SKRIPSI
OLEH :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS
PELAYANAN DAN JASA PRAKTEK PADA KLINIK KECANTIKAN
(STUDI PADA DURA SKIN CLINIC CENTER JAKARTA)
SKRIPSI
OLEH :
Disetujui Oleh
Ketua Departemen Hukum Keperdataan
Pembimbing I Pembimbing II
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Yesus karena dengan berkat dan kasih-Nya penulis masih diberi kesempatan,
kesehatan, dan kemudahan dalam mengerjakan skripsi ini, atas doa yang selalu
penulis menyadari bahwa hasil yang diperoleh masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis akan menerima kritik dan saran
Namun, terlepas dari segala kekurangan yang ada pada penulisan skripsi
ini, penulis tidak terlepas dari bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk
1. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
2. Prof. Dr. Saidin, SH, M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum
4. Dr. Jelly Leviza, SH, M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
i
5. Prof. Dr. Rosnidar Sembiring , SH.,M.Hum, selaku Ketua Departemen
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang telah banyak memberikan dedikasi
kepada orang tua penulis yaitu papa saya Waler Napitupulu dan mama
membantu saya dalam skripsi ini, dan juga abang saya Yohanes
Napitupulu atas semua saran dan nasehatnya selama ini dan juga adik saya
10. Terima kasih kepada EMBTY sahabat saya sedari saya kecil hingga
ii
11. Terima kasih kepada teman saya grup Eommaya yaitu Chairunnisa, Elis,
Indah dan Dea terkhusus Chelvano serta semua anak Eiso lainnya.
12. Terima kasih kepada teman-teman grup Dunia Gemerlap Kota Medan
yaitukak Yola, bang Tibol, bang Ade, bang Jogal, bang Agung, Bang
13. Terima kasih kepada teman-teman “Hanya Wacana” yaitu Abeb, Kina,
15. Terima Kasih juga penulis ucapkan kepada mahasiswa dan mahasiswa
Grup C Fakultas Hukum USU angkatan 2016 yang sampai sekarang masih
16. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu
persatu.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu dan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi
salah satu karya ilmiah yang dapat digunakan bagi perkembangan ilmu
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
ABSTRAK...................................................................................................................vii
ABSTRACT...................................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Perumusan Masalah........................................................................8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................................8
D. Metode Penelitian...........................................................................9
E. Tinjauan Pustaka............................................................................10
F. Keaslian Penulisan.........................................................................13
G. Sistematika Penulisan.....................................................................31
A. Sejarah singkat Klinik Kecantikan Dura Skin Clinic Center Jakarta. 118
B. Tanggung Jawab Klinik Kecantikan terhadap konsumen apabila
mengalami kerugian yang disebabkan oleh pelayanan jasa perawatan
dan produk Klinik..............................................................................119
C. Upaya Hukum yang dapat ditempuh konsumen dalam hal kerugian
yang dialaminya................................................................................133
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................140
B. Saran.................................................................................................142
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................146
iv
v
ABSTRAK
1
Mahasiswa Fakultas Hukum USU
**
Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
***
Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
vi
Johanna Tania Napitupulu2
Syamsul Rizal**
Puspa Melati***
The development of increasingly rapid times not only raises a need related
to clothing, food, and shelter, but also gives birth to other needs in the form of
beauty needs. This is the reason for the large number of business actors who
began to switch to offering services in the field of beauty. However, behind the
rapid development of the beauty clinic business, there are still many
disappointments and dissatisfied consumers over the services provided by
business actors that are considered detrimental to consumers. Based on the
background of the research will be analyzed on the role of consumers and parties
involved in services in beauty clinics, consumer relations to agreements that
occur in beauty clinics, and the form of responsibilities of beauty clinics in the
event of loss experienced by consumers.
This research is juridical empirical, which is a combination of field
research with literature, the data used are primary data that is based on
observations and interviews, as well as secondary data consisting of primary and
secondary legal materials, then the data analysis is done qualitatively.
According to the results of the study, the legal relationship between
businesses and consumers in beauty clinics was born from the existence of laws,
therapeutic agreements, and agreements to perform services. From the created
legal relationship, then gives birth to 2 (two) types of business actor liability,
namely liability caused by losses in consuming products and / or medicines sold,
and liability caused by losses on services performed by personnel medical
(doctor) or executive (beautician), both in the form of defaults and acts against
the law. Consumers who suffer losses can sue for compensation either through
non-litigation or litigation as stipulated in Law No. 8 of 1999, in fact so far there
has never been a legal remedy done by consumers of the DuraSkin Clinic Center
Jakarta Beauty Clinic to the litigation route, because the Clinic Beauty DuraSkin
Clinic Center Jakarta puts forward the accountability in the form of beauty health
care services according to the type of complaints submitted by patients as
consumers.
2
USU Faculty of Law students
** First Advisor of the Faculty of Law, University of North Sumatra.
*** Supervisor II of the Faculty of Law, University of North Sumatra
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
Tahun 2009 Tentang Kesehatan.Kita tahu bahwa kesehatan sungguh penting bagi
yang sangat luas dan menyeluruh, usaha tersebut meliputi peningkatan kesehatan
Dalam menjalankan praktik kesehatan tidak lepas dari tenaga medis dan
yang dianggap banyak orang ahli dalam hal kesehatan, kini stigma tersebut
mulailuntur.
Hal ini dikarena kasus-kasus mengenai kerugian yang dialami oleh pasien
akibat dari tindakan dokter.Pasien dan dokter memiliki hubungan hukum sehingga
membentuk hak dan kewajiban bagi keduabelah pihak. Adami Chazawi dalam
3
Dr. Bahder Johan Nasution, dalam buku Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter
hlm.31
2
pasien dan dokter terdapat dalam apa yang disebut kontrak terapeutik. Suatu
kontrak terapi dimana pasien harus tunduk dalam hukum perdata tentang
Dokter yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin
Praktik (SIP) serta telah membuka praktik, pada dasarnya telah melakukan
terjadinya perikatan hukum dokter dan pasien, penawaran itu harus diikuti
penjelasan secara lengkap mengenai berbagai hal seperti diagnosis dan terapi oleh
terapeutik atau transaksi terapeutik. Persetujuan yang diberikan oleh pasien itu
Hubungan antara dokter dan pasien dapat dijelaskan bahwa dokter dan
sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan dan pasien sebagai penerima pelayanan
sebagai orang awam.Dokter sebagai orang yang sehat dan pasien sebagai orang
yang sakit.
4
Ditinjau dari scholar.google.co.id dalam buku Adami, 2007 hal 16
5
Ditinjau darischolar.google.co.id dalam buku Veronika, 2002 hal 110
3
mendengar atau bahkan mengalami keluhan yang dirasakan oleh pasien akibat
dari tindakan yang dilakukan oleh dokter ataupun pemberian obat yang salah oleh
menganai kesalahan yang dilakukan oleh dokter maka perlu adanya perlindungan
hukum bagi pasien. Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang
Kesehatan, persoalan paling krusial untuk dikaji terkait hukum adalah sejauhmana
indikator atau alat ukur serta unsur yang dapat membuktikan ada tidaknya
menimbulkan suatu kebutuhan terkait sandang, pangan, dan papan, namun juga
kebutuhan untuk tampil menarik dan cantik sudah menjalar menjadi suatu
publikasi melalui media cetak dan media eletronik yang menggunakan dan
berwajah tirus, halus, dan mulus menjadi suatu sugesti tersendiri bagi mayoritas
wanita untuk memiliki wajah dan penampilan seperti itu.banyak wanita kemudian
berlomba-lomba melakukan berbagai cara baik secara alami maupun modern agar
menjadi sosok yang cantik dan menarik. Kebutuhan wanita untuk menjadi pribadi
yang sehat dan cantik semakin meningkat, mereka menyadari bahwa dibutuhkan
suatu proses dan perawatan untuk menjadi lebih cantik dan menarik. Dahulu
4
wanita melakukan perawatan diri dengan cara-cara yang lebih alami dan
Skin Care, Skin Center, Skin Clinic, Skin Care Center, Body Care Center,Beauty
Clinic, Esthetic Clinic, Slimming Center, Beauty Center atau BeautySalon dan
pemilik/pengelolanya.
golongan rendah, menengah, hingga tinggi seperti pengusaha dan artis yang
yang siap memberikan jasa dan pelayanan bagi konsumen untuk mempercantik
ternyata tidak cocok dengan jasa dan produk kecantikan yang ditawarkan oleh
karena kurangnya informasi yang diberikan terkait keadaannya serta efek samping
menggunakan produk dari klinik kecantikan, iritasi dapat berupa timbulnya rasa
perih dan memerah pada wajah konsumen.Tidak hanya itu, beberapa konsumen
seperti beautician terlalu keras menekan wajah konsumen saat melakukan facial
sesitivitas pasien yang berbeda-beda maupun karena kelalaian dari pihak klinik
justru mengeluhkan produk dan/atau jasa yang diberikan oleh sebuah klinik
kecantikan.
6
mengatur mengenai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh konsumen dan
hak dan kewajiban antara konsumen denganpelaku usaha, agar menjunjung tinggi
6
Ditinjau dari.academia.edu tentang Perlindungan hukum konsumen diakses pada tanggal
8 Februari 2020 Pukul 18.00
7
Beauty Skin Care Center Jakarta hingga upaya hukum yang dapat dilakukan
Praktek Pada Klinik Kecantikan (Studi Pada Dura Skin Clinic Centre
Jakarta).
