MUDAZZIR MUNSYIR
PROGAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
FUNGSI BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
PERWAKILAN PROPINSI SULAWESI SELATAN DALAM PERKARA
TINDAK PIDANA KORUPSI DI WILAYAH HUKUM KEJAKSAAN
TINGGI SULAWESI SELATAN DAN BARAT
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Ilmu Hukum
MUDAZZIR MUNSYIR
kepada
PROGAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
TESIS
Menyetujui
Komisi Penasihat,
Prof. Dr. MARTHEN ARIE, S.H, M.H Dr. HAMZAH HALIM, S.H., M.H
KETUA ANGGOTA
Mengetahui
Ketua Program Pasca Sarjana
Program Magister Ilmu Hukum Universitas Hasanuddin,
halaman
PRAKATA........................................................................................... i
ABSTRAK.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................ iv
I. PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 11
D. Kegunaan Penelitian ............................................................... 12
II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 14
A. Teori-Teori............................................................................... 14
1. Teori Negara Hukum.......................................................... 14
2. Teori Pengawasan ............................................................. 20
3. Teori Keuangan Negara ..................................................... 27
4. Teori Kewenangan ............................................................. 33
B. Istilah Pidana, Korupsi Dan Audit Investigasi .......................... 39
1. Pidana................................................................................. 39
2. Korupsi................................................................................ 41
3. Audit Investigasi ................................................................. 48
C. Tugas Dan Fungsi Pokok BPKP Dan BPK .............................. 52
D. Mekanisme Hubungan Kerja Antara BPKP, BPK Dan
Kejaksaan.............................................. .................................. 55
E. Bagan Kerangka Pikir ............................................................. 64
F. Defenisi Operasional .............................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS / KARYA ILMIAH
MUDAZZIR MUNSYIR
PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi selama 4
semester yang ditandai dengan rampungnya tesis ini yang dalam proses
penulisannya, telah melalui berbagai macam cerita dan hambatan, namun
Alhamdulillahirobbil ‘alamiin, penulis dapat merampungkannya tepat pada
waktunya.
1. Kedua orang tua yang sangat penulis kagumi, cintai, kasihi, dan
sayangi, Drs. H. Abd. Munsyir Gassing dan Hj. Haniah Munsyir.
2. Istri tercinta Suryanti Mudazzir yang telah mendampingi dan
meluangkan waktu untuk membantu penulis menyelesaikan studi dan
anak-anak Muh. Abrar Andava Munsyir serta Muh. Andra Dasirva
Munsyir yang waktu berkumpul telah tersita selama penulis menjalani
studi.
3. Kakak-kakak penulis Drs. Abdul Murad Munsyir, M.Si dan Mujida Abdul
Munsyir., SKM, M.Kes serta adik-adik penulis Mulawarman Munsyir,
SE., Musriyanto Munsyir, S.Sos dan Musfahuddin Munsyir, S.Sos.
Terima Kasih banyak atas segalanya.
4. Bapak Prof. Dr. Dr. Idrus Paturusi, selaku Rektor Universitas
Hasanuddin beserta seluruh jajarannya;
5. Bapak Prof. Dr. Aswanto, S.H., M.Si., DFM, selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Hasanuddin beserta seluruh Jajaran Pembantu
Dekan Fakultas Hukum;
6. Bapak Prof. Dr. Marthen Arie, S.H., M.H, selaku Ketua Program Pasca
Sarjana Studi Ilmu Hukum.
7. Bapak Prof. Dr. Marthen Arie, S.H., M.H, selaku pembimbing I yang
telah menyediakan waktunya untuk konsultasi dan Bapak Dr. Hamzah
Halim, S.H., M.H. selaku pembimbing II yang meluangkan waktunya
dalam kesibukannya untuk mengkoreksi tesis ini;
8. Bapak Prof. Dr. M. Syukri Akub, S.H., M.H, Prof. Dr. Djafar Saidi, S.H.,
M.H., dan Prof. Dr. Andi Sofyan,S.H.,M.H. selaku Penguji;
10. Para ibu dan bapak dosen di lingkup Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin yang selalu membagi ilmu dan pengetahuan.
11. Bapak Dr. Chaerul Amir, S,H., M.H. (Aspidsus Kejati Sulsel).
12. Bapak/ibu Auditor BPKP Perwakilan Sulawesi Selatan.
13. Teman-teman seperjuangan S-2 Kejaksaan Unhas Angkatan III tahun
2011.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima
kasih banyak .
