Anda di halaman 1dari 7

Universitas Pamulang

Fakultas Ilmu Hukum

PRESENTATION
ALAT BUKTI PETUNJUK

OLEH KELOMPOK 5 :

RIZAL FERNANDA 181010250506


HUDORI 181010250496
MELI 181010250396
MIRANDA 181010250507
NURDIN 181010250494
ALAT BUKTI PETUNJUK

Pasal 188 Ayat (1) KUHAP memberi definisi petunjuk adalah


sebagai perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena
persesuaiannya, baik antarasatu dengan yang lain, maupun dengan
tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu
tindak pidana dan siapa pelakunya.
Petunjuk didapat dari keterangan saksi, surat, dan keterangan
terdakwa, jadi alat bukti petunjuk bukan merupakan alat bukti
langsung.
Hal – hal yang berhubungan dengan alamat bukti petunjuk.
Alat bukti petunjuk diatur dalam pasal 188 KUHAP, gabungan dari
pasal 310, 311, dan 312 HIR.
Dalam KUHAP tentang Petunjuk Sebagai
Alat Bukti, Pasal 188
1) Petunjuk adalah perbuatan kejadian atau keadaan yang
karena persesuaiannya baik antara 1 dengan lain. Dalam
suatu tindakan pidana menandakan bahwa telah terjadi suatu
tindak pidana dan siapa pelakunya
2) Petunjuk dapat diperoleh dari : Keterangan Saksi, Surat,
Keterangan Terdakwa
3) Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk
dalam setiap keadaan tertentu dilakukan oleh hakim dengan
arif bijaksana, setelah ia mengadakan pemeriksaan dengan
penuh kecermatan dan keseksamaan berdasarkan hati
nuraninya.
Untuk Siapa Petunjuk Itu Digunakan?

a. Pasal 310 HIR : Perbuatan, kejadian, hal – hal yang ada


persesuaiannya, baik 1 sama lain maupun dengan perbuatan yang
dituduhkan terhadap terdakwa dapat menunjukan dengan nyata
bahwa sesuatu kejahatan telah dilakukan dan siapa yang
melakukan
b. Pasal 311 HIR : Adanya petunjuk hanya dapat dibuktikan oleh :
Saksi, surat, pemeriksaan sendiri atau penyaksian oleh hakim,
pengakuan sendiri oleh tertuduh, biarpun dilakukan tidak dimuka
hakim.
c. Pasal 312 HIR : Hal menilai kekuatan buukti dari petunjuk –
petunjuk tersebut, tiap - tiap keadaan khusus diserahkan pada
kebijaksanaan hakim, ia hendaknya insyaf benar akan memeriksa
hal itu dengan secermat – cermatnya.
Kekuatan Alat Bukti Petunjuk

Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk


dalam setiap keadaan tertentu diserahkan kepada
pertimbangan hakim dengan kearifan dan kebijaksanaan
setelah hakim melakukan pemeriksaan dengan penuh
kecermatan dan keseksamaan berdasarkan hati nuraninya.
Catatan Akhir
Alfitra mengutip pendapat P. A. F. Lamintang
mengatakan, petunjuk memang hanya merupakan dasar
yang dapat dipergunakan oleh Hakim untuk menganggap
suatu kenyataan sebagai terbukti, atau dengan perkataan
lain petunjuk itu bukan merupakan suatu alat bukti seperti
misalnya keterangan saksi yang secara tegas mengatakan
tentang terjadinya suatu kenyataan, melainkan ia hanya
merupakan suatu dasar pembuktian belaka, yakni dari
dasar pembuktian mana kemudian Hakim dapat
menganggap suatu kenyataan itu sebagai terbukti,
misalnya karena adanya kesamaan antara kenyataan
tersebut dengan kenyataan yang dipermasalahkan.
KESIMPULAN

Apabila diperhatikan dari rumusan Pasal 188 ayat (1


dan 3) KUHAP, maka pada akhirnya untuk menilai
kekuatan pembuktian dari petunjuk diserahkan kepada
Hakim. Ini berarti bahwa petunjuk sama dengan
pengamatan oleh Hak (eigen waarneming van de rechter).
Jika memang demikian, maka pengamatan sendiri oleh
seorang Hakim harus dilakukan selama sidang (dalam
persidangan).

Anda mungkin juga menyukai