B. Rumusan Masalah
7
Ditinjau dari etd.repository.ugm.ac.id diakses pada tanggal 4 Februari 2020 Pukul 17.00
8
atau yang muncul, dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Objektif :
1) Untuk mengetahui sejauh mana peran konsumen dan para pihak yang
Tujuan Subyektif :
Untuk memperoleh data serta informasi yang berhubungan dengan objek yang
akan diteliti dalam rangka penyusunan Penulisan Hukum sebagai syarat untuk
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Akademis
kecantikan.
hubungan baik antara dokter dan pasien maka timbul rasa saling percaya
dan saling menaati hak dan kewajiban sendiri khususnya antara dokter dan
pasien. Dengan skripsi ini masyarakat tau akan haknya jika berhubungan
memilih cara pengobatan apa dan metode pelayanan jasa apa yang ia
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberi manfaat sebagai
berikut:
yang diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku dan tidak
kesehatan kecantikan.
E. Metode Penelitian
dilakukan oleh peneliti dalam rangka untuk mengumpulkan informasi atau data
data, dan dengan langkah apa data-data tersebut diperoleh dan selanjutnya diolah
dan dianalisis.
digunakan penulis adalah Metode Penelitian yang dipakai dalam skripsi ini adalah
1. Spesifikasi Penelitian
ini yaitu “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Atas Pelayanan Dan Jasa
Praktek Pada Klinik Kecantikan “Studi Pada Dura Skin Clinic Centre Jakarta”.
2. Metode Pendekatan
3. Lokasi Penelitian
Dura Skin Clinic Centre Jakarta yang terletak di Jalan Kaji No. 36, Petojo Utara,
literatur untuk memperoleh bahan teoritis ilmiah yang dapat digunakan sebagai
12
skripsi ini.
5. Analisis Data
Metode deduktif artinya cara analisis dari kesimpulan umum atau generalis
penelitian disaat penelitian berangkat dari sebuah teori yang kemudian dibuktikan
Pada metode induktif data dikaji melalui proses yang berlangsung dari fakta. 8
F. Tinjauan Pustaka
i. Pengertian Konsumen
8
Ditinjau dari www.awangramadhani/metode-penelitian.com diakses pada tanggal 8
januari 2020 pukul 08.00
13
membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu” atau ‘sesuatu atau
adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup
lain dan tidak untuk diperdagangkan. Definisi ini sesuai dengan pengertian bahwa
hak-hak dasar tersebut adalah hak untuk mendapatkan informasi yang jelas, benar
dan jujur.Hak untuk mendapatkan ganti rugi, hak untuk mendapatkan kebutuhan
dasar manusia (cukup pangan dan papan), Hak untuk mendapatkan lingkungan
yang baik dan bersih serta kewajiban untuk menjaga lingkungan, dan hak untuk
9
Arrianto Mukti Wibowo,et.al., Kerangka Hukum Digital Signature Dalam Electronic
Commerce,Grup Riset Digital Security
10
Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen
11
Tini Hadad, Dalam AZ.Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen, Cet. II, hlm vii
12
Husni Syawali, Ed, op.cit., hlm 7
14
Secara umum, Tanggung Jawab Produk adalah suatu konsepsi hukum yang
Apakah yang dimaksud dengan cacat produk? Di Indonesia, cacat produk atau
produk yang cacat didefinisikan sebagai berikut: “Setiap produk yang tidak dapat
proses maupun disebabkan hal-hal lain yang terjadi dalam peredarannya, atau
tidak menyediakan syarat-syarat keamanan bagi manusia atau harta benda mereka
berada dibawah tingkat harapan konsumen.Atau dapat pula cacat itu demikian
rupa sehingga dapat membahayakan harta benda, kesehatan tubuh dan jiwa
konsumen.
tertentu.
“Pelaku Usaha adalah setiap perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum mapun bukan badan hukum yang didirikan dan
ekonomi.”
dan lain-lain."
dan sebagainya. Cakupan luasnya pengertian pelaku usaha dalam UUPK tersebut
adalah: pembuat produk jadi (finished product), penghasilan bahan baku, pembuat
suku cadang, setiap orang yang menampakkan dirinya sebagai produsen, dengan
jalan mencantumkan namnya, tanda pengenal tertentu, atau tanda lain yang
membedakan dengan produk asli, pada produk tertentu, importer suatu produk
bentuk distribusi lain dalam transaksi perdagangan, pemasok (supplier), dalam hal
13
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, dalam buku Hukum Perlindungan Konsumen hlm.9
16
produk tidak begitu kesulitan dalam menemukan kepada siapa tuntutan diajukan,
karena banyak pihak yang dapat digugat, namun akan lebih baik lagi seandainya
Negara Masyarakat Uni Eropa), sehingga konsumen dapat lebih mudah lagi untuk
mentah, atau pembuat dari suatu suku cadang dan setiap orang yang
memasang nama, mereknya atau suatu tanda pembedaan yang lain pada
c. Dalam hal produsen atau suatu produk tidak dikenal identitasnya, maka
yang tidak begitu lama mengenai identitas produsen atau orang yang
menyerahkan produk itu kepadanya. Hal yang sama akan berlaku dalam
kasus barang/ produk yang diimpor, jika produk yang bersangkutan tidak
14
Ahmad Miru, “Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia”,
hlm. 31
17
Perlindungan Konsumen
tunggu konsumen telah terbit yaitu Undang-Undang No. 8 Tahun 1999. Sekalipun
diatur khusus oleh undang-undang.” Karena itu, tak dapat lain haruslah dipelajari
dan/atau masalah konsumen dengan penyedia barang atau jasa. Sebagai akibat
ternyata, beberapa di antara asas hukum tersebut tidak cocok untuk memenuhi
Umumnya, sampai saat ini, orang bertumpu pada kata “segenap bangsa”
sehingga ia diambil sebagai asas tentang persatuan seluruh bangsa Indonesia (asas
Perlindungan hukum pada segenap bangsa itu, tentulah bagi segenap bangsa,
tanpa terkecuali, baik ia laki-laki atau perempuan, orang kaya atau orang miskin,
orang kota atau orang desa, orang asli atau keturunan, dan pengusaha/pelaku
ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) Ketentuan tersebut berbunyi :
kemanusiaan”
pihak/pihak-pihak lain, maka alat-alat negara akan turun tangan, baik diminta atau
merupakan hak dari warga negara dan hak semua orang. Itu merupakan hak dasar
ketetapan.
konsumen tersebut.15
Salah satu yang menarik dari TAP-MPR 1993 ini adalah disusunnya dalam
satu napas, dalam satu baris kalimat, tentang kaitan produsen dan konsumen.
konsumen”.
Sifat kepentingan khas produsen (lebih tepat pelaku usaha atau pengusaha)
barang atau jasa adalah untuk kegiatan usaha memproduksi dan atau berdagang
komersial).
jasa, adalah agar barang/jasa konsumen yang mereka peroleh, bermanfaat bagi
konsumen.
dunia usaha, tetapi persaingan antar-kalangan usaha itu haruslah sehat dan
terkendali.
Dengan hukum perdata dimaksud adalah hukum perdata dalam arti luas,
baik hukum perdata tertulis maupun hukum perdata tidak tertulis (hukum adat).
Undang Hukum Perdata (KUHPer).16 Disamping itu, tentu saja juga kaidah-kaidah
hukum perdata adat, yang tidak tertulis tetapi ditunjuk oleh pengadilan-pengadilan
16
Undang-Undang RI, Burgerlijk Wetboek voor Indonesia, S. No. 23 Tahun 1847 dengan
berbagai pembatasan ketentuan berlakunya
21
Hukum Perdata (BW) tidak sebagai undang-undang tetapi sebagai suatu dokumen
selanjutnya menganggap tidak berlaku beberapa pasal dari KUHPer. Tetapi untuk
dengan kaidah-kaidah hukum adat atau kaidah-kaidah hukum tidak tertulis, dan
barang dan/atau jasa dan konsumen pengguna barang-barang atau jasa tersebut.
Terutama buku kedua, buku ketiga, dan buku keempat memuat berbagai kaidah-
kaidah hukum yang mengatur hubungan konsumen dan penyedia barang atau jasa
konsumen tersebut. Begitu pula dalam KUHD, baik buku pertama, maupun buku
kedua, mengatur tentang hak-hak dan kewajiban yang terbit dari, khususnya (jasa)
dan pelayanan.
