Integrasi

Asas ini mengandung pengertian bahwa sistem hukum formil dan hukum

materil merupakan satu kesatuan yang utuh dari sistem hukum perdata dan hukum

acara perdata nasional.

Adapun asas yang terdapat di dalam hukum perdata yang berlaku juga

dalam kepailitan dan PKPU antara lain:58

1) Asas Publisitas atau Asas Keterbukaan: diterapkan pada saat pernyataan

pailit terhadap sitaan umum yang jatuh demi hukum kepada debitor,

sehingga sitaan sebelumnya atas harta debitor dengan sendirinya terangkat

demi hukum akibat adanya putusan pernyataan pailit tersebut.

2) Asas Erga Omnes: bahwa putusan pernyataan pailit tidak hanya berlaku

bagi para pihak yang bersengketa, tetapi berlaku juga bagi pihak lain di luar

bersengketa.

58
Manahan MP Sitompul, Hukum Penyelesaian Sengketa Utang Piutang Perusahaan di
dalam dan di Luar Pengadilan,(Malang :Setara Press,2017), hlm.98-100.

Universitas Sumatera Utara


23

3) Asas Keseimbangan atau pari passu prorata parte: asas ini adalah asas

fundamental dalam hukum kepailitan karena merupakan prinsip kesamaan

di antara seluruh kreditor (Concursus Creditorium). Seluruh kreditor

konkuren sama kedudukannya dalam menerima pembagian secara

proporsional. Jadi asas ini menjamin tidak ada upaya yang memberi

prioritas kepada salah satu kreditor diantara para kreditor konkuren.

4) Asas Keadilan: dapat ditinjau dari beberapa segi, dari segi kreditor

pembagian harus seimbang, dan dari segi debitor adalah tidak semua harta

debitor jatuh dalam sitaan ada pengecualian sebagaimana disebut dalam

Pasal 22 UU PKPU. Dari segi usaha, kurator dapat melanjutkan usaha

dibitor sesuai kesepakatan antara debitor dengan kreditor, dan kepentingan

debitor dan para kreditor harus diperhatikan secara seimbang dari dua aspek

keadalian yakni: moral,dan legal justice.

5) Asas Jurisdiction Voluntaire: putusan pernyataan pailit sebenarnya tidak

memutus perselisihan karena bukan peradilan yang sebenarnya, hanyalah

merupakan contentious (sengketa) yang semu, tetapi bukan pula exparte

murni. Oleh karena itu, tetap digunakan istilah putusan bukan penetapan,

sedangkan di diktum putusan adalah mengabulkan atau menolak tidak

menggunakan “Niet Ontvankelijk” (NO) atau tidak dapat diterima. Namun

tidak berhadapan dengan “nebis in idem” karena kalau syarat/check list

sudah dipenuhi maka permohonan pernyataan pailit dapat diajukan lagi.

6) Asas Audit Et Alteram Pertem : dalam proses pemeriksaan di persidangan,

para pihak yang terlibat dalam sengketa harus didengar juga penjelasannya

Universitas Sumatera Utara


24

sebelum hakim membuat putusan.

7) Asas Peradilan Cepat: pembuktian secara sumieratau prima facie, artinya

apabila syarat-syarat pailit telah dipenuhi maka permohonan pernyataan

pailit harus dikabulkan. Apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti

secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit telah dipenuhi

maka permohonan pailit harus dikabulkan. Tenggang waktu peradilan

adalah terbatas, di tingkat pertama, kasasi maupun peninjauan kembali (PK)

adalah 60 hari sejak permohonan didaftarkan.

8) Asas Peradilan Efektif: upaya hukum bersifat terbatas, langsung dengan

upaya kasasi tanpa banding, dan kemudian dapat diajukan peninjauan

kembali (PK). Putusan bersifat uit voerbarr bijvoorraad, artinya putusan

dapat dilaksanakan walaupun ada upaya kasasi.

9) Asas Itikad Baik (good faith): hukum melindungi pihak beritikad baik,

sebaliknya pihak beritikad buruk tidak dilindungi hukum karena lembaga

kepailitan dapat disalahgunakan oleh debitor maupun kreditor.

10) Asas Lex Specialis Derogat Legi Generalis: hukum acara yang berlaku

adalah HIR/RBG kecuali telah diatur secara khusus dalam Undang-Undang

Kepailitan dan PKPU.

11) Asas Pacta Sunt Servanda: janji harus ditepati, siapa berhutang wajib

membayarnya, demikian juga dalam perdamian (Akkoord) apa yang telah

diperjanjikan oleh pihak-pihak harus dipenuhi, dan bila debitor ingkar janji

maka secara hukum debitor dapat dinyatakan pailit.

12) Asas Integrasi: suatu kesatuan yang utuh antara hukum formil dan hukum

Universitas Sumatera Utara


25

materil.

13) Asas Kelangsungan Usaha: memberikan kesempatan kepada perusahaan

debitor yang prospektif untuk dapat melanjutkan perusahaan.

Asas-asas yang telah diuraikan di atas digunakan untuk memberikan perlindungan

hukum dan kepastian hukum terhadap debitor maupun kreditor di dalam PKPU.

3. Jenis-Jenis PKPU

Adapun jenis-jenis PKPU sebagai berikut :

a) PKPU Sementara

PKPU sementara adalah proses pertama dalam penyelesaian permohonan

PKPU. Permohonan yang akan disampaikan oleh panitera kepada ketua

pengadilan negeri dalam jangka waktu paling lambat 2 x 24 jam terhitung sejak

tanggal permohonan didaftarkan.59

Dalam UU PKPU debitor maupun kreditor dapat mengajukan permohonan

PKPU sementara dan pengadilan niaga harus mengabulkan PKPU sementara yang

sebagaimana diatur dalam Pasal 224 Ayat 2. Dalam ketentuan pasal ini

pengadilan niaga harus mengabulkan permohonan PKPU dengan memberikan

jangka waktu 45 hari sejak putusan PKPU diucapkan, serta memberikan

kesempatan kepada debitor dalam penyampaian rencana perdamaian yang

diajukannya sebelum diselenggarakannya rapat kreditor.60

59
Susanti Adi Nugroho, Op.Cit, hlm.283.
60
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


26

Adapun yang menjadi tujuan dari PKPU sementara, yaitu :61

1) Agar segera tercapainya keadaan diam (stay atau standstill) sehingga

memudahkan pencapaian kata sepakat di antara kreditor dan debitor

menyangkut pada rencana perdamaian yang dimaksudkan oleh

debitor.

2) Memberikan kesempatan kepada debitor untuk menyusun rencana

perdamaian berikut segala persiapan-persiapan yang diperlukan

apabila rencana perdamaian belum dilampirkan dalam pengajuan

PKPU sebelumnya, sehingga memudahkan pencapaian kata sepakat di

antara kreditor dan debitor menyangkut pada rencana perdamaian

yang dimaksudkan oleh debitor.

Akibat hukum PKPU sementara bagi para kreditor adalah bahwa kreditor

tidak dapat menagih utang-utangnya selama PKPU sementara tersebut karena

debitor tidak diwajibkan untuk membayar utang-utangnya. Adapun akibat hukum

bagi debitor adalah bahwa dengan adanya PKPU tersebut, maka seluruh kekayaan

debitor berada di bawah pengawasan pengurus, sehingga debitor tidak lagi

berwenang terhadap kekayaannya untuk melakukan tindakan pengurusan maupun

tindakan pengalihan tanpa persetujuan pengurus.62

b) PKPU Tetap

PKPU tetap adalah keadaan apabila pada hari ke 45 atau rapat kreditor

tersebut belum dapat memberikan suara mereka terhadap rencana perdamaian

61
Ibid, hlm.284.
62
Hadi Subhan, Op.Cit, hlm.149.

Universitas Sumatera Utara


27

tersebut, maka diberikan waktu penundaan dan perpanjangan jangka waktu

maksimum 270 hari setelah putusan PKPU sementara diucapkan.63

Pemberian PKPU tetap menurut ketentuan UU PKPU sesuai Pasal 229

Ayat 1 UU PKPU ditetapkan berdasarkan :64

1) Persetujuan lebih dari ½ jumlah kreditor konkuren yang haknya diakui atau

sementara diakui yang hadir dan mewakili paling sedikit 2/3 bagian dari

seluruh tagihan yang diakui atau yang sementara diakui dan kreditor

konkuren atau kuasanya yang hadir dalam sidang tersebut;

2) Persetujuan lebih dari ½ jumlah kreditor yang piutangnya dijamin dengan

gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak angunan atas

kebendaan lainnya yang hadir dan mewakili paling sedikit 2/3 bagian dari

seluruh tagihan kreditor atau kuasanya yang hadir dalam sidang.

Akibat pemberian PKPU tetap yaitu tidak dapat dilaksanakannya eksekusi

dan sitaan yang telah dimulai atas barang yang tidak dijaminkan, meskipun

eksekusi dan sitaan tersebut dilaksanakan berkenaan dengan tagihan kreditor yang

dijamin.65

4. Prosedur dan Syarat-Syarat Pengajuan PKPU

a) Prosedur PKPU

Adapun yang menjadi prosedur pengajuan PKPU dilakukan berdasarkan

63
Susanti Adi Nugroho, Op.Cit, hlm.285.
64
Indonesia (Kepailitan dan PKPU), Op.Cit, Pasal 229 Ayat 1
65
Ahmad yani, Gunawan widjaja, Seri Hukum Bisnis Kepailitan, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada,2002),hlm.124.

Universitas Sumatera Utara


28

ketentuan Pasal 224 UU PKPU :66

1) PKPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 222 harus diajukan kepada

pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dengan ditandatangani

oleh pemohon dan oleh advokatnya;

2) Dalam hal pemohon adalah debitor, permohonan PKPU harus disertai daftar

yang memuat sifat, jumlah piutang, dan utang debitor beserta surat bukti

secukupnya;

3) Dalam hal pemohon adalah kreditor, pengadilan wajib memanggil debitor

melalui juru sita dengan surat kilat tercatat paling lambat 7 hari sebelum

sidang;

4) Pada sidang sebagaimana dimaksud pada Ayat (3), debitor mengajukan

daftar yang memuat sifat, jumlah piutang, dan utang debitor beserta surat

bukti secukupnya dan bila ada rencana perdamaian;

5) Pada surat permohonan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) dapat

dilampirkan rencana perdamaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 222;

6) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) , Ayat (2), Ayat

(3), Ayat (4), Ayat (5) berlaku mutatis mutandis sebagaimana tata cara

pengajuan PKPU sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Berdasarkan ketentuan di atas, maka PKPU dapat diajukan oleh kreditor

maupun debitor. Proses pengajuan PKPU belum memberikan kesempatan yang

luas bagi debitor untuk melakukan upaya penawaran perdamaian kepada kreditor

66
Indonesia (Kepailitan dan PKPU), Op..Cit, Pasal 224 Ayat (1), (2), (3), (4).

Universitas Sumatera Utara


29

karena debitor hanya diberikan waktu yang singkat untuk melakukan perbaikan

kinerja perusahaannya.67 Para kreditor dalam hal ini menentukan rencana

perdamaian dan dalam mengelola harta debitor bersama dengan pengurus.68

b) Syarat Pengajuan PKPU

Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam pengajuan PKPU yang ditujukan

kepada pengadilan niaga dengan melengkapi dokumen antara lain :69

1) Surat permohonan bermaterai yang ditujukan kepada ketua pengadilan niaga

setempat, yang ditandatangani oleh debitor dan penasehat hukumnya;

2) Surat kuasa khusus asli untuk mengajukan permohonan penunjukan kuasa

pada orangnya bukan pada law firmnya;

3) Izin advokat yang dilegalisir;

4) Alamat dan identitas lengkap para kreditor konkuren disertai jumlah

tagihannya masing-masing pada debitor;

5) Financial report;

6) Dapat dilampirkan rencana perdamaian (accoord) yang meliputi tawaran

pembayaran seluruh atau sebagian utang kepada para kreditor konkuren.

Adapun ada 4 syarat debitor yang wajib harus dipenuhi agar permohonan

67
Susanti Adi Nugroho, Op.Cit,279
68
Ibid.
69
Hadi Subhan, Op.Cit, hlm.148.

Universitas Sumatera Utara


30

dikabulkan antara lain :70

1) Adanya utang;

2) Utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih;

3) Ada dua atau lebih kreditor;

4) Debitor tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan

pembayaran utangnya.

Di samping itu ada pula syarat kreditor yang wajib harus dipenuhi agar

permohonan dikabulkan antara lain :71

1) Adanya utang;

2) Utang yang jatuh tempo dan dapat ditagih;

3) Ada satu kreditor;

4) Kreditor memperkirakan bahwa debitor tidak dapat melanjutkan

pembayaran utangnya.

Perbedaan antara PKPU yang diajukan oleh debitur dan kreditur terletak

pada jumlah krediturnya. PKPU yang diajukan debitur harus ada dua atau lebih

kreditur, sedangkan PKPU yang diajukan kreditor cukup satu kreditur yang

sekaligus bertindak sebagai pemohon.72

5. Pihak-Pihak yang dapat Mengajukan PKPU

Pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan PKPU sesuai Pasal 222

70
Stevi G. Tampemawa, “Prosedur dan Tata Cara Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang (PKPU) Menurut Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang”, Lex Privatum, Vol. VII No. 6, hlm.10.
71
Ibid.
72
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


31

UU PKPU :73

1) PKPU diajukan oleh debitor yang mempunyai lebih dari 1 (satu) kreditor

atau oleh kreditor.

