Anda di halaman 1dari 13

TUGAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

MAKALAH PELANGGARAN TINDAK ABORSI DITINJAU DARI


SEGI HUKUM DAN HAM

Disusun oleh :
Ni Made Yusmita Dewi
19.0123.0.02.053

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MAHENDRADATTA
2020

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan pertolongannya, tim penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tindakan Aborsi ditinjau dari segi Hukum dan
HAM ,” sehingga dapat selesai tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat dengan harapan
memberi kesadaran pada masyarakat dan dapat menambah wawasan akan tindakan aborsi yang
sudah umum terjadi di sekitar kita. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk
memenuhi syarat tugas akhir mata kuliah Hukum dan HAM.
Diharapkan dengan penulisan makalah ini dapat memperdalam dan sekaligus melatih
mahasiswa agar dapat menerapkan ilmu yang didapat pada waktu kuliah dengan kondisi yang
sesungguhnya. Akhir kata, semoga makalah yang telah disusun ini dapat memberikan informasi
yang berguna dan bermanfaat bagi para pembaca. Walaupun makalah ini masih jauh dari
sempurna, penulis tetap mengharapkan masukan-masukan berupa saran maupun kritik agar saya
sebagai penulis dapat membuat makalah lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Denpasar, 7 Oktober 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI ..................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN:

1.1. Latar Belakang.............................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah.......................................................................... 2

1.3. Tujuan Pembahasan.......................……......................................... 2

BAB II PEMBAHASAN:

2.1. Pengertian Pelanggaran HAM dan Aborsi......................................... 3

2.2. Hubungan Aborsi dengan Tindakan Pelanggaran HAM…………………... 4

2.3. Faktor Penyebab Seseorang Melakukan Aborsi………………………......... 5

2.4. Pandangan Hukum Tentang Tindak Aborsi........................................ 6

BAB III PENUTUP:

3.1. Kesimpulan................................................................................... 9

3.2. Saran………………………………………………………………………………………... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang


Di Indonesia, akhir-akhir ini tuntutan hukum terhadaptenaga kesehatan dengan dakwaan
melakukan malpraktek makin meningkat dimana-mana, termasuk di negara kita. Ini
menunjukkan adanya peningkatan kesadaran hukum masyarakat, dimana masyarakat lebih
menyadari akan haknya. Disisi lain para tenaga kesehatan dituntut untuk melaksanakan
kewajiban dan tugas profesinya dan dengan lebih hati-hati dan penuh tanggung
jawab. Seorang tenaga kesehatan hendaknya dapat menegakkan diagnosis dengan benar sesuai
dengan prosedur, memberikan terapi dan melakukan tindakan medik sesuai dengan standar
pelayanan medik dan tindakan itu memang wajar dan diperlukan.
Meski pengguguran kandungan (aborsi) dilarang oleh hukum, tetapi kenyataannya terdapat
2,3 juta perempuan melakukan aborsi (Kompas, 3 Maret 2000). Masalahnya tiap perempuan
mempunyai alasan tersendiri untuk melakukan aborsi dan hukumpun terlihat tidak akomodatif
terhadap alasan-alasan tersebut, misalnya dalam masalah kehamilan paksa akibat perkosaan atau
bentuk kekerasan lain termasuk kegagalan KB. Larangan aborsi berakibat pada banyaknya
terjadi aborsi tidak aman (unsafe abortion), yang mengakibatkan kematian.
Aborsi memang erat kaitanya dengan hak asasi manusia, disatu sisi dikatakan bahwa setiap
wanita berhak atas tubuh dan dirinya dan berhak untuk menjalani kehidupan reproduksi dan
kehidupan seksual yang sehat, aman, serta bebas dari paksaan. Namum, disatu sisi lagi janin
yang ada dalam kandungan juga berhak untuk terus hidup dan berkembang. Dua hal tersebut
memang saling bertentangan satu sama lain karena menyangkut dua kehidupan. Jika aborsi yang
dilakukan adalah aborsi krminalis tentu saja hal tersebut sangat bertentangan dengan hak asasi
manusia. Dalam Undang-Undang HAM juga diatur mengenai perlindungan anak sejak dari janin
karena sekalipun seorang ibu mempunyai hak atas tubuhnya sendiri tetapi tetap saja harus kita
ingat bahwa hak asasi yang dimiliki setiap orang tetap dibatasi oleh Undang-Undang. Tetapi
ketika seorang ibu harus menggugurkan kandungannya dengan indikasi kedaruratan medis yang
dideteksi dapat mengancam nyawa ibu atau janin, secara hak sasai manusia dapat dibenarkan
karena si ibu tersebut juga punya hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya.