Hukum Adat, sekalipun sudah sangat berkurang, masih tampak hidup dan terlihat
jasa dan konsumen dari berbagai negara yang berbeda, atau tidak bersamaan
hukum yang berlaku bagi mereka, dapat diperlakukan Hukum Internasional dan
hukum perdata. Antara lain tentang siapa yang dimaksudkan sebagai subjek
hukum dalam suatu hubungan hukum konsumen, hak-hak dan kewajiban masing-
masing, serta tata cara penyelesaian masalah yang terjadi dalam sengketa antara
konsumen dan penyedia barang dan/atau penyelenggara jasa yang diatur dalam
adalah hukum administrasi negara, hukum pidana, hukum acara perdata, dan atau
internasional.
dengan penyedia barang atau penyelenggara jasa, dapat pula diberlakukan. Dalam
18
Drs. C.S.T. Kansil, S.H., Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, P.N. Balai
Pustaka, Jakarta,1979, Halaman 10
23
kaitan ini antara lain ketentuan perizinan usaha, ketentuan-ketentu pidana tertentu,
serta hukum acara pidana paling banyak pengaruhnya dalam pembentukan hukum
konsumen.
undangan yang berlaku umum), baik hukum perdata maupun hukum public, dapat
penyedia barang atau penyelenggara jasa, tetapi hukum umum ini ternyata
Hal ini mudah dipahami karena pada saat undang-undang itu diterbitkan dan
Inggris dan Belanda).Di Negeri Belanda istilah koper atau huuder (istilah Belanda
Oleh karena itu, dalam KUH Perdata kita menemukan istilah-istilah pembeli
(koper, Pasal 1457 dan seterusnya KUH Perdata), penyewa (hurder, Pasal 1548
Konsumen”
24
(verzekerde, Pasal 246 dan seterusnya Buku Kesatu) dan penumpang (opvarende,
dan/atau Jasa
Konsumen itu sendiri terdiri dari dua jenis yang berbeda kepentingan dan tujuan
dalam penggunaan barang atau jasanya.Para pengusaha yang disebut juga sebagai
dalam KUH Perdata dan KUHD, tidak membedakan apakah mereka itu sebagai
hukum dari mereka yang berbeda kepentingan dan tujuannya secara formal
Pelengkap
Asas kebebasan berkontrak memberikan pada setiap orang hak untuk dapat
disepakati kedua pihak, dengan syarat-syarat subjektif dan objektif tentang sahnya
25
suatu persetujuan tetap dipenuhi (Pasal 1320). Dengan sistem terbuka, setiap
perjanjian lain dari apa yang termuat dalam KUH Perdata (berbeda dengan sistem
tertutup yang dianut Buku Ke-2 KUH Perdata). Keadaan ini kemudian diimbuhi
pula dengan catatan bahwa hukum perjanjian itu merupakan hukum pelengkap,
jadi setiap orang dapat saja mengadakan persetujuan dalam bentuk lain dari yang
mungkin masalahnya menjadi lain. Dalam keadaan sebaliknya, yaitu para pihak
tidak seimbang, pihak yang lebih kuat akan dapat memaksakan kehendaknya atas
1973-1985, yang kemudian dijadikan dasar dari keputusan Sidang Umum PBB
produk konsumen, bentuk usaha dan praktik bisnis yang pada masa diterbitkannya
KUH Perdata dan KUHD belum dikenal, kini sudah menjadi pengalaman kita.
Beberapa hal pokok tentang subjek hukum dari suatu perikatan, bentuk perjanjian
baku, perikatan beli sewa, kedudukan hukum berbagai praktik niaga lainnya yang
5) Hukum Acara
Hukum acara yang dipergunakan dalam proses perkara perdata pun tidak
pada pihak yang mengajukan gugatan tersebut. Beban ini lebih banyak tidak dapat
penyelenggara jasa pada masa kini.Hal ini terutama karena tidak pahamnya
jaminan purna jual yang digunakan oleh pelaku usaha. Proses produksi dan
27
jawab perusahaan yang hanya pada pemegang sahamnya saja, memperbesar jarak
lamanya masa proses sampai didapatkan putusan yang efektif, ditambah dengan
Dianut dari KUH Perdata/KUHD dan falsafah hukum yang sekarang harus
dijadikan pangkal tolak pemikiran hukum kita yang sama sekali sudah tidak
selaras.
7) Hukum Publik
upaya perlindungan konsumen, seperti juga bagi pengusaha yang jujur dan
baik dari perilaku pelaku usaha yang menyimpang atau melanggar hukum dan
Pengertian Klinik
Bagian rumah sakit atau lembaga kesehatan tempat orang berobat dan
pengamatan terhadap kasus penyakit yg diderita para pasien dan sebagai balai
kulit) adalah cabang kedokteran yang mempelajari kulit dan bagian-bagian yang
berhubungan dengan kulit seperti rambut, kuku, kelenjar keringat, dan lain
sebagainya.
pelayanan kecantikan wajah maupun tubuh, dan konsultasi kesehatan kulit, serta
Produk perawatan dari klinik kecantikan yang dikenal umum adalah facial.
Karakteristik Jasa
sebelum dibeli. Orang yang mengalami perawatan kulit tidak dapat melihat hasil
ketidakpastian, konsumen akan mencari bukti akan mutu jasa tersebut. Mereka
menunjukkan mutu layanan melalui bukti fisik dan presentasi. Dura Skin Clinic
Centre untuk mempromosikan diri dengan slogan citranya “make people beautiful
and happy”. Dengan layanan yang prima, pelanggan akan “feel great” dan setelah
Cara yang ditempuh yaitu dengan mendesain pesan yang in line dengan
daya saing sekaligus diferensiasi Dura Skin Clinic Centre, yaitu strerilitas dan
higienitas. Karena selama ini tidak banyak yang tau bahwa fasial menjadi awal
penularan virus HIV dan hepatitis karena ada tahapan-tahapan yang memberikan
peluang bagi terkontaminasinya darah. Hal itu menjadi perhatian utama Dura Skin
Clinic Centre.
tersebut juga hadir pada saat jasa perawatan kulit dilakukan, interaksi
penyedia jasa merupakan ciri khusus penawaran jasa. Dengan menyadari hal ini
maka Dura Skin Clinic Centre akan fokus pada produk dan layanan yang bagus.
Apabila produk dan layanan yang bagus, maka akan timbul kepercayaan pada
keramahan yang sangat baik dengan pasien, sedangkan yang lain kurang sabar
dengan pasien-pasiennya.
Jasa klinik kecantikan Dura Skin Clinic Centre tidak dapat disimpan.Pasien
yang telah melakukan konsultasi atau pemeriksaan di Dura Skin Clinic Centre
tidak bisa menyimpan jasa yang mereka terima dari perusahaan jasa tersebut.
G. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini diajukan sebagai syarat meraih gelar sarjana hukum.
Sebelum mengajukan judul ini, penulis terlebih dahulu membaca beberapa buku
dan sumber informasi lainnya untuk menemukan masalah hukum yang akan
Sumatera Utara Departemen Perdata, penulis terlebih dahulu mengajukan judul ini
perpustakaan fakultas maka dinyatakan tidak ada judul yang sama persis
sebelumnya. Dengan demikian, maka penulisan ini adalah asli dan dapat
dipertanggungjawabkan.
serupa, maka diharapkan penulisan ini dapat saling melengkapi serta menambah
H. Sistematika Penulisan
secara sistematis yang terdiri atas beberapa bab dan masing-masing terdiri dari
beberapa sub dengan tujuan untuk memudahkan pembaca memahami isi skripsi
ini.
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan tentang, latar belakang, rumusan masalah, tujuan
KECANTIKAN
Dalam bab ini berisikan empat sub bab yaitu pengertian konsumen, sub
bab kedua yaitu tentang pelaku usaha, kemudian pada bab ketiga yaitu tentang
32
pengertian klinik dan klinik kecantikan dan pada bab keempat yaitu tentang ruang
KECANTIKAN
yang terjadi antara konsumen dan klinik kecantikan, pada bab ini terdiri dari
empat sub bab yang terdiri atas sub bab pertama yaitu pengertian perjanjian, sub
bab kedua yaitu pengertian perjanjian terapeutik, sub bab ketiga yaitu tentang
pengertian perjanjian melakukan jasa dan sub bab keempat tentang pengertian
Pada bab ini berisikan mengenai sejarah berdirinya Dura Skin Clinic
Centre, tanggung jawab Dura Skin Clinic Centre terhadap konsumen yang
mengalami kerugian dan tentang upaya hukum yang dapat ditempuh konsumen
BAB V : PENUTUP
33
isi bab-bab yang ada ditambah dengan beberapa kesimpulan dan saran dari
penulis.
BAB II
1. Pengertian Konsumen
pemakai atau pembutuh.”18 Istilah lain yang dekat dengan konsumen adalah
“pembeli” (Inggris: buyer, Belanda: koper). Istilah koper ini dapat dijumpai dalam
dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
2000). Undang-undang ini memuat suatu definisi tentang konsumen yaitu “Setiap
pemakai dan atau pengguna barang dan atau jasa, baik untuk kepentingan diri
mengartikan konsumen sebagai pemakai produksi terakhir dari benda dan jasa
kriteria itu, sedangkan konsumen dalam arti sempit hanya mengacu pada
company who is the ultimate buyer or user of personal or real property, products,
24
Lihat lebih lanjut pada Pasal 1 huruf o Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
25
Mariam Darus Badruldzaman, Perlindungan terhadap Konsumen Dilihat dari Sudut
Pandang Perjanjian Baku (Standar), dalam BPHN. Simposium Aspek-Aspek Hukum
Perlindungan Konsumen, (Bandung: Binacipta, 1986), hal. 57
36
dan/jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang/jasa lain atau untuk
pribadi, keluarga dan atau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan kembali
(non komersial).26
konsumen mana yang dimaksudkan. Bagi konsumen antara barang dan jasa itu
adalah barang atau jasa kapital, berupa bahan baku, bahan penolong atau
komponen dari produk lain yang akan diproduksinya (produsen). Jika dia
distributor atau pedagang, berupa barang setengah jadi atau barang jadi yang
itu di pasar industri atau pasar produsen.Sedangkan bagi konsumen akhir, barang
dan/atau jasa itu adalah barang atau jasa konsumen yaitu barang atau jasa yang
terdiri dari barang atau jasa yang umumnya digunakan di dalam rumah tangga
masyarakat.27 Unsur tersebut untuk membuat barang atau jasa lain dan atau
bagi konsumen akhir adalah untuk diri sendiri, keluarga atau rumah tangganya,
unsur inilah yang pada dasarnya merupakan pembeda dari kepentingan masing-
masing konsumen yaitu, penggunaan sesuatu produk untuk keperluan atau tujuan
diperlukan.
