Anda di halaman 1dari 2

Hukum Rimba

Indonesia adalah negara hukum dimana semua kegiatan yang ada didalam nya diatur jelas
dalam aturan yang bernama undang-undang. “Negara Indonesia adalah negara hukum”
demikian bunyi Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945 setelah diamandemen ketiga disahkan 10
November 2001. Tapi pertanyaan nya adalah apakah hukum di Indonesia yang dibuat oleh
para penguasa adalah untuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia atau keadilan
sosial bagi seluruh rakyat kelas atas dimana mereka tertawa kencang atas penderitaan
rakyat nya yang banting tulang hanya untuk sesuap nasi?

Secara prinsip hukum diciptakan untuk memberikan kepercayaan kepada masyarakat


(manusia) terhadap kepentingan yang berbeda dimiliki manusia satu dengan manusia lain
dengan tujuan kesejahteraan, hal ini sangat bertolak belakan dengan fakta yang terjadi
dalam pelaksanaan hukum yang ada di Indonesia. Keadilan merupakan salah satu tujuan
hukum yang paling di bicarakan dan di gembor-gemborkan sepanjang perjalanan sejarah
filsafat hukum, hal yang paling fundamental ketika membicarakan hukum tidak terlepas
dengan keadilan. Sejauh ini, hukum tidak saja dijalankan sebagai rutinitas belaka tetapi juga
dipermainkan seperti barang dagangan.Hukum yang seharusnya sebagai alat pembaharuan
masyarakat, telah berubah menjadi semacam mesin pembunuh karena didorong oleh
perangkat hukum yang morat marit. Praktik penyelewengan dalam proses penegakkan
hukum seperti mafia hukum peradilan, peradilan yang diskriminatif atau rekayasa proses
peradilan merupakan realitas yang gampang ditemui dalam penegakkan hukum di
Indonesia.

Yap, hukum rimba atau hukum hutan dimana para predator yang gila akan kekuasaan
memangsa yang ada dibawahnya. Begitulah gambaran hukum yang ada di Indonesia
dimana hukum tajam kebawah dan tumpul keatas. Ambil contoh kasus Nenek Asyani atau
Bu Muaris didakwa mencuri kayu jati milik Perhutani, nenek yang berusia 63 tahun itu
didakwa dengan Pasal 12 Juncto Pasal 83 Ayat 1d UU Nomor 18 Tahun 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Pengrusakan Hutan yang menurut jaksa penuntut,
terdakwa secara sengaja memuat, membongkar mengeluarkan, mengangkut, menguasai,
dan/atau memiliki hasil penebangan di kawasan hutan tanpa izin. Dalam sidang yang tidak
dihadiri terdakwa, terdakwa dinyatakan secara sah dan meyakinkan terbukti melakukan
tindak pidana 1 tahun penjara dengan masa percobaan 18 bulan serta denda Rp 500 juta
subsider 1 hari kurungan penjara. Sangat tidak adil bukan? Seorang nenek tua renta yang
mengambil kayu 7 gelondongan dan dipenjara 1 tahun yang mana jika dibandingkan
dengan kasus para penguasa yang korupsi milyaran rupiah, kita ambil kasus terhadap Ketua
DPRD Bengkalis, Heru Wahyudi. Ia dituntut oleh jaksa penuntut umum dengan pidana
penjara delapan tahun enam bulan dan denda RP 500 juta subsider 6 bulan kurungan
penjara, jaksa juga menuntut untuk membayar uang pengganti Rp 385 juta dengan catatan
jika Heru tidak membayar uang pengganti tersebut satu bulan vonis berkekuatan hukum
tetap, maka harta benda nya disita untuk dilelang untuk menutupi uang pengganti, jika
masih kurang atau tidak cukup maka dipidana dengan penjara empat tahun enam bulan.
Dana bansos yang dikucurkan Rp 230 miliar, adapun praktek bancakan korupsi berjamaah
dana bansos itu telah merugikan negara Rp 31 miliar itu. Namun vonis dari hakim sangat
bertolak belakang dengan tuntutan jaksa penuntut umum, ia divonis 18 bulan kurungan
penjara serta denda Rp 50 juta subsider 2 bulan penjara dan juga diwajibkan membayar
uang pengganti Rp 15 juta.
Jika dibandingkan sangat tidak adil bukan? Nenek Asyani yang hanya mencuri 7
gelondongan kayu dengan hukuman penjara 1 tahun sedangkan ketua DPRD yang korupsi
miliaran hanya dihukum 18 Bulan atau satu tahun setengah, lantas dimanakah bentuk
keadilan di negeri ini? Bukankah seharusnya perbedaan yang besar dalam tindak pidana
harus bersisian dengan perbedaan hukuman atas pidana nya? Dapat dikatakan dalam
proses pengadilan di Indonesia Keadilan masih sukar ditemukan maka dari itu kita sebagai
masyakat Indonesia harus turut serta memantau jalan nya hukum di Indonesia dan tidak
melakukan tindakan yang dapat dipidanakan guna menghindari adanya ketidakadilan baik
itu dalam proses pengadilan maupun lainnya yang dapat menimbukan perpecahan dalam
bermasyakat. Kita sama sama menghapus apa itu yang namanya hukum rimba di Indonesia.
Salam Keadilan.

Sumber:
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/tedaypramudia/5c775788aeebe
15c304fe44c/bagaimana-kondisi-hukum-dan-penegakan-hukum-di-indonesia
https://www.google.com/amp/s/nasional.tempo.co/amp/656564/diduga-mencuri-kayu-
nenek-asyani-dituntut-1-tahun-penjara
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/novitarizky/ketika-hukum-
tumpul-ke-atas-dan-tajam-ke-bawah_55546ae76523bda41d4aef5d
https://m.liputan6.com/regional/read/2974957/kasus-korupsi-rp-31-m-ketua-dprd-bengkalis-
divonis-15-tahun-bui

Anda mungkin juga menyukai