SKRIPSI
OLEH
ANGGI DAMARIZKA
NIM : 150200583
FAKULTAS HUKUM
MEDAN
2019
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna baik itu disebabkan karena
keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati
penulis menerima baik kritik maupun saran yang bersifat membangun dari
dukungan serta doa dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas
3. Bapak Prof. Dr. OK. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas
i
Universitas Sumatera Utara
4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas
5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas
6. Ibu Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum
9. Ibu Zulfi Chairi, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II, yang telah
10. Bapak Zulkifli Sembiring, S.H., selaku dosen penasihat akademik yang selalu
11. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera
12. Ibu dr. Chadijah Karim, Perawat Syahru Syafrizal, Perawat M. Sofyan Zuhri,
Perawat Dewi Sagita Damanik, yang telah menyediakan waktu dan pikirannya
ii
Muhammad Faisal Rangkuti, selaku orang tua dan abang penulis yang sangat
banyak berkorban dan memberikan motivasi serta semangat dan doa yang
14. Kepada sahabat – sahabat seperjuangan, Ira, Tika, Kimi, Ica, Tita, Audi, Noni,
Risma, Dila, Fakhri, Nisa, dan Fitri, yang telah memberikan banyak masukan
dan motivasi kepada penulis selama kuliah serta dalam menyelesaikan skripsi
ini.
15. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis, yang tidak dapat
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan baik isi
penulis. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
terimakasih atas segala bimbingan dan bantuan kepada penulis. Penulis berharap
setiap pembacanya.
Penulis
Anggi Damarizka
iii
BAB I PENDAHULUAN
Kesehatan................................................................................................... 28
iv
TENAGA PERAWAT
DELITUA)
1. Kesimpulan .............................................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
NIM : 150200583
1. Skripsi yang saya tulis adalah benar dan tidak merupakan ciplakan dari
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau
vii
Anggi Damarizka
Muhammad Husni, S.H, M.H
Zulfi Chairi, S.H, M. Hum
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
viii
A. Latar Belakang
sebagai kebutuhan yang utama dan prioritas yang mendasar bagi kehidupan
“Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
1
Ns. Ta’adi.,Hukum Kesehatan Sanksi & Motivasi bagi Perawat, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 2012, hlm. 5.
1
Universitas Sumatera Utara
2
mungkin.
Sejalan dengan amanat Pasal 28H ayat (1) Undang - Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak
umum yang layak. Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan
sama lain.2
2
Tim Redaksi Nuansa Aulia., Himpunan Peraturan dan PerUndang - Undangan Tentang
Rumah Sakit, Nuansa Aulia, Bandung, 2010, hlm. iii.
tanggung jawab serta wewenang yang cukup besar dalam melakukan tindakan
medis terhadap pasien. Tindakan medis (tindak medik) adalah suatu tindakan
yang seharusnya hanya boleh dilakukan oleh para tenaga medis, karena
tindakan itu ditujukan terutama bagi para pasien yang mengalami gangguan
kesehatan.
Suatu tindakan medis adalah suatu keputusan etis, karena dilakukan oleh
keputusan tersebut harus benar sesuai ketentuan yang berlaku, juga harus baik
tujuan maupun akibatnya dan keputusan tersebut harus tepat, sesuai konteks,
situasi dan kondisi saat itu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Hal itu
sulit, tetapi kita harus berupaya ke arah sana, meskipun mungkin tidak dapat
dipenuhi seluruhnya.3
Tindakan medis harus dilakukan oleh tenaga medis. Dalam hukum positif
3
Danny Wiradharma., Tindakan Medis Aspek Etis dan Yuridis, Universitas Trisakti,
Jakarta, 2012, hlm. 13.
Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Oleh karena itu tidak setiap
Rakyat, pada saat itu bukanlah tenaga kesehatan, melainkan dapat disebut
sebagai politisi.4
Tenaga medis adalah mereka yang profesinya dalam bidang medis, yaitu
dokter, baik physician (dokter fisik = dokter badan) maupun dentist (dokter
spesialis dan dokter gigi spesialis. Tenaga medis dibedakan dengan tenaga
paramedis menurut Undang - Undang No. 18 Tahun 1964 tentang wajib kerja
perbedaan antara tenaga medis dan tenaga paramedis adalah antara lain
4
Ibid.,hlm. 17.
pasien.5
dalam rumah sakit para dokter tidak bisa bekerja tanpa adanya bantuan dari
kepada pasien. Hubungan yang terjalin dengan pasien dapat dikatakan sebagai
antara berbagai pihak yaitu dokter, perawat, dan pasien itu sendiri.6
tiga fungsi, yaitu: Pertama fungsi independen atau fungsi mandiri berupa
fungsi dependen yang berdasarkan advis atau instruksi dokter berupa tindakan
5
Ibid.,hlm. 20.
6
Veronica komalwati, Peran Informed Consent dalam Transaksi Terapeutik (Persetujuan
dalam Hubungan Dokter dan Pasien), Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hlm. 74.
7
Nisya.R & Hartanti.S., Prinsip-Prinsip Dasar Keperawatan, Dunia Cerdas, Jakarta,
2013, hlm. 53.
tindakan perawat yang melaksanakan tugas dokter tersebut dengan kata lain
terdaftar atau register nurse kepada perawat bantu dan tindakan yang
tracheostomi untuk waktu lama dan melakukan bantuan hidup dasar (RJP).9
8
Dede Nasrullah., Etika dan Hukum Keperawatan, Trans Info Media, Jakarta, 2014, hlm.
105.
9
Ibid.
pelimpahan wewenang dari tenaga medis itu sendiri (dokter). Dengan kondisi
ini perawat akan sangat berisiko untuk bermasalah hukum. Untuk dapat
Keperawatan.
dalam melakukan tindakan medik yang tidak sesuai dengan peraturan yang
berlaku dapat menimbulkan berbagai resiko. Karena tidak sedikit juga perawat
10
Ibid.
merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya resiko yang akan terjadi.
baik. Setiap resiko yang ditimbulkan dari tindakan medis yang dilakukan oleh
berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh
kesehatan.
B. Permasalahan
dokter.