menarik disini, konsumen tidak harus terikat dalam hubungan jual-beli sehingga
jasa yang diinginkannya tersebut berasal dari pelaku usaha, istilah pelaku usaha
masyarakat bisa bertindak sebagai konsumen yang kritis dan mandiri. Tujuannya
apabila terjadi suatu tindakan yang tidak adil terhadapnya, maka secara spontan ia
akan dapat menyadari hal tersebut lalu segera mengambil tindakan untuk
memperjuangkan hak-haknya. Dengan kata lain, ia tidak hanya akan berdiam diri
ketika menyadari bahwa hak-haknya telah dilanggar oleh pelaku usaha. Instrumen
peraturan nasional yang mengatur mengenai hak dan kewajiban konsumen ialah
barangdan/atau jasa;
b. hak untuk memilih dan mendapatkan barang dan/atau jasa sesuai dengan nilai
c. hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
39
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;
b. hak memilih;
dikemukakan, namun secara garis besar dapat dibagi dalam tiga hak yang menjadi
b. Hak untuk memperoleh barang dan/atau jasa dengan harga yang wajar
dan;
yang dihadapi30
29
Mariam Darus Badrulzaman, Pembentukan Hukum Nasional dan Permasalahannya,
(Bandung: Alumni, 1981), hal. 47.
30
Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia,
Disertasi, (Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2000), hal. 140
40
Oleh karena ketiga hak atau prinsip dasar tersebut merupakan himpunan beberapa
akan dilindungi, maka hak-hak konsumen yang disebutkan di atas harus dipenuhi
Kata konsumen berasal dari kata dalam bahasa Inggris, yakni consumer,
pemakai barang dan / atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan
bahwa yang disebut konsumen adalah pembeli (Inggris; buyer, Belanda; koper).
31
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo,Op.Cit., hal. 47.
32
Miru Ahmadi dan Yodo Sutarman, 2008.Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, Raja
Gratindo Persada, hlm 1
41
Pengertian konsumen secara hukum tidak hanya terbatas kepada pembeli, bahkan
Pasal 1 butir 2 UUPK, di situ tidak ada disebut kata pembeli, pengertian pemakai
dalam definisi tersebut di atas menunjukan bahwa barang atau jasa dalam rumusan
pengertian konsumen tidak harus sebagai hasil dan transaksi jual beli. Dengan
demikian, hubungan konsumen dengan pelaku usaha tidak terbatas hanya Karena
berdasarkan hubungan transaksi atau perjanjian jual beli saja, melainkan lebih dan
orang yang membeli barang yang disepakati, baik menyangkut harga dan cara-
adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan
melindungi kita sebagai konsumen karena selama ini konsumen amat lemah
posisinya.
Istilah konsumen berasal dan alih bahasa dari kata consumer (Inggris-Amerika),
berupa:
Konsumen yang disebutkan dalam Pasal 1 ayat (1) bahwa perlindungan konsumen
adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
hal yang sangat penting dalam Islam. Karena dalam Islam, bahwa
Islam.
43
jasa yang halal dari segi zatnya dapat menjadi haram, ketika cara
syara’. Karena itu pula, tujuan konsumen muslim berbeda dengan tujuan
Karena konsumen masih banyak yang berada dalam posisi yang lemah.
adalah:
1. Asas Manfaat
keseluruhan;
2. Asas Keadilan:
secara adil;
3. Asas Keseimbangan:
konsumen, yakni;
mendapatkan informasi.
karena tujuan perlindungan konsumen yang ada itu merupakan sasaran akhir yang
memiliki tujuan khusus, hal itu juga tampak dan pengaturan pasal 3 Undang-
memberikan informasi yang benar, jelas, jujur mengenai kondisi produk tersebut,
maka kita sebagai konsumen harus teliti sebelum membeli. Kebenaran atas
35
Achmad ali dalam Mini Ahmadi dan Yodo Sutarman, 2008. Hukum Perlindungan Konsumen,
Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm 34
46
khususnya konsumen muslim tentang halal atau tidak suatu produk makanan itu,
label halal pada suatu produk makanan merupakan sebuah infomasi yang berguna
bagi konsumen muslim, serta adanya ketentuan pada Pasal 8 yang menerangkan
tentang perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha yaitu tidak mengikuti
cantumkan dalam label. Selama ini penelitian terhadap halal atau haramnya suatu
produk baru sebatas melayani permintaan saja, belum adanya kewajiban untuk
mencantumkan label halal atau pun jika produk tersebut tidak halal maka dapat
ditulis dengan jelas menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh konsumen
konsumen muslim.
1. Konsumen
jasa untuk kebutuhan diri sendiri, keluarga atau rumah tangga, dan tidak untuk
adalah: “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang
dan/atau jasa yang dimaksud dapat diperoleh di tempat umum, misalnya pasar,
3) Untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, atau mahluk hidup
konsumen tidak diharuskan dalam bentuk tertentu, yang pokok adalah tujuan
pribadi atau personal. Perolehan suatu produk dapat dilakukan dalam berbagai
dapat dilakukan dengan cara dan bentuk yang berbeda-beda, namun tidak
untuk tujuan bisnis. Unsur tidak untuk dijual kembali, sudah seharusnya tidak
antara. Konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir dari suatu
suatu produk sebagai bagian dari proses suatu produk lainnya. Pengertian
Jadi jelas bahwa yang dimaksudkan dengan konsumen itu hanyalah orang
pemakai akhir dari suatu produk barang dan jasa.Dalam pengertian bahwa
produk yang dibelinya tersebut adalah untuk dikonsumsinya sendiri dan tidak
yang bukan hanya meliputi pembeli, tetapi juga korban yang bukan pembeli
2. Pelaku Usaha
ikut serta dalam penyediaan barang dan jasa hingga sampai ke tangan
berikut:
38
M. Sadar, Moh. Taufik Makarao, Habloel Mawadi, Hukum Perlindungan Konsumen di
Indonesia (Jakarta: Akademia, 2012), hlm.7.
39
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Liku-Liku Perjalanan UUPK (Jakarta: YLKI
dan USAID), hlm. 4.
40
Ahmadi Miru dan Sutarman Yudo, Op.Cit., hlm. 7.
41
Janus Sidabalok, Op.Cit., hlm. 16.
49
“Pelaku Usaha adalah setiap perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
membatasi orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
tuntutan diajukan, karena banyak pihak yang dapat digugat, namun akan lebih
dapat lebih mudah lagi untuk menentukan kepada siapa ia akan mengajukan
Transaksi antara kedua subyek hukum itu akan menentukan adanya hubungan
hukum dan menjadi syarat pokok untuk menentukan apakah suatu tuntutan
atau gugatan dapat diajukan berdasarkan UUPK atau tidak, sehingga dapat
Hubungan antara konsumen dan pelaku usaha relevan dan memiliki arti
pihak yang berhubungan. Oleh karena itu, gugatan konsumen yang terjadi
pihak-pihak yang akan digugat. Mulai dari pengecer sampai dengan produser,
usaha akan melibatkan pihak-pihak yang banyak terlihat. Dalam mata rantai
bisnis, suatu produk yang dihasilkan oleh pabrik akan menempuh proses dari
konsumen. Dalam praktiknya ada beragam jenis dan nama dalam mata rantai
bisnis, yang secara yuridis sulit membedakannya dan mencari padanan istilah
45
Janus Sidabalok, dalam buku Perlindungan Konsumen hlm. 17.
46
Wahyu Sasongko, Op.Cit. hlm 53.
51
yang tepat ke dalam bahasa Indonesia. Pelaku usaha akan banyak terdiri dari
1) Produser (Produce );
2) Importer;
3) Agen (Agent );
4) Kantor Cabang (Branch Office);
5) Kantor Perwakilan (Representatives Office);
6) Perantara (Broker);
7) Pedagang (Trader);
8) Dealer;
9) Penyalur (Distributor);
10) Grosir (Wholeseller);
11) Pengecer (Reatiler).
produk atau prestasi yang diberikan. Hubungan langsung antara konsumen dan
pelaku usaha, misal dalam transaksi konsumen sebagai pelanggan jasa reparasi
kendaraan motor dan montir atau konsumen pengguna jasa catering (jasa
hubungan antar subyek hukum yang dilakukan menurut hukum yang dapat
3. Pemerintah
2) Pengawasan produksi;
3) Pengawasan distribusi;
baik keperdataan, pidana maupun tata Negara. Oleh karena itu, tidak digunakan
istilah “ sengketa transaksi konsumen “ karena yang terakhir ini berkesan lebih
konsumen, dalam hal ini Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) (Pasal
Perlindungan Konsumen (UUPK) Teori dan Praktek Penegakan Hukumnya, Jakarta: PT. Citra
Aditya Bakti, hal. 12.