2) Debitor yang tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan

membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat

memohon penundaan kewajiban pembayaran utang, dengan maksud untuk

mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran

sebagian atau seluruh utang kepada kreditor.

3) Kreditor yang memperkirakan bahwa debitor tidak dapat melanjutkan

membayar utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat

memohon agar kepada debitor diberi penundaan kewajiban pembayaran

utang, untuk memungkinkan Debitor mengajukan rencana perdamaian yang

meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada

kreditornya.

Berdasarkan ketentuan di atas baik pihak debitor maupun kreditor dapat

mengajukan permohonan PKPU. Dalam pengajuan PKPU, syarat yang dilihat

bukan hanya keadaan setelah debitor tidak dapat melanjutkan pembayaran utang-

utangnya, tetapi juga apabila debitor memperkirakan tidak dapat melanjutkan

membayar utang-utangnya itu ketika nantinya utang-utang itu jatuh waktu dan

dapat ditagih.74

Pengajuan PKPU oleh debitor dapat diajukan baik sebelum ada permohonan

pailit diajukan maupun setelah permohonan pailit, karena terdapat dua pola PKPU

73
Indonesia (Kepailitan dan PKPU), Op.Cit, Pasal 222 Ayat (1), (2), (3).
74
Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit, hlm.414

Universitas Sumatera Utara


32

yakini : .75

1) PKPU merupakan inisiatif debitor dikarenakan debitor memperkirakan tidak

mampu membayar utang-utangnya kepada kreditor.

2) PKPU yang merupakan tangkisan bagi debitor terhadap permohonan

kepailitan yang sedang diajukan oleh kreditornya.

Adapun berdasarkan Pasal 223 UU PKPU bahwa dalam hal debitor adalah

bank, perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring, penjaminan, lembaga

penyimpanan, dan penyelesaian, perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, dana

pensiun, dan badan usaha milik negara yang bergerak di bidang kepentingan

publik, maka yang dapat mengajukan PKPU adalah lembaga yang sebagaimana

diatur dalam Pasal 2 Ayat 3, Ayat 4, dan Ayat 5, UU PKPU.76 Sementara bagi

kreditor hanya dapat mengajukan permohonan PKPU apabila secara nyata debitor

tidak lagi membayar piutangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih. 77

Dalam hal ini permohonan PKPU dapat diajukan oleh kreditor yang

diajukan oleh Bank Indonesia, badan pengawas pasar modal, dan menteri

keuangan, dan instansi yang bertindak untuk dan atas nama kreditor sebagai

kreditor pemohon.78

6. Akibat Hukum PKPU

Adapun akibat hukum adanya PKPU adalah sebagai berikut :79

1) Debitor tidak berwenang lagi untuk melakukan tindakan pengurusan

75
Susanti Adi Nugroho, Op.Cit,273
76
Indonesia (Kepailitan dan PKPU), Op.Cit, pasal 223.
77
Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit, hlm.414
78
Susanti Adi Nugroho, Op.Cit,282.
79
Hadi Subhan, Op.Cit.hlm.186-188.

Universitas Sumatera Utara


33

maupun tindakan pengalihan secara mandiri, melainkan dia berwenang

melakukan hal tersebut jika diberikan persetujuan atau pun bersama-sama

dengan pengurus;80

2) Selama jangka waktu PKPU, debitor tidak berkewajiban membayar utang-

utangnya, demikian pula para kreditor tidak berhak untuk menagih utang-

utangnya;81

3) Selama berlakunya PKPU, semua tindakan eksekusi terhadap barang sitaan

yang telah berlangsung untuk melunasi utang-utang debitor harus

ditangguhkan. Demikian juga masa penangguhan berlaku terhadap kredtitor

separatis untuk mengeksekusi jaminannya. Ketentuan stay (penangguhan)

ini berlaku selama jangka waktu PKPU, tidak hanya 90 hari seperti dalam

kepailitan;82

4) Dengan adanya PKPU, tidak akan menghentikan proses perkara yang sudah

mulai diperiksa oleh pengadilan, maupun menghalangi dimajukkannya

perkara-perkara baru. Debitor tidak berwenang menjadi tergugat ataupun

penggugat dalam perkara-perkara baru. Debitor tidak berwenang menjadi

tergugat ataupun penggugat dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan

hak dan kewajiban harta kekayaannya kecuali bersama-sama atau dengan

persetujuan pengurus;83

5) Dengan adanya PKPU, maka berlaku ketentuan masa tunggu (stay) terhadap

kreditor pemegang jaminan kebendaan dan kredtor yang diistimewakan

80
Indonesia (Kepailitan dan PKPU), Op.Cit,Pasal 240 ayat 1.
81
Ibid, Pasal 242 Ayat 1.
82
Ibid,Pasal 242 Ayat 3.
83
Ibid,Pasal 243 Ayat 1.

Universitas Sumatera Utara


34

selama 90 hari;84

6) Dengan adanya PKPU dapat dilakukan perjumpaan utang (kompentasi, set-

off) antara debitor dengan para kreditor dengan syarat utang piutang tersebut

terjadi sebelum PKPU ditetapkan dan utang piutang tersebut timbul karena

tindakan-tindakan yang diambil sebelum PKPU ditetapkan. Perjumpaan

utang tidak dapat dilakukan dalam hal seseorang yang telah mengambil alih

utang atau piutang terhadap harta kekayaan debitor, yang dilakukan dengan

iktikad tidak baik;85

7) Perjanjian timbal balik yang baru atau belum akan dilakukan oleh debitor

dapat dilangsungkan, dimana pihak tersebut dapat meminta kepada

pengurus untuk memberikan kepastian mengenai kelanjutan pelaksanaan

perjanjian tersebut dalam jangka waktu yang disetujui pengurus dan pihak

tersebut;86

8) Perjanjian mengenai penyerahan barang yang diperdagangkan di bursa

menjelang suatu saat atau dalam waktu tertentu, jika tibanya saat

penyerahan atau jangka waktu penyerahan jatuh setelah ditetapkan PKPU,

maka berakhirlah perjanjian ini dengan diberikan PKPU PKPU sementara

dengan pihak lain dalam perjanjian tersebut berhak mendapat ganti rugi;87

9) Debitor dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan

dengan tetap memperhatikan tenggang waktu pemberitahuan kepada

karyawan yang bersangkutan sesuai peraturan perundang-undangan

84
Ibid,Pasal 246 Junto Pasal 244.
85
Ibid, Pasal 247 Ayat 1.
86
Ibid, Pasal 249 Ayat 1.
87
Ibid, Pasal 250 Ayat 1.

Universitas Sumatera Utara


35

ketenagakerjaan yang berlaku. Juga, gaji serta biaya lain yang timbul dalam

hubungan kerja tersebut menjadi utang harta debitor;88

10) PKPU tidak berlaku apabila menguntungkan kawan berutang (mede

schuldenaren) dan penjamin (borg). Kartini mengatakan bahwa hal itu

berarti mereka tetap harus melaksanakan kewajiban mereka.89

Di samping itu UU PKPU mengatur pula mengenai hal-hal yang berada

diluar PKPU, yaitu:90

1) Tagihan yang dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan,

hipotek atau hak anggunan atas kebendaan lainnya.

2) Tagihan biaya pemeliharaan, pengawasan, atau pendidikan yang sudah

harus dibayar dan hakim pengawas harus menentukan jumlah tagihan yang

sudah ada dan belum dibayar sebelum PKPU yang bukan merupakan

tagihan dengan hak untuk diistimewakan.

3) Tagihan yang diistimewakan terhadap benda tertentu milik debitor atau

terhadap seluruh harta debitor yang tidak termasuk biaya-biaya yang disebut

dalam bagian 2 diatas.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa PKPU akan berakibat

hukum ditangguhkannya semua tindakan eksekusi untuk memperoleh pelunasan

utang. Debitor tidak dapat dipaksa untuk membayar utangnya karena pengadilan

memberikan kesempatan mengajukan rencana perdamaian kepada debitur,

88
Ibid, Pasal 252 Ayat 1.
89
Ibid.
90
Susanti Adi Nugroho, Op.Cit, 294.

Universitas Sumatera Utara


36

sehingga pembayaran kewajiban utang pun ditunda.91

B. Tindakan terhadap Kreditor dalam PKPU

1. Jenis-Jenis Kreditor dalam Kepailitan dan PKPU

Adapun jenis-jenis kreditor dalam Kepailitan dan PKPU:

1) Kreditor separatis

Kreditor separatis adalah kreditor yang memiliki hak jaminan kebendaan,

seperti pemegang hak tanggungan, hipotik, gadai, fidusia, dan lain-lain (Pasal 55

UU PKPU).92 Kreditor ini juga merupakan kreditor yang tidak terkena dampak

akibat putusan pernyataan pailit debitor, artinya hak-hak eksekusi mereka tetap

dapat dijalankan. Kedudukan kreditor ini memang dipisahkan dari kreditor

lainnya, dengan kata lain kreditor separatis dapat menjual benda sendiri dan

mengambil sendiri dari hasil penjualan yang terpisah dengan harta pailit pada

umumnya.93

Kreditor separatis juga dapat menjual dan mengambil sendiri hasil dari

penjualan objek jaminan. Bila hasil penjualan tersebut ternyata tidak mencukupi,

kreditor separatis dapat mengajukan diri sebagai kreditor bersaing (konkuren).

Sebaliknya apabila hasil dari penjualan jaminan utang melebihi utang-utangnya,

maka kelebihan itu harus dikembalikan kepada debitor atau disetorkan ke kas

91
Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit, hlm.358.
92
Ibid, Pasal 55.
93
Munir Fuady, Op.Cit, hlm.105.

Universitas Sumatera Utara


37

kurator sebagai budel pailit.94

2) Kreditor Preferen

Kreditor preferen adalah kreditor yang memiliki hak untuk didahulukan

perihal pelunasan piutangnya. Kreditor yang memiliki hak tagih yang oleh

undang-undang digolongkan dalam hak istimewa atau privilege.95

Kreditor preferen memiliki hak untuk didahulukan tingkatan piutangnya

dari pada piutang yang timbul dari jaminan kebendaan, yakni gadai dan hipotek

karena ada pengecualian yang timbul dalam pasal 1134 KUHPerdata. 96

3) Kreditor Konkuren

Kreditor konkuren adalah kreditor yang dalam pelunasan piutang mereka

merupakan sisa dari hasil penjualan/pelelangan harta pailit sesudah diambil bagian

dari kreditor separatis dan preferen.97

Hasil penjualan harta pailit dibagi menurut kedudukan besar kecilnya

piutang para kreditor konkuren. Kreditor konkuren merupakan kreditor yang tidak

memegang agunan dan yang tidak mempunyai hak istimewa, serta yang

tagihannya tidak diakui atau diakui secara bersyarat.98

94
Imran Nating, Peranan dan Tanggung Jawab Kurator Dalam Pengurusan dan
Pemberesan Harta Pailit, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm 24.
95
Shabrina Aliya Pramudita, Kartikasari, Amelia Cahyadini, Kedudukan Hukum
Menkoinfo Dalam Pelaksanaan Perdamaian Menurut Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004
Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembyaran Utang, “Legal Standing”, Vol.4 No.1,
hlm.106.
96
Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, (Jakarta: Sinar Grafika,2008),
hlm.124
97
Sri Redjeki Slamet, Perlindungan Hukum dan Kedudukan Kreditor Separatis Dalam hal
Terjadi Kepailitan Terhadap Debitor , “Lex Jurnalica”, Vol. 13 Nomor 3,hlm. 110.
98
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


38

2. Hak Kreditor Konkuren dalam Kepailitan dan PKPU

Kreditor konkuren memiliki hak untuk menentukan apakah kepailitan

diakhiri atau menerima tawaran berdamai, kesepakatan untuk mengganti atau

menambah kurator, dan kesepakatan untuk melanjutkan atau menghentikan usaha

debitor setelah keadaan tidak sanggup membayar itu terjadi.99

Dalam rencana perdamaian yang ditawarkan oleh debitor, kreditor

konkuren mempunyai hak suara, suatu hak yang dapat menentukan ditolak atau

diterimanya perdamaian. Di dalam rencana perdamaian memuat ketentuan harus

disetujui lebih dari ½ jumlah para kreditor konkuren yang hadir dalam rapat.

