Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

GUGURNYA HAK MENUNTUT TERSANGKA TINDAK PIDANA

Dosen Pengampu :

Basri, S.H., M.Hum

Disusun Oleh :

Vita Ayu Romanti

(20.0201.0018)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan rahmat serta
anugerah dari-Nya saya mampu untuk menyelesaikan makalah dengan judul “Gugurnya
Hak Menuntut Tersangka Tindak Pidana”

Selanjutnya dengan rendah hati saya meminta kritik dan saran dari pembaca untuk makalah
ini .Karena saya sangat menyadari, bahwa makalah yang telah saya buat ini masih memiliki
banyak kekurangan.

Saya ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah
mendukung serta membantu selama proses penyelesaian makalah ini.

Demikianlah yang dapat sayai haturkan, saya berharap supaya makalah yang telah saya
buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Magelang, 2 Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................1
C. Metode Penelitian..................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................3
TEMUAN DAN PEMBAHASAN.............................................................................................................3
A. Bentuk-Bentuk Gugurnya Hak untuk Menuntut yang Diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP)....................................................................................................................3
B. Sebab sebab gugurnya hak untuk menuntut yang diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) ?.................................................................................................................7
BAB III.................................................................................................................................................8
PENUTUP............................................................................................................................................8
A. Kesimpulan.............................................................................................................................8
B. Saran......................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan bermasyarakat orang sering beranggapan bilamana seseorang
melakukan tindak pidana, maka terhadap orang tersebut tidak akan lepas dari
tuntutan hukum, yang bersangkutan akan diproses secara hukum. Namun, sesuai
dengan KUHP, terhadap diri yang bersangkutan tidak bisa dilakukan
penuntutan karena beberapa hal . Gugurnya hak menuntut pidana dan
menjalankan pidana, telah diatur sedemikian rupa guna memperjelas semua
ketentuan-ketentuan pelaksanaan pidana meteriil yang terdapat pada Buku II
tentang Kejahatan dan Buku III tentang Pelanggaran. Pembuat ketentuan pidana
dalam KUHP memberikan pengaturan-pengaturan mengenai : Gugurnya hak untuk
menuntut dan menjalani hukuman oleh pelaku pidana dapat disebabkan
beberapa hal .

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja bentuk-bentuk gugurnya hak untuk menuntut yang diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) ?
2. Apa saja sebab-sebab gugurnya hak untuk menuntut yang diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) ?

C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif . Penelitian Hukum
Normatif merupakan penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
1
pustaka atau data sekunder. Metode penelitian hukum normatif juga biasa
disebut penelitian hukum doktriner atau penelitian perpustakaan. Menurut Peter
1
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat, PT. Jakarta :Raja
Grafindo Persada, 2003, hal. 13.
Mahmud Marzuki, penelitian hukum normatif adalah suatu proses untuk
menemukan suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-
doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi”.2Teknik pengumpulan
bahan hukum yang digunakan adalah studi pustaka

2
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta,:Kencana Prenada, 2010, hal. 35

2
BAB II

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Bentuk-Bentuk Gugurnya Hak untuk Menuntut yang Diatur dalam Kitab


Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Bentuk-bentuk gugurnya hak untuk menuntut implementasinya ada pada Jaksa
Penuntut Umum karena tugas dan fungsi Kejaksaan adalah salah satunya
melukan penuntutan, yang dituntut adalah terdakwa pelaku tindak pidana dihadap
pengadilan. Pengaturan gugurnya hak untuk menuntut sebagaimana diatir dalam
KUHP, yaitu :
1. asas “Ne bis in idem” (Pasal 76 KUHP).
Pasal 76 KUHPidana berbunyi :
1. Kecuali dalam hal keputusan Hakim masih boleh diubah lagi, maka orang
tidak dituntut sekali lagi lantaran perbuatan yang baginya telah di putuskan
oleh Hakim Negara Indoensia, dengan keputusan yang tidak boleh diubah
lagi.
2. Jika putusan itu berasal dari hakim lain, maka penuntutan tidak boleh
dijalankan terhadap orang itu oleh sebab perbuatan itu juga dalam hal :
a. Pembebasan atau pelepasan dari penuntutan Hukum.
b. Putusan hukuman dan hukumannya itu habis di jalaninya atau mendapat
ampun atau waktunya itu gugur (tidak dapat dijalankan lagi karena
lewat waktunya).3

