PIDANA DI INDONESIA ALAT BUKTI ELEKTRONIK Aktivitas elektronik mempengaruhi juga kebutuhan akan penggunaan alat pembuktian yg dapat digunakan secara hukum yang meliputi informasi dan dokumen elektronik serta terkait dengan penggunaan untuk memudahkan pelaksanaan hukumnya. Hasil cetak dari dokumen elektronik tersebuut juga harus dapat dijadikan alat bukti sah secara hukum, dan dikenal dengan bukti elektronik Bukti elektronik sah Bukti elektronik dalam hal informasi eletronik dan/atau dokumen elektronik baru dapat dinyatakan sah apabila menggunakan sistem elektronik yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Sistem elektronik menurut Pasal 1 butir 5 UU ITE nomor 19 Tahun 2016, adalah “serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis,menyimpan, menampilkan , mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan informasi elektronik. Penyelenggaraan sistem elektronik Adalah : Pemanfaatan sistem elektronik oleh penyelenggara negara, orang, badan usaha, dan/atau masyarakat; sedangkan
Jaringan sistem elektronik adalah
terhubungnya dua sistem elektronik atau lebih yang bersifat tertutup atau terbuka Bagaimana kekuatan bukti elektronik Bukti elektronik dapat memiliki kekuatan hukum apabila informasinya dapat dijamin keutuhannya, dapat dipertanggungjawabkan dapat diakses dan dapat ditampilkan, sehingga menerangkan suatu keadaan. Seseorang yang mengajukan bukti elektronik harus dapat menunjukkan bahwa informasi yang dimilikinya berasal dari sistem elektronik yang terpercaya Alat bukti in transaksi elektronik Ada 3 (tiga) type pembuktian yg dibuat oleh komputer (Michael Chissick dan Alistair Kelman; E-commerce, 2001: 97-98) 1. Real Evidence (bukti nyata) : meliputi kalkulasi2 atau analisa2 yg dibuat oleh komputer itu sendiri melalui pengaplikasian software dan penerima informasi dari devise lain spt barang built –in dan transaksi credit balance 2. Hearsy Evidence (bukti yg berupa kabar dari orang): adalah dokumen2 data yg diproduksi oleh komputer yg merupakan salinan dari informasi yg diberikan manusia pd komputer, cek atau slip diambil dari komputer 3. Derived Evidence : informasi yang mengkombinasikan antara bukti nyata dgn informasi yg diberikan oleh manusia ke komputer dgn tujuan untuk membentuk suatu data yg tergabung George Whitecross Paton Mengenai alat bukti ini George mengatakan Bahwa : “Evidence may be either oral (words spokenby a witness in court) documentary (the production of admissible document), or material (the production of of physical res other than a document). A witness’s description or a murder which he witnessed is oral evidence, a blacmailing letter wich the victim sent to the prisoner is documentary evidence; the knife with wich the murder was commited is material evidence” Artinya : Bukti dapat diberikan secara oral (kata-kata yang disampaikan oleh saksi di pengadilan) dokumenter (dokumen yang sah secara hukum) atau material (barang fisik lainnya selain dokumen). Penjelasan seorang saksi mengenai pembunuhan yg ia saksikan adalah bukti secara oral; surat kaleng yg dikirim oleh seorang korban pada tahanan adalah bukti dokumenter; pisau yang digunakan oleh seorang pembunuh adalah bukti material Jadi menurut Paton, .. Alat bukti dapat bersifat oral, documentary, atau material. Alat bukti yang bersifat oral merupakan kata-kata yg diucapkan oleh seseorang di persidangan: kesaksian tentang suatu peristiwa merupakan alat bukti yang bersifat oral. Surat termasuk alat bukti yang bersifat dokumenter, sedangkan bukti yang bersifat material adalah barang fisik lainnya selain dokumen Ketentuan Pasal 5 dan Pasal 6 Pasal 5 yang mengatur tentang bukti elektronik , terkait dengan ketentuan Pasal 6 mengatur bahwa dalam kaitannya dengan ketentuan yang mengatur suatu informasi harus berbentuk tertulis atau asli, untuk informasi elektronik dan /atau dokument elektronik dianggap sah sepanjang informasi yang tercantum di dalamnya dapat diakses,ditampilkan, dijamin, keutuhannya, dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan Jadi secara umum bentuk alat bukti elektronik adalah Informasi elektronik, dokument elektronik, dan keluaran komputer lainnya dinyatakan dalam Pasal 1 Ayat (3) UU ITE Batasan mengenai Dokumen Elektronik terdapat pada ketentuan Pasal 1 ayat (4) UU ITE Di dalam