Adapun juga yang menjadi manfaat penulisan ini yang tidak terlepas dari
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
D. Keaslian Penulisan
skripsi penulis yakni tidak didapati judul yang sama. Adapun beberapa judul
skripsi yang terkait dengan perlindungan hukum bagi perawat yang melakukan
antara lain:
kesalahan medis.
ini antara lain adalah Hubungan hukum RSUP Dr. M. Djamil Padang,
E. Tinjauan Pustaka
norma dan sanksi – sanksi itu disebut hukum dan tujuan hukum itu
Hukum itu juga memiliki fungsi. Adapun fungsi hukum adalah melindungi
kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti ditentukan keluasan dan
kedalamannya.12
hukum ke dalam bentuk perangkat baik yang bersifat preventif maupun yang
bersifat represif, baik yang lisan maupun tertulis. Dengan kata lain dapat
fungsi hukum itu sendiri, yang memiliki konsep bahwa hukum memberikan
pengayoman kepada hak asasi manusia yang di rugikan orang lain dan
Perawat, Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik
yang berlaku.
13
http://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/ diakses
pada tanggal 22 April 2019 pukul 03.20 WIB.
kelompok khusus dan masyarakat) baik dalam keadaan sehat ataupun sakit.14
dilakukan, tetapi tindakan medik tersebut ada kalanya atau sering dirasa tidak
Ada 5 (lima) unsur untuk tindakan medis menurut Sutorios yang dikutip
c. Harus ada indikasi medis yang merupakan titik tolak dari segala tindakan
medis selanjutnya,
dipilihnya,
14
Sukindar.,Perllindungan Hukum Terhadap Perawat Dalam Melakukan Tindakan
Medis, Jurnal Legalitas Vol. 2 No. 1, 2017, hlm. 8.
15
Ayih Sutarih., Sinkronisasi Pengaturan Pelimpahan Wewenang Tindakan Medis
Kepada Perawat Untuk Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit, Hermeneutika Vol. 2 No. 1, 2018,
hlm. 11.
pasiennya.16
Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang
F. Metode Penelitian
16
J. Guwandi., Dokter, Pasien, dan hukum, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta, 1996, hlm. 42.
17
Yulianingsih Kodim., Konsep Dasar Keperawatan, Trans Info Media, Jakarta, 2015,
hlm. 163.
penelitian hukum jenis ini, acapkali hukum dikonsepkan sebagai apa yang
Sumber data dalam penelitian hukum normatif ini adalah data sekunder,
data sekunder yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini terdiri dari:
meliputi:
5) Peraturan Menteri Kesehatan No. 148 Tahun 2010 tentang Izin dan
18
Amiruddin, Zainal Asikin.,Pengantar Metode Peneltian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta,
2016, hlm. 118.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang
tersusun secara sistematis serta saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Adapun uraian singkat dari sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
TENAGA PERAWAT
PELAYANAN KESEHATAN
medis.
BAB II
PELAYANAN KESEHATAN
Indonesia
hidup layak secara ekonomi dan menjalani pendidikan yang baik. Begitu juga
tanpa ekonomi yang baik, manusia tidak akan dapat memperoleh pelayanan
kesehatan yang baik serta pendidikan yang baik. Tanpa pendidikan yang baik,
manusia juga tidak bisa mengerti kesehatan serta mendapatkan ekonomi yang
baik. Ketiga parameter ini saling berhubungan dan tidak bisa dipisahkan satu
sama lain.20
19
C.S.T. Kansil., Op. Cit, hlm. 38.
20
Sri Siswati., Etika dan Hukum Kesehatan Dalam Perspektif Undang - Undang
Kesehatan, Rajawali Pers,Depok, 2017, hlm. 2.
19
dari tingkat dan pola berpikir masyarakat tentang proses terjadinya penyakit
tentang Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
hak asasi manusia. Pada Pasal 28H dinyatakan bahwa setiap orang berhak
21
Ns. Ta’adi.,Op. Cit., hlm. 3
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
yang sehat untuk tetap sehat. Berdasarkan Undang - Undang No. 36 tahun
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
Hukum kesehatan merupakan cabang dari ilmu hukum yang secara relatif
disiplin yang tertuju pada subsistem kesehatan dalam masyarakat. Salah satu
yaitu subjek hukum., hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum,
22
Muhamad Sadi Is, Etika & Hukum Kesehatan Teori dan Aplikasinya di Indonesia,
Parnamedia Group, Jakarta, 2015, hlm. 7.
23
Amri Amir., Bunga Rampai Hukum Kesehatan, Widya Medika, Jakarta, 1997, hlm. 10.
objek hukum, dan masyarakat hukum. Pengertian ini, misalnya subyek hukum
antara lain apotek dan apoteker dan menjadi tenaga kesehatan kesarjanaan.24
Dalam suatu Negara yang berlandaskan hukum, maka sesuai dengan sifat
hukum yang timbul, baik antara individu dengan individu maupun antara
berikut:
keseluruhan.
kepentingan masyarakat.
berbuat salah. Pandangan ini juga salah, mengingat dokter adalah manusia
24
Soerjono Soekanto, Aspek Hukum Apotek dan Apoteker, Bandung, Mandar Maju, 1980,
hlm. 1.
pendapat ahli hukum serta ahli kedokteran (termasuk doktrin). Akan tetapi,
tidak semua sumber hukum diatas memiliki kekuatan hukum yang mengikat
namun doktrin atau pendapat ahli tidak. Pendapat ahli maupun doktrin hanya
25
https://budi399.worpress.com/2010/02/10/kuliah-hukum-kesehatan/, diakses pada
tanggal 20 November 2018 pukul 23.57 WIB.
26
Muhamad Sadi Is, Op.Cit., hlm. 3.
boleh menolak perkara hanya karena masalah tersebut belum ada undang-
undangnya.27
kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan mental, serta antara
dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada semua lapisan
27
Ns. Ta’adi.,Loc. Cit.
Adapun yang menjadi dasar hukum dari hukum kesehatan ini adalah
kewajiban, fungsi, dan tanggung jawab para pihak terkait dalam bidang
kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
a. tenaga medis;
b. tenaga psikologi klinis;
c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kebidanan;
e. tenaga kefarmasian;
f. tenaga kesehatan masyarakat;
g. tenaga kesehatan lingkungan;
h. tenaga gizi;
i. tenaga keterapian fisik;
j. tenaga keteknisian medis;
k. tenaga teknik biomediks;
l. tenaga kesehatan tradisional; dan
m. tenaga kesehatan lain.29
28
Muhamad Sadi Is., Op. Cit., hlm. 50.