Dalam hal ini kesepakatan para kreditor konkuren sangat menentukan nasib dari

harta pailit.100

Selain berhak menentukan apakah harta pailit menjadi insolvensi atau tidak

dengan cara menyetujui rencana perdamaian, kreditor konkuren dapat

mengusulkan agar usaha debitor tetap dilanjutkan beroperasi, meskipun harta

pailit telah berstatus insolvensi.101

Agar usaha debitor dapat terus beroperasi, persetujuan tersebut harus

melalui rapat khusus kreditor dengan suara terbanyak sebagaimana diatur dalam

pasal 180 ayat (1) UU PKPU. Kesepakatan kreditor konkuren untuk meneruskan

usaha debitor atau menghentikan operasional usaha berdampak langsung pada

status harta pailit.102

99
Elyta Ras Ginting, Op.Cit, hlm. 99.
100
Indonesia (Kepailitan dan PKPU), Op.Cit, pasal 151.
101
Elyta Ras Ginting, Op.Cit, hlm 100.
102
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


39

Adapun akibat para kreditor konkuren sepakat menolak ataupun sepakat

menyetujui rencana perdamaian terkait harta pailit, yaitu: Jika kreditor menolak

rencana perdamaian, maka kurator dapat menjual harta pailit secara keseluruhan

aset, sedangkan jika kreditor menyetujui, maka penjualan harta pailit oleh kurator

hanya terbatas pada aset yang tidak digunakan untuk melanjutkan kelangsungan

usaha tersebut.103

3. Kedudukan Kreditor Konkuren dalam PKPU

Kreditor konkuren merupakan kreditor yang tidak mempunyai

keistimewaan. Untuk itu, kreditor konkuren harus bersaing dalam mendapatkan

haknya sehingga diutamakan dalam pelunasan. Kedudukan kreditor konkuren

tidak sama dengan kedudukan kreditor lainnya. Kreditor konkuren mendapatkan

pelunasan utang apabila kreditor preferen dan kreditor separatis sudah terpenuhi

haknya untuk mendapatkan pelunasan utangnya. 104

Perbedaan kedudukan di antara para kreditor diberikan agar para kreditor

memiliki perlindungan hukum dan kepastian hukum terhadap hak pelunasan yang

harus diterima.105 Kreditor konkuren masih memiliki kedudukan yang lemah

dalam memperoleh hak pelunasan. Padahal untuk mendapatkan kepastian hukum,

seharusnya kreditor konkuren memiliki kesempatan yang sama dalam

mendapatkan haknya sebagai subjek hukum dalam suatu perbuatan maupun

103
Ibid.
104
Munir Fuady, Op.Cit, hlm.103.
105
Nurlia Latukau, Bambang Winarno, Bambang sudjito, Perlindungan Hukum Bagi
Kreditor Atas Objek Jaminan Fidusia Yang Dibebani Fidusia Ulang Oleh Debitor Yang Sama,
“Jurnal Fakultas Hukum Brawijaya”, hlm.13.

Universitas Sumatera Utara


40

peristiwa hukum.106

Kedudukan kreditor konkuren pada saat debitor dinyatakan pailit memang

sangat tidak terjamin, meskipun kreditor konkuren memiliki kekuasaan untuk

menentukan arah atau nasib dari kepailitan debitor. Kreditor konkuren berhak

memutuskan apakah kepailitan berakhir dengan pembayaran secara berdamai atau

harta debitor dilikuidasi.107

Selain bersaing mendapatkan pembayaran utang dengan sesama kreditor

lainnya yang tidak dijamin pembayarannya, kreditor konkuren juga bersaing

dengan para kreditor preferen dan separatis yang akan berkedudukan sebagai

kreditor konkuren untuk sisa tagihan yang tidak dapat dibayar lunas dengan

penjualan barang jaminan atau penjualan barang dimana terdapat tagihan

preferen.108

Adanya tantangan kreditor konkuren dalam mendapatkan haknya menjadi

dasar bagi UU PKPU tidak memberikan penghapusan utang kepada debitor.

Pemberian penghapusan utang akan menimbulkan rasa ketidakadilan terutama

kepada para kreditor konkuren. Oleh karena itu, Pasal 204 UU PKPU memberikan

hak eksekusi kepada seluruh kreditor yang tagihannya belum dibayar lunas untuk

menuntut pemenuhan pembayaran utang di kemudian hari setelah daftar

pembagian penutup atau mengikat dan kepailitan berakhir.109

Sebaiknya kedudukan para kreditor tidak dibedakan, karena pada umumnya

106
Ibid,
107
Elita Ras Ginting, Hukum Kepailitan Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit,
(Jakarta: Sinar Grafika,2019), hlm.402
108
Ibid, hlm. 403.
109
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


41

kreditor yang berkedudukan sebagai kreditor konkuren tidak mengetahui bahwa

benda yang menjadi haknya telah dibebankan sebelumnya kepada kreditor

pertama. Sementara, secara hukum kedudukan yang diutamakan untuk

memberikan tagihan piutang terlebih dahulu diberikan kepada kreditor preferen

sebagai kreditor yang pertama kali mendaftarkan hak jaminannya. 110

Berdasarkan uraian pada bab ini dapat disimpulkan bahwa PKPU dapat

diajukan dengan alasan ketidakmampuan debitor untuk membayar kewajibannya

kepada kreditor, sehingga PKPU dapat membantu debitor yang dalam keadaan

tidak mampu membayar utangnya atau utangnya telah jatuh tempo mendapat

kesempatan untuk memohon penundaaan pembayaran utang sesuai waktu yang

telah ditentukan oleh UU PKPU.

Baik debitor maupun kreditor dapat mengajukan PKPU sesuai Pasal 222

dengan tetap harus memenuhi syarat dan prosedur yang telah diatur agar

permohonan PKPU dapat diterima. Selain itu, asas-asas yang telah diuraikan di

atas berlaku untuk memberikan perlindungan hukum dan kepastian hukum

terhadap debitor maupun kreditor di dalam PKPU.

PKPU juga terdiri dari dua jenis, yaitu PKPU sementara dan PKPU tetap.

PKPU sementara mengakibatkan kreditor tidak dapat dapat menagih utang-

utangnya selama PKPU sementara berlangsung, serta seluruh kekayaan debitor

berada dalam pengawasan, dalam hal ini pengurus tidak berwenang dalam upaya

pengalihan. Sementara, PKPU tetap mengakibatkan tidak dilakukannya eksekusi

atas barang sitaan yang tidak dijaminkan.

110
Nurlia Latukau, Bambang Winarno, Bambang sudjito, Op.Cit.hlm.14

Universitas Sumatera Utara


42

PKPU juga mengenal tiga kreditor yang memiliki hak dan kedudukan yang

berbeda satu sama lain. Kreditor separatis memiliki hak yang istimewa walaupun

debitor pailit, masih mempunyai hak untuk eksekusi. Kreditor preferen

mempunyai hak istimewa yang utangnya harus didahulukan pembayarannya.

Kreditor konkuren tidak mempunyai hak yang diistimewakan dan dalam

mendapatkan haknya setelah kedua kreditor mendapatkan haknya. Kejelasan

kedudukan kreditor penting diketahui untuk memberikan kepastian hukum dalam

pemenuhan haknya.

Universitas Sumatera Utara


43

BAB III

PROSES PENGAJUAN UPAYA PERDAMAIAN DALAM PKPU

A. Prosedur Perdamaian dalam PKPU

Perdamaian dalam PKPU merupakan upaya yang dapat ditempuh untuk

menghindari debitor dari pernyataan pailit. Permohonan rencana perdamaian

dapat diajukan baik oleh debitor maupun kreditor. Hal ini sebagaimana diatur

Pasal 222 Ayat (2) dan (3) sebagai berikut :111

(2) Debitor yang tidak dapat atau memperkirakan bahwa ia tidak akan dapat

melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat

ditagih, dapat memohon penundaan kewajiban pembayaran utang dengan

maksud untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran

pembayaran seluruh atau sebagian utang kepada kreditor.

(3) Kreditor yang memperkirakan bahwa debitor tidak dapat melanjutkan

membayar utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat

memohon agar kepada debitor diberi penundaan kewajiban pembayaran

utang, untuk memungkinkan debitor mengajukan rencana perdamaian yang

meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruhnya utang kepada

kreditornya.

Prosedur yang harus dijalani dalam pengajuan perdamaian dalam rangka

PKPU antara lain:112

1) Rencana perdamaian diajukan dapat bersamaan dengan diajukannya

permohonan PKPU.

111
Indonesia,(Kepailitan dan PKPU), Op.Cit,Pasal 222 ayat 2 dan 3
112
Jono, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm.170.

Universitas Sumatera Utara


44

2) Apabila rencana perdamaian diajukan sesudah permohonan PKPU harus

sebelum jatuhnya hari sidang selambat-lambatnya menurut ketetapan

PKPU sementara yakni sebelum lewat batas waktu 45 hari, dan rencana

perdamaian sebagaimana dimaksudkan tersebut harus disediakan di

kepaniteraan untuk dapat diperiksa oleh siapapun tanpa dikenakan

(dipungut) biaya dan harus disampaikan kepada Hakim pengawas,

pengurus dan ahli, bila ada secepat mungkin setelah rencana tersebut

tersedia.113

3) Apabila rencana perdamaian dilampirkan pada permohonan PKPU, atau

telah disampaikan oleh debitur sebelum sidang, maka hakim pengawas

harus menentukan;

a) Hari terakhir harus disampaikan kepada pengurus; 114

b) Tanggal dan waktu rencana perdamaian yang diusulkan itu akan

dibicarakan dan diputuskan dalam rapat kreditur yang dipimpin oleh

hakim pengawas;115

c) Batas tenggang waktu antara point 1) dan 2) paling sedikit 14

(empat belas) hari;116

4) Pengurus wajib memberitahukan hal-hal yang disebut di atas (point c)

kepada semua kreditur yang dikenal baik dengan surat tercatat maupun

melalui kurir.117

5) Atas seluruh tagihan yang diajukan kepada pengurus dengan cara

113
Indonesia (Kepailitan dan PKPU), Op.Cit, Pasal 229 ayat (3)
114
Ibid,Pasal 268 Ayat (1) huruf a
115
Ibid, Pasal 268 Ayat (1) huruf b
116
Ibid.
117
Ibid, Pasal 225 Ayat (4)

Universitas Sumatera Utara


45

menyerahkan surat tagihan atau bukti-bukti tertulis lainnya yang

menyebutkan sifat dan jumlah tagihan disertai bukti yang mendukung dan

atas tagihan yang diajukan kepada pengurus, kreditur dapat meminta tanda

terima dari pengurus.118

6) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud di atas tidak dapat dipenuhi,

atau jika kreditur karena belum dapat memberikan suara mereka mengenai

rencana perdamaian, maka atas permintaan debitur para kreditur harus

menentukan penerimaan atau penolakan penundaan kewajiban pembayaran

utang secara tetap dengan maksud untuk memungkinkan debitor, pengurus

dan para kreditur untuk mempertimbangkan dan menyetujui perdamaian

pada rapat atau sidang yang diadakan selanjutnya. 119

7) Apabila PKPU secara tetap sebagaimana yang dimaksud di atas disetujui,

maka penundaan tersebut berikut perpanjangannya tidak boleh melebihi

270 hari terhitung sejak putusan PKPU sementara ditetapkan.120

8) Rencana perdamaian akan gugur demi hukum apabila sebelum putusan

PKPU berkekuatan hukum tetap, ternyata kemudian datang keputusan

yang berisikan penghentian PKPU tersebut.121

Selain diatur dalam UU PKPU, prosedur pengajuan rencana perdamaian

juga diatur dalam Surat Ketua Mahkamah Agung No. 109/KMA/SK/2020 tentang

Pemberlakuan Buku Pedoman Penyelesaian Perkara Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang (untuk selanjutnya disingkat dengan SKMA

118
Ibid,Pasal 270 Ayat (1) dan (2)
119
Ibid, Pasal 228 Ayat (4)
120
Ibid, Pasal 228 Ayat (6)
121
Ibid, Pasal 267

Universitas Sumatera Utara


46

109/2020). Lahirnya SKMA 109/2020 sebagai pedoman bagi pengadilan niaga

agar memiliki pemahaman yang sama dan konsisten dalam memeriksa, mengadili,

dan memutus perkara kepailitan dan PKPU berdasarkan UU PKPU. 122

Adapun tata cara pengajuan rencana perdamaian yang tercantum di dalam

SKMA 109/2020 :123

1) Rencana perdamaian dapat diajukan debitor :

a. Bersamaan dengan permohonan PKPU

b. Selama proses pemeriksaan permohonan PKPU

c. Setelah putusan PKPU diucapkan.

2) Apabila rencana perdamaian diajukan bersamaan dengan permohonan

PKPU atau seluruh selama proses pemeriksaan PKPU, maka rencana

perdamaian tersebut harus disediakan di kepaniteraan dan situs pengadilan

agar dapat dilihat oleh setiap orang dengan cuma-cuma.

3) Rencana perdamaian yang diajukan debitor bersamaan dengan permohonan

PKPU, selama pemeriksaan permohonan PKPU atau setelah putusan

putusan sementara diucapkan, adanya rencana perdamaian juga harus ikut

dimuat di dalam pengumuman dan dapat dilihat di kepaniteraan niaga dan

situs pengadilan.

4) Apabila rencana perdamaian diajukan setelah putusan PKPU sementara

diucapkan, salinan rencana perdamaian harus segera disampaikan kepada

hakim pengawas, pengurus, dan ahli sebagaimana Pasal 266 UU PKPU.

122
Dikutip SKMA Nomor 109/KMA/SK/IV/2020, hlm.1
123
Ibid, hlm.78

Universitas Sumatera Utara


47

Perdamaian yang ditawarkan oleh debitor pailit berisi beberapa

kemungkinan atau alternatif yang akan dipilih oleh para kreditor, yaitu : 124

a. Debitor pailit menawarkan kepada kreditornya, bahwa ia akan membayar

(sanggup membayar) dalam jumlah tertentu dari utangnya (tidak dalam

jumlah keseluruhannya).

b. Debitor pailit akan menawarkan likuidasi perdamaian (liquidatie accoord),

yakni si pailit menyediakan hartanya bagi kepentingan para kreditor untuk

dijual di bawah pengawasan seorang pengawas, dan hasil penjualannya

dibagi untuk para kreditor. Apabila hasil penjualan itu tidak mencukupi,

maka debitor pailit dibebaskan untuk membayar sisa yang belum terbayar.

c. Debitor pailit menawarkan untuk meminta penundaan pembayaran dan

diperbolehkan mengangsur utangnya untuk beberapa waktu.