54
penyelesaian sengketa terdapat pada Bab X Penyelesaian Sengketa. Pada Bab ini
Ada beberapa kata kunci untuk memahami pengertian sengketa konsumen dalam
konsumen”, yaitu sengketa antara pelaku usaha dan konsumen. Pelaku usaha
disitu, yaitu:
55
pengadilan berdasarkan pilihan yang berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang
bersengketa;
undang;
dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang
bersengketa;
Konsumen, bahwa:
56
syarat, yaitu berbentuk badan hukum atau yayasan, dalam anggaran dasarnya
kelompok atau class action harus diajukan oleh konsumen yang benar-benar
dirugikan dan dapat dibuktikan secara hukum, salah satu diantaranya adalah bukti
transaksi.Tolak ukur kerugian materi yang besar dan/atau korban yang tidak
sedikit yang dipakai adalah besar dampaknya terhadap korban. Namun dalam hal
1. Pertama di gugat adalah pelaku usaha yang membuat produk tersebut jika
rugikan;
maka yang di gugat adalah importirnya, karena UUPK tidak mencangkup pelaku
usah di luar Negeri. Jika yang digugat adalah pelaku usaha di luar negeri maka
3. Apabila produsen mapun importir dari suatu produk tidak di ketahui, maka
yang di gugat adalah penjual dari siapa konsumen membeli barang tersebut.
kecacatan pada saat sudah di dalam luar kontrol atau di luar kesalahan pelaku
Miru, 2011: 22) menjelaskan pengertian pelaku usaha /produsen adalah pembuat
produk akhir, produsen dari setiap bahan mentah, atau pembuat dari satu suku
cadang dan setiap orang yang memasang nama, mereknya atau satu tanda
“Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
seseorang, kelompok, atau badan usaha baik yang berbadan hukum ataupun yang
Untuk menciptakan kenyamanan berusaha bagi para pelaku usaha dan sebagai
keseimbangan atas hak-hak yang diberikan kepada konsumen, maka pelaku usaha
juga memiliki hak-haknya sendiri. Menurut Celina Tri Siwi Kristiyanti (2009: 25)
hak-hak pelaku usaha dapat ditemukan antara lain pada faktor-faktor yang
membebaskan pelaku usaha dari tanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh
sengketa konsumen;
d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
diperdagangkan;
Pada umumnya untuk hak pelaku usaha dalam Pasal 6 UUPK di atas jarang
dilanggar oleh konsumen, namun menjadi fatal jika terjadi pada poin keempat,
dimana jika nama baik pelaku usaha sudah tercoreng, maka sulit untuk
memperbaiki/merehabilitasi nama baik tersebut, oleh karena itu pelaku usaha juga
Sebagai konsekuensi dari hak konsumen yang telah disebutkan, maka kepada
maksudnya adalah pelaku usaha tidak ada niat atau rencana untuk mengelabui
60
konsumen.
b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
pertimbangan konsumen dalam memilih suatu produk barang atau jasa, sehingga
pelaku usaha memiliki kewajiban untuk memberikan informasi yang benar, jujur
dan apa adanya mengenai kondisi dan spesifikasi barang atau jasa yang diperjual
belikan.
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
berlaku. Hal ini sangat penting, karena jika tidak ada jaminan kelayakan barang
atau jasa, otomatis barang atau jasa yang diperjual belikan tidak sesuai dengan
standar mutu yang berlaku, dan akibatnya konsumen sendiri yang akan dirugikan.
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang
kelayakan barang yang akan di beli atau dipakainya, kemudian ada jaminan yang
disebabkan oleh konsumen, maka pelaku usaha wajib memberikan ganti rugi atau
dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Kompensasi dan penggantian juga wajib diberikan kepada konsumen jika barang
yang disepakati tidak sesuai dengan kriteria yang disebutkan karena hal tersebut
Dalam kewajiban itu juga terdapat larangan, dimana larangan adalah cakupan
kewajiban yang harus dipenuhi oleh kedua pelaku tersebut, demikian juga
usaha diatur dalam Pasal 8 sampai dengan 17 UUPK. Pelaku usaha dilarang
UUPK):
a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam
hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut;
62
sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan/atau jasa
tersebut;
f. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,
i. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama
barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal
pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan
berlaku.
barang atau jasa yang tidak layak.Menurut Gunawan Widjaja & Ahmad Yani
63
dimiliki oleh satu barang dan/atau jasa tertentu sebelum barang atau jasa tersebut
kelayakan satu barang dapat dilihat dalam Pasal 8 ayat (2) UUPK dimana pelaku
usaha dilarang untuk “memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas,
dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang
dimaksud”.
informasi konsumen dapat menentukan pilihan akan barang atau jasa yang akan
digunakan. Atas dasar itulah pelaku usaha harus memberikan informasi secara
kekurangan yang ada pada barang atau jasa yang ditawarkan. Dalam Pasal 8 ayat
farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa
Ketentuan tentang pemberian informasi dalam hal periklanan juga tidak kalah
berlaku dalam mempromosikan suatu barang atau jasa yang ditawarkan. Gunawan
Widjaja dan Ahmad Yani menjelaskan bahwa dalam tata krama dan tata cara
Dalam Pasal 9 ayat (1) UUPK juga diuraikan hal-hal yang dilarang bagi
atau seolah-olah:
khusus, standar mutu tertentu, gaya atau mode tertentu, karakteristik tertentu,
lain;
tidak mengandung risiko atau efek sampingan tanpa keterangan yang lengkap;
suatu barang atau jasa yang tidak dibenarkan disinggung juga dalam Pasal 10
UUPK yang berbunyi “Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa
kegunaannya, kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang
dan/atau jasa; tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan; serta
iklan dijelaskan dalam Pasal 17 UUPK yaitu “Pelaku Usaha dalam hal periklanan
kuantitas, bahan, kegunaan dan harga barang dan/atau tarif jasa serta ketepatan
barang dan/atau jasa; memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat
tanpa seizin yang berwenang atau persetujuan yang bersangkutan; melanggar etika
Tidak hanya mengatur tentang periklanan dan promosi saja, UUPK juga
mengatur ketentuan pelaku usaha tentang obral dan lelang, hal ini bertujuan untuk
konsumen di Indonesia selalu mudah tergiur jika ada barang yang diobral atau
dilelang.
Dalam Pasal 11 UUPK diuraikan tentang cara obral dan lelang yang
tidak boleh dilakukan oleh pelaku usaha, dimana pelaku usaha dilarang
melakukan obral.
Perbuatan lain yang tidak boleh dilakukan terkait promosi barang adalah
suatu barang dan/atau jasa dengan harga atau tarif khusus dalam waktu dan
Sering kali kita melihat iklan atau penawaran barang secara berlebihan
dengan menjanjikan hadiah atau bonus yang tidak sesuai dengan kenyataan yang
dijanjikan. Seperti yang diatur dalam Pasal 13 ayat (1) UUPK, yang berbunyi
barang atau jasa dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang atau
jasa lain secara cuma- cuma dengan maksud tidak memberikannya atau
obat, obat tradisional, suplemen makanan, alat kesehatan, dan jasa pelayanan
kesehatan dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan/atau jasa
Masih terkait dengan undian berhadiah, Pelaku usaha dalam menawarkan barang
melalui cara undian, dilarang untuk: tidak melakukan penarikan hadiah setelah
batas waktu yang dijanjikan; mengumumkan hasilnya tidak melalui media masa;
memberikan hadiah tidak sesuai dengan yang dijanjikan; mengganti hadiah yang
terhadap konsumen dalam menawarkan barang dan jasa. Hal tersebut dilarang
karena jelas-jelas melanggar hak konsumen dalam menentukan pilihan sesuai apa
yang diharapkan tanpa ada keterpaksaan. Dijelaskan dalam Pasal 15 UUPK bahwa
dengan cara pemaksaan atau cara lain yang dapat menimbulkan gangguan baik
bentuk pesanan, dimana pelaku usaha dituntut agar dapat menepati pesanan sesuai
usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa melalui pesanan dilarang untuk:
yang dijanjikan; dan tidak menepati janji atas suatu pelayanan dan/atau prestasi”.
penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4), Pasal 20, dan Pasal 21 UUPK
merupakan beban dan tanggung jawab pelaku usaha tanpa menutup kemungkinan
dan/atau tidak memberi tanggapan dan/atau tidak memenuhi ganti rugi atas
tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1), ayat (2), ayat
(3), dan ayat (4), dapat digugat melalui badan penyelesaian sengketa konsumen
Pelaku usaha yang menjual barang dan/atau jasa kepada pelaku usaha lain
bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan/atau gugatan konsumen apabila :
b.pelaku usaha lain, didalam transaksi jual beli tidak mengetahui adanya
perubahan barang dan/atau jasa yang dilakukan oleh pelaku usaha atau tidak
fasilitasperbaikan.
diperjanjikan.
70
1. Pengertian Klinik
kecantikan adalah keelokan, kemolekan. Kecantikan terdiri dari dua macam yaitu,
kecantikan dalam (inner beauty) dan kecantikan luar (outer beauty).Outer beauty
atau kecantikan luar memang dapat direfleksikan dengan bentuk wajah yang ayu,
49
Kamus Bahasa Indonesia edisi empat, Hal 708. Jakarta: PT. Gramedia; diakses Maret
2015
71
kecantikan wajah maupun tubuh, dan konsultasi kesehatan kulit, serta pelayanan
konsultasi dan perawatan terhadap tubuh, wajah, kulit, rambut dan kuku dengan
bersih, sehat, dan natural dari rambut hingga ujung kaki.Serta merelaksasikan
ini.Konsep spa sekarang ini telah berkembang dengan cepat dalam beberapa
72
dekade terakhir.Ide dari spa tradisional adalah tempat relaksasi, di mana orang
dapat memasukkan zona yang damai dan mewah dalam perawatan diri, seperti
kecantikan dibagi atas dua area perawatan, yaitu area ruang khusus tindakan
perawatan kesehatan kulit, terutama kulit wajah, kulit tubuh yang melalui proses
treatment perawatan seperti facial, totok aura, dan perawatan tubuh seperti
mengembalikan vitalitas dan kebugaran serta kecerahan kulit badan penangan dan
aktifitas yang dilakukan hanya dapat dilakukan dalam sebuah ruang khusus.