Wasalamu alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
MUDAZZIR MUNSYIR
ABSTRAK
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terlaksananya tata ekonomi, politik dan sosial yang baik. Untuk mencapai
politik, sosial dan penegakan hukum. Dari sisi ekonomi, menurut penulis
tingkat korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang terjadi dalam aktivitas
BPKP menjadi salah satu “pillars of integrity” dalam gerakan anti korupsi di
negara senilai milyaran rupiah. Menurut BPKP indikasi KKN pada instansi
dari sistem perpajakan dan (3) adanya provisi atas barang dan jasa di
karena (1) tradisi birokrasi yang cenderung korup, (2) rendahnya gaji di
kalangan birokrasi, (3) kontrol atas institusi yang tidak memadai, (4)
governance dapat lebih cepat tercapai maka perlu dukungan dan upaya
dari berbagai pihak. Untuk itu perlu diciptakan sistem akuntabilitas yang
milik negara.
sektor publik.
governance.
1. Lembaga eksekutif;
2. Lembaga parlemen;
3. Lembaga kehakiman;
4. Lembaga-lembaga pengawas;
5. Media;
6. Sektor Swasta;
7. Masyarakat sipil;
termasuk pilar sektor swasta antara lain kamar dagang, asosiasi industri
keagamaan dan LSM termasuk dalam pilar masyarakat sipil. Pilar tersebut
sektor swasta. Dengan demikian salah satu anggota IAI adalah Auditor
BPKP. IAI mempunyai potensi yang besar untuk menjadi pilar ke-9 dari
profesional yang tergabung dalam kantor auditor atau akuntan publik. Ada
atau tidaknya korupsi dalam suatu kegiatan ekonomi dapat diketahui dari
pengawasan yang efektif adalah jika banyak kasus korupsi diungkap dan
kegiatan pemerintahan.
merugikan negara sudah memenuhi salah satu unsur korupsi yakni unsur
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi dan unsur
tahun 2011 adalah sebanyak 22 (dua puluh dua) kasus dan total nilai
puluh enam juta tiga ratus satu ribu enam ratus enam puluh tiga rupiah
delapan puluh enam sen). Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, BPKP
(tujuh belas milyar tiga ratus lima puluh enam juta sembilan puluh lima ribu
eksekusi hukum.
Suatu hal yang dipahami dari uraian diatas adalah sangat urgennya
pidana korupsi. Akan tetapi selain sumber daya manusia dari Kejaksaan
yang dilakukan auditor BPKP juga berfungsi sebagai alat bukti bagi
terjadinya suatu tindak pidana korupsi dan dibuat oleh lembaga yang
sebagai alat bukti, maka keberadaan auditor BPKP juga dapat dimintakan
keuangan negara atau telah terjadi suatu peristiwa tindak pidana korupsi.
dalam masyarakat.
keterangan Ahli, dimana pada saat itu Hakim Ketua bertanya mengenai
kasus hanya mengakui BPKP sebagai satu-satunya alat bukti yang dapat
B. Rumusan Masalah
merumuskan masalah pokok yang akan diteliti dalam tesis ini, sebagai
berikut yaitu :
D. Kegunaan Penelitian
pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum khususnya dan juga bagi
investigasi BPKP tidak dapat dijadikan alat bukti karena hasil audit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori-Teori
sumber dari segala sumber hukum dan merupakan dasar negara atau
Pemikiran tentang negara hukum itu sendiri mulai hadir dari konsep
yang dihadirkan oleh filsuf Yunani kuno, Plato. Plato dengan konsepnya
pengaturan hukum yang baik, yang disebut oleh Plato sebagai “nomoi”.
akibat dari situasi di eropa pada saat itu yang didoniminasi oleh
yang ideal untuk saat ini, walaupun konsep negara hukum tersebut,
negara hukum, semua orang harus tunduk kepada hukum secara sama,
yakni tunduk kepada hukum yang adil. Sehingga istilah semua orang
sama di depan hukum atau Equaltity before the law (Equality under the
law), merupakan hal yang fundamental dalam sistem atau tatanan negara
hukum.