B. Syarat-Syarat Diterimanya Perdamaian dalam PKPU

Rencana perdamaian PKPU dapat diajukan pada saat bersamaan dengan

diajukannya PKPU, setelah diajukannya PKPU ataupun setelah berlangsungnya

PKPU sementara.125

Adapun syarat yang harus terpenuhi dalam perdamaian berdasarkan Pasal

281 UU PKPU :126

a) Persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) jumlah kreditor konkuren yang

haknya diakui atau sementara diakui yang hadir pada rapat kreditor

124
Zainal Asikin S.U, Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia,
(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2001), hlm.88.
125
Susanti Adi Nugroho, Op.Cit,298.
126
Indonesia (Kepailitan dan PKPU), Op.Cit,Pasal 281

Universitas Sumatera Utara


48

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 268, termasuk kreditor sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 280, yang bersama-sama mewakili paling sedikit 2/3

(dua pertiga) bagian dari seluruh tagihan yang diakui atau sementara diakui

dari kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut.

b) Persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) jumlah kreditor yang piutangnya

dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak

agunan atas kebendaan lainnya yang hadir dan mewakili paling sedikit 2/3

(dua pertiga bagian dari seluruh tagihan kreditor tersebut atau kuasanya

yang hadir dalam rapat tersebut.

Dalam hal ini debitor harus menyusun rencana perdamaian yang layak dan

menguntungkan agar para kreditor bersedia menerima rencana perdamaian. Lalu,

apabila rencana perdamaian tersebut telah disahkan, maka akan mempunyai

kekuatan hukum mengikat.127 Rencana perdamaian yang dianggap layak dalam

oleh kreditor memiliki kriteria sebagai berikut :128

1) Debitor masih memiliki prospek usaha yang baik untuk mampu melunasi

utang tersebut, apabila debitor diberi penundaan utang dalam jangka waktu

tertentu, baik atau tanpa diberikan keringanan persyaratan dan diberi

tambahan utang baru;

2) Utang debitor dianggap layak untuk direstrukturisasikan dari pada apabila

debitor dinyatakan pailit;

127
Ibid,
128
Sutan Remy, Op.Cit, hlm.457

Universitas Sumatera Utara


49

3) Apabila syarat-syarat utang berdasarkan kesepakatan restrukturisasi menjadi

lebih menguntungkan bagi para kreditor daripada apabila tidak dilakukan

restrukturisasi.

C. Kedudukan Kreditor dalam Perdamaian

Suatu rencana perdamaian mempunyai kekuatan hukum mengikat apabila

telah disahkan (homologasi) oleh pengadilan niaga. Rencana perdamaian tersebut

ditawarkan oleh pihak debitor kepada para kreditor. Dalam rencana perdamaian

tersebut yang berkewajiban menyelesaikan utang adalah debitor, sedangkan para

kreditornya diharapkan melepaskan segala tuntutannya. Dengan demikian,

kepentingan masing-masing pihak dapat dikompromikan dan akan menghasilkan

kesepakatan.129

Namun demikian posisi para kreditor dalam rencana perdamaian lebih

menguntungkan daripada debitor. Meskipun kreditor bersedia melepaskan

sebagian tuntutannya, tetapi dilakukan dengan mempertimbangkan

kepentingannya agar tidak dirugikan. Jika tawaran dari debitor dianggap tidak

sesuai, para kreditor dapat meminta debitor untuk menaikkan nilai pembayaran. 130

Hubungan yang erat antara debitor dan kreditor sangat terlihat jelas dalam

proses perdamaian. Dalam perdamaian dibutuhkan kesepakatan di antara para

kreditor atas usulan perdamaian yang diajukan oleh debitor. Untuk itu, kedudukan

129
Anton Suyatno, Op.Cit,hlm.70
130
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


50

antar para kreditor menjadi hal penting dan perlu untuk ditinjau lebih

mendalam.131

Dalam hukum kepailitan mengenal prinsip structured creditors, yang mana

prinsip tersebut membagi kreditor berdasarkan kedudukannya atas hak yang

dimiliki tiap-tiap kreditor. Antara satu kreditor dengan yang lainnya bisa memiliki

nilai piutang yang berbeda-beda, termasuk kepemilikian hak jaminan. Kreditor

yang tidak memegang hak jaminan dikatakan sebagai pemegang jaminan

umum.132

Penggunaan prinsip ini diperlukan untuk membantu proses pemenuhan

utang debitor yang memiliki banyak kreditor dalam hal penyelesaian harta pailit,

agar nantinya kreditor tidak saling berebut karena terdapat pembagian yang tertib

dan adil.133

131
Adhani Rachmi Zulhadi dan Parulian Paidi,Op.Cit, hlm.2.
132
Arijna Nurin Sofia, Kedudukan Hak Suara Kreditor Preferen Dalam Persetujuan
Rencana Perdamaian Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Jurist Diction, Vol 3 No.
4, hlm. 1420
133
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


51

Skema Kedudukan Kreditor dalam perdamaian:134

Kreditor Separatis
Kreditor
memegang
jaminan
Kreditor Preferen
Kreditor
Kreditor yang
Kreditor
tidak memegang
Konkuren
jaminan

Kreditor dalam skema ini diklasifikasikan atas ada atau tidak adanya

jaminan atau tidak adanya jaminan. Di dalam skema ini kreditor separatis sebagai

kreditor yang mempunyai hak kebendaan atas piutangnya sehingga dapat

melakukan eksekusi terhadap objek jaminan.135

Selanjutnya, kreditor preferen merupakan kreditor yang diberikan undang-

undang hak untuk didahulukan, meskipun kreditor preferen bukanlah pemegang

jaminan kebendaan, sebenarnya ia satu kedudukan dengan kreditor konkuren

tetapi karena undang-undang kedudukannya menjadi istimewa.136

Lebih lanjut, kreditor konkuren merupakan kreditor yang tidak mempunyai

hak kebendaan, akan tetapi hanya memiliki jaminan umum. Berdasarkan Pasal

1131 KUHPerdata, segala barang baik bergerak dan tak bergerak, barang yang

akan ada dan barang yang sudah ada milik debitor, menjadi jaminan bagi

134
Ibid.
135
Ibid.
136
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


52

perikatan debitor, yaitu jaminan mendapat pelunasan piutangnya tetapi

kedudukannya kalah dengan kreditor lainnya. 137

Walaupun tidak mempunyai keistimewaan, kreditor konkuren memiliki hak

suara yang sangat jelas dalam perdamaian. Kreditor konkuren merupakan kreditor

yang dapat menentukan debitor pailit atau tidak. Kreditor istimewa seperti

kreditor separatis dan kreditor preferen dapat memberikan hak suaranya, tetapi

mereka harus melepas hak istimewanya dan mengubah statusnya menjadi kreditor

konkuren.138

Jika putusan perdamaian yang disahkan di dalamnya berisi tentang jangka

waktu pembayaran, putusan ini mengikat para kreditor, baik yang mengajukan

maupun yang tidak mengajukan. Hal tersebut akan diselesaikan sesuai tata cara

penyelesaian dalam rencana perdamaian tersebut.139

Dalam hal ini terlihat bahwa perdamaian dalam PKPU mempunyai manfaat

bagi debitur, karena kesepakatan perdamaian akan mengikat kreditur lain diluar

PKPU. Dengan demikian, debitur dapat melanjutkan restrukturisasi usahanya,

tanpa takut dicampuri oleh tagihan-tagihan kreditur-kreditur yang berada diluar

PKPU.140

137
Ibid.
138
Ibid.
139
Susanti Adi Nugroho, Op.Cit,hlm.293
140
Umar Haris Sanjaya, Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Dalam Hukum
Kepailitan, (Jakarta: NFP Publishing, 2014), hlm 29.

Universitas Sumatera Utara


53

D. Akibat Hukum Perdamaian dalam PKPU

Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, PKPU bertujuan

untuk memberikan kesempatan kepada para pihak untuk membuat rencana

perdamaian dengan para kreditor. Perdamaian menjadi suatu bagian penting

dalam PKPU. Oleh karena itu, tidak ada gunanya melakukan PKPU apabila para

pihak tidak bersungguh-sungguh mengusahakan perdamaian.141

Akibat hukum perdamaian antara lain :142

1) Bagi debitor dan kreditor, rencana perdamaian yang telah disepakati oleh

debitor dan para kreditor baik dengan atau tanpa adanya perubahan

perubahan dan setelah kesepakatan itu disahkan oleh pengadilan niaga,

maka perjanjian perdamaian tersebut mengikat baik debitor dan para

kreditor.

2) Hubungan antara debitor dan kreditor tidak lagi diatur dengan ketentuan-

ketentuan perjanjian utang piutang. Perjanjian ini menjadi tidak berlaku lagi

setelah rencana perdamaian telah disepakati oleh pengadilan niaga tetapi

diatur dengan syarat-syarat dan ketentuan dalam rencana perdamaian.

Kesepakatan ini menimbulkan perjanjian baru mengenai segala sengketa

utang lama diselesaikan menurut syarat-syarat dan ketentuan ketentuan yang

tertuang dalam perjanjian perdamaian.

Akibat-akibat hukum dari disahkannya perdamaian oleh Pengadilan Niaga

terdapat di dalam Pasal 162, 163, 164, 165, 166, 167, 168, dan Pasal 169 UU

141
Munir Fuady, Op.Cit, hlm.197
142
Susanti Adi Nugroho, Op.Cit, 299

Universitas Sumatera Utara


54

PKPU:143

1) Perdamaian yang disahkan berlaku bagi semua kreditor yang tidak

mempunyai hak untuk didahulukan , dengan tidak ada pengecualian, baik

yang telah mengajukan diri dalam kepailitan maupun tidak.144

2) Dalam perdamaian ditolak, debitor pailit tidak dapat lagi menawarkan

perdamaian.145

3) Pengesahan perdamaian yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

merupakan alas hak yang dapat dijalan debitor dan semua orang

menanggung pelaksanaan perdamaian sehubungan piutang yang diakui

sejauh tidak dibantah oleh debitor.146

4) Meskipun sudah ada perdamaian kreditor memiliki hak terhadap para

penanggung serta sesama debitor, hak terhadap benda pihak ketiga tetap

dimilikinya seolah-olah tidak ada suatu perdamaian.147

5) Dalam pengesahan perdamaian maka kepailitan berakhir, maka kurator

dalam hal ini wajib melaporkan dalam berita negara republik indonesia

paling sedikit 2 surat kabar harian.148

6) Setelah pengesahan perdamaian kurator bertanggung jawab terhadap debitor

dihadapan hakim pengawas, dalam hal perdamaian tidak menetapkan

ketentuan lain, kurator wajib mengembalikan kepada debitor semua benda,

uang, dan dokumen yang termasuk harta pailit dengan menerima tanda

143
Sunarmi, Op.Cit, hlm 149-151.
144
Indonesia (Kepailitan dan PKPU), Op.Cit, Pasal 162
145
Ibid, Pasal 163
146
Ibid, pasal 164
147
Ibid, pasal 165
148
Ibid, pasal 166

Universitas Sumatera Utara


55

terima yang sah.149

7) Jumlah uang yang diterima kreditor dan menjadi hak kreditor telah

dicocokkan berdasarkan hak istimewa yang diakui serta biaya kepailitan

wajib diserahkan kepada kurator, kecuali apabila debitor memberikan

jaminan. Selama belum dipenuhi kurator wajib menahan semua benda yang

termasuk harta pailit. setelah lewat waktu 30 hari setelah perdamaian,

debitor belum melunasi kewajibannya, maka kurator berkewajiban melunasi

dari harta pailit yang tersedia. Jumlah utangnya harus di bagian sesuai

dengan hak yang telah ditentukan oleh undang-undang.150

Adapun akibat perdamaian bagi pemegang saham dalam perusahaan debitur

secara tidak langsung akan mengikat para pemegang saham debitur yang

merupakan salah satu organ perusahaan UU PKPU memang tidak menentukan

secara tegas bahwa rencana perdamaian harus memperoleh persetujuan RUPS.151

Dengan disahkannya perdamaian maka PKPU berakhir. Hal ini sesuai

dengan pasal 288 UU PKPU yang menyatakan bahwa:152

“Penundaan pembayaran utang berakhir pada saat putusan pengesahan

perdamaian memperoleh kekuatan hukum tetap dan pengurus wajib

mengumumkan pengakhiran ini dalam Berita Negara Republik Indonesia

dan paling sedikit 2 surat kabar harian sebagaimana dimaksud dalam pasal

227”.

149
Ibid, Pasal 167
150
Ibid, 168
151
Naomi Tri Yuristia, Akibat Hukum Kelalaian Debitur Untuk Memenuhi Perjanjian
Perdamaian Dalam Pkpu ( Study Putusan No.01/Pdt.Khusus/Pembatalan/2014/PN.Niaga.Mdn
Jo.03/PKPU/2013/PN.Niaga.Mdn ), ( Medan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ,2015),
hlm.68-69.
152
Indonesia (Kepailitan dan PKPU), Op.Cit, Pasal 288

Universitas Sumatera Utara


56

Perjanjian yang telah disahkan dan memperoleh kekuatan hukum tetap,

mengakhiri PKPU dan debitor harus melaksanakan kewajibannya untuk

membayar utangnya kepada kreditor, sedangkan para kreditor berhak menerima

pelunasan utangnya dari debitor sesuai dengan total tagihan dan cara pembayaran

yang telah ditentukan.153

Jika pihak debitor tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana telah

ditentukan dalam perjanjian perdamaian yang telah disepakati, maka para kreditor

sebagai pihak yang dirugikan atas tidak terlaksanakannya perjanjian perdamaian

dapat menuntut pembatalan perjanjian perdamaian yang telah disahkan tersebut

sebagaimana diatur dalam ketentuan pasal 170 ayat 1 dan pasal 171 UU PKPU. 154

Maka pada bab ini dapat disimpulkan bahwa baik debitor maupun kreditor

dapat mengajukan perdamaian dalam PKPU sesuai dengan Pasal 222 dengan

memenuhi ketentuan mengenai prosedur yang ada. Adapun syarat agar

diterimanya rencana perdamaian, sesuai dengan Pasal 281, dengan dilakukannya

pengambilan suara kreditor konkuren dan separatis, dimana ada ketentuan

pengambilan suarajumlah minimal dan maksimal suara di dalam rapat dan dinilai

layak untuk diterima.

