Anda di halaman 1dari 2

Nama : Vita Ayu Romanti

NPM : 20.0201.0018

Kls/Sem : 4/A

Matkul : Hukum Acara Mahkamah


Konstitusi Dosen : Suharso, SH., MH

1. Nomor 2 : Jelaskan apa yang menjadi latar belakang di bentuknya Mahkamah


Konstitusi di Indonesia dari sudut pandang politik dan dari sudut pandang hukum?
Jawab :
Yang menjadi latar belakang di bentuknya Mahkamah Konstitusi di Indonesia dari
sudut pandang politik dan dari sudut pandang hukum yaitu, Dari sisi politik
ketatanegaraan, bahwa keberadaan MK untuk mengimbangi kekuasaaan pembentukan
UU yg dimiliki oleh DPR dan Presiden. Dari sisi hukum, keberadaan MK adalah salah
satu konsekuensi perubahan dari supremasi MPR menjadi supremasi konstitusi, prinsip
negara kesatuan, prinsip demokrasi dan prinsip negara hukum (Checks and balances).

2. Nomor 3 : Bahwa Hukum Acara Mahkamah Konstitusi adalah hukum yang bersifat
formil yang melaksanakan hukum yang bersifat materiil. Jelaskan apa yang menjadi
hukum materiil dari Hukum Acara Mahkamah Konstitusi dan apa hubunganya
Mahkamah Konstitusi dengan Undang Undang Dasar 1945?
Jawab :
Yang menjadi hukum materiil dari Hukum Acara Mahkamah Konstitusi dan apa
hubunganya Mahkamah Konstitusi dengan Undang Undang Dasar 1945 yaitu, Hukum
acara MK merupakan hukum formil yang berfungsi untuk menegakkan hukum
materiilnya. Yaitu bagian dari hukum konstitusi yang menjadi wewenang MK. Oleh
karena itu hukum acara MK dapat disejajarkan dengan Hukum Acara Pidana, Hukum
Acara Perdata, dan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. MK berwenang
mengadili di tingkat pertama dan terakhir dengan putusan yang bersifat final untuk
menguji Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang
kewenagannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai
politik, memutus perselisihan hasil pemilu dan wajib memberikan putusan atas pendapat
DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden.

3. Nomor 4 : Jelaskan apa yang saudara ketahui tentang Toetsingrecht/Yudicial


review/hak uji secara formil dan materiil?
Jawab :
Yang kita ketahui tentang hak atas Toetsingrecht/peninjauan kembali/pengujian formil
dan materiil berarti bahwa uji materil meliputi pengujian norma hukum, meliputi
pengujian materil dan pengujian formil. Hak peninjauan kembali adalah hak untuk
mengajukan peninjauan kembali terhadap undang-undang dan norma yang berlaku
yang dianggap melanggar hak konstitusional warga negara.

4. Nomor 5 : Jelaskan mengapa perlu adanya Yudicial review?


Jawab :
Yudicial review perlu adanya karena peraturan perundang-undangan pada hakikatnya merupakan
produk politik, diturunkan (di-derive) dari legislasi institusi politik. Undang- Undang Dasar
selaku kaidah hukum (peraturan perundang-undangan) tertinggi ditetapkan dan diubah oleh MPR
(lihat pasal 3 UUD 1945). Kewenangan judicial review diberikan kepada yudikatif sebagai
kontrol bagi kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berfungsi membuat undang-undang.

5. Nomor 6 : Jelaskan lembaga mana yang mempunyai wewenang yudicial review


terhadap peraturan perundang-undangan di Indonesia?
Jawab :
Lembaga yang mempunyai wewenang yudicial review terhadap peraturan perundang-
undangan di Indonesia yaitu, Mahkamah Konstitusi.

6. Nomor 7: Jelaskan mengapa dalam sidang Mahkamah Konstitusi pada tahap


pengambilan putusan harus disidang plenokan yang sekurang-kurang 7 orang hakim?
Jawab :
Karena apabila terjadi perbedaan pendapat hukum antara majelis yang
bermusyawarah, maka perbedaan itu diselesaikan dengan voting atau hitungan suara
terbanyak. Oleh karena itu maka jumlah hakim dalam majelis harus ganjil agar bisa di
selesaikan. Adapun MK memeriksa, mengadili, dan memutus dalam sidang pleno
yang dihadiri oleh seluruh hakim yang terdiri atas 9 (sembilan) orang, hanya dalam
keadaan “luar biasa”, maka sidang pleno tersebut dihadiri sekurang-kurangnya 7
(tujuh) Hakim Konstitusi . Keadaan luar biasa itu dimaksudkan adalah meninggal
dunia atau terganggu fisik/jiwanya sehingga tidak mampu melaksanakan kewajiban
sebagai Hakim.

7. Nomor 8 : Mengapa dalam mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi


mengunakan istilah Permohonan? Jelaskan
Jawab :
Sebutan permohonan karena nuansa kepentingan umum yang dominan dalam setiap
perkara yang ditangani MK. Meskipun kasus tersebut diajukan oleh seorang warga
negara, keputusan itu diterima secara umum dan mempengaruhi hukum dan
administrasi negara.

Anda mungkin juga menyukai