Manicure Pedicure dalam dilakukan dalam satu area yang multifungsi dapat
a. Facial
yang dapat memperbaiki penampilan. Dilakukan agar wajah lebih segar, sehat,
Adalah teknik penekanan jari sambil menyalurkan tenaga dalam atau prana
akupresur sama dengan akupuntur, yakni merangsang titik-titik yang ada di tubuh,
jarum, akupresur hanya memakai gerakan dan tekanan jari, yaitu jenis tekan putar,
metabolisme, memberikan efek rileksasi pada otot tubuh akibat ketegangan, stres,
tubuh, meringankan penyakit susah tidur, dan membuat tidur lebih nyenyak.
Proses yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan totok aura wajah.
b. Beautician
c. Bagian administrasi
di klinik.
d. Bendahara
Centre.
secara manual disatu buku untuk setiap pasien yang berbeda yang
isinya treatment apa saja yang akan diberikan ke pasien serta produk
wajah pasien atau kulit yang bermasalah difoto terlebih dahulu untuk
Acne Treatments
76
Anti-Aging Treatments
2) Dura T-Flash
77
3) Dura P-Flash
4) Dura Roller
Menstimulasi produksi kolagen pada jaringan kulit dan membuka jalur agar
Specialized Treatments
tubuh.
sel-sel kulit mati dan phototherapy untuk menstimulasi pertumbuhan sel-sel kulit
dalam kulit dan menstimulasi pembentukan sel kulit baru, menyegarkan tubuh
4) Dura ActivCell
kinerja sel-sel kulit yang menurun, memperbaiki elastisitas dan kelembaban kulit
dan meningkatkan metabolisme sel. Tersedia dengan pilihan: Perfect Skin, Neck
and Chin, For Eyes Only, Bust Therapy dan For Stretch Marks.
kulit pria.
Pigmentation Treatments
sel kulit mati, menstimulasi regenerasi sel-sel kulit dan mengurangi pigmentasi
air, sehingga lebih nyaman di kulit untuk mengurangi iritasi serta membantu
mengurangi warna kulit yang tidak merata dan menjaga kelembaban kulit.
79
3) Dura R-Flash
menstimulasi pertumbuhan sel-sel kulit baru dari dalam dermis sehingga kulit
kusam, tekstur dan warna kulit tidak merata serta tanda-tanda penuaan akibat
organic yang aman, tanpa bahan pengawet, tanpa pewarna dan tanpa alkhol.
ilmu penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai untuk
penyaluran dan penggunaan obat yang sesuai dan aman, baik melalui resep
(prescription) dokter berizin, dokter gigi, dan dokter hewan, maupun melalui cara
digunakan untuk pemakaian luar seperti krim, salep, gel, pasta dan suppositoria
80
yang digunakan melalui rektum.Kelebihan dari sediaan semisolid ini yaitu praktis,
krim di klinik kecantikan merupakan tugas dari farmasi karena peracikan obat
serta dosis yang diperbolehkan ataupun melalui anjuran dokter merupakan bagian
dokter dan dosis dari obat-obat kimia yang digunakan diatur oleh bagian farmasi.
Dokter dalam Pasal (1) angka (2) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
menyebutkan bahwa:
“Dokter dan dokter gigi adalah, dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter
1. Dokter Kulit
kulit dan cara penanganannya. Pendidikan yang ditempuh memakan waktu sekitar
4 tahun, masih ditambah lagi tiga tahun dan lima bulan untuk bidang spesialis.
Selama itu pula seseorang dibekali ilmu untuk mendiagnosa berbagai penyakit
kulit, serta mempunyai wewenang untuk melakukan tindakan operasi pada kulit.
2. Dokter kecantikan
kulit.Selama pendidikan pun seseorang tidak hanya dibekali dengan teori, namun
juga keterampilan dan praktik. Pada umumnya seorang dokter kecantikan akan
pasien yang memiliki masalah pada kulit dan juga masalah pada penampilan
2. Wewenang Dokter
wewenang, yaitu:
1. Mewawancarai pasien;
2. Memeriksa fisik dan mental pasien;
3. Menentukan pemeriksaan penunjang;
4. Menegakkan diagnosis;
5. Menentukan penatalaksaan dan pengobatan pasien;
6. Melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi;
7. Menulis resep obat dan alat kesehatan;
8. Menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi;
9. Menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan;
10. Meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang berpraktik di daerah
terpencil yang tidak ada apotek. 51
Berdasarkan wewenang dokter tersebut, maka dokter kecantikan memiliki
wewenang untuk:
anjuran terhadap tindakan yang dapat dilakukan dokter terhadap pasien serta
anjuran obat yang dapat digunakan pasien seperti kapsul dan/atau krim yang dapat
digunakan;
51
Ditinjau dari www.gresnews.com diakses pada tanggal 4 januari 2020 pukul 11.00
83
1. Hak Dokter
menyebutkan hak dokter dalam menjalankan tugas profesinya. Dokter atau dokter
prosedur operasional;
keluarganya; dan
2.Kewajiban Dokter
kewajiban:
b. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan;
yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan;
perbuatannya bila terjadi hal yang tidak diinginkan boleh dituntut, dipersalahkan
bahwa: “Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
kesehatan adalah norma-norma atau perilaku bertindak bagi petugas atau perofesi
ini membuat panduan sendiri-sendiri yang disebut kode etik.Kode etik adalah
suatu aturan tertulis tentang kewajiban yang harus dilakukan oleh semua anggota
etik profesi dokter diatur dalam Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter
dokter Indonesia anggota IDI dalam melaksanakan praktik kedokteran. Isi kode
orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih dan mengikatkan
dirinya.52
orang atau dua pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban
hukum di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana dua
52
Ditinjau dari www.repository.usu.ac.id diakses pada tanggal 5 januari 2020 pukul 12.00
53
Subekti, Hukum Perjanjian, PT Inermasa, Jakarta, 1987, hlm 29
54
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Jakarta,1986, hlm 93
87
1338 Ayat (1) KUH Perdata yang berbunyi “ Semua perjanjian yang
membuatnya ”.
membuatnya, seperti tampak dalam bunyi pasal 1338 Ayat (1) KUH
Perdata,55 hal ini juga ditegaskan dalam Pasal 1315 KUH Perdata.4
suatu hal yang konkrit atau suatu peristiwa yang nyata mengikat para
a) Kesepakatan
suatu perjanjian itu tidak sah apabila dibuat atau didasarkan kepada
56
R. Soeroso, Perjanjian di Bawah Tangan “Pedoman Pembuatan dan Aplikasi Hukum”,
( Alumni Bandung, Bandung, 1999, hlm 12)
89
KUH Perdata);
jelas barang tersebut ada didalam gudang, jual beli tanah harus
Meskipun siapa saja dapat membuat perjanjian apa saja, tetapi ada
3. Bentuk-bentuk Perjanjian
suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan (cukup
ini :57
57
Salim, Hukum Perjanjian, Teori dan Praktik Penyusunan Perjanjian, ( Jakarta : Sinar
Gafika, 2008, cet 5 ), Hal. 42-43
90
ketiga maka para pihak atau salah satu pihak dari perjanjian itu
membuktikan penyangkalannya.
c. Perjanjian yang dibuat dihadapan dan oleh notaris dalam bentuk akta
notariel. Akta notariel adalah akta yang dibuat di hadapan dan di muka
yaitu :
i. Sebagai bukti bahwa para pihak yang bersangkutan telah mengadakan perjanjian
tertentu.
ii. Sebagai bukti bagi pra pihak bahwa apa yang telah tertulis dalam perjanjian
iii. Sebagai bukti kepada pihak ketiga bahwa pada tanggal tertentu, kecuali jika
sitentukan sebaliknya para pihak telah mengadakan perjanjian dan bahwa isi
bagi :
b) penentuan resiko;
yang menawarkan dan kehendak dari pihak yang akeptasi itulah yang
kontrak/perjanjian.58
kedua belah pihak.Objek dari perjanjian ini adalah berupa upaya atau
terdapat para pihak yang mengikatkan diri dalam suatu perikatan atau
untuk menentukan atau upaya mencari terapi yang paling tepat bagi
58
Ditinjau dari www.patriciasimatupang.wordpress.com “syarat sahnya perjanjian saat
lahirnya-perjanjian” diakses pada tanggal 10 januari 2020 pukul 17.00
93
terapeutik yaitu:
membutuhkan pertolongan.
memberikan pertolongan.
(Nasution, 2005).
Syarat pertama dan kedua adalah mengenai subjeknya atau pihak- pihak
dalam pejanjian sehingga disebut syarat subjektif, sedangkan syarat ketiga dan
keempat disebut syarat objektif karena mengenai objek suatu perjanjian.Dalam hal
syarat subjektif tidak terpenuhi maka salah satu pihak mempunyai hak untuk
meminta supaya perjanjian itu dibatalkan.
Pihak yang dapat meminta pembatalan adalah pihak yang tidak cakap atau
pihak yang memberikan sepakatnya secara tidak bebas.Sehingga perjanjian yang
dibuat tersebut mengikat selama tidak dibatalkan oleh keputusan pengadilan atas
permintaan pihak yang berhak meminta pembatalan.59
Namun, kedua cara ini dapat merepotkan dokter jika dibelakang hari diingkari.