suatu konstitusi, di mana semua orang dalam negara tersebut, baik yang
kepada ordinary law of the land yang dilaksanakan oleh ordinary court. Hal
ini berarti tidak ada orang yang berada di atas hukum. Baik pejabat
merupakan hasil dari ordinary law of the land, bahwa hukum konstitusi
pada bagian umum, sub bagian sistem pemerintahan negara pada angka I
yang menyebutkan Indonesia berdasarkan negara Hukum atau yang kita
rule of law dan Negara Hukum Indonesia, dapat dikatakan bahwa ketiga
paham negara hukum ini bermuara pada satu pengertian dasar bahwa hal
hukum dan semua orang sama di depan hukum. Sehingga Negara hukum
tujuan hukum. Dalam penegakan hukum ada tiga unsur yang harus
kepastian hukum
menjadi tujuan hukum dan isi dari suatu negara hukum modern.
bagi rakyatnya.
Bahwa dalam konsep negara hukum modern atau negara hukum
2. Teori Pengawasan
ditetapkan.
mengemukakan bahwa :
bahwa :
pembangunan”.
seharusnya.
evaluasi.
dilakukan;
dari rencana sebelum terjadi. Cara kedua sesudah yang terbaik itu adalah
organisasi.
proses pengawasan yaitu : (a) menyelidiki apa yang sedang dilakukan; (b)
atau tidak.
rencana.
dicapai oleh setiap pegawai sampai kepada daftar standar absensi dan
saat ini yang kesemuanya harus diatur dan diawasi oleh Menteri
laporan yang komprehensif, akurat dan dalam waktu relatif singkat. Selain
mempertanggungjawabkannya.
negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa
3. Penerimaan negara
4. Pengeluaran negara
5. Penerimaan daerah
6. Pengeluaran daerah
pihak lain, baik berupa uang, surat berharga, piutang, barang serta
hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang
tersebut belum jelas, dimana pihak yang pro perluasan definisi keuangan
dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang,
barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang termasuk
perbankan yang menurun serta kasus korupsi tender KPU yang menyeret
BUMN yang berbentuk saham yang dimiliki oleh Tindak pidana korupsi,
baru dapat dikenakan pada orang yang menggelapkan surat berharga
4. Teori Kewenangan
“ada satu pihak yang memerintah dan pihak lain yang diperintah” (the rule
dengan hukum oleh Henc van Maarseven disebut sebagai “blote match”,
kaidah yang telah diakui serta dipatuhi oleh masyarakat dan bahkan yang
atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu sesuai
mempunyai dua aspek, yaitu aspek politik dan aspek hukum, sedangkan
dapat bersumber dari konstitusi, juga dapat bersumber dari luar konstitusi
(inkonstitusional), misalnya melalui kudeta atau perang, sedangkan
hukum publik maupun dalam hukum privat. Dalam konsep hukum kita
hukum publik.
akibat hukum.
hukum publik).
menunjuk pada kewenangan yang asli atas dasar konstitusi (UUD). Pada
adalah asli, yang tidak diambil dari kewenangan yang ada sebelumnya.
berkompeten.
a.
Delegasi harus definitif, artinya delegasn tidak dapat lagi
d.
Kewajiban memberi keterangan (penjelasan), artinya delegans
tersebut;
1. Pidana
Belanda disebut straf dan dalam bahasa Inggris disebut penalty) yang
ada tindak pidana. Tindak pidana selalu bertalian erat dengan nilai,
berbeda antara yang satu dengan yang lain, sehingga bukan tidak
perasaan tidak enak (sangsara) yang dijatuhkan oleh hakim dengan vonis
2. Korupsi
sifat dan keadaan yang busuk dalam jabatan suatu instansi atau aparatur
korupsi.
makin meningkat;
c. Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan
itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus.
memenuhi kebutuhan hidup yang wajar. Bila hal itu tidak terjadi
dengan korupsi.
tanpa keluar keringat alias malas bekerja. Sifat semacam ini akan
2. Aspek Organisasi
atasannya.
b. Tidak adanya kultur organisasi yang benar
kurang memadai
jelas visi dan misi yang diembannya dan juga belum merumuskan
dalamnya.
e. Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasi
berbagai bentuk.
rugi oleh korupsi adalaha negara. Padahal, bila negara rugi, yang
adalah :
para konglomerat;
7. Struktur pemerintahan.
3. Audit Investigasi
undangan.
finding).
dan dianalisis karena diperkiran akan menjadi perhatian dan berguna bagi
yang dapat berupa teguran terhaap kegiatan yang sedang berjalan, upaya
kegiatan/perbuatan tersebut.
dari :
BUMD.
kategori ini setiap adanya temuan indikasi korupsi yang ditemukan oleh
BPKP.
daerah.
usaha pertamina, kontraktor bagi hasil dan kontrak kerja sama, badan-
pemerintah.