29
Pasal 11 Undang – Undang No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh
suatu “Conditio sine quanon” bagi suksesnya pembangunan kesehatan. Hal ini
30
Ibid., hlm. 40.
tenanga kesehatan tersebut. Menurut Prof. Mr. W.B. Van der Mijn, bahwa
a. Kewenangan
Kewenangan seorang tenaga kesehatan, adalah kewenangan hukum
(rechtsbevoegheid) yang dipunyai oleh seorang tenaga kesehatan untuk
melaksanakan pekerjaannya.Kewenangan ini memberikan hak kepada
tenaga kesehatan untuk bekerja sesuai dengan bidangnya. Di Indonesia,
kewenangan menjalankan profesi tenaga kesehatan didapat dari
Departemen Kesehatan. Bila seorang tenaga kesehatan melaksanakan
pekerjaan tanpa kewenangan, maka tenaga kesehatan tersebut melanggar
salah satu standar profesi tenaga kesehatan.
b. Kemampuan Rata-rata
Untuk mengukur atau menentukan kemampuan/kecakapan rata-rata
seorang tenaga kesehatan sangat sulit, karena banyak faktor yang
mempengaruhi penentuan itu.sebagai misal, seorang tenaga kesehatan
yang baru lulus pendidikan tentunya tidak dapat disamakan
kemampuannya dengan seorang tenaga kesehatan yang telah menjalankan
pekerjaan di bidang kesehatan selama dua puluh tahun.
c. Keseksamaan
Ukuran keseksamaan atau ketelitian yang umum, ialah ketelitian yang
akan dilakukan oleh setiap tenaga kesehatan dalam melaksanakan
pekerjaan yang sama. Dengan perkataan lain, tidak dapat seorang tenaga
kesehatan yang dapat dikatakan perfeksionis menjadi ukuran bagi
ketelitian dari tenaga kesehatan yang lain. Penelitian yang umum di sini,
adalah bila sekelompok tenaga kesehatan akan melakukan ketelitian yang
sama dalam situasi dan kondisi yang sama, maka ukuran ketelitian itulah
yang diambil.31
kesehatan dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki, serta wajib
31
Wila Chandrawila Supriadi., Hukum Kedokteran, Mandar Maju, Bandung, 2001, hlm.
52-54.
Kesehatan
proses terlebih dahulu. Tindakan adalah suatu perbuatan fisik yang dilakukan
memiliki tujuan, tidak spontan begitu saja. Apalagi bila tindakan itu adalah
tindakan medis. Tindakan medis adalah suatu tindakan yang seharusnya hanya
boleh dilakukan oleh para tenaga medis, karena tindakan itu ditujukan
atau dokter gigi terhadap pasien. Jadi disini telah jelas bahwa tindakan
32
Sri Siswati., Op.Cit, hlm. 52.
33
Danny Wiradharma., Op. Cit, hlm. 1.
Undang - Undang No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan terdiri atas
dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis. Jadi tindakan
medik hanya boleh dipraktekkan oleh tenaga medis yang sudah terlatih dan
berpengalaman yaitu dokter atau pun dokter gigi. Adapun tindakan medik
dokter gigi).
medis tidak dapat melaksanakannya tanpa ada dasar hukumnya. Hal ini diatur
yang mana dalam rangka melaksanakan tugas dokter apabila dalam keadaan
dimana jumlah dokter ataupun dokter gigi yang terbatas dan dilaksanakan
sesuai dengan pelimpahan wewenang para tenaga medis secara tertulis. Yang
sebelumnya kita tahu bahwa tindakan medik hanya dapat dilakukan oleh para
Adapun beberapa pasal yang terkait yaitu Pasal 32 yang menjelaskan bahwa
melaksanakan tugas dokter disaat dokter ataupun tenaga medis tidak ada, serta
dalam pasal 35 Perawat dapat melakukan tindakan medik pada suatu keadaan
unsur yaitu “upaya kesehatan” & “sumber daya kesehatan”. Yang dimaksud
dengan sumber daya kesehatan, terdiri dari sumber daya manusia kesehatan
(tenaga kesehatan yaitu dokter, apoteker, bidan, perawat) & sarana kesehatan
Pemeliharaan kesehatan & pelayanan kesehatan adalah dua aspek dari upaya
kesehatan individu (dikenal sebagai upaya kedokteran atau upaya medik). Inti
34
https://hukumkes.wordpress.com/2008/03/15/aspek-hukum-pelayanan-kesehatan/ di
akses pada tanggal 20 Desember 2018 pukul 00.12 WIB
kesehatan, pasien & sarana kesehatan & dari hubungan segitiga ini terbentuk
hukum yang terbentuk antara ketiga komponen itu adalah hubungan antara
kesehatan swasta, misalnya klinik swasta, rumah sakit swasta, dan dokter
pasien sendiri dan untuk itulah digunakan aturan hukum yang umum. 36
Dalam Pasal 52 ayat (1) Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
35
Ibid.
36
Chrisdiono M. Achadiat., Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran Dalam Tantangan
Zaman, EGC, Jakarta, 2006, hlm. 3.
dan keluarga.
rehabilitatif.
37
Yulianingsih Kodim., Op.Cit, hlm. 165.
(1).
dan masyarakat.
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. Hal ini
diatur dalam Pasal 29 ayat (1) huruf (b) Undang - Undang No. 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit yang mana peraturan atau dasar hukum dalam setiap
Komalasari, yang mengatakan bahwa asas - asas hukum yang berlaku dan
sebagai berikut:
1. Asas Legalitas
Asas ini pada dasarnya tersirat di dalam Pasal 23 ayat (1), (2) dan (3)
perizinan yang diatur dalam Undang - Undang No. 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran, terutama Pasal 29 ayat (1) dan (3), Pasal 36, serta Pasal
38 ayat (1).
38
Cecep Triwibowo, Etika dan Hukum Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta, 2014, hlm.
16.