praktik terjadi pula pemeriksaan saksi sebagai alat bukti dengan menggunakan perangkat elektronik yang dinamakan video conferences atau pemeriksaan saksi melalui teleconferences Pemeriksaan saksi by teleconference Apakah dapat memenuhi syarat ? Bila dikaji secara Objektif pemeriksaan saksi melalui teleconference pada dasarnya sama dengan pemeriksaan saksi biasa yang dilakukan di ruang persidangan, PERBEDAANNYA hanya pada keberadaan saja secara fisik. Di Indonesia sdh dimulai melalui ketentuan UU dokumen Perusahaan Tahun 1997. Alat bukti Konvensional vs cybercrime Penelusuran bukti2 dapat dilakukan melalui jalur KUHAP; artinya tetap melakukan penggunaan alat-alat bukti berupa keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa; minimal kesalahan pelaku dapat terbukti dengan sekurang2nya 2 (dua) alat bukti yang sah (Pasal 183 KUHAP); alat bukti ini harus mampu membuktikan telah terjadi suatu perbuatan dan membuktikan adanya akibat dari perbuatan cybercrime Keterangan Saksi Terkait sifat cybercrime yg virtual, maka pembuktian dengan menggunakan keteraqngan saksi tidak dapat diperoleh secara langsung . Keterangan saksi hanya dapat berupa hasil pembicaraan atau hanya mendengar dari orang lain. Kesaksian ini dikenal sebagai testimonium de auditum atau hearsay evidence (sebagai bahan pertimbangan); kemungkinan lain adalah sifat interaksi dalam cyber, spt chatting dan email antar pengguna internet melalui keterangan saksi yang memiliki kompetensi dibidang komputer Keterangan ahli Perannya adalah untuk memberikan keterangan ahli disini adalah untuk memberikan suatu penjelasan di dalam persidangan bahwa dokument/data elektronik yang diajukan adalah sah dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Ini diperlukan karena pelaku cybercrime dapat menyembunyikan atau menghapus alat bukti virtual Menggunakan komibinasi fakta2 dari lab forensikdan opini para saksi ahli Alat bukti surat Merujuk pada terminologi “surat dalam kasus cybercrime mengalami perubahan bentuknya yang tertulis menjadi tidak tertulis yang sifatnya on line, secara fisik. 2 kategori alat bukti surat dalam sistem komputer yang telah disertifikasi; 1.Bila sistem komputer telah disertifikasi oleh badan yang berwenang, maka hasil print out computer dapat dipercaya keotentikannya. Resi ATM; 2. Bukti sertifikasi dari badan berwenang dapat dikategorikan sebagai alat bukti karena dibuat oleh pejabat yg berwenang yg dimaksud adalah notaris (dalam peraturan perundang-undangan); alat bukti yg dapat dicetak Petunjuk Berdasarkan Pasal 188 KUHAP petunjuk adalah perbuatan kejadian atau keadaan yang karena persesuaiannya baik antara yang satu dengan yang lain maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya. Petunjuk hanya dapat diperoleh dengan adanya alat bukti elektronik yang disertai dengan keterangan ahli maka sifatnya lebih kuat . Keterangan terdakwa Pada Pasal 189 Ayat (1) KUHAP ditentukan bahwa keterangan terdakwa adalah apa yang terdakwa lakukan, ketahui dan alami sendiri. Didalam cybercrime diperlukan, untuk mengetahui cara pelaku melakukan perbuatannya, akibat yg ditimbulkan, informasi jaringan serta motivasinya. Keterangan tersebut sifatnya adalah memberatkan terdakwa, dan ini menjadi suatu proses , dan jika Hakim yakin maka pelaku dapat dikenakan delik-delik KUHP Perlu jadi perhatian adalah Di dalam penggunaan alat alat bukti konvensional atas kejahatan cyber hakim memegang peranan penting dalam penyelesaian perkara dengan wajib menggali hukum yang hidup dalam masyarakat. Hakim harus membuat terobosan hukum jika belum ada ketentuan perundangannya yg mengatur. Keyakinan hakim untuk menerima alat bukti di persidangan menjadi hal yang signifikan adanya. Peran Hakim sangat penting dan harus mempunyai kemampuan dalam ilmu teknologi informasi dan pandangan yang luas dalam penafsiaran hukum KESIMPULAN PENGGUNAAN SISTEM PEMBUKTIAN DAN ALAT- ALAT BUKTI BERDASARKAN PASAL 184 KUHAP MAMPU MENJANGKAU PEMBUKTIAN UNTUK KEJAHATAN CYBER YG MERUPAKAN TINDAK PIDANA YANG FENOMENA SAAT INI PERLU KETENTUAN BARU AGAR ALAT BUKTI SAH ; YAITU (1) ADANYA PERBAIKAN DALAM PASAL 184 KUHAP DENGAN MEMASUKAN ALAT BUKTI YG DAPAT DIPERGUNAKAN; (2) PERLUNYA UU KHUSUS CYBER YG MEMUAT KETENTUAN MENGENAI PEMBUKTIAN DALAM UPAYA PENJERATAN TERHADAP PELAKU KEJAHATANNYA