Salah satu bidang yang ada dalam organisasi BPKP dan memiliki
sebagai berikut :
a. Umum
(ekspose ekstern).
berikut :
(1) Kesepakatan bahwa kasus tersebut telah berindikasi tindak
BPKP.
penghentian penyidikan.
menghasilkan :
(1) Keputusan bahwa kasus tersebut cukup dasar dan alasan untuk
(2) Keputusan bahwa kasus tersebut tidak cukup dasar dan alasan untuk
butir 26 KUHAP.
Diduga Mengandung Unsur Tindak Pidana pada pasal 4 dan pasal 5 yakni
F. Defenisi Operasional
sehingga akan diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang
1. Jaksa
3. Auditor BPKP
4. Auditing
5. Kerugian Negara
6. Keuangan Negara
Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
yang terjadi baik pada tataran hukum positif maupun empiris tetapi juga
C. Sumber Data
pendapat atau pemikiran konseptual dan fakta dalam penelitian ini yang
terkait lainnya.
1. H.M Syahran Rauf, SH. MH. Kepala Seksi Penyidikan Tindak Pidana
diteliti.
E. Analisis Data
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema serta sesuai dengan yang
disarankan oleh data. Data yang diperoleh baik saat pengumpulan data di
diolah agar sistematis. Data tersebut akan diolah mulai dari mengedit
diproses dengan analisis dan teknik yang digunakan sesuai tahapan yang
kesimpulan/verifikasi.
kasus-kasus faktual yang saling berkaitan dan dalam penyajian data ini
BAB IV
audit.
merupakan kesimpulan dari hasil pekerjaan audit itu sendiri. Dari hasil
pidana korupsi atau tidak. Sedangkan yang diangkat sebagai bahan bukti
melakukan tugas pengauditan serta hasil audit itu sendiri. Hal ini
1. Relevan
Bukti yang relevan maksudnya adalah bukti yang secara logis
2. Kompeten
bukti yang didapat dari pihak lain, bukti yang jelas sumbernya lebih
kompeten dari bukti yang didapat dari sumber yang tidak jelas. Bukti
buatan pihak luar (bukti ekstern) pada umumnya lebih kompeten dari
Dilihat dari cara auditor mendapatkan bukti, bukti yang didapat auditor
dari pihak luar auditan lebih kompeten daripada bukti yang didapat dari
sendiri lebih kompeten dari bukti yang didapat melalui pihak lain.
ada tanggal, ada tanda persetujuan dan lain-lain lebih kompeten dari
bukti yang tidak memenuhi syarat hukum. Bukti asli lebih meyakinkan
daripada fotocopyan. Bukti yang dilegalisir oleh auditan lebih kompeten
daripada fotocopyannya.
kurang baik. Kompeten atau tidaknya bukti dilihat dari satu persatu
bukti. Ada bukti yang kompetensinya tinggi dan ada bukti yang
kompetensinya rendah.
3. Cukup
Bukti yang cukup berkaitan dengan jumlah kuantitas dan atau nilai
dipermasalahkan.
4. Material
Bukti yang material adalah bukti yang mempunyai nilai yang cukup
seberapa).
umum.
tidak sendiri tetapi merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Bukti audit
unsur relevan, kompeten, cukup dan material. Bukti yang relevan, cukup
dan material tidak ada gunanya bila tidak kompeten. Bukti yang kompeten
tidak ada gunanya bila tidak relevan. Bukti yang relevan dan kompeten
sebagai berikut :
1. Bukti fisik
ke lapangan (on the spot). Hasil pengamatan fisik oleh auditor tersebut
obat, tentu saja tidak efektif apabila auditor tersebut sama sekali tidak
kesimpulan audit, karena itu perlu didukung dengan bukti yang lain.
2. Bukti dokumen
Bukti audit yang paling banyak ditemuai oleh auditor adalah bukti
b. Bukti ekstern yang aslinya ada di auditan (antara lain bukti kas
keluar faktur).
c. Bukti yang didapat auditor langsung dari pihak ketiga (antara lain
b. Bukti yang diterima auditor langsung dari pihak ketiga, tidak melalui
auditan.
3. Bukti analisis
(dokumen).
