Anda di halaman 1dari 15

SISTEM HUKUM BERDASARKAN PERADABAN YUNANI

RESUME BUKU SEJARAH HUKUM KARANGAN MUNIR FUADY

Disusun guna memenuhi tugas ujian tengah semester mata kuliah Sejarah Hukum

Dosen Pengampu: DR. H. Sobari, SH., M.Si.,

Oleh
Kelompok 5
1. Aep Saepuloh 82339190015
2. Ari Faturohman 82337190014
3. Anjar Asmara 82339190021
4. Budi Setiaman 82339190013
5. Maulana Hasanudin 82339190011
6. Samsudin Djaki 82337190017
7. Tintin Marliah 82339190009
8. Yussana 82339190010

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

PASCASARJANA UNIVERSITAS GALUH CIAMIS

2019

Sejarah Hukum: Sistem Hukum Peradaban Yunani 16


SISTEM HUKUM BERDASARKAN PERADABAN YUNANI

A. Peta Sejarah Hukum Yunani


Sebagaimana diketahui, bahwa Yunani terdapat beberapa negara kota dengan hukum

yang berbeda-beda, akan tetapi kota Athena menjadi yang paling maju dan sering menjadi

kiblat dari sistem hukumYunani. Apabila ditelusuri lebih jauh, hukum Yunani sangat banyak

dipengaruhi oleh hukum yahudi (dari Nabi Musa), berakar dari sistem hukum Babilonia,

bahkan sistem hukum Sumeria (hukum dan ajaran Nabi Ibrahim). Misalnya, hukum yang

berkenaan dengan perdagangan di Yunani, pada prinsipnya merupakan kebiasaan dari dunia

barat yang diperkenalkan oleh bangsa Phoenician, yang berasal dari hukum Babilonia.

Yunani klasik terkenal dengan para ahli pikirnya, seperti Socrates (469-399 SM), Plato (427-

347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM), tetapi tidak banyak mengembangkan teori hukum

sebagaimana yang dilakukan oleh bangsa Romawi.


Para ahli pikir Yunani banyak mengembangkan pemikirannya di bidang politik dan

kenegaraan, serta menghasilkan berbagai teori yang masih diberlakukan sampai saat ini.

Mereka sudah mengenal dan mempraktikan sistem demokrasi yang baik di saat bangsa-

bangsa lain masih mengembangkan sistem kekuasaan yang feodal, aristokratis dan mistis.

Peradaban Yunani yang maju berpengaruh terhadap peradaban dunia yang maju sampai saat

ini. Namun demikian, sejarah hukum juga menunjukkan bahwa karena sektor hukum tidak

begitu dikembangkan pada zaman Yunani, maka hamper tidak terdengar nama ahli hukum

besar atau kitab undang-undang yang komprehensif. Sejarah hanya meninggalkan beberapa

undang-undang saja di Yunani, seperti Undang-Undang Draco (621 SM), Undang-Undang

Solon (594 SM) yang disusun di bawah pengaruh Mesir, Undang-Undang Dura (dekat

dengan Eufrat sekarang) yang berlaku sekitar abad ke-4 masehi dan Undang-Undang Gortyn

Sejarah Hukum: Sistem Hukum Peradaban Yunani 16


(450-460 SM) yang sebagian isinya dapat terbaca sampai sekarang. Peninggalan Yunani

tersebut berbeda jauh dengan peninggalan perundang-undangan dan dokumentasi hukum dari

Mesir atau Babilonia, yang sangat banyak jumlahnya dan dapat terbaca sampai sekarang.
Sebagaimana diketahui, sistem peradilan Yunani memakai sistem juri, sehingga

kelihaiam berorasi para advokat di depan pengadilan sangat diperlukan dalam rangka

meyakinkan para juri yang bukan ahli hukum dan umumnya tidak pernah belajar hukum

tersebut. Di samping sistem juri, sistem pemeriksaan saksi melalui proses eksaminasi silang

(cross examination) sudah dikenal di zaman Yunani, seperti yang pernah dipraktikkan dalam

pengadilan Socrates.
Bangsa Yunani, yang dalam sejarah telah menghasilkan banyak filsug besar,

merupakan ras aria yang mendiami dataran eropa. Sebenarnya, ras aria yang mendiami

daratan eropa tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu:


1. Kelompok utara, yang terdiri atas ras Teutons dan ras Slavs;
2. Kelompok selatan, yang terdiri atas ras latin, ras Yunani (Greeks) dan ras Celts.