Pasal tersebut meletakkan suatu dasar Hukum yang biasa disebut :

“Asas Ne Bis In Idem” yang artinya : Orang tidak boleh dituntut


sekali lagi lantaran perbuatan (peristiwa) yang baginya telah diputuskan

3
R. Soesilo, KUHP serta Koentar-Komentarnnya Lengkap Pasal Denli Pasal, Politea Bogor 1988, hal. 89-90.

3
oleh Hakim. Jadi Asas Ne bis in Idem merupakan penegakan Hukum bagi
terdakwa dalam menciptakan kepastian hukum4.

Seseorang dapat bebas dari penuntutan untuk kedua kali berdasarkan


asas ne bis in idem (Pasal 76 KUHP) apabila memenuhi persyaratan
, yang pertama adanya keputusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap terhadap tindak pidana yang sama. Yaitu,
putusan yang berkekuatan hukum tetap itu dijatuhkan terhadap orang
yang sama dengan orang yang dituntut untuk kedua kalinya; Tindak
pidana yang dilakukan dengan tersangka/terdakwa yang sama.

2. Meninggalnya pelaku (Pasal 77 KUHP).


Pasal 77 KUHP menegaskan : “Kewenangan menuntut pidana hapus, jika
tertuduh meninggal dunia”. Secara yuridis dengan meninggalnya si pelaku
tindak pidana, karena kesalahan seseorang itu bersifat pribadi maka
kesalahannya tidak dapat dilimpahkan pada orang lain untuk memikul kesalahan
si pelaku tindak pidana.
Apabila pelaku tindak pidana meninggal dunia maka :
a. Bila seorang terdakwa meninggal dunia sebelum ada putusan pengadilan,
maka perkara pidana tersebut menjadi gugur.
b. Bila perkara pidana tersebut masih dalam proses penyidikan, maka
perkaranya dihentikan.
c. Jika penuntutan telah diajukan oleh Jaksa penuntut umum dan si
terdakwa meninggal sebelum mendapat putusan pengadilan, maka oleh
pengadilan perkara pidana tersebut harus dinyatakan tidak dapat diterima.
Pengecualiannya bahwa dengan meninggalnya si pelaku “tidak mutlak”
menjadi gugur, yaitu terhadap barang-barang atau hak-hak yang dimiliki,

4
Rizqi, K. P. M. (2021). Upaya Hukum yang Dapat Dimohonkan Terhadap Putusan Perkara Pidana yang Ne Bis
In Idem. Jurist-Diction, 4(1), 195-212.

4
dan biasanya diterapkan terhadap hukuman denda atau tuntutan tambahan
tetap dijalankan.5
3. Daluwarsa (Pasal 78 KUHP)
Pada dasarnya semua pelaku dari suatu tindak pidana harus dituntut di muka
sidang pengadilan pidana. Akan tetapi baik secara umum ataupun secara
khusus undang-undang menentukan gugurnya kewenangan menuntut oleh
penuntut umum karena lewat waktu. Gugurnya kewenangan menuntut oleh
penuntut umum karena daluwarsa berdasarkan Pasal 78 KUHP diatur sebagai
berikut:
(1) Hak untuk penututan pidana hapus karena daluwarsa:
1e. Dalam satu tahun bagi semua pelanggaran dan bagi kejahatan yang
dilakukan dengan percetakan.
2e. Dalam enam tahun bagi kejahatan-kejahatan yang diancam dengan denda
hukuman kurungan atau hukuman penjara yang lamanya tidak lebih dari
tiga tahun.
3e. Dalam dua belas tahun bagi semua kejahatan yang diancam dengan
hukuman penjara sementara yang lamanya lebih dari tiga tahun.
4e. Dalam delapan belas tahun bagi semua kejahatan yang diancam dengan
hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup.
(2) Untuk orang, yang sebelum melakukan perbuatan itu umumya belum cukup
deapan belas tahun tenggang waktu daluwarsa yang disebut di atas, dikurangi
sehingga jadi sepertiganya.
Daluwarsa atau lewat waktu menjadi dasar gugurnya kewenangan
menuntut pidana oleh jaksa sebagai penuntut umum karena dengan
berlalunya waktu yang agak lama, ingatan akan kejadian yang ada telah hilang