4. Bukti keterangan
lisan dan bukti spesialis (ahli). Bukti kesaksian adalah bukti peyakin
yang didapat dari pihak lain karena diminta oleh auditor. Peyakin
didapatkan oleh auditor, biasanya bukti fisik, bukti dokumen, atau bukti
Bukti lisan adalah bukti yang didapat oleh auditor dari orang lain
dari luar auditan maupun dari pihak auditan sendiri. Informasi lisan ini
Bukti spesialis adalah bukti yang didapat dari tenaga ahli, baik
dokter, ahli purbakala, ahli pertanian, ahli hukum, ahli perbankan dan
suatu proses penegakan hukum pidana, karena alat bukti didasarkan atas
suatu tindak pidana yang telah dilakukan terdakwa. Hukum acara pidana
mengatur tentang beberapa alat bukti, yakni Pasal 184 KUHAP, Pasal 185
187 KUHAP (surat), Pasal 188 KUHAP (petunjuk), Pasal 189 KUHAP
mengumpulkan bukti yang melalui bukti ini akan membuat terang tindak
dua pasal yakni Pasal 184 dan secara khusus pada Pasal 187. HIR juga
demikian, secara khusus diatur dalam tiga pasal saja, yakni Pasal 304,
305 dan 306. Walaupun hanya tiga pasal yang isinya hampir sama
dengan Pasal 187 KUHAP, dalam Pasal 304 HIR, disebutkan bahwa
aturan tentang nilai kekuatan dari alat bukti surat pada umumnya dan
surat resmi (openbaar) dalam hukum acara perdata harus diturut dalam
hukum acara perdata. Tetapi ketentuan seperti pasal 304 HIR ini tidak ada
dalam KUHAP.
Dulu ketika HIR masih berlaku, berdasarkan pasal 304 HIR ini
bukti surat dapat meniru pembuktian dengan alat bukti surat dalam hukum
bahwa alat-alat bukti dalam perkara pidana adalaha merupakan alat bukti
bebas. Tidak ada suatu alat buktipun yang mengikat hakim, termasuk akta
tidak diperlukan keyakinan hakim. Karena apa yang dicari dari pembuktian
nilai alat bukti akta otentik sebagai alat bukti sempurna yang mengikat
hakim. Dengan didapatnya kebenaran materil dari minimal dua alat bukti
menjatuhkan pidana.
Berdasarkan sistem pembuktian yang berbeda, apapun alat
buktinya seperti akta otentik yang menurut hukum acara perdata adalah
alat bukti sempurna, tetapi dalam hukum pembuktian perkara pidana satu
akta otentik saja akan lumpuh kekuatan buktinya apabila tidak ditunjang
alat bukti lain, walaupun hakim yakin kebenaran dari akta otentik tersebut,
1. Adanya syarat minimal pembuktian. Satu alat bukti saja tidak cukup
dalam perkara pidana, melainkan harus minimal dua alat bukti (Pasal
sebagai alat bukti. Tiga surat harus dibuat di atas sumpah atau dikuatkan
dengan sumpah (Pasal 187 huruf a, b dan c), sedangkan surat yang
187 huruf c KUHAP. Karena surat hasil audit tersebut adalah surat yang
dibuat oleh seorang ahli yang isinya berupa pendapat mengenai hal
sebagai berikut :
yang membuatnya.
perjanjian yang dibuat oleh para pihak atau dihadapan notaris berupa
partijakte. Juga akta-akta yang dibuat oleh pejabat umum itu sendiri (akta
ombtelijk) seperti berita acara penyitaan yang dibuat oleh penyidik. Hasil
audit tidak dapat lagi digolongkan dalam Pasal 187 huruf a ini karena hasil
akta.
dibuat oleh pejabat umum mengenai hal-hal yang masuk bidang tata
kematian. Hasil audit tidak dapat digolongkan dalam Pasal 187 huruf b ini
surat yang dibuat oleh pejabat umum atau dihadapannya, tetapi berupa
surat biasa, yang bukan merupakan akta yang dimaksud huruf a, b dan c
surat ini dibuat bukan untuk membuktikan tentang keadaan atau kejadian
atau kejadian tertentu. Dan hasil audit tidak dapat digolongkan dalam
surat ini karena hasil audit bukan dibuat untuk membuktikan keadaan atau
pembuktian apabila isi surat itu ada hubungannya dengan isi dari alat
bukti yang lain. Artinya surat ini baru mempunyai nilai pembuktian jika
isinya bersesuaian dengan isi dari alat bukti lain. Jika dihubungkan
menegaskan saja. Toh surat-surat lain juga tidak bernilai jika berdiri
sendiri. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 183 jo. Pasal 185 ayat (2)
KUHAP.