2. Asas Keseimbangan
merupakan asas yang cukup krusial, oleh karena sangat berkaitan dengan
akibat hukum yang timbul dari pelayanan kesehatan. Akibat kelalaian dokter
dokter, karena hukumnya tidak dapat menerima alasan apapun dalam hal
Asas itikad baik ini pada dasarnya bersumber pada prinsip etis untuk
berbuat baik pada umumnya yang perlu pula diaplikasikan dalam pelaksanaan
pengemban profesi, penerapan asas itikad baik akan tercermin pada sikap
5. Asas Kejujuran
profesinya. Di samping itu, berlakunya asas ini juga merupakan dasar bagi
6. Asas Kehati-hatian
Asas kehati-hatian ini secara yuridis tersirat di dalam Pasal 58 ayat (1)
bahwa; “Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga
dengan mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien terutama hak
atas informasi dan hak untuk memberikan persetujuan yang erat hubungannya
7. Asas Keterbukaan
Salah satu asas yang ditentukan dalam Pasal 2 Undang - Undang No. 36
tahun 2009 adalah asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban, yang
harus dipenuhi agar suatu pelayanan dapat disebut sebagai pelayanan yang
perlu dilakukan upaya terus menerus agar dapat diketahui kelemahan dan
kebutuhan dan tuntutan setiap pasien, makin baik pula mutu pelayanan
kesehatan.41
39
Veronica Komalasari., Op. Cit, hlm. 126-133.
40
Azrul Azwar., Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,
1996, hlm. 16
41
Yuristi Winda Bata, Muh. Alwy Arifin, Darmawansyah., Jurnal: Hubungan Kualitas
Pelayanan Kesehatan Dengan Kepuasan Pasien Pengguna Akses Sosial Pada Pelayanan Rawat
Inap di RSUD Lakipadada Kabupaten Tana Toraja, AKK Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin, Makassar, 2013, hlm. 2.
PERAWAT
1. Dokter
Dokter dari bahasa Latin yang berarti “guru” adalah seseorang yang
beberapa tahun tergantung pada sistem yang dipakai oleh Universitas tempat
tentang Praktik Kedokteran yang dimaksud dengan dokter dan dokter gigi
adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis lulusan
negara kita belum terdapat dengan jelas mengenai rumusan definisi mengenai
42
Danny Wiradharma., Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran, Binapura Aksara, Jakarta,
1996, hlm. 4.
38
dimana dokter sebagai salah satu sumber daya kesehatan yang mendukung
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
dokter adalah tenaga medis yang merupakan salah satu dari tenaga kesehatan.
Maka jelas bahwa dokter sebagai pengemban profesi termasuk sebagai tenaga
kesehatan adalah orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
pendidikan yang berjenjang, dan kode etik yang bersifat melayani masyarakat.
intelektual. Lagi pula, menjadi seorang dokter berarti mau melayani manusia
yang sakit agar dapat sembuh serta melayani manusia agar tidak sakit, yaitu
semangat pelayanan harus ada. Sikap ini sangat penting dalam pembentukan
sikap etis yang paling mendasar. Selain itu, hal ini pun merupakan tantangan
setiap profesi, disamping kemahiran teknik, seni penggunaan teknik pun selalu
memiliki rasa dan harapan yang berbeda, serta latar belakang sosial masing-
masing. Bagi penderita, yang dihadapi dan menjadi masalah bukan hanya
masyarakat.43
attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang dokter atau dokter gigi
43
Munandar Wahyudin Suganda., Hukum Kedokteran, Alfabeta, Bandung, 2017, hlm. 35.
Standar profesi medis menurut Leenan adalah bertindak teliti dan hati-hati
sesuai dengan standar medis dari seorang dokter yang berkemampuan rata-
rata dalam bidang keahlian yang sama di dalam situasi dan kondisi yang sama
2. Meringankan penderitaan.
3. Mendampingi pasien.44
norma bagi pekerjaan dokter, dapat diuraikan menjadi 5 (lima) pokok, yaitu:
44
Danny Wiradharma., Op. Cit, hlm. 68.
seorang dokter juga harus memiliki etika dalam berprofesi. Etika profesi
tertentu sesuai bidang profesi yang dijalankan sebagai pelayanan dalam rangka
segi norma – norma / nilai - nilai moral yang bertujuan untuk mengantisipasi
45
Ibid.,hlm. 69.
46
Idris Mas’ud.,Tanggung Jawab dan Etika Profesi Dokter Dalam Bidang Hukum, Jurnal
Legalitas Vol. 2 No. 3, hlm. 100.
sesuai dengan tuntutan ideal. Tuntutan tersebut kita kenal dengan kode etik
profesi dokter.47
lingkup kewajiban bagi anggota profesi atau isi Kode Etik Profesi pada
umumnya mencakup:
a. Kewajiban Umum
umum (kemanusiaan), untuk “client” atau pasien, teman sejawat, dan untuk
diri sendiri.
a. mewawancarai pasien.
47
https://www.academia.edu/9802653/KODE_ETIK_PROFESI_DOKTER, hlm. 1-2,
diakses pada tanggal 25 Desember 2018 pukul 01.34 WIB
48
Soekidjo Notoadmojo., Etika dan Hukum Kedokteran, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm.
39.
Dokter adalah orang yang paling banyak berperan dalam kegiatan RS.
harus diperbuat atau yang harus dilakukan oleh seseorang atau suatu badan
hukum.50
Pasal 50 Undang - Undang Praktik Kedokteran, dokter atau dokter gigi dalam
prosedur operasional;
49
http://www.gresnews.com/berita/tips/81628-tips-hukum-kewenangan-kewajiban-dan-
hak-dokter/,di akses pada tanggal 07 Januari 2018 pukul 17.20 WIB
50
Arif Haliman & Ari Wulandari., Cerdas Memilih Rumah Sakit, Rapha Publishing,
Yogyakarta, 2012, hlm. 61.
keluarganya; dan
hak dasar, yakni hak dasar sosial dan hak dasar individu, keduanya akan saling
merupakan hak dasar manusia. Oleh karena itu, dokter maupun pasien sama-
b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian
atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan
51
Chrisdiono M. Achadiat., Loc. Cit.
2. Perawat
Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang - Undang No. 38 Tahun 2014 Tentang
unik yaitu membantu individu yang baik, yang sehat maupun yang sakit, dari
dimiliki.53
52
Danny Wiradharma., Op. Cit, hlm. 74.
53
Dede Nasrullah., Op. Cit, hlm. 25.
c. sesuai dengan kemampuan rata - rata yang dimiliki oleh perawat dengan
kategori keperawatan yang sama;
d. dengan sarana dan upaya yang wajar dan sesuai dengan tujuan konkret
upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan.54
perawat dengan kualifikasi yang sama, maka dia telah bekerja dengan
contoh keunikan tersebut antara lain dalam cara menyintesis ilmu sosial dasar,
ilmu perilaku dasar, dan ilmu biologi dasar dalam melakukan fungsinya untuk
54
Sri Praptianingsih., Kedudukan Hukum Perawat Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan di
Rumah Sakit, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 51.