5
Sahputra, N. C. D., & Bahri, S. (2020). TINJAUAN YURIDIS ATAS GUGURNYA HAK UNTUK MENUNTUT
PIDANA MENURUT UNDANG-UNDANG HUKUM. LEGALITAS, 5(1), hal. 97.

5
sehingga kemungkinan pembuktiannya menjadi rumit bahkan alat bukti
kemungkinan telah lenyap6
4. Penyelesaian perkara di luar sidang pengadilan (Pasal 82 KUHP)
Penyelesaian perkara pidana diluar pengadilan, konsep ini dikenal berdasarkan
asas “ius poenalií” dan “ius poenendi” adalah suatu pemikiran tentang
sistem penyelesaian perkara pidana hanya dapat dilakukan melalui
lembaga pengadilan. Ketentuan dalam Pasal 82 KUHP bahwa
penyelesaian perkara pidana oleh penuntut umum yang tentunya ditijukan
kepada tindak pidana yang diancam dengan denda saja, dengan syarat : “a.
Jenis tindak pidana adalah pelanggaran, b. Pelanggaran atas tindak pidana ini
oleh UU diancam dengan sanksi denda, c. Pelaku berkenan membayar dana
maksimum dengan suka rela; d. Jika penuntutan telah dimulai biaya-biaya
perkara yang berkaitan dengan pelaksanaan penuntutan dibebankan kepada
pelaku, e. Ancaman pidana tambahan berupa peranpasan barang tertentu
jika dirumuskan dalam aturan undang-Undang dapat dilaksanakan oleh
penuntut umum atau dapat dikonversi kedalam sejumlah uang dengan
taksiran yang ditentukan oleh undang-undang, f. Pelaksanaan penyelesaian
perkara pidana melalui lembaga ini dapat diperhitungkan sebagai pemberatan
bila terjadi pengulangan atau recidive.’’7
Hal lain yang gugurnya hak untuk menuntut oleh karena penyelesaian perkara di
luar Pengadilan berupa mediasi penal, penyelesaian perkara-perkara yang
bersifat delik aduan, disepakati kedua belah pihak dan tidak saling menuntut
dikemudian hari.8

6
Wenas, N. R. (2020). GUGURNYA KEWENANGAN MENUNTUT PIDANA KARENA DALUWARSA BERDASARKAN
PASAL 78 KITAB UNDANG–UNDANG HUKUM PIDANA. LEX ET SOCIETATIS, 8(4).
7
Eva, Achjani Zulfa, 2013, Gugurnya Hak Menuntut, Dasar Menghapus, Peringan,
Pemberat Pidana, cetakan ke dua, Ghalia Indonesia, Bogor, hlm.37
8
Antow, R. (2019). Hapusnya Kewenangan Menuntut Pidana Pembunuhan karena Daluwarsa. LEX CRIMEN,
8(12).

6
B. Sebab sebab gugurnya hak untuk menuntut yang diatur dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) ?

Sebab-sebab gugurnya hak untuk menuntut bermacam macam, baik secara


alami, secara hukum maupun atas perbuatan manusia itu sendiri9
1. Sebab Alamiah
Secara alami adalah dikarenakan terdakwanya meninggal dunia, maka tidak
dapat tergantikan oleh siapapun, pertanggungjawaban pidana sifatnya perorangan,
siapa yang melakukannya dan dapat dimintakan pertanggungjawabnnya maka
terdakwa seperti yang dituntut dihadap pengadilan. Dalam unsur delik
pemidanaan terdapat unsur “barang siapa” hal diartikan sebagai natuurlijk person,
yaitu orang nya sendiri yang melakukan tindakan atau perbuatan pidana.
2. Sebab Perbuatan manusia