Oleh sebab itu, para dokter diharapkan untuk secara lengkap memberikan
informasi kepada pasien dalam bentuk tindakan yang akan atau perlu
dilaksanakan dan juga resikonya. Persetujuan dari pasien, dalam hal ini memiliki
arti yang cukup luas sebab dengan pasien membubuhkan tanda tangannyadi
59
Hasanudin Rahman, Legal Drafting, PT Citra aditya Bakti, Bandung, 2000 , Hlm. 5
60
Endang Kusuma Astuti, Op.Cit., Hlm. 129
96
formulir persetujuan tindakan medis, maka dianggap pasien telah sepakat atau
2. Semua prosedur yang menyangkut lebih dari risiko bahaya yang ringan
perjanjian yang dilakukan antara dokter dengan pasien, berupa hubungan hukum
yang melahirkan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak. Perjanjian terapeutik
memiliki sifat dan ciri khusus yang berbeda dengan perjanjian pada umumnya
cara, yaitu scara lisan dan secara tertulis. Terjadinya perjanjian terapeutik secara
lisan itu pada saat pasien menemui dokter dan memberitahukan keadaan dirinya
dan dokter besedia memberikan informasi tentang keadaan yang dirasakan pasien
seperti penyakit apa yang dialami oleh pasien sebenarnya dan memberikan
seperti memberikan obat ringan dan memberikan saran untuk beristirahat. Dan
97
saat itu juga pasien mempercayai informasi yang didapat dari dokter.Kepercayaan
pasien terhadap dokter dan bersedianya dokter memberikan informasi inilah yang
kata “sepakat” ataupun “berjanji” dalam kegiatan upaya pelayanan kesehatan yang
diberikan dokter terhadap pasien, tetapi dengan gerak tubuh dan/atau isyarat yang
dilakukan oleh dokter dan pasien inilah yang dianggap telah menyepakati suatu
perjanjian tersebut. dan biasanya perjanjian terapeutik secara lisan ini terjadi pada
saat pasien mengalami sakit yang tidak terlalu parah atau penyakit yang tidak
membutuhkan tindakan medis dan rawat inap. sedangkan untuk pasien dalam
keadaan sakit yang membutuhkan tindakan medis seperti operasi dan rawat inap,
medis terhadap pasien yang dilakukan oleh dokter dan tim medis sebagai
pembantu dokter.
2. Upaya penyembuhan kesehatan yang diberikan oleh dokter kepada pasien tidak
bergantung pada hasil. Maksudnya ialah segala upaya pelayanan kesehatan untuk
hasilnya akan selalu baik. Dokter dalam perjanjian terapeutik ini hanya sebatas
diderita pasien.Hasil tidak dapat dipastikan dan tidak dapat di sesuaikan oleh
3. Ketidakpastian hasil dari upaya penyembuhan yang dilakukan oleh dokter, jika
tidak dapat dokter dikatakan wanprestasi dan dokter tetap mendapatkan haknya
98
yaitu pembayaran. Jadi, sifat atau ciri perjanjian terapeutik dari apa yang telah
kewajiban bagi para pihak yang terikat didalamnya, perjanjian terapeutik dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu secara lisan dan tertulis, perjanjian terapeutik
tidak bergantung pada hasil, tetapi hanya sebatas upaya maksimal yang dilakukan
ketidakpuasan yang didapat oleh pasien dan/atau keluarga pasien terhadap hasil
akhir dari upaya maksimal yang dilakukan dokter tidak mempengaruhi hak dokter
Saat timbulnya perjanjian antara dokter dan pasien adalah pada saat pasien
1. Sembuhnya pasien dari keadaan sakitnya dan sang dokter menganggap tidak
diperlukan lagi pengobatan. Penyembuhan tidak usah sampai total namun melihat
61
J, Guwandi,S.H dalam buku “Dokter, Pasien dan Hukum” hlm 25.
99
persetujuan pasiennya.
memakai seorang dokter lain maka dianggap bahwa dokter yang pertama telah
bersama atau dokter kedua hanya dipanggil untuk konsultasi tujuan khusus
4. Meninggalnya si pasien.
7. Dalam kasus gawat darurat, apabila dokter yang mengobati atau dokter pilihan
pasien sudah datang atau terdapat penghentian keadaan kegawat-daruratannya.
8. Lewatnya jangka waktu, apabila perjanjian medis itu ditentukan dalam jangka
waktu tertentu.
2. Perjanjian perburuhan
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan, dengan menerima suatu harga
yang ditentukan.”
untuk melakukan jasa tertentu, mungkin hal ini sudah dianggap jelas.Pada
101
umumnya, dalam perjanjian untuk melakukan jasa tertentu dapat dikatakan bahwa
satu pihak menghendaki dari pihak lainnya agar melakukan suatu pekerjaan jasa
sesuai dengan keahlian yang dimilikinya dengan menerima upah atau imbalan.
pasien konsultasi pada dokter, atau seseorang datang pada notaris agar dibuatkan
sebuah akta.
suatu kehendak dari pihak lawan untuk dilakukannya suatu prestasi agar tercapai
suatu tujuan yang telah disepakati.Di sini pihak yang menghendaki dilakukannya
suatu prestasi biasanya bersedia untuk membayar upah. Biasanya pihak lawan
(yang melakukan prestasi) ini adalah seorang ahli dalam melakukan pekerjaan
tersebut dan biasanya ia juga sudah memasang tariff atas jasanya tersebut, yang
yaitu :
adalah persetujuan (tertulis atau dengan lisan) yang dibuat oleh dua pihak atau
lebih dimana pihak yang memiliki suatu keahlian tertentu melaksanakan suatu
servis, aktivitas, kemudahan, manfaat dan sebagainya yang dapat dijual kepada
manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada
masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh
hukum atau dengan kata lain perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum
yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman,
baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak
manapun.62
pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum
peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya.
tersebut.63
hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang
dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam interaksinya dengan sesama
62
Satjipto Rahardjo. Op. Cit. hlm. 74
63
Philipus M. Hadjon. Op. Cit. hlm. 25
103
tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman
manusia.65
kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya
64
CST Kansil. Op. Cit. hlm. 102
65
Setiono.Rule of Law (Supremasi Hukum). Surakarta. Magister Ilmu Hukum Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 2004. hlm. 3
66
Muchsin.Op Cit. hlm. 14
104
seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah
Diawali pada tahun 1994, Ibu Mimi Liliana dan Mr. Dennis Owen,
sangat kuat untuk menciptakan suatu produk yang dapat mengatasi permasalahan
Kemudian pada tahun 1999, melalui Skin Health Group Singapore, produk
lebih lanjut untuk memelihara kesehatan kulitnya. Klinik dengan nama “Duraskin
permasalahan kulit wajah maupun tubuh, agar dapat tampil lebih sehat dan
percaya diri.
memiliki pusat perawatan kecantikan dengan Duraskin Centre dan House of Dura
produknya yang dibuat khusus agar partikel yang terkandung didalamnya lebih
optimal diserap oleh kulit dan tidak menyumbat pori-pori kulit.Duraskin juga
Clinic Center
Dasar hukum bagi tanggung jawab perdata ini diatur dalam BW, yaitu sebagai
berikut:
sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau
ini memberikan dasar hukum bagi penggantian kerugian karena perbuatan yang
Farmasi dan Alat Kesehatan, dan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.9 Tahun
2014 Tentang Klinik. Menurut Pasal 25 ayat (1) Permenkes Tentang Klinik, untuk
mendirikan sebuah klinik, pelaku usaha harus memiliki izin mendirikan dan izin
operasional.
akibat tidak dipenuhinya kewajiban utama atau kewajiban tambahan yang berupa
hukum tidak perlu didahului dengan perjanjian sehingga tuntutan ganti kerugian
dapat dilakukan oleh setiap pihak yang dirugikan, walaupun tidak pernah terdapat
67
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.2011, hlm. 126
108
menuntut ganti kerugian, maka kerugian tersebut harus merupakan akibat dari
perbuatan melanggar hukum sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 1365
bertanggung jawab apabila ada pasien atau konsumen yang menderita kerugian
akibat kesalahan dan kelalaiannya”. Selain itu, Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang
bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan atau
kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan
atau diperdagangkan”.
sehingga dengan demikian tidak dapat dimintai penggantian kerugian, dan siapa
pula yang bertanggung jawab atas mereka ini. Khususnya ketentuan pasal 1367
hukum yang belum dewasa atau yang cacat mental, sehingga dengan demikian
kedua belah pihak, dan menurut keadaan.Ketentuan paling akhir ini pada
atau cacat tubuh tersebut maka yang wajib mengganti kerugian ialah orang
Dalam hal demikian maka dapat kita bayangkan dan perhitungkan bahwa
kegagalan, dan oleh karena itu maka diperlakukan adanya suatu standard baku
mengenai sampai seberapa jauh ketekunan dan sikap hati-hati tersebut ditentukan.
Dari kriteria tersebut dapat kita simpulkan bahwa tidak pada setiap kesalahan atau
profesi tersebut dalam hal ini dokter telah melaksanakan pekerjaannya dengan
baik dan sempurna, dalam arti apakah semua perkembangan ilmu pengetahuan
110
Tanggung Jawab Pelaku Usaha Secara Perdata Setiap pelaku usaha harus
bertanggung jawab untuk memberikan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh
hukum.