Tahapan perkembangan hukum Yunani, yaitu sebagai berikut:


a. Tahap Pertama
Hukum berasal dari titah raja, kebiasaan dan kebijaksanaan menjadi dasar

bagi raja untuk menentukan hukum ataupun atas suruhan atau pengarahan dari

tuhan atau dewa-dewa.


b. Tahap Kedua
Hukum yang bersifat oligarchis, seperti yang terjadi di Athena, merupakan

ilustrasi yang representatif. Raja dikelilingi oleh dewan raja yang berisi orang-

orang tua, di mana ketika keluarga raja tidak mampu mengatur sendiri

kerjaannya, maka dewan raja akan lebih berkuasa, termasuk dalam bidang hukum

dan peradilan. Para dewan raja ini, bersama dengan keturunan-keturunannya,

kemudian menjadi semacam golongan bangsawan yang cenderung kejam dan

menindas rakyat jelata.


c. Tahap Ketiga

Sejarah Hukum: Sistem Hukum Peradaban Yunani 16


Hukum ditulis dalam undang-undang, kodifikasi dan konstitusi. Dalam hal

ini, akibat kesemena-menaan penegak hukum yang berasal dari kaum bangsawan

tersebut, rakyat bersama dengan kaum bangsawan yang tidak puas memaksa agar

hukum ditulis dalam berbagai dokumen, berupa undang-undang, kodifikasi dan

kosntitusi yang mesti dibaca oleh rakyat. Karena itulah, muncul beberapa

konstitusi di Yunani, antara lain; Konstitusi Crete, Konstitusi Athena dan

Konstitusi Sparta. Salah satu konstitusi Yunani yang bersifat demokratis yaitu

konstitusi Athena, dimana hak-hak individu dan rakyat sudah diakui secara tegas,

selain itu konstitusi Athena menunjukkan sebagai hukum yang beragam (legal

pluralism), sedangkan kosntitusi Crete merupakan konstituis yang tidak asli

Yunani dan konstitusi Sparta merupakan kosntitusi yang sekuler.


Meskipun Yunani terdiri atas beragam suku bangsa dan ras, bahkan terdiri atas

banyak negara kota, tetapi orang Yunani memiliki persamaan kebudayaan, cara berpikir dan

mitologis yang kuat. Konsepsi mitologi yang diyakini ialah Dewi Keadilan yang disebut

dengan Themis bersuamikan Dewa Zeus, yang mempunyai dua anak perempuan yaitu Dike

(dewi moralitas dan hukum suci) dan Eunomia (dewi hukum dan ketertiban). Namun

demikian, seperti yang terjadi pada sistem hukum Romawi, meskipun sistem hukum Yunani

berkonsepkan ketuhanan, tetapi dalam perkembangannya meninggalkan konsep ketuhanan

dan mulai menggunakan akal serta logika sehingga menjadi hukum yang sekuler. Hanya

saja, karakter dari hukum Yunani lebih berlandaskan pada pemikiran yang abstrak, filsafat

dan spekulatif (mirip dengan sistem hukum Cina, perbedaannya sistem hukum Cina sudah

sekuler dari awal), sedangkan sistem hukum Romawi menitikberatkan terhadap pemikiran

yang konkret, praktis dan pragmatis.

Sejarah Hukum: Sistem Hukum Peradaban Yunani 16


Sistem hukum Yunani memiliki berbagai keunggulan. Sistem demokrasi menjadi

keunggulan yang utama daris sistem hukum Yunani, dimana hal tersebut menjadi sistem

hukum pertama yang memiliki karakter demokratis yang tertuang dalam catatan sejarah

hukum dan berkembang hampir ke seluruh pelosok dunia.


Konsep keadilan yang bernuansa demokratis telah dikembangkan sejak tahun 1200

SM.1 Selain itu, perkembangan filsafat hukum sangat doominan dalam sistem hukum

Yunani, hal ini yang membedakan dengan sistem hukum Romawi dimana filsafat tidak

berkembang. Karena kaidah hukum positif tidak berkembang di Yunani, maka tidak banyak

undang-undang ditemukan, bahkan tidak ada yang berbentuk kitab hukum undang-undang.

Sistem pengadilan pun tidak berkembang di Yunani. Waktu itu, perbuatan mengadili perkara

dilakukan oleh ratusan warga negara Yunani yang disebut Diskarteries. Seseorang hanya

boleh mewakili dua orang klien untuk seumur hidupnya. Karena itu, profesi hakim maupun

profesi advokat tidak begitu berkembang di Yunani.