1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengambil beberapa rumusan
masalah diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian pelanggaran ham dan aborsi?
2. Apa hubungan aborsi dengan tindakan pelanggaran ham?
3. Apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan aborsi?
4. Bagaimana pandangan hukum dan ham tentang tindakan aborsi yang dilakukan
seseorang?

1.3. TUJUAN PEMBAHASAN


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pelanggaran ham dan aborsi.
2. Mengidentifikasi hubungan aborsi dengan pelanggaran ham.
3. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan aborsi.
4. Memahami dan mengetahui tindakan aborsi jika dilihat dari sudut pandang Hukum dan
HAM.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pelanggaran HAM dan Aborsi


1. Pelanggaran HAM
Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan pelanggaran
hak asasi manusia adalah  setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk
aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum
mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang
atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran HAM
adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orng termasuk aparat negara baik
disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan
atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan, atau dikhawatirksn tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran
kemanusiaan baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau institusi
lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan
rasional yang menjadi pijakannya.

2. Aborsi
Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya kehamilan
sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin.
Dalam ilmu kedokteran, istilah-istilah ini digunakan untuk membedakan aborsi:
 Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan
atau sebab-sebab alami.
 Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja.
Termasuk di dalamnya adalah:

3
₋ Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut
mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, kadang-kadang dilakukan
sesudah pemerkosaan.
₋ Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat.
₋ Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.
Dalam bahasa sehari-hari, istilah "keguguran" biasanya digunakan untuk
spontaneous abortion, sementara "aborsi" digunakan untuk induced abortion.

2.2. Hubungan Aborsi dengan Tindakan Pelanggaran HAM


Aborsi adalah suatu kegiatan yang dilakukan guna menghilangkan nyawa janin di
dalam kandungan atau dari segi medis menyebutnya dengan istilah abortus. Sebenarnya
aborsi bisa dilakukan atau boleh bagi pasangan yang sah, bila terdapat hal-hal yang bisa
merugikan Ibu dari janin tersebut. Namun, seiring zaman, pelanggaran abrtus banyak
dilakukan oleh para remaja kita dan sekali lagi, dilakukan di luar nikah. Ada penelitian
sebanyak 30 persen remaja wanita pernah melakukan abortus, karena faktor hubungan seks
bebas dengan pergaulan buruk. Hal  itu terjadi karena kondisi lingkungan, yang membuat
mereka tertekan dan melakukan abortus. Kondisi lingkungan yang dimaksud, seperti Kota
Bima yang religius, akan sangat menjadi aib bagi mereka yang diketahui mengandung tanpa
suami. Lain halnya dengan dunia Barat, atau negara-negara yang minoritas Muslim, akan
sangat biasa lingkungannya menerima, perempuan yang hamil tanpa suami.
Kaitannya dengan Hak Asasi Manusia (HAM) adalah karena menurut Cobot dan Kahl
bahwa HAM adalah suatu sosiologi yang konkret karena meneliti situasi kehidupan,
khususnya masalah interaksi dengan pengaruh dan psikologisnya. Jadi, interaksi
mengakibatkan dan menghasilkan penyesuaian diri secara timbal balik yang mencakup
kecakapan dalam penyesuaian dengan situasi baru. H. Bonner dalam bukunya berpendapat,
bahwa HAM adalah interaksi atau hubungan antara dua atau lebih individu manusia dan
perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki perilaku individu
lain atau sebaliknya. Satu di antara bentuk HAM adalah hak untuk hidup atau
memertahankan kehidupan, karena itulah sejak dalam kandungan, bayi sudah memiliki
HAM. Karena itu jika seseorang menggugurkan kandungannya atau aborsi, dia dapat
dituntut secara hukum. Dalam Pancasila, telah disebutkan dengan jelas dalam sila kedua,