Wanprestasi.
dan/ atau konsumen dengan pelaku usaha dapat lahir dari suatu
Melawan Hukum
kesehatan kulit yang dilakukan oleh pelaku usaha atau dokter di klinik
barang dan/ atau jasa yang ditawarkan oleh pelaku usaha, selain itu
masyarakat.
dan Izin praktik yang harus dimiliki oleh suatu klinik.Hal ini
BPOM sehingga tidak ada jaminan bahwa kosmetika dan Laser yang
2) Adanya Kesalahan
dan tidak ada motif darinya untuk menimbulkan suatu akibat tertentu
waktu sangat lama. Unsur adanya kesalahan dalam kasus ini sudah
3) Adanya Kerugian
kerugian.
68
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo,Op.Cit, hlm 134
117
Case 1 :
Pasien wanita, berUmur 31. Datang dengan keluhan wajah kusam dan
banyak bekas jerawat yang berwarna hitam. Pasien disarankan oleh dokter
mengurangi bekas hitam akibat jerawat dengan efek sementara muka akan
yang lain . Setelah treatment selesai, muka pasien merah akibat dari
Case 2:
menyarankan laser yang dilakukan secara rutin hingga bulu ketiak tidak
ketiaknya panas dan terbentuk luka kecil pada ketiak sebelah kiri dengan
luka dan ingin melakukan laser kembali jika luka sudah sembuh sempurna.
Case 3:
Pasein wanita, berumur 35 tahun. Datang dengan keluhan scar pada muka
sehingga scar yang terbentuk akan mengecil dan naik. Pasien menerima
dilakukan tidak mengenai satu bagian scar atau bekas luka dan mengeluh
Republik Indonesia No. 290 tahun 2008 Pasal 1 no. 3 adalah tindakan preventif,
diberikan oleh dokter dalam mengatasi keluhan tersebut termasuk dalam tindakan
kerugian konsumen.
dokter dari pihak klinik tidak sesuai atau disebabkan karena kesalahan konsumen
itu sendiri. Jika keluhan tersebut memang disebabkan oleh kesalahan tindakan
diberikan oleh dokter terhadap pasien (wanprestasi), maka dokter akan melakukan
pemulihan kembali terhadap kondisi yang dikeluhkan oleh pasien. Pasien akan
diberikan perawatan secara gratis atau dengan potongan harga tertentu dengan
pasien, harus diketahui terlebih dahulu apakah keluhan tersebut karena kesalahan
120
yang dilakukan oleh pasien atau dari pihak klinik (dokter). Pihak klinik akan ganti
rugi apabila kesalahan tersebut ada pada dokter atau pada pihak klinik itu sendiri.
Tanggung jawab tersebut dilihat bagaimana kedudukan dokter itu pada klinik
tersebut, berdasarkan Pasal 1367 KUH Perdata, apakah dokter tersebut sebagai
pekerja di klinik kecantikan itu atau pemilik (owner) di klinik kecantikan itu
sebagaimana diatur dalam kedua Pasal di atas (Pasal 1365 dan Pasal 1366 KUH
Perdata) dapat dalam bentuk materil dan immateril, tetapi yang selalu terjadi
sebagaimana pengakuan narasumber, bentuk ganti rugi yang diberikan oleh pihak
yang dialaminya
pihak yang merasa dirugikan telah menyatakan rasa tidak puas, baik secara
langsung kepada pihak yang dianggap sebagai penyebab kerugian atau kepada
pihak lain.69 Ketidaktaatan pada isi transaksi konsumen, kewajiban, serta larangan
pelanggan.
69
Rachmadi Usman.Pilihan Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan. Bandung: PT Citra Aditya
Bakti. 2003. hlm. 1.
121
Ada tiga jenis pelanggaran yang potensial dilakukan oleh pelaku usaha,
yaitu:
a. Perbuatan atau tindakan pelaku usaha melanggar kepentingan dan hak- hak
konsumen;
dalam UU;
Sehingga para pihak yang bersengketa, dalam hal ini pihak konsumen, dapat
Adapun sengketa yang terjadi antara pihak klinik (dokter) dengan pasien
disebut sengketa medik.Sengketa medik adalah sengketa yang tejadi antara pasien
atau keluarga pasien dengan tenaga kesehatan atau klinik.Sengketa medik antara
pasien dengan pihak klinik atau dokter terjadi karena adanya ketidakpuasan dari
pasien, ketidakpuasan itu berasal dari hasil tindakan yang tidak sesuai harapan
atau adanya dampak negatif dari hasil pengobatan, munculnya penyakit tambahan,
sengketa oleh para pihak sendiri tanpa bantuan dari pihak lain, dengan cara
oleh para pihak. Hasil dari negosiasi merupakan penyelesaian kompromi yang
122
setiap bentuk sengketa, apakah itu sengketa ekonomi, politik, hukum, wilayah,
Segi negatif dari forum negosiasi ini yaitu, manakala kedudukan para pihak
tidak seimbang, dimana salah satu pihak kuat sedangkan pihak yang lain
lemah.Dalam keadaan ini, pihak yang kuat berada dalam posisi untuk menekan
pihak lainnya. Satu pihak yang terlalu keras dengan pendiriannya dapat
mengakibatkan proses negosiasi ini menjadi tidak produktif. Hal tersebut sering
Dengan tidak adanya pihak ketiga dalam proses penyelesaian sengketa ini
tersebut dituliskan dalam dokumen perjanjian, seperti yang tertulis dalam Pasal 6
para pihak dalam waktu paling lama 14 hari dan hasilnya dituangkan dalam suatu
kesepakatan tertulis.
123
jasa kecantikan untuk menuntut ganti rugi akibat kerugian yang terjadi dalam
Pasal 45 ayat (1) UUPK, yang menyetakan, “setiap konsumen yana dirugikan bisa
antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di
bersengketa”.
a). Seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan;
yaiu berbentuk badan hukum atau yayasan, yang dalam anggaran dasarnya
dikonsumsi atau
2. Non Litigasi
124
Pasal 45 ayat (4) UUPK disebutkan bahwa, “jika telah dipilih upaya penyelesaian
ditempuh jika upaya itu dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh
negosiasi kepada pelaku usaha. Jika penyelesaian sengketa melalui BPSK, maka
salah satu pihak tidak dapat menghentikan perkaranya di tengah jalan, sebelum
dari klinik kecantikan, upaya hukum yang dilakukan adalah dengan cara non
litigasi atau dengan musyawarah yaitu datang langsung kepada pihak klinik
rugi.
1) Saya pasien wanita berumur 17 tahun, datang dengan keluhan jerawat dan
kepercayaan diri saya menurun. Sehingga orang tua saya membawa saya
rumah, berapa kali saya harus mencuci muka, makanan apa saja pemicu
berkurang, kulit saya terlihat lebih bersih, kulit saya terlihat lebih sehat.
2) Saya pasien wanita, berumur 53 tahun. Datang dengan keluhan flek pada
kedua pipi saya. Flek muncul kurang lebih sejak saya berumur 45 tahun.
flek agar tidak bertambah banyak dan hitam, setelah itu dokter
laser flek untuk membuat kulit saya menjadi cerah dan flek sedikit
memudar. Semenjak saat itu saya mulai rutin melakukan treatment karena
perubahan yang saya rasakan adalah kulit saya menjadi jauh lebih cerah,
flek saya menipis dan tidak bertambah banyak. Saya telah melakukan
treatment flek di Duraskin kurang lebih telah 1 tahun dan saya akan tetap
126
yang banyak dan pori-pori yang besar. Saya ingin terlihat lebih cerah dan
saya lebih cerah, halus dan pori-pori saya sedikit mengecil setelah
beberapa kali treatment. Sejak saat itu saya melakukan perawatan rutin di
Duraskin saat saya tidak sibuk, kurang lebih saya telah melakukan
PENUTUP
A. Kesimpulan
atau pengguna dari jasa dermatologi yang disediakan oleh pihak klinik
medis, bagian farmasi klinik dan segala pihak yang terkait dalam
memuaskan konsumen.
kesepakatan antara dokter dan juga pasien dimana pasien dan dokter
yang akan dilakukan kepada pasien dan tindakan tersebut diperboleh untuk
dilakukan sesuai dengan aturan yang ada. Kesepatan terjadi saat pasien
menyetujui tindakan yang akan dilakukan oleh dokter serta krim yang
Centre Jakarta ada 2 (dua) macam, yakni tanggung jawab apabila terdapat
dan tanggung jawab kerugian atas jasa pelayanan yang dilakukan oleh
membaik kembali.
Center Jakarta, pada praktiknya selama ini pasien selaku konsumen dan
mufakat. Hal ini terbukti dari tidak pernah adanya sengketa antara kedua
B. Saran
lebih teliti dalam menggunakan jasa dan produk yang ditawarkan oleh
saran dan efek samping dari treatment yang akan dilakukan atau diberikan
jelas dalam Perjanjian Kerja mengenai status dan masa kerja, serta
mengetahui treatment yang mana lebih cocok untuk wajah atau kulit
2002
Grafika 2008
Press 1984
Indonesia 1996
Medika 2011
KaryaPutra Darwati
Jakarta, Raja
Grasindo Persada.
Anny Isfandyarie, 2006, Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi Bagi Dokter
Buku I,
130
131
Bandung, BinaCipta.
Grafika.
Maju.
University Press.
JURNAL :
2018
132
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:
ARTIKEL/JURNAL:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/49553/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y