Tahun 2001 dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor : 103
daerah.
usaha pertamina, kontraktor bagi hasil dan kontrak kerja sama, badan-
pemerintah.
secara makro.
supervisi di bidangnya.
adalah kasus mantan Direktur Utama PT. Indosat Mega Media (IM2) Indar
Atmanto dan kasus mantan Direktur Utama PLN Ir. Eddie Widiono
Oktober 2012.
intern pemerintah, dan salah satu dari pengawasan intern itu termasuk
audit investigatif.
negara.
bahwa hasil audit adalah hasil kerja seorang auditor yang memiliki
pembuktian Pasal 184 KUHAP adalah merupakan dua alat bukti, sehingga
membuat terang suatu perkara pidana. Apa isi yang harus diterangkan
oleh ahli, serta syarat apa yang harus dipenuhi agar keterangan ahli
pada 2 syarat tersebut, tetapi secara umum juga terletak pada syarat-
saksi.
Syarat umum dari kekuatan alat bukti termasuk keterangan ahli
adalah :
bukti lain. Suatu alat bukti hasil audit harus memiliki kesamaan dengan
ketentuan Pasal 183 jo. Pasal 185 ayat (2) KUHAP, maka satu-satunya
saksi keluarga menurut Pasal 185 ayat (7) KUHAP atau saksi anak
dan saksi yang sakit ingatan (Pasal 171). Mengapa demikian ? karena
alat-alat bukti lain yang disebutkan dalam Pasal 184 KUHAP. Nilai
KUHperdata).
alat bukti keterangan saksi Pasal 160 ayat 4 jo. Pasal 179 ayat 2).
KUHAP. Hal ini wajar karena menurut Pasal 185 KUHAP keterangan
ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
penyidikan saja.
obyektif.
kinerja pada tiga hal besar yakni governance, risk management dan
internal control. Hal ini menjelaskan juga bahwa BPKP adalah forensic
untuk mengabaikan fakta yang tidak relevan yang dapat secara efektif
kompleksitas tugas.
yang cukup relevan, selalu berusaha untuk tahu dan mempunyai visi. b.
dan idealisme.
non teknis adalah merupakan kemampuan dari dalam diri seorang auditor
ketekunan, ulet dan enerjik, cerdik dan kreatif, adaptasi, kejujuran dan
kecekatan.
kemampuan relasional.
lainnya.
lain :
dan Polri).
Salah satu instansi yang kompeten untuk hal tersebut adalah auditor
BPKP.
penyidik berupa :
1. Resume permasalahan.
diperiksa dan tidak membatasi diri hanya pada alat/barang bukti yang
adalah :
perekonomian negara.
yang diperoleh penyidik, maka tim auditor BPKP datang ke tempat instansi
penyidik yang meminta melakukan audit atas bukti/fakta yang ada dan
Penyidik akan mempelajari hasil laporan auditor dan apabila hasil audit
dengan kata lain menetapkan tersangkanya, dan apabila hasil audit dari
Laporan hasil audit dari auditor akan berfungsi sebagai salah satu
dari lima alat bukti sebagaimana diatur dalam pasal 184 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1981 yakni alat bukti surat dan peranannya sangat
Apabila hasil audit belum ada maka suatu kasus tidak bisa
Ahli dan berfungsi sebagai salah satu dari alat bukti pada Pasal 184
Hukum Acara Pidana bahwa dengan dua alat bukti saja ditambah dengan
seratus dua puluh tujuh ribu delapan ratus rupiah lima puluh delapan
delapan ratus sembilan puluh sembilan juta seratus tujuh puluh tiga
ribu delapan ratus enam puluh tiga rupiah dua puluh delapan sen)
puluh enam juta tiga ratus satu ribu enam ratus enam puluh tiga rupiah
ratus dua puluh enam juta enam ratus tujuh puluh delapan ribu
tiga juta seratus lima belas ribu tujuh ratus delapan puluh empat rupiah
lima belas sen) sehingga tahun 2009 jumlah kasus hanya sebanyak 13