55
Ns. Ta’adi.,Op. Cit, hlm. 13.
ini, keputusan diambil berdasarkan kode etik sebagai standar yang mengukur
menyangkut masalah etik. Sebagai landasan utama dalam kode etik adalah
prinsip penghargaan terhadap orang lain, diikuti dengan prinsip otonomi yang
lain yang perlu di perhatikan adalah prinsip kemurahan hati atau selalu berbuat
selalu menepati janji (fidelity) dan memperlakukan individu dengan adil. Kode
VI/PPNI/2000.58
56
https://www.google.co.id/amp/s/theladywtl26.worpress.com/2015/03/19/konsep-dasar-
etika-profesi-keperawatan/amp/,di akses pada tanggal 08 Januari 2019 pukul 15.49 WIB
57
https://www.slideshare.net/mobile/aderahmann/konsep-dasar-etika-profesi-
keperawatan., di akses pada tanggal 08 Januari 2019 pukul 16.30 WIB
58
Dede Nasrullah., Op. Cit, hlm. 13.
Dalam praktik keperawatan fungsi perawat terdiri dari tiga fungsi yaitu:
a. Fungsi Independen
Dalam fungsi ini tindakan perawat tidak memerlukan perintah dokter.
Tindakan perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan. Oleh karena itu, perawat bertanggung jawab terhadap akibat
yang timbul dari tindakan yang diambil.
b. Fungsi Interdependen
Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau
tim kesehatan. Fungsi ini tampak ketika perawat bersama tenaga kesehatan
lain berkolaborasi mengupayakan kesembuhan pasien. Mereka biasanya
tergabung dalam sebuah tim yang di pimpin oleh seorang dokter.
c. Fungsi Dependen
Dalam fungsi ini perawat bertindak membantu dokter dalam memberikan
pelayanan medik. Perawat membantu dokter memberikan pelayanan
pengobatan dan tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter dan
seharusnya dilakukan dokter, seperti pemasangan infus, pemberian obat,
melakukan suntikan.61
59
Sri Praptianingsih., Op. Cit, hlm. 34.
60
Ns. Ta’adi.,Op. Cit, hlm. 14.
61
Sri Praptianingsih., Op. Cit, hlm. 31.
Kasus hukum yang menimpa perawat akhir-akhir ini yang banyak terjadi
perawat. Disisi lain banyaknya kasus malpraktek yang dilakukan oleh perawat
yang belum paham akan hak dan kewajiban serta batasan-batasan dalam
62
Yulianingsih Kodim., Op. Cit. hlm. 178.
hak dan kewajiban perawat secara jelas diatur dalam Pasal 36 dan 37 Undang -
kewajiban yang seharusnya dapat dipenuhi oleh setiap perawat sebagai tenaga
63
Cecep Triwibowo., Op. Cit, hlm. 7.
64
Ibid., hlm. 27.
hak dan kewajibannya dan semakin luas pula suara-suara yang menuntut agar
yang sudah tidak dapat ditangani oleh praktisi medis dan dibutuhkan bantuan
dari tenaga paramedis, baik tenaga keperawatan, analis medis dan lain-lain.
tindakan mana yang dianggap sebagai tindakan menurut ilmu kedokteran dan
gugat atas kesalahan tindakan medik tertentu yang dilakukan oleh dokter.68
Pada tahun 1982, Dewan Pusat Kesehatan Masyarakat (dcentral eaad voor
65
Sri Praptianingsih., Op. Cit, hlm. 19.
66
Cecep Triwibowo., Op.Cit, hlm. 11.
67
Danny Wiradharma., Op. Cit, hlm. 27.
68
Sri Praptianingsih., Op. Cit, hlm. 14.
yuridis dan moral tetap bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan
oleh perawat atas instruksi dokter. Akan tetapi, perawat juga bertanggung
jawab atas tindakannya jika tindakan tersebut tidak sesuai dengan instruksi
yang diberikan.70
wewenang ini diatur dalam Pasal 32 Undang - Undang Nomor 38 Tahun 2014.
dipegang oleh dokter sebagai pemberi wewenang. Oleh karena hal tersebut,
69
Ns. Ta’adi.,Op. Cit, hlm. 29.
70
Ibid, hlm. 30.
Dengan kata lain, tugas-tugas yang bersifat mandat baru bisa dilakukan oleh
perawat jika ada pernyataan lisan ataupun tertulis dari dokter yang
instruksi tanpa persetujuan dari dokter. Contoh tugas bersifat mandat yang
dilaksanakan oleh perawat antara lain adalah pemberian terapi parenteral dan
penjahitan luka.71
tugas dokter apabila jumlah dokter yang terdapat pada fasilitas pelayanan
Menurut Ns. Ta’adi dalam bukunya, hubungan hukum antara dokter dan
diberikan oleh dokter. Di rumah sakit, dokter tidak dapat bekerja tanpa
tanpa instruksi dokter, kecuali dalam bidang tertentu yang bersifat asuhan
71
https://www.liputan6.com/health/read/3381584/daftar-tugas-dokter-yang-bisa-
dilimpahkan-ke-perawat di akses pada tanggal 22 Januari 2019 pukul 15.49 WIB
72
Ns. Ta’adi.,Op. Cit, hlm. 28.
bertanggung gugat atas hasil akhir yang dicapai oleh delegat. Delegasi
namanya sendiri, tetapi atas nama si pemberi kuasa dan yang bertanggung
73
Dede Nasrullah., Loc. Cit.
74
Anggriani J., Hukum Administrasi Negara, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012, hlm. 91.
75
Danny Wiradharma., Op. Cit, hlm. 28.
perdata.76
kuasa. Jadi pertanggung jawaban menurut hukum perdata itu, karena adanya
suatu pendelegasian, tidak beralih dari dari pemberi delegasi kepada penerima
delegasi, dokter tersebut tetap harus bertanggung jawab. Ia dapat setiap kali
boleh dan tidak boleh dilakukan dalam tindakan medis tersebut. Delegasi yang
76
Ibid, hlm. 30.
77
Ibid.