Seperti halnya diuraikan gugurnya hak untuk menuntut karena daluarsa. Si


tersangka ataupun terdakwa melarikan diri, baik pada saat tersangka dalam proses
penuntutan, pemeriksaan di pengadilan maupun telah divonis tetapi putusannya
belum berkekuatan tetap yang bersangkutan melarikan diri seperti diatur dalam
pasal 78 KUHP, maka hal demikian telah ditentukan waktu pelariannya atau tidak
ditemukan persembunyian terdakwa maka tidak dapat lahi dituntut.

3. Sebab Hukum

Gugurnya hak untuk menutut disebabkan oleh hukum, seperti halnya adanya asas
ne bis idem dimana pelaku tindak pidana tidak dapat dintuntut kedua kalinya
oleh karena pelaku (subyek hukumnya) sama dan perkara yang sama telah
mendapat putusan/vonis hakim dan telah berkekuatan hukum.

9
Sahputra, N. C. D., & Bahri, S. (2020). TINJAUAN YURIDIS ATAS GUGURNYA
HAK UNTUK MENUNTUT PIDANA MENURUT UNDANG-UNDANG HUKUM.
LEGALITAS, 5(1), hal. 107

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gugurkannya hak menuntut yang diatur dalam KUHP yaitu terdiri :

a) Adanya asas “Ne bis in idem” (Pasal 76 KUHP);

b) Meninggalnya pelaku (Pasal 77 KUHP);

c) Daluwarsa (Pasal 78 KUHP);

d) Penyelesaian perkara di luar sidang pengadilan (Pasal 82 KUHP);

Sebab-sebab gugurnya hak untuk menuntut adalah : Sebab alamiah, Sebab


perbuatan manusia dan Sebab hukum

B. Saran
Diharapkan adanya pengecualian untuk gugurnya tuntutan pidana karena ebab
dluwarsa , untuk perbuatan-perbuatan tertentu misalnya pemebunuhan berencana
yang telah dilakukan oleh sindikat terorisme yang mengorbankan banyak jiwa,
maka sebaiknya tidak ada daluwarsa yang menggugurkan kewenangan jaksa
untuk menuntut para pelaku, sebaikkanya tidak ada daluwarsa untuk menuntut
pidana bagi penjahat –penjahat profesional.

8
DAFTAR PUSTAKA

Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat,
PT. Jakarta :Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 13.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta,:Kencana Prenada, 2010, hal. 35
R. Soesilo, KUHP serta Koentar-Komentarnnya Lengkap Pasal Denli Pasal, Politea
Bogor 1988, hal. 89-90.
Rizqi, K. P. M. (2021). Upaya Hukum yang Dapat Dimohonkan Terhadap Putusan
Perkara Pidana yang Ne Bis In Idem. Jurist-Diction, 4(1), 195-212.
Sahputra, N. C. D., & Bahri, S. (2020). TINJAUAN YURIDIS ATAS GUGURNYA
HAK UNTUK MENUNTUT PIDANA MENURUT UNDANG-UNDANG
HUKUM. LEGALITAS, 5(1), 86-112.
Wenas, N. R. (2020). GUGURNYA KEWENANGAN MENUNTUT PIDANA KARENA
DALUWARSA BERDASARKAN PASAL 78 KITAB UNDANG–UNDANG
HUKUM PIDANA. LEX ET SOCIETATIS, 8(4).
Eva, Achjani Zulfa, 2013, Gugurnya Hak Menuntut, Dasar Menghapus, Peringan,
Pemberat Pidana, cetakan ke dua, Ghalia Indonesia, Bogor, hlm.37
Antow, R. (2019). Hapusnya Kewenangan Menuntut Pidana Pembunuhan karena
Daluwarsa. LEX CRIMEN, 8(12).

Anda mungkin juga menyukai