(delapan milyar dua ratus tujuh puluh sembilan juta tujuh ratus
sembilan puluh tiga ribu delapan ratus delapan puluh tiga rupiah tiga
dua puluh dua juta empat ratus delapan puluh sembilan ribu tujuh ratus
empat puluh lima rupiah delapan puluh sen) dan perhitungan kerugian
juta seratus satu ribu tiga puluh empat rupiah empat puluh empat sen)
delapan ratus tujuh puluh juta lima ratus sembilan puluh ribu tujuh
(tiga milyar tujuh puluh juta tujuh belas ribu dua ratus empat puluh dua
Rp. 3.166.034.474,31. (tiga milyar seratus enam puluh enam juta tiga
puluh empat ribu empat ratus tujuh puluh empat rupiah iga puluh satu
ratus tiga puluh enam juta lima puluh satu ribu tujuh ratus enam belas
milyar dua belas juta tiga ratus lima puluh empat ribu sembilan puluh
rupiah dua belas sen) dan perhitungan kerugian negara sebanyak 7
(dua milyar tiga ratus empat puluh dua juta seratus empat puluh tiga
ribu tujuh ratus tujuh puluh delapan rupiah dua puluh sen) dengan
puluh empat juta empat ratus sembilan puluh enam ribu delapan ratus
enam puluh delapan rupiah tiga puluh dua sen) dan diikuti pula dengan
nilai kerugian sebesar Rp. 2.326.678.099,16. (dua milyar tiga ratus dua
puluh enam juta enam ratus tujuh puluh delapan ribu sembilan puluh
Rp. 5.953.115.784,15. (lima milyar sembilan ratus lima puluh tiga juta
seratus lima belas ribu tujuh ratus delapan puluh empat rupiah lima
tujuh puluh sembilan juta tujuh ratus sembilan puluh tiga ribu delapan
Tinggi Sulselbar
Periksa Auditor
Sebagai Ahli (Alat
Bukti)
Kumpulkan bukti-
bukti
Hentikan Penyidik lanjutkan Penyidik petunjuk/informas
penyelidikan ke tahap
(Bukan Korupsi) penyidikan
Minta audit
kepada BPKP
Tidak ada kerugian Ada kerugian
negara negara
BPKP mengundang
penyidik untuk
BPKP serahkan paparkan kasus
laporan hasil audit
kepada penyidik Auditor BPKP
terbitkan laporan BPKP bentuk tim
hasil audit auditor dan
lakukan audit
audit.
tahap penyidikan. Selain hasil audit dapat dijadikan alat bukti maka auditor
sesudah auditor menyatakan dalam laporan hasil audit bahwa atas kasus
yang sedang diselidiki oleh penyidik ada ditemukan kerugian keuangan
negara.
yang umum, bahwa tindak pidana hanya dapat dilakukan oleh manusia.
adalah orang dan bukan korporasi itu sendiri. Hal ini terlihat dari pasal 169
Persepsi ini timbul karena kerangka hukum kita menganut suatu prinsip
tidak melakukan tindak pidana (orang yang berbuat dan dialah yang
bertanggungjawab).
Tapi meskipun melakukan perbuatan pidana tidak berarti orang
yaitu :
pidana merupakan segi lain dari subyek tindak pidana yang dapat
pidana meliputi dua hal, yaitu siapa yang melakukan tindak pidana (si
ialah :
undang.
pidana tersebut.
manus minista.
keterangan.
sehingga korporasi tidak menjadi subyek tindak pidana. Hal ini dapat
tidak, hal ini mengacu kepada pendapat Von Savigny yang menyatakan
korporasi sebagai suatu fiksi hukum yang diterima dalam ruang lingkup
keperdataan, hal ini cocok diambil alih begitu saja untuk kepentingan
oleh suatu korporasi. Pada saat ini korporasi dapat dibuktikan sebagai
pelaku, namun pertanggungjawaban pidananya dibebankan kepada
kendala dan peluang yang dihadapi baik berasal dari internal maupun
yuridis.
2. Faktor Sosiokultural.
a. Integritas personal
b. Ekonomi/kesejahteraan
c. Promosi
dukungan baik itu dana, sarana, prasarana dan suber daya manusia.
bukti yang dikumpulkan penyidik yang salah satunya hasil audit BPKP.
kerugian negara.