78
Catharina Sinta A.l., Skripsi: “Pelaksanaan Tindakan Medis Perawat Dalam Keadaan
Gawat Darurat Ditinjau Dari Undang - Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
(Studi Kasus Di RSUD Sunan Kalijaga Demak)”, Unika Soegijapranata, Semarang, 2017, hlm. 81.
dan bekerjasama dengan dokter untuk menetapkan yang terbaik untuk pasien.
adalah salah satu upaya perlindungan hukum bagi pasien dan tenaga
tanpa aturan yang jelas dapat mengakibatkan proses keperawatan yang tidak
tindakan medis. Tugas dokter tanpa adanya batasan yang jelas dengan tugas
Dengan kondisi ini perawat dan dokter akan sangat berisiko untuk mendapat
masalah hukum.80
79
Hudi Purnawan., Tesis: "Diskresi Pelimpahan Wewenang Tindakan Medik Dari Dokter
Kepada Perawat Di Kotawaringin Timur”, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta,
2017, hlm. 2.
80
Mike Assmaria., Tesis: “Persepsi Perawat Tentang Tanggung Jawab Dalam
Pelimpahan Kewenangan Dokter Kepada Perawat di Ruang Rawat Inap Non Bedah Penyakit
Dalam RSUP DR. M. Djamil Padang’, Universitas Andalas, Padang, 2016, hlm. 2.
tertulis merujuk pada Pasal 32 Undang - Undang No. 38 Tahun 2014 Tentang
yang mana keadaan tersebut merupakan keadaan yang mengancam nyawa atau
kecacatan terhadap klien. Hal ini diatur juga pada Pasal 35 Undang - Undang
tindakan medis tersebut secara tertulis, ada juga rumah sakit yang tidak terlalu
mengedepankan hal tersebut. Contohnya pada rumah sakit yang menjadi objek
penelitian bagi penulis yaitu Rumah Sakit Hidayah Delitua. Rumah Sakit
Umum Hidayah pada mulanya berasal dari Rumah Bersalin yang berdiri sejak
tanggal 15 September 2004 yang beralamat di Jl. Medan – Delitua km 8,5 No.
berubah menjadi Rumah Sakit yang diberi nama Rumah Sakit Hidayah.
81
Danny Wiradharma., Loc. Cit.
(satu) Ruang Operasi, Ruang Bersalin, Ruang Bayi serta Ruang HCU.
tindakan medik ini, penulis telah melakukan wawancara terhadap dokter dan
beberapa perawat yang bekerja pada Rumah Sakit tersebut. Menurut salah satu
dokter yang bertugas di RSU Hidayah Delitua yakni dr. Chadijah Karim
medis oleh perawat dikarenakan kondisi Instalasi Gawat Darurat juga tidak
Selain itu, menurut Perawat Syahru Syafrizal dan Perawat Dewi Sagita
sebelumnya ke dalam lembar catatan medik dari perawat. Tidak seperti form
telepon.Selain itu, jumlah tenaga perawat lebih banyak daripada jumlah tenaga
dokter, sehingga lebih banyak tindakan medis yang dilakukan oleh perawat
condong melalui instruksi langsung atau lisan oleh dokter bahkan juga
82
Hasil Wawancara dengan Dokter Chadijah Karim Siregar di Rumah sakit Umum
Hidayah Delitua pada tanggal 27 Januari 2019.
83
Hasil Wawancara dengan Perawat Syahru Syafrizal dan Perawat Dewi Sagita Damanik
di Rumah sakit Umum Hidayah Delitua pada tanggal 27 Januari 2019.
secara tertulis oleh tenaga medis kepada perawat untuk melakukan sesuatu
tindakan medis dan selain itu bertentangan juga dengan Pasal 23 Ayat (1)
secara tertulis.
rumah sakit tersebut, sepertinya sudah menjadi sebuah kebiasaan bagi setiap
sakit tersebut lebih memahami mengenai ajaran hukum dalam profesinya dan
tidak menjadikan hal tersebut sebagai suatu sikap yang dominan untuk terus
hal agar perawat dapat melakukan tindakan medis untuk membantu tugas
kesehatan yakni dokter dan perawat pada rumah sakit tersebut hanya
lisan saja agar lebih mudah dalam praktek pelayanan kesehatan terhadap
pasien dan mencatat instruksi lisan tersebut kedalam status pasien atau yang
disebut dengan lembar catatan medik dengan ditandatangani oleh dokter jaga
Rumah Sakit.
ability”, yang berarti kemampuan untuk memilih respons kita sendiri. Hal ini
kedokteran (dokter, dokter gigi, perawat, dokter muda dan lainnya). Institusi
perawat, agar tetap kompeten dalam pengetahuan, sikap dan bekerja sesuai
kode etik. Tanggungjawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan
84
Danny Wiradharma., Op. Cit, hlm. 11.
85
Syahrul Machmud., Penegak Hukum dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter yang
Diduga Melakukan Medikal Malpraktik, CV. Mandar Maju, Bandung, 2008, hlm. 180.
63
perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya. Sebutan ini
yaitu:
disepakati adalah salah satu ciri perawat profesional. Penjabaran dari tanggung
86
Cecep Triwibowo., Op. Cit, hlm. 44.
87
Ibid.
88
Ns. Ta’adi.,Op. Cit, hlm. 15.
terkadang ada pasien pulang paksa atau pulang tanpa pemberitahuan, disini
perawat bertanggung jawab bila ada pasien tiba-tiba tensinya drop tanpa
kewajibannya.
Delitua yakni di tanggung oleh pihak rumah sakit, baik pula itu kesalahan
terdaftar dan diterima sebagai perawat di rumah sakit wajib memiliki STR
yang lengkap.90
89
Cecep Triwibowo., Op. Cit, hlm. 45.
90
Hasil Wawancara dengan Perawat Syahru Syafrizal di Rumah sakit Umum Hidayah
Delitua pada tanggal 27 Januari 2019.
rumah sakit. Dalam hal pihak rumah sakit yang bertanggung jawab atas
Rumah Sakit yang mana dijelaskan bahwa “Rumah Sakit bertanggung jawab
secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang
menjadi tanggung jawab pihak rumah sakit. Sebaiknya dapat diteliti terlebih
dokter tersebut sudah sesuai dengan prosedur yang sebagaimana diatur dalam
puskesmas, panti, klinik atau masyarakat. Meskipun tidak dalam rangka tugas
91
Hasil Wawancara dengan Perawat M. Sofyan Zuhri di Rumah sakit Umum Hidayah
Delitua pada tanggal 27 Januari 2019.
fungsi kolaborasi tersebut tanggung jawab berada bisa pada Ketua Tim
dalam hal ini disebut dokter itu sendiri. Namun apabila pelimpahan wewenang
kuasa. Jadi pertanggung jawaban menurut hukum perdata itu, karena adanya
suatu pendelegasian, tidak beralih dari dari pemberi delegasi kepada penerima
delegasi, dokter tersebut tetap harus bertanggung jawab. Ia dapat setiap kali
menerima tanggung jawab seperti itu, yakni jika tanggung jawab tersebut
92
Ibid.
membuat pertanggung jawaban bagi kerugian yang timbul, beralih dari dokter
ganti rugi (schadevergoeding). Ini bukan berarti akibatnya lebih ringan dari
kesalahan bidang pidana. Anggapan umum adalah bahwa hukum perdata jauh
93
Danny Wridharma., Loc. Cit.