Dalam rencana perdamaian, baik kreditor separatis, kreditor preferen, dan

kreditor konkuren memiliki kedudukan yang berbeda. Walaupun kreditor separatis

dan preferen mempunyai hak yang diistimewakan, kreditor konkuren dapat

menentukan apakah debitor pailit atau tidak dengan melakukan pengambilan

153
Ivan Harsono, Paramita Prananingtyas, Analisis Terhadap Perdamaian Dalam PKPU
Dan Pembatalan Perdamaian Pada Kasus Kepailitan PT Njonja Meneer, “Notarius”, Vol.12
No.2,hlm.1076
154
Ibid, hlm. 1078

Universitas Sumatera Utara


57

suara. Meskipun demikian, kreditor separatis dan konkuren bisa saja mendapatkan

hak untuk pengambilan suara namun mereka harus melepaskan status separatis

dan preferen mereka. Terakhir, perdamaian akan berakibat hukum debitor harus

membayar utang-utangnya kepada kreditor yang telah disepakati jika rencana

perdamaian telah disahkan.

Universitas Sumatera Utara


58

BAB IV

ASPEK HUKUM PENOLAKAN PERDAMAIAN OLEH KREDITOR

KONKUREN DALAM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN

UTANG SEBAGAI UPAYA MEMPEROLEH PEMBAYARAN

TERHADAP HAK TAGIHNYA

A. Pertimbangan Hukum dalam Penolakan Upaya Perdamaian oleh

Kreditor dalam Putusan Nomor : 21/Pdt.Sus-Pkpu/2020/Pn Niaga Sby

1. Kasus Posisi

Putusan ini terkait dengan permohonan PKPU pada tingkat pertama yang

diajukan oleh tujuh kreditor terhadap satu orang debitor. Tujuh kreditor tersebut,

antara lain: Suwandi, Rudi Hartono, Sugiatno, Wiyatno, Indro Wibawa, Indra

Santana Boesono, sedangkan debitor, yaitu PT. Lelewatu Sumba Archipelago.

Atas permohonan ini, hakim mengabulkan permohonan PKPU Sementara selama

45 hari setelah putusan diucapkan, serta mengangkat hakim pengawas, kurator

dan pengurus untuk bersama mengurus harta debitor. Debitor memiliki utang

sebesar 59,84 miliar (kreditor separatis) dan sebesar 5,77 miliar (kreditor

konkuren).

Dalam tenggang waktu PKPU Sementara, telah dilakukan rapat kreditur

dengan agenda pembahasan rencana perdamaian yang diajukan oleh debitor.

Rapat tersebut mengundang satu kreditor separatis (PT Bank Negara Indonesia)

dan delapan kreditor konkuren (PT. Asuransi Tri Pakarta,Suwandi, Rudi hartono,

Universitas Sumatera Utara


59

Sugiatno, Wiyatno, Indro wibowo, Indri Santono boesono, Liem Beny Bendatu).

Berdasarkan hasil rapat tersebut, tujuh kredior konkuren menolak perdamaian,

satu kreditor konkuren absen dan satu kreditor separatis meminta agar

dilakukannya PKPU Tetap. Merujuk hasil pemungutan suara tersebut, maka

perdamaian tidak tercapai dan debitor dinyatakan pailit. Hakim dalam memutus

perkara ini juga merujuk pada beberapa putusan dan laporan hakim pengawas,

antara lain: (1) Laporan dan rekomendasi dari Hakim Pengawas dan Tim

Pengurus tanggal 15 dan 14 Juli 2020; dan (2) Putusan No. 21/Pdt.Sus-

PKPU/2020/PN.Niaga.Sby. tanggal 04 Juni 2020.

2. Pertimbangan Hukum

Hakim dalam memutus perkara ini telah mempertimbangkan syarat

permohonan PKPU sesuai Pasal 222, yaitu adanya utang yang telah jatuh tempo

dan dapat ditagih, serta terdapat dua atau lebih kreditor. Hakim juga

mendengarkan dan mempelajari laporan dan rekomendasi dari hakim pengawas

dan pengurus bahwa dari hasil pemungutan suara dari semua kreditor yang hadir

menolak rencana perdamaian sehingga debitor dinyatakan pailit dengan segala

akibat hukumnya. Berdasarkan hal tersebut, hakim menyatakan debitor pailit

dengan merujuk pada Pasal 281 Ayat (1) UU PKPU dan SKMA 109/2020

halaman 78 tentang perhitungan hasil pemungutan suara dan Pasal 289 UU PKPU

tentang akibat penolakan rencana perdamaian. Lalu, berdasarkan Pasal 15 (1) UU

PKPU, hakim mengangkat kurator dan hakim pengawas.

Universitas Sumatera Utara


60

B. Pertimbangan Hukum dalam Penolakan Upaya Perdamaian oleh

Kreditor Dalam Putusan Nomor : 15/Pdt.Sus- Pkpu/2020/Pn.Niaga.Sby

1. Kasus Posisi

Putusan ini terkait dengan permohonan PKPU pada tingkat pertama yang

diajukan oleh debitor yaitu Paulus Tjondro selaku direktur PT. Phasco terhadap

dirinya sendiri. Dalam putusan ini debitor selaku pihak pemohon dan termohon

PKPU terdiri dari satu kreditor separatis ( Bank OCBC ), dan 10 kreditor

konkuren (PT. Adhi Usaha Lestari, CV Anugerah Cemerlang Jaya, PT Dua

Perkasa, PT Duta Citra Nusa Jaya, PT Fasco, PT Indalek, PT Indokarya

Anugerah, Masa Scafolding, CV Melimpah ASB, PT Mitra Bangun Graha).

Atas permohonan ini, hakim mengabulkan permohonan PKPU Sementara

selama 45 hari setelah putusan diucapkan, serta mengangkat hakim pengawas,

kurator dan pengurus untuk bersama mengurus harta debitor.

Dalam masa tenggang PKPU Sementara selama 45 hari setelah putusan

diucapakan, diselenggarakan rapat kreditor dengan agenda pembahasan rencana

perdamaian yang dibuat debitor yang dihadiri para kreditor. Rapat ini semua

kreditor hadir menyetujui PKPU Sementara diperpanjang menjadi PKPU Tetap

selama 45 hari.

Dalam masa tenggang PKPU Tetap berakhir selama 45 hari setelah

putusan diucapkan, diselenggarakan rapat kreditor terhadap rencana perdamaian

yang dibuat debitor. bahwa di dalam rapat tersebut dihadiri satu kreditor separatis

dan sepuluh kreditor konkuren. Berdasarkan rapat tersebut sembilan kreditor

konkuren menolak perdamaian, satu kreditor konkuren absen dan satu lagi

Universitas Sumatera Utara


61

kreditor separatis menolak perdamaian. Merujuk hasil pemungutan suara tersebut,

maka perdamaian tidak tercapai dan debitor dinyatakan pailit. Hakim dalam

memutus perkara ini juga merujuk pada putusan dan laporan hakim pengawas

sebelumnya, yaitu: (1) Putusan No. 15/Pdt.Sus-PKPU/2020/PN.Niaga.Sby.

tanggal 18 Maret 2020; dan (2) Laporan dan rekomendasi dari Hakim Pengawas

dan Tim Pengurus tanggal 17 Juni 2020.

2. Pertimbangan Hukum

Hakim dalam memutus perkara ini telah mempertimbangkan syarat

permohonan PKPU sesuai Pasal 222, yaitu adanya utang yang telah jatuh tempo

dan dapat ditagih, serta terdapat dua atau lebih kreditor. Hakim juga

mendengarkan dan mempelajari laporan dan rekomendasi dari hakim pengawas

dan pengurus bahwa dari hasil pemungutan suara dari semua kreditor yang hadir

menolak rencana perdamaian sehingga debitor dinyatakan pailit dengan segala

akibat hukumnya. Berdasarkan hal tersebut, hakim menyatakan debitor pailit

dengan merujuk pada Pasal 281 Ayat (1) UU PKPU dan SKMA 109/2020

halaman 78 tentang perhitungan hasil pemungutan suara dan Pasal 289 UU PKPU

tentang akibat penolakan rencana perdamaian. Lalu, berdasarkan Pasal 15 (1) UU

PKPU, hakim mengangkat kurator dan hakim pengawas.

Universitas Sumatera Utara


62

C. Analisis Akibat Hukum Penolakan Perdamaian oleh Kreditor

Konkuren dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang sebagai

Upaya Memperoleh Pembayaran Terhadap Hak Tagihnya

Analisis terhadap Putusan No. 21/Pdt.Sus-Pkpu/2020/Pn.Niaga.Sby dan

Putusan No. 15/Pdt.Sus-Pkpu/2020/Pn.Niaga.Sby secara komprehensif akan

dilakukan berdasarkan aspek hukum yang telah dibahas pada bab-bab

sebelumnya. Analisis per aspek diharapkan dapat memudahkan dalam memahami

uraian sesuai dengan teori dan dasar hukum yang telah dijelaskan sebelumnya.

Setelah itu, pada akhirnya dapat diketahui akibat hukum dari penolakan

perdamaian oleh kreditor.

Sebagaimana telah diketahui bahwa PKPU bertujuan untuk membantu

debitor dalam memenuhi kewajibannya. Pada dasarnya manfaat ini tidak hanya

akan dirasakan oleh debitor tetapi juga kreditor.155 Untuk itu, baik debitor maupun

kreditor dapat mengajukan permohonan PKPU. Pada kasus pertama, pihak

kreditor (tujuh orang kreditor) yang mengajukan PKPU terhadap debitor mereka,

sedangkan pada kasus kedua pihak debitor yang mengajukan PKPU terhadap

dirinya sendiri. Hal ini dimungkinkan sebagaimana diatur dalam Pasal 222 Ayat

(1) UU PKPU bahwa PKPU dapat diajukan oleh debitor yang mempunyai lebih

dari satu kreditor atau oleh kreditor. Para kreditor pada kasus pertama mengajukan

PKPU karena kreditor memperkirakan bahwa debitor tidak dapat melanjutkan

pembayaran utangnya yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih. Sementara, pada

kasus kedua, debitor merasa tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat

155
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


63

membayar utang-utangnya yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih.

Syarat Pengajuan PKPU

Sebelum mengajukan PKPU, maka perlu untuk menganalisis apakah

pengajuan yang ditujukan kepada pengadilan niaga telah memenuhi persyaratan.

Untuk pengajuan PKPU, merujuk pada Pasal 224 Ayat (1) sampai dengan (5),

maka dokumen yang harus dilengkapi antara lain: (1) surat permohonan

bermaterai yang ditandatangani oleh debitor/kreditor dan advokatnya; (2) surat

kuasa; (3) izin advokat; (4) alamat dan identitas lengkap kreditor dan sifat/jumlah

masing-masing tagihan; (5) laporan keuangan; (6) rencana perdamaian.156

Pada kasus pertama, dokumen yang belum terlihat dari Putusan No.

21/Pdt.Sus-Pkpu/2020/Pn.Niaga.Sby adalah keterangan mengenai sifat tagihan,

laporan keuangan, serta rencana perdamaian. Putusan hanya memuat keterangan

mengenai jumlah tagihan dari masing-masing kreditor dengan total sebesar 59,84

miliar (kreditor separatis) dan sebesar 5,77 miliar (kreditor konkuren). Selain itu,

tidak terdapat laporan keuangan yang disinggung dalam putusan. Laporan ini

diasumsikan terdapat di dalam laporan dan rekomendasi dari hakim pengawas dan

tim pengurus tanggal 14-15 Juli 2020 sehingga tidak lagi dicantumkan dalam

putusan. Sementara, rencana perdamaian tidak dilampirkan pada saat pengajuan

PKPU oleh para kreditor tetapi diajukan oleh debitor pada masa PKPU sementara

dan dibahas pada rapat kreditor pada 23 Juni 2020.

156
Hadi Subhan, Op.Cit, hlm.148.

Universitas Sumatera Utara


64

Pada kasus kedua, dokumen yang belum terlihat dari Putusan No.

15/Pdt.Sus-Pkpu/2020/Pn.Niaga.Sby adalah keterangan mengenai sifat dan

jumlah tagihan, laporan keuangan, serta rencana perdamaian. Putusan tidak

memuat keterangan mengenai sifat dan jumlah tagihan dari masing-masing

kreditor. Selain itu, tidak terdapat laporan keuangan yang disinggung dalam

putusan. Laporan ini diasumsikan terdapat di dalam laporan dan rekomendasi dari

hakim pengawas dan tim pengurus tanggal 17 Juni 2020 sehingga tidak lagi

dicantumkan dalam putusan. Sementara, tidak ada keterangan kapan rencana

perdamaian disampaikan, tetapi rencana diajukan oleh debitor pada masa PKPU

sementara dan dibahas pada rapat kreditor pada 4 Mei 2020.