4
yakni Kemanusian yang Adil dan Beradab. Mengakui dan memerlakukan manusia sesuai
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Mahaesa.
Dalam Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia juga sebenarnya
telah dimuat perlindungan terhadap hak janin. Dalam Pasal 53 dikatakan bahwa setiap anak
sejak dalam kandungan, berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan
taraf kehidupannya. Anak dalam kandungan yang dimaksud adalah janin yang nantinya akan
tumbuh menjadi anak dan berkembang selayaknya manusia. Janin merupakan awal
kehidupan yang harus dihormati oleh setiap manusia dan dijaga karena janin nantinya akan
tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang kelak juga akan menghasilkan hal yang
sama. Jadi berapapun usia janin, berapapun dikatakan usia awal kehidupan janin, janin harus
tetap dipertahan hidup sepanjang tidak membahayakan kondisi sang ibu dan memang dapat
terlahir kedunia tanpa mengancam nyawa ibu dan janin. Dalam Deklarasi Hak-hak Asasi
Manusia (PBB) disebutkan, ”Martabat yang tertera dalam pribadi manusia dan hak-hak yang
sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia menjadi dasar kemerdekaan,
keadilan, dan perdamaian di dunia.” Kita juga tegas mengakui martabat dan hak asasi
manusia ini. Mengingat janin adalah manusia, maka ia memiliki martabat dan
mengembangkan hak-hak asasi yang sama dengan kita, terutama hak untuk hidup.
Menyerang janin dengan aborsi berarti menyerang martabat yang melekat pada kemanusiaan
sesama. Kita tidak bisa tinggal diam saat martabat sesama dirampas orang lain. Kita harus
menjadi suara bagi janin yang belum dapat bersuara.

2.3. Faktor-faktor yang Menyebabkan Seseorang Melakukan Aborsi


1) Gaya hidup seks bebas
Di masa sekarang ini hamil di luar nikah sering terjadi. Hal ini dikarenakan anak-
anak muda jaman sekarang banyak yang menganut gaya hidup seks bebas. Pada awalnya
para anak muda tersebut hanya berpacaran biasa, akan tetapi setelah cukup lama
berpacaran mereka melakukan hubungan seksual. Ketika hubungan mereka
membuahkan janin dalam kandungan, timbul masalah karena mereka belum menikah
dan kebanyakan masih harus menyelesaikan sekolah atau kuliahnya.
2) Penyalahgunaan Perkembangan IPTEK

5
Semakin berkembanganya kecanggihan teknologi, semua yang ada di dunia dapat
diakses dengan mudah sekali. Pada saat inilah remaja yang masih dalam keadaan labil
mulai mencicipinya. Banyaknya masalah tentang gaya hidup seks bebas dipicu dengan
adanya media-media baik berupa tulisan, gambar, dan video. Remaja yang memiliki rasa
penasaran tinggi maka akan mudah melakukan tindakan-tindakan yang seharusnya tidak
mereka lakukan seperti melakukan seks bebas dan cara menanggulangi akibat dari seks
bebas tersebut yakni aborsi.
3) Rasa takut dan malu
Ditambah adanya rasa takut ketahuan dan rasa malu apabila masalah kehamilan
itu ketahuan oleh orang tua dan orang lain, maka ditempuh aborsi untuk menghilangkan
janin yang tidak dikehendaki tersebut. Namun tidak jarang pula ada yang melakukan
pernikahan secepatnya agar janin yang dikandung tersebut mempunyai ayah. Perkawinan
ini dalam istilah anak muda dikenal dengan nama MBA (Married By Accident) atau
nikah setelah hamil dahulu. Di dalam sistem hukum Indonesia, perbuatan aborsi dilarang
dilakukan. Bahkan perbuatan aborsi dikategorikan sebagai tindak pidana sehingga
kepada pelaku dan orang yang membantu melakukannya dikenai hukuman. Akan tetapi
walaupun sebagian besar rakyat Indonesia sudah mengetahui ketentuan tersebut, masih
banyak juga perempuan yang melakukan aborsi. Hal ini dapat diketahui dari data-data
yang diajukan oleh para peneliti tentang jumlah aborsi yang terjadi di Indonesia.

2.4. Pandangan Hukum tentang Tindakan Aborsi


1. Abortus Buatan Legal
Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang
dibenarkan oleh undang-undang. Populer juga disebut dengan abortus provocatus
therapeticus, karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya adalah untuk
menyelamatkan nyawa ibu. Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan: Pada penjelasan
UU Nomor 23 tahun 1992 pasal 15 dinyatakan sebagai berikut: Ayat (1): Tindakan
medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena
bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma

6
kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa
ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu.
Ayat (2) :
(a) Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil
tindakan medis tertentu sebab tanpa tindakan medis tertentu itu, ibu hamil dan
janinnya terancam bahaya maut.
(b) Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga yang
memiliki keahlian dan wewenang untuk melakukannya yaitu seorang dokter ahli
kandungan seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan.
(c) Hak utama untuk memberikan persetujuan ada ibu hamil yang bersangkutan kecuali
dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya ,dapat
diminta dari semua atau keluarganya.
(d) Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan
peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan ditunjuk oleh pemerintah.