94
Drs. Jef. Leibo., Hukum dan Profesi Kedokteran Dalam Masyarakat Indonesia,
Liberty, Yogyakarta, 1986, hlm. 17.
pelayanan kesehatan baru terjadi bila terjadi bila terpenuhinya unsur - unsur
berikut ini:
melawan hukum Gugatan dapat diajukan jika terdapat fakta - fakta yang
pihak tidak terdapat suatu perjanjian. Adapun yang disebutkan dalam Pasal
b. Ada kesalahan
95
Cecep Triwibowo., Op. Cit, hlm. 48.
96
Ibid.,hlm. 49.
yakni:
(1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian
akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang
diterimanya.
(2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau
pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan tuntutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang -
undangan.98
vicarious liability atau let’s the master answer disebutkan melalui Pasal 1367
97
Ibid.
98
Ibid.
dipakainya.”
maupun orang yang bekerja dibawah perintah dokter / rumah sakit maka
diatas.
mempunyai tanggung jawab? Atas dasar Pasal 1367 Ayat 3 BW, maka timbul
masalah, apakah di rumah sakit ataukah dokter dapat dibebani tanggung jawab
perdata? Sebab perawat tersebut bekerja pada rumah sakit, sedangkan dokter
99
Drs. Jef. Leibo.,Op. Cit, hlm. 19.
Seorang ahli bedah yang melakukan operasi di rumah sakit dan dibantu
oleh suatu tim misalnya, memberikan serangkaian instruksi pada anggota tim
demikian tanggung jawab perdata ada pada ahli bedah tersebut, kecuali
tentunya apabila perawat tidak melaksanakan perintah ahli bedah, maka rumah
sakit yang harus membayar ganti rugi bila pasien cedera. Selama pasien masih
tersebut masih tetap merupakan bawahan dokter atau ahli bedah tadi.101
kelalaiannya tersebut. Hal ini merujuk pada Pasal 1367 KUH Perdata dimana
bawahannya juga dijelaskan pada Pasal 32 Ayat (3) dan (6) Undang - Undang
No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan serta Pasal 23 Ayat (3)c Peraturan
100
Ibid.
101
Ibid.
atas kelalaian perawat tersebut senantiasa tergantung pada situasi dan kondisi
Delitua juga menjelaskan bahwa setiap perawat yang diberikan instruksi oleh
dokter jaga dalam melaksanakan tindakan medis juga telah memiliki SOP
yang lengkap sebagaimana syarat bekerja yang ditetapkan oleh Rumah Sakit.
sebagaimana tercantum dalam Undang - Undang No. 38 Tahun 2014 Ayat (1)
wewenang hanya dapat dilimpahkan secara tertulis oleh tenaga medis kepada
perawat untuk melakukan sesuatu tindakan medis. Selain daripada itu, hal
kepada perawat, bidan atau tenaga kesehatan tertentu lainnya secara tertulis
perawat disini dicatat dalam lembar status pasien, jadi setelah mendapat
tersebut dalam form catatan medik masing-masing perawat atau status pasien.
oleh perawat itu sendiri. Selain merujuk pada Pasal 1367 Ayat (3) KUH
walaupun semua perawat yang bekerja di RSU Hidayah Delitua sudah sesuai
dan memiliki SOP yang lengkap. Hal ini tidak sesuai dengan yang tercantum
dan keterampilan yang telah dimiliki oleh penerima pelimpahan, serta pada
Pasal 32 Ayat (3) Undang - Undang No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
diberikan kepada Perawat profesi atau Perawat vokasi terlatih yang memiliki
dengan tugas yang diberikan agar perawat tersebut terhindar dari kesalahan
sebagai pelaksana tindakan medis tersebut. Oleh karena itu perawat yang lalai
Namun lain hal bilamana perawat yang sesuai dengan kemampuannya lalai
melakukan tindakan medis yang telah diinstruksikan dengan benar oleh dokter
dan telah terbukti bahwa ia telah melakukan perbuatan melawan hukum, maka
rumah sakit lah yang harus membayar ganti rugi, karena perawat tersebut
merupakan sebagai pegawai rumah sakit yang bersangkutan. Dalam hal ini
saksama.
yang berlaku bagi masyarakat ataupun individu. Sebagai warga negara maka
setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang diatur oleh Undang - Undang.
kesehatan pasien dan sudah diatur dalam Undang - Undang, setiap orang harus
bayar pajak dan itu mempunyai dasar hukum, polisi diberi wewenang untuk
menilang supir angkot didasarkan atas aturan hukum. Oleh karena itu hukum
yang akan dihadapi oleh perawat. Melihat profesi lain yang satu payung lebih
memiliki regulasi yang jelas. Agar jelas hitam di atas putih tentang
keamanan dalam bidang hukum bagi perawat dan juga pasien. Penting untuk
hak dan kewajiban, peran dan fungsi, tanggung jawab dan tanggung gugat. 104
perawat.
103
Hadi Purnawan., Op. Cit, hlm. 17.
104
Cecep Triwibowo., Op. Cit, hlm. 14.
Perlindungan hukum adalah suatu hal yang wajib diberikan oleh aparat
untuk melindungi hak seseorang ketika hak tersebut terabaikan yang nantinya
ini juga menjadi hal yang sangat dibutuhkan agar terjalin hubungan yang
(legislasi) yang mengatur tentang hak dan kewajiban perawat terkait dengan
pasien yang gagal untuk sembuh tidak berhak atas ganti rugi, sepanjang
sesuai dengan standar profesi atau tenaga kesehatan yang sudah menjalankan
tugas sesuai dengan standar profesi tidak akan dapat digugat oleh pasien atas
105
Sukindar.,Loc. Cit.