Selain syarat dokumen yang harus dilengkapi, terdapat pula syarat yang

harus dipenuhi agar permohonan PKPU dapat dikabulkan sebagaimana diatur

dalam Pasal 222 Ayat (3) UU PKPU. Jika pemohon adalah kreditor, syarat yang

harus dipenuhi, antara lain: (1) adanya utang; (2) utang jatuh tempo dan dapat

ditagih; (3) satu kreditor; (4) kreditor memperkirakan debitor tidak dapat

melanjutkan pembayaran utangnya. Sementara jika pemohon adalah debitor,

syarat uang harus dipenuhi, antara lain: (1) adanya utang; (2) utang jatuh tempo

dan dapat ditagih; (3) dua atau lebih kreditor; (4) debitor tidak dapat atau

memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan pembayaran utangnya. 157

Pada kasus pertama, para kreditor selaku pemohon PKPU telah memenuhi

empat hal yang dipersyaratkan. Untuk syarat utang, secara jelas disebutkan bahwa

debitor memiliki utang sebesar 59,84 miliar (kreditor separatis) dan sebesar 5,77

157
Stevi G. Tampemawa, Op.Cit., hlm.10.

Universitas Sumatera Utara


65

miliar (kreditor konkuren). Untuk syarat utang jatuh tempo dan dapat ditagih

memang tidak ditemukan keterangan tanggal jatuh tempo dalam putusan ini.

Namun, dapat diasumsikan untuk mengetahui apakah telah jatuh tempo dan dapat

ditagih dapat dapat merujuk pada dikabulkannya permohonan PKPU Sementara

selama 45 hari. Dikabulkannya PKPU sementara bertujuan untuk memberi waktu

debitor untuk membayar utang-utangnya dan diangkatnya pengurus dan pengawas

agar dapat mengawasi tindakan debitor terhadap hartanya. Syarat minimal jumlah

kreditor juga telah terpenuhi mengingat sebanyak tujuh kreditor bertindak selaku

pemohon PKPU. Terakhir, kreditor memperkirakan debitor tidak dapat

melanjutkan pembayaran utangnya merujuk pada inisiatif kreditor dalam

mengajukan PKPU untuk memberi waktu kepada debitor untuk membayar

utangnya atau menawarkan rencana perdamaian.

Pada kasus kedua, debitor selaku pemohon PKPU juga telah memenuhi

empat hal yang dipersyaratkan meskipun masih terdapat beberapa hal yang perlu

ditelusuri lebih lanjut. Untuk syarat utang, putusan memang tidak menyebutkan

besaran utang yang ditanggung oleh debitor terhadap 10 kreditor. Namun, dengan

para kreditor menghadiri dan menyetujui secara aklamasi perpanjangan PKPU

sementara menjadi PKPU tetap berarti memang para kreditor mengakui adanya

piutang yang ditagihkan kepada debitor. Syarat minimal jumlah kreditor juga telah

terpenuhi mengingat sebanyak satu kreditor separatis dan sepuluh kreditor

konkuren yang terlibat dalam PKPU. Terakhir, debitor juga telah

mempertimbangkan tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat

melanjutkan pembayaran utangnya. Tentunya hal ini telah dilakukan pemeriksaan

Universitas Sumatera Utara


66

oleh hakim pengawas dan pengurus dalam laporannya tanggal 17 Juni 2020.

Kreditor dalam PKPU

Dalam PKPU dikenal tiga jenis kreditor yang memiliki hak dan kedudukan

yang berbeda satu sama lain, yaitu kreditor separatis, kreditor preferen, dan

kreditor konkuren. Kreditor separatis memiliki hak yang istimewa walaupun

debitor pailit, masih mempunyai hak untuk eksekusi. Kreditor preferen

mempunyai hak istimewa yang utangnya harus didahulukan pembayarannya.

Kreditor konkuren tidak mempunyai hak yang diistimewakan dan dalam

mendapatkan haknya setelah kedua kreditor mendapatkan haknya. Kejelasan

kedudukan kreditor penting diketahui untuk memberikan kepastian hukum dalam

pemenuhan haknya.

Baik kasus pertama maupun kasus kedua, pihak kreditor yang muncul

hanya kreditor separatis dan kreditor konkuren. Pada kasus pertama, terdapat

sebanyak delapan kreditor konkuren dan satu kreditor separatis, dimana tujuh dari

delapan kreditor tersebut bertindak selaku pemohon PKPU. Sementara pada kasus

kedua, terdapat sebanyak sepuluh kreditor konkuren dan satu kreditor separatis.

Pada keterangan dalam putusan terlihat bahwa, baik kreditor konkuren maupun

separatis, menggunakan haknya dalam proses PKPU sebagaimana akan dijelaskan

lebih lanjut dalam analisis berikutnya mengenai rencana perdamaian.

Upaya Perdamaian

Perdamaian dalam PKPU merupakan upaya yang ditempuh untuk

menghindari debitor dari pernyataan pailit. Permohonan rencana perdamaian

dapat diajukan baik oleh debitor maupun kreditor sebagaimana dimungkinkan

Universitas Sumatera Utara


67

pada Pasal 222 Ayat (2) dan (3). Lebih lanjut, rencana perdamaian dapat diajukan

bersamaan atau setelah diajukannya PKPU sebagaimana secara jelas dapat dilihat

pada ketentuan SKMA 109/2020. Apabila rencana perdamaian diajukan sesudah

permohonan PKPU harus sebelum jatuhnya hari sidang selambat-lambatnya

menurut ketetapan PKPU sementara yakni sebelum lewat batas waktu 45 hari, dan

rencana perdamaian sebagaimana dimaksudkan tersebut harus disediakan di

kepaniteraan untuk dapat diperiksa oleh siapapun tanpa dikenakan (dipungut)

biaya dan harus disampaikan kepada hakim pengawas, pengurus dan ahli, bila ada

secepat mungkin setelah rencana tersebut tersedia.158

Baik kasus pertama maupun kasus kedua, rencana perdamaian diajukan

sesudah permohonan PKPU, yakni pada saat hakim telah memutuskan untuk

mengabulkan permohonan PKPU sementara dengan jangka waktu 45 hari.

Debitor melalui kuasa hukumnya mengajukan rencana perdamaian pada saat rapat

para kreditor tanggal 23 Juni 2020 (kasus pertama) dan tanggal 4 Mei 2020 yang

dihadiri oleh hakim pengawas, pengurus, panitera pengganti, kuasa debitor, dan

para kreditor.

Rencana perdamaian yang ditawarkan oleh debitor pailit biasanya berisi

beberapa kemungkinan atau alternatif yang akan dipilih oleh para kreditor,

yaitu:159 (1) Debitor pailit menawarkan kepada kreditornya bahwa ia akan

membayar (sanggup membayar) dalam jumlah tertentu dari utangnya (tidak dalam

jumlah keseluruhannya); (2) Debitor pailit akan menawarkan likuidasi perdamaian

(liquidatie accoord), yakni si pailit menyediakan hartanya bagi kepentingan para


158
Indonesia (Kepailitan dan PKPU), Op.Cit,Pasal 229 ayat (3)
159
Zainal Asikin S.U, Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia,
(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2001), hlm.88.

Universitas Sumatera Utara


68

kreditor untuk dijual di bawah pengawasan seorang pengawas, dan hasil

penjualannya dibagi untuk para kreditor. Apabila hasil penjualan itu tidak

mencukupi, maka debitor pailit dibebaskan untuk membayar sisa yang belum

terbayar; dan (3) Debitor pailit menawarkan untuk meminta penundaan

pembayaran dan diperbolehkan mengangsur utangnya untuk beberapa waktu.

Sayangnya, pada kasus pertama dan kasus kedua tidak terdapat keterangan

mengenai isi proposal rencana perdamaian yang diajukan oleh debitor. Proposal

ini dapat diketahui jika meneliti lebih lanjut isi laporan dan rekomendasi dari

hakim pengawas dan pengurus.

Penolakan Perdamaian

Rencana perdamaian yang ditawarkan oleh debitor dapat disetujui atau

ditolak oleh para kreditor, hal tersebut dipengaruhi oleh bagaimana cara debitor

dapat meyakinkan para kreditor bahwa debitor masih layak untuk diberikan

kesempatan dalam melunasi utang-utangnya sesuai dengan yang tercantum dalam

proposal rencana perdamaian.160 Debitor diharapkan mampu menyusun rencana

perdamaian yang meyakinkan para kreditor untuk setuju menerimanya. Namun,

persetujuan tersebut harus memenuhi persyaratan pengambilan suara yang

ditentukan dalam Pasal 281 Ayat (1) UU PKPU, yaitu:161

a. Persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) jumlah kreditor konkuren yang

haknya diakui atau sementara diakui yang hadir pada rapat kreditor, yang

bersama-sama mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari

160
Rindy Ayu Rahmadiyanti, Akibat Hukum Penolakan Rencana Perdamaian Debitor
Oleh Kreditor Dalam Proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, “Notarius”, Edisi 2 No 2,
hlm. 260.
161
Indonesia (Kepailitan dan PKPU), Op.Cit, Pasal 281 Ayat 1.

Universitas Sumatera Utara


69

seluruh tagihan yang diakui atau sementara diakui dari kreditor konkuren

atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut.

b. Persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) jumlah kreditor yang piutangnya

dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak

agunan atas kebendaan lainnya yang hadir dan mewakili paling sedikit 2/3

(dua pertiga) bagian dari seluruh tagihan kreditor tersebut atau kuasanya

yang hadir dalam rapat tersebut.

Selain syarat hasil pengambilan suara sebagaimana disebutkan di atas,

penolakan atau persetujuan perdamaian oleh kreditor juga bergantung pada isi

proposal yang ditawarkan oleh debitor pada rencana perdamaian. Alternatif yang

dapat digunakan dalam rencana perdamaian untuk menyelamatkan kredit

bermasalah sebelum diselesaikan oleh lembaga hukum, antara lain melalui

penjadwalan kembali (rescheduling), persyaratan kembali (reconditioning), dan

penataan kembali (resctructuring).162 Sebagai contoh, restruktursasi utang dapat

menjadi salah satu bentuk proposal yang ditawarkan, baik untuk seluruh maupun

sebagian utang. Restrukturisasi utang merupakan suatu proses untuk merestruktur

utang yang bermasalah dengan tujuan untuk memperbaiki posisi keuangan

debitor.163 Proses ini dapat dilakukan dengan mempermudah atau meringankan

syarat pembayaran utang. Manfaat dari restrukturisasi utang bagi debitor, antara

lain:164

162
Surat edaran Bank Indonesia no. 26/4/1993 tanggal 29 Mei 1993 tentang Kualitas
Aktiva Produksi dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produksi
163
Tjiptono Darmadji, Restrukturisasi: Memulihkan dan Mengakselerasi Ekonomi
Nasional, (Jakarta: Grasindo, 2001), hlm. 69
164
Lepi T. Tarmidi, “Krisis Moneter Indonesia: Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran”,
Bank Indonesia , Vol 1 No.4

Universitas Sumatera Utara


70

a. Peningkatan efisiensi dan daya saing perusahaan menjadi lebih baik.

Penataan dan perbaikan sektor keuangan perusahaan akan dapat dicapai

apabila perusahaan tersebut dalam kondisi sehat, efisien, dan kuat.

b. Perusahaan dapat memiliki lebih banyak alternatif pilihan pembayaran,

melalui perundingan dengan kreditor dan melalui suatu argument yang

cukup, sehingga tercapai suatu kesepakatan sebagai win-win solution.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa restrukturisasi utang menjadi

alternatif solusi yang dapat ditawarkan untuk menyelamatkan perusahaan sehingga

dapat memungkinkan debitor untuk membayar utang-utangnya.

Dalam praktiknya terdapat berbagai macam bentuk restrukturisasi utang.

Beberapa bentuk restrukturisasi utang yang dikenal, antara lain: 165 Moratorium

(penundaan pembayaran yang sudah jatuh tempo); Haircut (pemotongan/

pengurangan pokok pinjaman dan bunga); Pengurangan tingkat suku bunga;

Perpanjangan jangka waktu pelunasan; Konversi utang kepada saham; Debt

forgiveness (pembebasan utang); Bailout (pengambilalihan utang-utang swasta

oleh pemerintah); dan Write off (penghapusbukuan utang-utang).

Walaupun sering dijadikan sebagai alternatif dalam rencana perdamaian,

pelaksanaan restrukturisasi utang juga memiliki risiko kegagalan. Hal ini yang

mengakibatkan kreditor tidak begitu saja menerima tawaran restrukturisasi utang

165
Hadi Shubhan, Op.Cit, hlm. 150

Universitas Sumatera Utara


71

oleh debitor. Beberapa hal yang menjadi penyebab kegagalan restrukturisasi

utang, antara lain:166

1. Direksi perseroan tidak melakukan salah satu kewajiban atau melanggar

larangan yang ditentukan dalam rencana restrukturisasi dan perjanjian

restrukturisasi;

2. Pada akhir suatu tahapan atau jadwal yang telah ditentukan, perseroan

tidak berhasil mencapai sasaran yang ditentukan untuk tahapan atau

jadwal tersebut;

3. Direksi perseroan tidak membuat dan menyampaikan laporan

implementasi restrukturisasi;

4. Aktiva debitor telah mengalami penurunan nilai sampai melebihi 25%

dari nilai semula;

5. Perseroan mengalami kerugian yang besarnya mengakibatkan modal

perseroan berkurang 50%;

6. Direksi perseroan bertindak dengan itikad buruk dalam melakukan

kegiatan usahanya atau dalam melakukan pengurusan aktivanya;

7. Direksi perseroan dengan sengaja mencoba merugikan seorang atau lebih

kreditornya.