1. Biaya audit bagi auditor investigatif sama dengan lumpsum audit biasa
handycam, tenaga ahli dan lain-lain. Hal ini akan menyulitkan pada
sangat kuat bagi auditor BPKP meskipun untuk saat ini, pemilihan
ini memang sedang giat untuk melakukan audit investigatif. Akan tetapi
Minimnya tindaklanjut atas temuan BPKP ini karena seringkali terjadi hasil
temuan BPKP tersebut dikaji oleh instansi terkait, dan oleh instansi terkait
yakni inspektorat sektoral dan lintas sektoral serta kantor akuntan publik
yang dapat diminta untuk melaksanakan audit jika dirasakan ada indikasi
tindak pidana korupsi. Namun yang terjadi sampai saat ini kasus korupsi
baik kecil maupun besar masih saja sulit diberantas, bahkan cenderung
reposisi lembaga audit yang ada, yaitu pemisahan fungsi dan tugas yang
yaitu :
dengan tingkat kebutuhan yang layak. Hal ini menggiring mereka untuk
mekanisme APBN.
b. Dipeliharanya sejumlah dana publik diluar APBN.
lingkungan pemerintahan.
bentuk kolusi atau lainnya diperlukan kemauan politik dan aksi politik
BAB V
A. Kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hasil audit auditor BPKP dapat digolongkan kepada alat bukti surat
audit tersebut adalah surat yang dibuat oleh seseorang ahli yang isinya
yang hal tersebut berhubungan dengan suatu perkara pidana. Surat ini
alat bukti keterangan saksi. Berdasarkan hal tersebut maka dari auditor
BPKP akan diperoleh 2 alat bukti yaitu hasil audit sebagai alat bukti
adalah :
Akan tetapi hal tersebut belum diikuti oleh kebijakan pendidikan dan
B. Saran
A. Buku
B. Majalah/Jurnal
Bank, Asian Development (ADB), “Good Governance And
Anticorruption : The Road Forward For Indonesia”, Paper,
Presented at eight meeting of the Consultative group on
Indonesia, 27-28 July 1999, Paris, France.
Nasution, Bismar, Pengkajian Ulang Hukum Sebagai Landasan
Pembangunan Ekonomi, Pidato diucapkan pada pengukuhan
Jabatan Guru Besar Tetap dalam ilmu hukum ekonomi pada
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara di hadapan rapat
senat terbuka Universitas Sumatera Utara di gelanggang
mahasiswa, Sabtu 17 April 2004.
Terampil, Diklat Pembentukan Auditor, Dasar-Dasar Auditing, “Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan
Keuangan Dan Pembangunan”, Ciawi, 2005.
Bahan Kuliah, Filsafat Hukum, Dihimpun oleh Irwansyah.
BPKP Sulsel, Lakip Tahun 2010/2011.
BPKP Sulsel, Lakip Tahun 2011/2012.
C. Peraturan Perundang-Undangan
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang
Badan Pemeriksa Keuangan.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2000
tentang Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000
tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan
Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
Republik Indonesia, Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1983 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengawasan.
Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2004 tentang
Perubahan Keenam atas Keputusan Presiden Nomor 103
Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan,
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen.
Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983
tentang Pembentukan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP).
Republik Indonesia, Nota Kesepahaman Antara Kejaksaan Republik
Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor : KEP-
109/A/JA/09/2007, Np.Pol. B/2718/IX/2007, Nomor KEP-
1093/K/D6/2007 tentang Kerjasama Dalam Penanganan Kasus
Penyimpangan Pengelolaan Keuangan Negara Yang
Berindikasi Tindak Pidana Korupsi Termasuk Dana Non
Budgeter.
Republik Indonesia, Kesepakatan Bersama Antara Kejaksaan Republik
Indonesia dan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor : 01/KB/I-
VIII.3/07/2007 dan Nomor KEP-071/A/JA/07/2007 tentang
Tindak Lanjut Penegakan Hukum Terhadap Hasil Pemeriksaan
BPK Yang Diduga Mengandung Unsur Tindak Pidana.
Republik Indonesia, Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan Nomor : KEP-06.00.00-286/K/2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan.
D. Internet
Y. Sri Susilo,”Mampukah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Menjadi Salah
Satu Pillars Of Integrity”,
(http:/www.transparansi.or.id/artikel/artikel pk/artikel 02.html.,
diakses tanggal 7 Januari 2013).
BPKP Berwenang Tentukan Kerugian Negara,
(http://www.jpip.or.id/artikelview-89-bpkp-berwenang-tentukan-
kerugian-negara.html, diakses tanggal 23 Juli 2013).