106
Sri Praptianingsih., Op. Cit, hlm. 10.
Registrasi dan Praktik Perawat. Ketetapan ini perlu dijabarkan lebih lanjut,
pengawasan.107
yang ditetapkan oleh Peraturan Perundang - undangan, maka dari itu perawat
isi Pasal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kesalahan tindakan perawat atas
107
Sukindar.,Op. Cit, hlm. 9.
kepadanya. Pasal ini juga dapat dijadikan dasar sebagai perlindungan hukum
dokter.
juga diatur di dalam Pasal 32 Undang - Undang No. 38 Tahun 2014 Tentang
wewenang atau perintah seperti dokter juga turut bertanggung jawab. Serta
perintah dokter.
medis baik yang dilakukan oleh perawat ataupun dokter karena dianggap telah
yang dilakukan oleh Perawat, belum pernah terjadi di Rumah Sakit tersebut,
apabila terdapat kesalahan tindakan perawat seperti itu maka perawat tetap
sebagai pemberi kuasa, dan terkadang dokter tersebut juga tidak terlalu
itu, dokterlah yang bertanggung jawab atas kesalahan tindakan perawat dan
maka dari itu perawat tersebut mendapat perlindungan dari akibat hukum atas
keterampilan tertentu yang akan menunjang pekerjaan lebih baik, lebih efisien,
dan lebih berdaya guna. Peningkatan mutu dan kualitas kemampuan serta
petugas kesehatan.108
petunjuk atau peraturan mengenai jenis - jenis tindakan medis yang dapat
dilakukan oleh perawat menjadi salah satu penyebab tumpang tindih antara
dengan standar etik dan standar profesi yang berlaku demi terhindar dari
resiko hukum.
yang bekerja di RSU Hidayah Delitua, salah satu faktor yang memberi
108
Indriyanti Dewi A., Etika dan Hukum Kesehatan, Pustaka Book Publisher,
Yogyakarta, 2008, hlm. 307.
adalah adanya STR (Surat Tanda Registrasi) yang dimiliki oleh perawat itu
sendiri. Dengan adanya STR tersebut, maka seorang perawat dapat disebut
menjalankan praktiknya juga wajib memiliki SIP (Surat Izin Praktik) yang
mana hal ini tertuang jelas pada Pasal 44 – 46 Undang - Undang No. 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan. Sebelum itu, Undang - Undang No. 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan Pasal 24 ayat (1) juga menjelaskan bahwa Tenaga
kesehatan harus memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna
terlebih dahulu agar secara sah diakui oleh hukum. Untuk menjalankan
praktiknya secara mandiri, perawat wajib memiliki SIPP (Surat Izin Praktik
109
Hasil Wawancara dengan Perawat M. Sofyan Zuhri dan Perawat Dewi Sagita Damanik
di Rumah sakit Umum Hidayah Delitua pada tanggal 27 Januari 2019.
Izin Kerja Perawat) hal ini diatur pada Pasal 1 ayat (3 – 3(a)) Peraturan
kelalaian dalam bekerja, maka kedua syarat diatas dapat dijadikan faktor yang
melaksanakan tindakan medis, STR dan SIKP juga merupakan syarat penting
terutama dokter UGD. Hal ini dapat juga dikatakan sebagai salah satu faktor
kurang dan juga dalam keadaan gawat darurat. Jadi, dikarenakan keterbatasan
A. KESIMPULAN
tersebut sudah sesuai dengan apa yang telah di instruksikan oleh dokter,
85
bawahannya.
B. SARAN
tindakan medik apa saja yang dapat dilakukan oleh Perawat, serta
Undangan.
berbanding jauh dengan jumlah dokter yang ada, hal ini mungkin dapat
A. Buku – Buku
Amir, Amri, 1997, Bunga Rampai Hukum Kesehatan, Widya Medika, Jakarta.
Pers, Jakarta.
Harapan, Jakarta.
Cecep Triwibowo, 2014, Etika dan Hukum Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta.
Dewi A, Indriyanti, 2008, Etika dan Hukum Kesehatan, Pustaka Book Publisher,
Yogyakarta.
Guwandi, J., 1996, Dokter, Pasien, dan hukum, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.
Haliman Arif, Wulandari Ari, 2012, Cerdas Memilih Rumah Sakit, Rapha
Publishing, Yogyakarta.
Kansil, C. S. T, 2002, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta.
Jakarta.
Leibo, Jef., 1986, Hukum dan Profesi Kedokteran Dalam Masyarakat Indonesia,
Liberty, Yogyakarta.
87
Bandung.
Yogyakarta.
Nasrullah, Dede, 2014, Etika dan Hukum Keperawatan, Trans Info Media,
Jakarta.
Jakarta.
Jakarta.
Sadi Is, Muhamad, 2015, Etika & Hukum Kesehatan Teori dan Aplikasinya di
Siswati, Sri, 2017, Etika dan Hukum Kesehatan Dalam Perspektif Undang-
Soekanto, Soerjono, 1980, Aspek Hukum Apotek dan Apoteker, Mandar Maju,
Bandung.
Ta’adi, Ns, 2012, Hukum Kesehatan Sanksi & Motivasi bagi Perawat, Buku
Aksara, Jakarta.
-------2012, Tindakan Medis Aspek Etis dan Yuridis, Universitas Trisakti, Jakarta.
(BW).
Peraturan Menteri Kesehatan No. 2052 Tahun 2011 tentang Izin Praktik dan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 148 Tahun 2010 tentang Izin dan
Makassar, 2013.
Mas’ud, Idris, Tanggung Jawab dan Etika Profesi Dokter Dalam Bidang Hukum,
D. Internet
https://hukumkes.wordpress.com/2008/03/15/aspek-hukum-pelayanan-
kesehatan/
https://www.academia.edu/9802653/KODE_ETIK_PROFESI_DOKTER
http://www.gresnews.com/berita/tips/81628-tips-hukum-kewenangan-
kewajiban-dan-hak-dokter/
https://www.google.co.id/amp/s/theladywtl26.worpress.com/2015/03/19/konse
p-dasar-etika-profesi-keperawatan/amp/
https://www.slideshare.net/mobile/aderahmann/konsep-dasar-etika-profesi-
keperawatan
https://www.liputan6.com/health/read/3381584/daftar-tugas-dokter-yang-
bisa-dilimpahkan-ke-perawat
https://budi399.worpress.com/2010/02/10/kuliah-hukum-kesehatan/
87