Berbagai kondisi di atas mengakibatkan kreditor merasa ada potensi

kerugian yang semakin diderita oleh kreditor jika menerima alternatif

restrukturisasi utang yang ditawarkan oleh debitor dalam rencana perdamaian.

166
Syamsudin Manan Sinaga, Analisis dan Evaluasi Hukum tentang Restrukturisasi
Utang pada Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum
Nasional, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, 2000), hlm.28

Universitas Sumatera Utara


72

Potensi kerugian yang dimaksud misalnya berupa penurunan nilai aktiva dan

modal perseroan.

Dengan adanya potensi kerugian tersebut, sebelum menyetujui rencana

perdamaian, secara umum kreditor akan mempertimbangkan beberapa hal melalui

pendekatan, antara lain:167

a. Kelayakan (feasibility) dari rencana yang ditawarkan;

b. Perhitungan seberapa besar nilai yang diberikan rencana tersebut

kepada kreditor;

c. Perkiraan seberapa adil penerimaan bagian masing-masing kreditor; dan

d. Bentuk penerimaan nilai yang akan diterima kreditor.

Lebih lanjut, kreditor menganggap utang debitor memenuhi kelayakan

untuk menyimpulkan bahwa utang debitor dapat direstrukturisasi dalam hal:168

a. Perusahaan debitor masih memiliki prospek usaha yang baik untuk

mampu melunasi utang dalam jangka waktu tidak melebihi jangka

waktu tertentu, baik dengan atau tanpa diberi keringanan-keringanan

persyaratan dan/atau diberi tambahan utang baru.

b. Para kreditor memperoleh pelunasan utang-utang mereka yang

jumlahnya lebih besar melalui restrukturisasi daripada apabila

perusahaan debitor dinyatakan pailit.

c. Apabila syarat-syarat utang berdasarkan kesepakatan restrukturisasi

menjadi lebih menguntungkan bagi para kreditor daripada apabila tidak

dilakukan restrukturisasi.

167
Umar Haris Sanjaya, Op.Cit., hlm. 51
168
Sutan Remy Sjahdeini. Op. Cit., hlm. 367

Universitas Sumatera Utara


73

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa selain alasan tidak

terpenuhinya syarat hasil pengambilan suara, kemampuan debitor untuk

menunjukkan keadaannya mengalami kesulitan keuangan sekaligus meyakinkan

kreditor atas alternatif solusi pembayaran utang-utangnya (misalnya

restrukturisasi utang dan potensi keberhasilannya) menjadi kunci untuk

mewujudkan kesepakatan suatu rencana perdamaian dalam PKPU. Rencana

perdamaian yang diajukan oleh debitor selayaknya harus dilengkapi dengan data

dan informasi yang dapat membuat kreditor merasa layak memberikan

kesempatan bagi debitor untuk menjalankan alternatif solusi yang ditawarkannya.

Jika melihat putusan pada kasus pertama dan kedua, maka dapat diketahui

bahwa rencana perdamaian yang ditawarkan oleh debitor telah ditolak oleh para

kreditor. Pada kasus pertama, sebanyak tujuh kreditor konkuren menolak, satu

kreditor konkuren absen, dan satu kreditor separatis menerima dan mengusulkan

PKPU tetap. Pada kasus kedua, sebanyak sembilan kreditor konkuren menolak,

satu kreditor konkuren absen, dan satu kreditor separatis menolak. Berdasarkan

hasil pemungutan suara pada rapat di dua kasus tersebut, dapat disimpulkan

bahwa hasil pemungutan suara tidak memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan

dalam dalam Pasal 281 (1) UU PKPU dan SKMA 109/2020 halaman 78 tentang

contoh perhitungan hasil pemungutan suara. Lebih lanjut, meskipun alternatif

solusi yang ditawarkan oleh debitor tidak tercantum dalam dua putusan tersebut,

dapat diasumsikan bahwa penolakan para kreditor terhadap rencana perdamaian

terjadi akibat ketidakmampuan debitor dalam meyakinkan para kreditor atas solusi

Universitas Sumatera Utara


74

yang ditawarkannya (misalnya restrukturisasi utang). Hal ini yang mengakibatkan

kreditor tidak yakin dan menolak rencana perdamaian.

Akibat Hukum Penolakan Rencana Perdamaian

Berdasarkan Pasal 289 UU PKPU, apabila rencana perdamaian ditolak

maka hakim pengawas wajib segera memberitahukan penolakan itu kepada

pengadilan dengan cara menyerahkan kepada pengadilan tersebut salinan rencana

perdamaian serta berita acara rapat. Lalu berdasarkan pemberitahuan tersebut,

pengadilan harus menyatakan debitor pailit setelah pengadilan menerima

pemberitahuan penolakan dari hakim pengawas. 169 Hal ini tetap memperhatikan

ketentuan Pasal 283 Ayat (1) apabila debitor dan kreditor yang memberi suara

mendukung rencana perdamaian dalam waktu 8 (delapan) hari setelah tanggal

pemungutan suara dalam rapat, dapat meminta kepada pengadilan agar berita

acara rapat diperbaiki apabila berdasarkan dokumen yang ada ternyata bahwa

perdamaian oleh hakim pengawas keliru telah dianggap sebagai ditolak.

Mengingat rencana perdamaian yang ditawarkan oleh debitor telah ditolak

berdasarkan hasil pemungutan suara para kreditor, fakta persidangan, dan

laporan/rekomendasi dari hakim pengawas dan pengurus pada kasus pertama dan

kasus kedua, maka putusan hakim menyatakan debitor pailit dengan segala akibat

hukumnya sudah tepat. Selanjutnya, berdasarkan Pasal 15 Ayat (1) UU PKPU

harus diangkat kurator dan seorang hakim pengawas yang ditunjuk dari hakim

pengadilan niaga.

169
Indonesia (Kepailitan dan PKPU), Op.Cit, pasal 289.

Universitas Sumatera Utara


75

Putusan PKPU ini memiliki kekuatan hukum tetap dan terhadapnya tidak

dapat diajukan upaya hukum apapun lagi baik itu banding, kasasi, maupun

peninjauan kembali sebagaimana ditentukan dalam Pasal 235 Ayat (1) jo Pasal

293 Ayat (1) UU PKPU.170

Selanjutnya, akibat hukum para kreditor menolak rencana perdamaian

berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, maka terjadi perubahan proses

hukum, yang sebelumnya ditempuh dengan jalan damai berdasarkan proses PKPU

berubah menjadi menggunakan proses yang berlaku dalam ketentuan kepailitan.171

Jika melihat Pasal 292 UU PKPU yang menyatakan bahwa putusan pernyataan

pailit atas penolakan suatu perdamaian mengakibatkan debitor PKPU tidak dapat

mengajukan perdamaian lagi dan karenanya harta pailit debitor langsung berada

dalam keadaan insolvensi.172 Merujuk Pasal 178 ayat (1) UU PKPU menyebutkan

bahwa insolvensi itu terjadi (demi hukum) jika tidak terjadi perdamaian dan harta

pailit berada dalam keadaan tidak mampu bayar seluruh utangnya yang wajib

dibayar.173

Kurator yang ditunjuk oleh pengadilan niaga melalui putusan pailit

berdasarkan Pasal 261 jo Pasal 15 UU PKPU memiliki wewenang untuk

melakukan pemberesan harta pailit, termasuk pencocokkan daftar piutang. Lalu,

harta kekayaan debitor yang menjadi budel pailit segera dieksekusi dan dibagi-

bagi kepada para kreditor secara proposional.174

170
Rindy Ayu Rahmadiyanti ,Op.Cit, hlm.162
171
Ibid.
172
Indonesia (Kepailitan dan PKPU), Op.Cit, pasal 292.
173
Ibid, pasal 178.
174
Rindy Ayu Rahmadiyanti, Op.Cit, hlm.63.

Universitas Sumatera Utara


76

Persentase pembayaran kepada kreditor konkuren ditentukan oleh hakim

pengawas dengan memperhatikan nilai harta pailit, sebagaimana diatur dalam

Pasal 189 Ayat 1 UU PKPU. Pembayaran kepada kreditor konkuren bersumber

dari sisa hasil penjualan barang setelah dilakukannya perhitungan pembayaran

atas seluruh piutang kreditor preferen dan kreditor separatis. Sisa yang akan

dibayarkan kepada kreditor konkuren setelah perhitungan biaya kepailitan dan

upah kurator didahulukan pembayarannya dari utang yang tidak dijaminkan

dengan hak kebendaan.175

Segala upaya pengurusan dan pemberesan harta pailit yang bertujuan untuk

memaksimalkan nilai harta pailit atau menekan biaya kepailitan harus mendapat

persetujuan kreditor konkuren.176 Kreditor konkuren merupakan pihak yang

berkepentingan untuk meningkatkan jumlah maupun nilai harta pailit, agar

didapat cukup uang yang memungkinkan seluruh kreditor konkuren (yang

tagihannya dicocokkan dan diberi status sebagai utang pailit yang diakui)

mendapatkan pembayaran memuaskan walaupun dengan persentase yang sangat

kecil.177

Baik kasus pertama maupun kedua, hanya ada kreditor separatis dan

kreditor konkuren (tidak ada kreditor preferen). Sebagaimana telah dijelaskan

sebelumnya, kreditor separatis memiliki hak didahulukan pelunasan piutangnya

dibandingkan dengan kreditor konkuren. Namun pada dua kasus tersebut, kreditor

separatis telah melepaskan status separatisnya menjadi kreditor konkuren dengan

ikut dalam perhitungan suara pada agenda pembahasan rencana perdamaian.


175
Indonesia (Kepailitan dan PKPU), Op.Cit, pasal 18 ayat 5
176
Elyta Ras Ginting, Op.Cit, hlm. 208
177
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


77

Selanjutnya, pembayaran utang kepada para kreditor konkuren diatur

dengan menerapkan asas keseimbangan atau pari passu. Seluruh kreditor

konkuren sama kedudukannya dalam menerima pembagian secara proporsional.

Perikatan antara kreditor konkuren dan debitor yang tercermin dalam asas ini

diatur dalam Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUHPerdata. Berdasarkan Pasal 1131,

segala barang-barang bergerak dan tak bergerak milik debitur, baik yang sudah

ada maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk perikatan-perikatan

perorangan debitur itu.178 Lebih lanjut, Pasal 1132 menjelaskan tentang barang-

barang itu menjadi jaminan bersama bagi semua kreditur terhadapnya hasil

penjualan barang-barang itu dibagi menurut perbandingan piutang masing-masing

kecuali bila di antara para kreditur itu ada alasan-alasan sah untuk didahulukan.179

Pada kasus pertama dan kasus kedua, pembayaran utang kepada para

kreditor konkuren berdasarkan asas pembayaran pari passu diambil dari total

harta debitor yang ada (setelah dikurangin untuk pembayaran piutang kreditor

separatis sebelum berubah status menjadi kreditor konkuren) berdasarkan

proporsional piutangnya masing-masing terhadap harta debitor yang ada.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada Bab ini terhadap Putusan Nomor:

21/Pdt.Sus-Pkpu/2020/PNiagaSby dan Putusan Nomor: 15/Pdt.Sus-Pkpu/2020/

Pn.Niaga. Sby, dapat disimpulkan bahwa pengajuan PKPU dalam dua putusan

tersebut telah sesuai dengan Pasal 222 Ayat (1) UU PKPU bahwa PKPU dapat

diajukan oleh debitor yang mempunyai lebih dari satu kreditor atau oleh kreditor.

Untuk syarat pengajuan PKPU merujuk pada Pasal 224 Ayat (1) sampai dengan
178
Indonesia (KUHPerdata), Kitab Undang Undang Hukum Perdata, Staatsblad No.23
tahun 1848, pasal 1131.
179
Ibid, pasal 1132.

Universitas Sumatera Utara


78

(5), dua putusan tersebut tidak memuat informasi secara jelas untuk menentukan

apakah syarat dokumen yang disampaikan ke pengadilan telah terpenuhi atau

tidak. Jika dilihat kasus pertama, syarat yang belum terpenuhi keterangan

mengenai sifat tagihan, laporan keuangan, serta rencana perdamaian. Sementara

kasus kedua, persyaratan yang belum terlihat keterangan mengenai sifat dan

jumlah tagihan, laporan keuangan, serta rencana perdamaian. Namun demikian,

masih diperlukan penelusuran lebih lanjut mengenai hal-hal di atas, misalnya pada

laporan hakim pengawas dan rekomendasi pengurus, yang memungkinkan

memuat keterangan lengkap mengenai hal tersebut.

Dalam rencana perdamaian, baik kasus pertama maupun kasus kedua,

diajukan sesudah permohonan PKPU, yakni pada saat hakim telah memutuskan

untuk mengabulkan permohonan PKPU sementara dengan jangka waktu 45 hari.

Debitor melalui kuasa hukumnya mengajukan rencana perdamaian pada saat rapat

para kreditor. Di dalam rapat rencana perdamaian yang diajukan debitor, kedua

putusan diatas mendapatkan penolakan oleh para kreditor yang hadir dalam rapat.

Berdasarkan hasil pemungutan suara pada rapat di dua kasus tersebut, hasil

pemungutan suara tidak memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan dalam dalam

Pasal 281 (1) UU PKPU dan SKMA 109/2020 halaman 78 tentang contoh

perhitungan hasil pemungutan suara sehingga rencana perdamaian ditolak dan

debitor dalam kedua kasus ini dinyatakan pailit.