Ayat (3): Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanan dari pasal ini dijabarkan
antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau
janinnya,tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan wewenang bentuk persetujuan,
sarana kesehatan yang ditunjuk.

2. Abortus Provocatus Criminalis (Abortus Buatan Ilegal)


Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan atau
menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak
memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Abortus
golongan ini sering juga disebut dengan abortus provocatus criminalis karena di
dalamnya mengandung unsur kriminal atau kejahatan. Beberapa pasal yang mengatur
abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP): Pasal 299,
Pasal 346, Pasal 347, Pasal 348, Pasal 349, dan Pasal 535.
Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan:
1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang
lain, diancam hukuman empat tahun.

7
2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa
persetujuan ibu hamil tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu
mati diancam 15 tahun
3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan
bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara.
4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang
dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah
sepertiganya dan hak untuk praktek dapat dicabut.
Meskipun dalam KUHP tidak terdapat satu pasal pun yang memperbolehkan
seorang dokter melakukan abortus atas indikasi medik, sekalipun untuk menyelamatkan
jiwa ibu, dalam prakteknya dokter yang melakukannya tidak dihukum bila ia dapat
mengemukakan alasan yang kuat dan alasan tersebut diterima oleh hakim (Pasal 48).
Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 80: Barang siapa dengan
sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

8
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
   

Setiap insan manusia mempunyai hak-hak yang sama dan mutlak yang menjadi dasar
kemerdekaan, keadilan, dan perdamaian di dunia. Mengingat janin adalah manusia, maka ia
memiliki martabat dan mengembangkan hak-hak asasi yang sama dengan kita, terutama hak
untuk hidup. Menyerang janin dengan aborsi berarti menyerang martabat yang melekat pada
kemanusiaan sesama. Penggunaan aborsi secara ilegal banyak dilakukan oleh remaja. Faktor
yang menjadi penyebab aborsi di Indonesia adalah munculnya rasa takut dan malu karena
adanya kehamilan di luar nikah yang diakibatkan adanya seks bebas. Memberi pengetahuan
mengenai beresikonya melakukan seks pra nikah atau sex bebas adalah salah satu metode
paling tepat untuk menurunkan resiko kehamilan di luar nikah dan aborsi. Di Indonesia,
aborsi dianggap ilegal kecuali atas alasan medis untuk menyelamatkan nyawa sang ibu.
Beberapa pasal yang mengatur aborsi terdapat dalam UU Nomor 23 tahun 1992 pasal 15 dan
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP): Pasal 299, Pasal 346, Pasal 347, Pasal 348,
Pasal 349, dan Pasal 535.

3.2. Saran
Indonesia merupakan negara yang tidak menyetujui adanya tindakan aborsi. Oleh
karena itu, untuk mengurangi penyalahgunaan tindakan aborsi maka masyarakat terutama
remaja harus bisa menggunakan perkembangan iptek sebaik-baiknya, pihak keluarga yang
harusnya memperhatikan perkembangan seorang anak, sekolah juga berperan dalam
melakukan sosialisasi, dan menindak tegas oknum – oknum yang menjalankan praktek
untuk aborsi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bowo. 2015. Hak Asasi Manusia.


https://www.academia.edu/8154822/A_._Pengertian_Pelanggaran_Hak_Asasi_Manusia
Budisma. 2012. Penelitian Aborsi di Indonesia.
http://artikelhukum88.blogspot.co.id/2012/10/artikel-penelitian-kasus-aborsi.html

Febrina. 2010. Unwanted Pregnancy dan Aborsi.

http://bidanshop.blogspot.co.id/2010/04/unwanted-pregnancy-dan-aborsi.html

Murtini. 2011. Aborsi dan HAM.


http://murtini-tini.blog.ugm.ac.id/2011/10/26/aborsi-dan-ham/
Pratiwi. 2014.Angka Aborsi Meningkat di Perkotaan.
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20141029111311-12-8642/tercatat-angka-
aborsi-meningkat-di-perkotaan/
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
https://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan
Yuzz. 2015. Aborsi di Lihat dari Berbagai Sudut Pandang: Hukum dan Agama..
http://www.kompasiana.com/janewinarni/pengambilan-keputusan-etis-tentang-kasus-
abortus-dalam-medis-hukum-dan-agama_550060c6a33311-5d6f510c83

10

Anda mungkin juga menyukai