0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
98 tayangan7 halaman
1. Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan yang dapat menunjukkan terjadinya suatu tindak pidana dan pelakunya
2. Petunjuk diperoleh dari keterangan saksi, surat, dan keterangan terdakwa
3. Penilaian kekuatan pembuktian petunjuk diserahkan kepada pertimbangan hakim setelah melakukan pemeriksaan secara cermat
1. Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan yang dapat menunjukkan terjadinya suatu tindak pidana dan pelakunya
2. Petunjuk diperoleh dari keterangan saksi, surat, dan keterangan terdakwa
3. Penilaian kekuatan pembuktian petunjuk diserahkan kepada pertimbangan hakim setelah melakukan pemeriksaan secara cermat
1. Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan yang dapat menunjukkan terjadinya suatu tindak pidana dan pelakunya
2. Petunjuk diperoleh dari keterangan saksi, surat, dan keterangan terdakwa
3. Penilaian kekuatan pembuktian petunjuk diserahkan kepada pertimbangan hakim setelah melakukan pemeriksaan secara cermat
HUDORI 181010250496 MELI 181010250396 MIRANDA 181010250507 NURDIN 181010250494 ALAT BUKTI PETUNJUK
Pasal 188 Ayat (1) KUHAP memberi definisi petunjuk adalah
sebagai perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antarasatu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya. Petunjuk didapat dari keterangan saksi, surat, dan keterangan terdakwa, jadi alat bukti petunjuk bukan merupakan alat bukti langsung. Hal – hal yang berhubungan dengan alamat bukti petunjuk. Alat bukti petunjuk diatur dalam pasal 188 KUHAP, gabungan dari pasal 310, 311, dan 312 HIR. Dalam KUHAP tentang Petunjuk Sebagai Alat Bukti, Pasal 188 1) Petunjuk adalah perbuatan kejadian atau keadaan yang karena persesuaiannya baik antara 1 dengan lain. Dalam suatu tindakan pidana menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya 2) Petunjuk dapat diperoleh dari : Keterangan Saksi, Surat, Keterangan Terdakwa 3) Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiap keadaan tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif bijaksana, setelah ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan keseksamaan berdasarkan hati nuraninya. Untuk Siapa Petunjuk Itu Digunakan?
a. Pasal 310 HIR : Perbuatan, kejadian, hal – hal yang ada
persesuaiannya, baik 1 sama lain maupun dengan perbuatan yang dituduhkan terhadap terdakwa dapat menunjukan dengan nyata bahwa sesuatu kejahatan telah dilakukan dan siapa yang melakukan b. Pasal 311 HIR : Adanya petunjuk hanya dapat dibuktikan oleh : Saksi, surat, pemeriksaan sendiri atau penyaksian oleh hakim, pengakuan sendiri oleh tertuduh, biarpun dilakukan tidak dimuka hakim. c. Pasal 312 HIR : Hal menilai kekuatan buukti dari petunjuk – petunjuk tersebut, tiap - tiap keadaan khusus diserahkan pada kebijaksanaan hakim, ia hendaknya insyaf benar akan memeriksa hal itu dengan secermat – cermatnya. Kekuatan Alat Bukti Petunjuk
Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk
dalam setiap keadaan tertentu diserahkan kepada pertimbangan hakim dengan kearifan dan kebijaksanaan setelah hakim melakukan pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan keseksamaan berdasarkan hati nuraninya. Catatan Akhir Alfitra mengutip pendapat P. A. F. Lamintang mengatakan, petunjuk memang hanya merupakan dasar yang dapat dipergunakan oleh Hakim untuk menganggap suatu kenyataan sebagai terbukti, atau dengan perkataan lain petunjuk itu bukan merupakan suatu alat bukti seperti misalnya keterangan saksi yang secara tegas mengatakan tentang terjadinya suatu kenyataan, melainkan ia hanya merupakan suatu dasar pembuktian belaka, yakni dari dasar pembuktian mana kemudian Hakim dapat menganggap suatu kenyataan itu sebagai terbukti, misalnya karena adanya kesamaan antara kenyataan tersebut dengan kenyataan yang dipermasalahkan. KESIMPULAN
Apabila diperhatikan dari rumusan Pasal 188 ayat (1
dan 3) KUHAP, maka pada akhirnya untuk menilai kekuatan pembuktian dari petunjuk diserahkan kepada Hakim. Ini berarti bahwa petunjuk sama dengan pengamatan oleh Hak (eigen waarneming van de rechter). Jika memang demikian, maka pengamatan sendiri oleh seorang Hakim harus dilakukan selama sidang (dalam persidangan).