Universitas Sumatera Utara


79

Adapun alasan penolakan perdamaian oleh Kreditor karena menganggap

rencana perdamaian yang ditawarkan belum layak sehingga ada potensi kerugian

yang akan ditimbulkan jika rencana perdamaian diterima. Potensi kerugian yang

dimaksud misalnya berupa penurunan nilai aktiva dan modal perseroan.

Dengan adanya potensi kerugian tersebut, sebelum menyetujui rencana

perdamaian, secara umum kreditor akan mempertimbangkan beberapa hal melalui

pendekatan, antara lain: (a) Kelayakan (feasibility) dari rencana yang ditawarkan;

(b) Perhitungan seberapa besar nilai yang diberikan rencana tersebut kepada

kreditor; (c) Perkiraan seberapa adil penerimaan bagian masing-masing kreditor;

dan; (d) Bentuk penerimaan nilai yang akan diterima kreditor.

Akibat penolakan rencana perdamaian, debitor pada kasus pertama dan

kedua harus memenuhi kewajibannya dalam pemenuhan hak para kreditor baik

kreditor separatis maupun kreditor konkuren. Walaupun kreditor konkuren dalam

hal ini tidak mempunyai hak istimewa, kreditor konkuren tetap bisa mendapatkan

pelunasan utangnya dimana kreditor konkuren memiliki hak tagih dalam

pelunasan utangnya. Hak tagih yang mana berdasarkan asas pembayaran pari

passu kepada kreditor konkuren diambil dari total harta debitor yang ada (setelah

dikurangin untuk pembayaran piutang separatis dan piutang preferen) berdasarkan

proporsional piutangnya masing-masing dibandingkan dengan piutang mereka

keseluruhan terhadap harta debitor yang ada.

Universitas Sumatera Utara


80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kreditor konkuren merupakan kreditor yang memiliki hak suara untuk

menentukan apakah kepailitan diakhiri dengan likuidasi atau menerima

tawaran berdamai, kesepakatan untuk mengganti atau menambah kurator,

kesepakatan melanjutkan, menghentikan usaha debitor setelah keadaan

insolven terjadi. Namun, kedudukan kreditor konkuren tidak sama dengan

kedudukan kreditor lainnya. Kreditor konkuren mendapatkan pelunasan

utang apabila kreditor preferen dan kreditor separatis sudah terpenuhi

haknya untuk mendapatkan pelunasan utangnya .

2. Perdamaian dapat diajukan oleh kreditor maupun debitor sebagaimana

dimungkinkan Pasal 222 Ayat (2) dan (3) UU PKPU. Rencana perdamaian

dapat diajukan bersamaan, selama proses pemeriksaan, dan setelah putusan

permohonan PKPU diucapkan. Untuk mencapai kesepakatan perdamaian,

hasil pemungutan suara harus memenuhi persyaratan Pasal 281 (1) UU

PKPU yakni: (1) Persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) jumlah kreditor

konkuren yang haknya diakui atau sementara diakui yang hadir pada rapat

kreditor yang bersama-sama mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga)

bagian dari seluruh tagihan yang diakui atau sementara diakui dari kreditor

konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut; (2) Persetujuan

lebih dari ½ (satu perdua) jumlah kreditor yang piutangnya dijamin dengan

Universitas Sumatera Utara


81

gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas

kebendaan lainnya yang hadir dan mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga

bagian dari seluruh tagihan kreditor tersebut atau kuasanya yang hadir

dalam rapat tersebut.

3. Penolakan upaya perdamaian yang ditawarkan debitor oleh kreditor

konkuren terjadi karena ketidakmampuan debitor dalam meyakinkan

kreditor atas kesulitan keuangan yang dialaminya dan alternatif solusi

pembayaran utang yang ditawarkannya, serta tidak terpenuhinya syarat

jumlah persetujuan kreditor pada saat pemungutan suara berdasarkan Pasal

281 Ayat (1) UU PKPU dan SKMA No. 109/2020 halaman 78. Kreditor

menganggap rencana perdamaian yang ditawarkan belum layak sehingga

ada potensi kerugian yang akan ditimbulkan jika rencana perdamaian

diterima, misalnya kerugian penurunan nilai aktiva dan modal perusahaan

pada alternatif restrukturisasi utang. Hal ini mengakibatkan hampir semua

kreditor menolak tawaran tersebut, sehingga syarat pengambilan suara tidak

terpenuhi dan debitor dinyatakan pailit oleh hakim pengadilan niaga. Akibat

penolakan tersebut, debitor harus memenuhi kewajibannya dalam

pemenuhan hak para kreditor baik kreditor separatis, kreditor preferen dan

kreditor konkuren. Walaupun kreditor konkuren dalam hal ini tidak

mempunyai hak istimewa, kreditor konkuren tetap bisa mendapatkan

pelunasan utangnya dimana kreditor konkuren memiliki hak tagih dalam

pelunasan utangnya. Hak tagih berdasarkan asas pembayaran pari passu

kepada kreditor konkuren diambil dari total harta debitor yang ada (setelah

Universitas Sumatera Utara


82

dikurangin untuk pembayaran piutang separatis dan piutang preferen)

berdasarkan proporsional piutangnya masing-masing dibandingkan dengan

piutang mereka keseluruhan terhadap harta debitor yang ada.

A. Saran

1. Sebaiknya UU PKPU perlu mengatur kepastian hukum bagi kreditor

konkuren dalam pemenuhan hak-hanya pada saat rencana perdamaian itu di

tolak dan debitor dinyatakan pailit, karena sangat jarang terjadi tagihan

kreditor konkuren dapat dibayar lunas dari hasil penjualan harta pailit.

2. Sebaiknya pengaturan mengenai mekanisme perdamaian dalam kepailitan

diatur sebelum putusan pailit dijatuhkan. Hal ini bertujuan agar debitor dan

kreditor dapat mengoptimalkan biaya dan waktu yang ada supaya debitor

dapat secepatnya melakukan tindakan-tindakan untuk mengupayakan

peningkatan nilai perusahaan melalui reorganisasi maupun restrukturisasi,

maupun revitalisasi perusahaan dengan demikian kewajiban debitor

terhadap para kreditornya dapat segara terpenuhi dari keuntungan yang akan

diperoleh dimasa yang akan datang .

3. Dalam mendapatkan hak-haknya, seharusnya para kreditor sesuai dengan

kedudukannya masing-masing dan haknya dibagikan secara proporsional.

Karena baik kreditor separatis dan kreditor preferen mempunyai hak

istimewa untuk didahulukan untuk itu seharus untuk kedua kreditor tersebut

agar tidak mengganti statusnya menjadi kreditor konkuren dalam sisa

penjualan harta dan harus dibagikan merata ke semua kreditor.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
Amirudin; Dkk, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003.

Fuady, Munir, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, Bandung : Citra Aditya
Bakti, 2014.

Gautama, Sudargo, Komentar atas Peraturan Kepailitan Baru Untuk Indonesia,


Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998.

Ginting, Elyta Ras, Hukum Kepailitan Teori Kepailitan, Jakarta Timur : Sinar
Grafika, 2018.

Ginting, Elita Ras, Hukum Kepailitan Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit,
Jakarta: Sinar Grafika,2019.

Ikhwansyah, Isis; Dkk, Hukum Kepailitan Analisis Hukum Perselisihan dan


Hukum Keluarga serta Harta Benda Perkawinan, Bandung : Keni Media,
2012

Jono, Hukum Kepailitan, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

Kartono, Kepailitan dan Pengunduran Pembayaran, Jakarta : Pradnya Paramita,


1974.

Lontoh, Rudy A; dkk, Penyelesaian Utang-Piutang Melalui Pailit Atau


Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Bandung : Alumni, 2001.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana Media Group,


2010),

Muljadi, Kartini, Penyelesaian Utang Piutang Melalui Pailit atau Penundaan


Kewajiban Pembayaran Utang, Bandung : Alumni, 2001.

Nating, Imran, Peranan dan Tanggung Jawab Kurator Dalam Pengurusan dan
Pemberesan Harta Pailit, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004

Nugroho, Susanti Adi, Hukum Kepailitan Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2018.

Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Jakarta: Sinar Grafika,2008


Sanjaya, Umar Haris, Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Dalam Hukum
Kepailitan, Jakarta: NFP Publishing, 2014.

Universitas Sumatera Utara


Syamsudin Manan Sinaga, Analisis dan Evaluasi Hukum tentang Restrukturisasi
Utang pada Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, (Jakarta: Badan
Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia, 2000)

Sembiring, Sentosa, Hukum Kepailitan Dan Peraturan Perundang-Undangan


Yang Terkait Dengan Kepailitan, Bandung: CV Nuansa Aulia, 2006.

Sitompul, Manahan MP, Hukum Sengketa Utang Piutang Perusahaan Di Dalam


dan Di Luar Proses Pengadilan, Malang: Setara Press, 2017.

Sjahdeini, Sutan Remy, Sejarah, Asas, dan Teori Hukum Kepailitan, Jakarta:
Kencana, 2016.

Soekanto, Soerjono; Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2007.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI-Press, 1986.

Soemitro, Rony Hanitijo, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta:


Ghalia Indonesia, 1988.

S.U, Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia,


Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2001.

Shubhan, Hadi, Hukum Kepailitan, Prinsip, Norma dan Praktik di Peradilan,


Jakarta : Kencana, 2015.

Sulaiman, Robitan, Joko Prabowo, Lebih Jauh Tentang Kepailitan Undang-


Undang Nomor 4 Tahun 1998, Jakarta: Pusat Studi Hukum Bisnis Fakultas
Hukum Pelita Harapan,2000.

Sunarmi, Hukum Kepailitan, Medan : USU Press, 2009, hlm.144

Sutedi, Andrian, Hukum Kepailitan, Bogor: Ghalia Indonesia ,2009.

Suyatno, Anton, Pemanfaatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang


Sebagai Upaya Mencegah Kepailitan, Jakarta : Kencana Prenada Media
Group 2012.

Tjiptono Darmadji, Restrukturisasi: Memulihkan dan Mengakselerasi Ekonomi


Nasional, (Jakarta: Grasindo, 2001)

Yani, Ahmad; Gunawan widjaja, Seri Hukum Bisnis Kepailitan, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada,2002.

Universitas Sumatera Utara


Yuhassarie, Emmy; dkk, undang-undang kepailitan dan perkembangaannya:
prosiding rangkaian lokakarya terbatas masalah-masalah kepailitan dan
wawasan hukum bisnis lainnyatahun 2004, cet, ke 2, Jakarta: Pusat
Pengkajian Hukum, 2005.

Yuhassarie, Emmy; dkk, Hasil Evaluasi Putusan Dibidang Kepailitan, Jakarta :


Pusat Pengkajian Hukum, 2003.

B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW).

Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung (SKMA) No.109/KMA/SK/2020


Tentang Pemberlakuan Buku Pedoman Penyelesaian Perkara Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Surat Edaran Bank Indonesia no. 26/4/1993 tanggal 29 Mei 1993 tentang Kualitas

Aktiva Produksi dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva

Produksi

C. Jurnal / Skripsi
Harsono,Ivan; Paramita Prananingtyas, Analisis Terhadap Perdamaian Dalam
PKPU Dan Pembatalan Perdamaian Pada Kasus Kepailitan PT Njonja
Meneer, Notarius, Vol.12 No.2.

Kheriah, Indepedensi Pengurus Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang


(PKPU) Dalam Hukum Kepailitan, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 3 No. 3.

Latukau, Nurlia; Perlindungan Hukum Bagi Kreditor Atas Objek Jaminan Fidusia
Yang Dibebani Fidusia Ulang Oleh Debitor Yang Sama, Jurnal Fakultas
Hukum Brawijaya.

Lepi T. Tarmidi, Krisis Moneter Indonesia: Sebab, Dampak, Peran IMF dan

Saran, Bank Indonesia , Vol 1 No.4

Pramudita, Shabrina Aliya, Kartikasari, Amelia Cahyadini, Kedudukan Hukum


Menkoinfo Dalam Pelaksanaan Perdamaian Menurut Undang-Undang

Universitas Sumatera Utara


Nomor 37 tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembyaran Utang, Legal Standing, Vol.4 No.1.

Rahmadiyanti, Rindy Ayu, Akibat Hukum Penolakan Rencana Perdamaian


Debitor Oleh Kreditor Dalam Proses Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang, Notarius, Edisi 2 No 2.

Slamet, Sri Redjeki, Perlindungan Hukum dan Kedudukan Kreditor Separatis


Dalam hal Terjadi Kepailitan Terhadap Debitor , Lex Jurnalica, Vol. 13
Nomor 3.

Sofia, Arijna Nurin, Kedudukan Hak Suara Kreditor Preferen Dalam Persetujuan
Rencana Perdamaian Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU),
Jurist Diction, Vol 3 No. 4.

Tampemawa, Stevi G, Prosedur Dan Tatacara Penundaan Kewajiban


Pembayaran Utang (PKPU) Menurut Undang-Undang No.37 Tahun 2004
Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Lex
Privatum, Vol. VII No. 6.

Zulhadi, Adhani Rachmi; Parulian Paidi, Analisis Yuridis Kedudukan Kreditor


Konkuren dan Kreditor Separatis Dalam Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang, Jurnal Fakultas Hukum Indonesia.

Yuristia,Naomi Tri, Akibat Hukum Kelalaian Debitur Untuk Memenuhi


Perjanjian Perdamaian Dalam PKPU ( Study Putusan
No.01/Pdt.Khusus/Pembatalan/2014/PN.Niaga.MdnJo.03/PKPU/2013/PN
. Niaga.Mdn ), ( Medan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
,2015).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai