Anda di halaman 1dari 2

Nama : Hananto Setyo Nugroho Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

NIM : 160710101473 Dosen : Dra.Tutik Patmiati


Kelas : C

Soal :
Jelaskan cara penafsiran hukum secara sosiologis, historis, analogis, dan sistematis. Serta berikan
contoh penerapannya!

Jawab :

Penafasiran Sosiologis
Penafsiran sosiologis adalah penafsiran hukum yang didasarkan atas situasi dan kondisi
yang dihadapi dengan tujuan untuk sedapat mungkin berusaha untuk menyelaraskan
peraturan-peraturan hukum yang sudah ada dengan bidang pengaturannya berikut segala
masalah dan persoalan yang berkaitan di dalamnya, yang pada dasarnya merupakan
masalah baru bagi penerapan peraturan hukum yang bersangkutan.

Contoh :
Didaerah suku Dayak di Kalimantan, tanah dapat dimiliki oleh setiap orang dan harus
dijaga/dirawat layaknya menjaga seorang ibu.Dalam hal ini hakim harus menserasikan
pandangan sosial kemasyarakatannya dengan undang-undang No. 5 tahun 1960 tentang
Pokok-pokok Agraria.

Penafsiran Historis
Penafsiran Historis adalah meneliti sejarah dari Undang-Undang yang bersangkutan,
dengan demikian hakim akan mengetahui maksud pembuatannya. Penafsiran historis
dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Sejarah hukum, konteks, perkembangan yang telah lalu dari hukum tertentu seperti
KUHP, BW, hukum romawi dll.
b. Sejarah Undang-Undang, yaitu penelitian terhadap pembentukan Undang-Undang
tersebut, seperti ketentuan denda dalam KUHP pidana, sekarang dikalikan lima belas
mendekati harga-harga pada waktu KUHP Pidana itu dibentuk

Contoh :
Seseorang yang melanggar hukum didenda sebesar Rp. 500,- maka denda sebesar itu jika
diterapkan pada zaman sekarang jelas tidak sesuai, oleh karena itu harus ditafsirkan
sesuai dengan keadaan harga yang sekarang ini.
Penafsiran Analogis
Penafsiran analogis merupakan penafsiran yang memberikan tafsiran pada peraturan
hukum dengan mengibaratkan atau memberi kias pada kata-kata tersebut sesuai dengan
hukumnya, sehingga suatu peristiwa yang sebenarnya tidak dimasukkan, lalu dianggap
sesuai dengan peraturan tersebut.

Contoh :
Ketentuan pasal dalam BW tentang penjualan yang tidak meniadakan sewa.
Dengan analogi, "penjualan" diperluas menjadi segala macam peralihan hak,
misalnya, pemberian, hadiah, dan hibah.
Pasal 1756 KUH Perdata alinea ke-2 tentang mata uang juga diartikan uang
kertas.

Penafsiran Sistematis
Penafsiran sistematis adalah suatu penafsiran yang menghubungkan pasal yang satu
dengan pasal-pasal yang lain dalam suatu perundang-undangan yang bersangkutan atau
pada perundang-undangan hukum lainnya,atau membaca penjelasan suatu perundang
undangan,sehingga kita mengerti apa yang di maksud

Contoh :
Jika ingin mengetahui tentang sifat pengakuan anak yang dilahirkan di luar perkawinan
oleh orang tuanya, maka tidak cukup hanya dengan mencari ketentuan-ketentuan dalam
BW saja, tetapi harus dihubungkan juga dengan pasal 278 KUH Pidana yang berbunyi :

Barang siapa mengakui seorang anak sebagai anaknya menurut peraturan Kitab Undang-
undang Hukum Perdata, padahal diketahuinya bahwa dia bukan bapak dari anak tersebut,
diancam karena melakukan pengakuan anak palsu dengan pidana penjara paling lama tiga
tahun.

Anda mungkin juga menyukai