Tidak berkembangnya hukum dalam sejarah Yunani, bukanlah karena orang Yunani

tidak pandai dalam membuat hukum dan tidak pula berarti orang-orang Yunani tidak

meninggalkan undang-undang tertulis. Seperti yang telah disebutkan, dalam catatan sejarah

hukum Yunani tertuang beberapa undang-undang yang mereka tinggalkan untuk generasi

selanjutnya. Di samping itu, selain ahli hukum legendaris di zaman Yunani klasik yaitu

Minos, Yunani juga menempatkan beberapa ahli hukum dalam sejarahnya yang tersebar di

berbagai negara kota, antara lain:


1. Lycurcus dari Sparta;
2. Diocles dari Dorian;
3. Aristides dari Ceos;
4. Solon dari Athena.
Tidak dikenalnya hukum Yunani dalam sejarah sebenarnya lebih disebabkan oleh

faktor-faktor sebagai berikut:

1
Lihat ketentuan Homer, yang ditulis pada pelindung diri (tameng besi) yang dibuat oleh Hephaestos
untuk Achilles dalam perang Trojan.

Sejarah Hukum: Sistem Hukum Peradaban Yunani 16


1. Perkembangan sektor hukum di Yunani kalah jauh dari pemikiran tentang filsafat,

sehingga perkembangan filsafat yang dikenal dalam sejarah Yunani membayang-

bayangi perkembangan hukumnya.


2. Tidak seperti di Mesir, Romawi, Babilonia, atau Cina yang merupakan negara

teramat besar dan luas sehingga memerlukan hukum yang kuat untuk

mempersatukannya, Yunani terdiri atas negara-negara kecil yang independen satu

sama lain yang merupakan negara-negara kota, seperti Sparta, Athena, dan lain-

lain.
Hukum dalam bahasa Yunani kuno disebut “nomos” atau dalam bentuk jamaknya

disebut “nomoi”. Berbeda dengan pengertian hukum bangsa-bangsa lain, kala itu Yunani

tidak mengartikan hukum sebagai bentuk kehendak ilahi, karenanya hukum tidak berasal

dari tuhan pecipta alam. Istilah “nomoi”2 di Yunani dianggap merupakan batas-batas

seseorang boleh bertindak yang tidak merugikan orang lain. Tujuannya agar tercapai

keadilan, kebenaran, keserasian, keindahan dan nilai-nilai yang lain. Jadi, hukum di Yunani

sama sekali tidak ada hubungannya dengan tuhan.


Para filsuf Yunani, seperti Socrates, Plato dan Aristoteles, banyak berpikir dan

merenung mengenai filsafat, politik dan kenegaraan, tetapi mengarahkan perhatiannya

kepada sektor hukum (an sich). Karena itu, tidak menemukan pemikiran mereka yang

komprehensif tentang hukum, meskipun mereka di sana-sini juga menyebut “nomoi” yang

berarti hukum atau undang-undang itu.


Karena itu pula, di zaman Yunani, hukum publik lebih berkembang ketimbang

hukum perdata, satu hal yang bertolak belakang dengan perkembangan hukum Romawi

tidak lama setelah itu. Dengan kata lain, berbeda dengan sistem hukum Romawi yang

menggunakan pendekatan yang induktif (mulai dari hal-hal yang konkret), sistem hukum

2
Istilah “nomoi” sudah ditemukan dalam tulisan seorang penyair yang bernama Pindaros (abad ke-5 SM).
Bahkan dalam orasinya terhadap Timokretes, Demosthenes telah menguraikan bahwa sebuah nomos harus diusulkan
dan disetujui (oleh rakyat).

Sejarah Hukum: Sistem Hukum Peradaban Yunani 16


Yunani justru menggunakan pendekatan yang deduktif (dimulai teori-teori yang abstrak).

Akan tetapi, ketika hukum Romawi sudah mapan perkembangannya, mereka juga ternyata

menggunakan pendekatan deduktif.


Agar dapat bertahan (survive) sebagai suatu bangsa dan komunitas masyarakat,

tentunya bangsa Yunani juga memerlukan hukum-hukum di bidang lain selain hukum

kenegaraan, utamanya yang dibutuhkan adalah hukum perdata dan pidana. Ketentuan hukum

perdata dalam kitab undang-undang Gortyn sudah relatif bagus pada saat itu. Hukum perdata

Yunani menyangkul konsep keluarga dalam skala kecil, terbatas pada ayah, ibu dan anak

saja. Pihak laki-laki lebih mendominasi keluarga dan anak perempuan tetap dianggap tidak

cakap melakukan perbuatan hukum. Isteri ditinggalkan suaminya wajib kawin dengan kakak

laki-laki dari suaminya (kawin ipar atau epiklerat).

B. Dokumen Hukum Peninggalan Zaman Yunani


Berbagai dokumen hukum yang ditemukan di zaman Yunani dapat kit abaca sampai

saat ini, antara lain dokumen Homerus tentang uang damai dan arbitrase. Selain itu, terdapat

pula dokumen lain yang merupakan isi pidato politik dari Demosthenes sekitar 349 SM.

Sedangkan, tentang transaksi hukum yang pernah dilakukan di zaman Yunani, berikut ini

contoh kontrak konstruksi untuk pekerjaan publik, yakni tentang pembuatan drainase dari

rawa-rawa yang dibuat tahun 300 SM di kota Eteria. Kontrak ini ditulis dalam lembpengan

marmer merupakan satu varian dari kontrak BOT (Build Operate and Transfer) versi kontrak

zaman modern, khususnya dalam bentuk BLT (Build Lease & Transfer), dimana kontrak

aslinya ditemukan pada 1860 di Athena sekarang.


Perjalanan sejarah hukum Yunani mengalami berbagai fase. Apabila dilihat dari

perjalanan sejarahnya, hukum Yunani dapat dibagi ke dalam beberapa fase sebagai berikut:
1. Periode peradaban Crete (abad XX-XV SM) dan peradaban Mykene (abad XVI-

XII SM).
2. Periode peradaban Gene (Clane dan generasi persekutuan local).

Sejarah Hukum: Sistem Hukum Peradaban Yunani 16


3. Periode Poleis (negara).
4. Periode Demokratisasi (abad VII-VI SM).
5. Periode perluasan wilayah (356-323 SM).
Peradaban Crete dan peradaban Mykene dihancurkan oleh bangsa Dorir yang

melakukan serbuan dari arah utara. Akibatnya, tidak lagi ditemukan dokumen tertulis di sana

dan sejarah pun, termasuk sejarah hukum, menjadi tidak diketahui. Selanjutnya, dalam

periode Gene, raja adalah kepala klan yang ada serta merangkap jabatan sebagai pendeta dan

hakim. Raja berkuasa dengan rasa solidaritas yang tinggi, sebagaimana dilukiskan dalam buku

Odysseia (Petualangan Odysseus) hasil karya Homerus. Pada periode Poleis, terbentuk

beberapa negara kota, dengan beraneka corak pemerintahan, tetapi umumnya bersifat

monokrasi, aristikrasi dan diktatorial.


Kemudian dalam periode demokratisasi, di banyak negara kota sudah banyak

menerapkan sistem pemerintahan yang demokratis. Athena dikenal sebagai negara kota yang

paling demokratis, karena di Athena paling banyak meninggalkan dokumen atau tulisan-

tulisan tentang hukum dan pemerintahan. Pada masa inilah diberlakukan Undang-Undang

Solon (594-593 SM) dan Undang-Undang draco (621 SM) yang sangat memposisikan

pengadilan sebagai menyelesaikan perkara, sehingga dapatmengakhiri pertikaian antar

kelompok maupun antar sesame warga.


Sedangkan periode perluasan kekuasaan Yunani, terjadi ketika pemimpin dan

panglima besar Iskandar Zulkarnain berkuasa di Macedonia (Yunani) sekitar 356-323 SM.

Penaklukan oleh Iskandar Zulkarnain sangat fantastis, sampai-sampai dapat menguasai asia

kecil, Babilonia, Persia dan lain-lain. Namun, kedigdayaan Yunani setelah penaklukan yang

mencoba memerintah secara demokratis tersebut pecah berkeping-keping menjadi berbagai

negara dengan sistem pemerintahan absolutism. Mulut raja adalah undang-undang bagi

rakyat, dimana kemudian diadopsi oleh raja-raja Romawi dan raja-raja yang memerintah di

Eropa Barat.

Sejarah Hukum: Sistem Hukum Peradaban Yunani 16


Karena orang-orang Yunani sangat gemar menggunakan akal pikiran dan suka

merenung, maka banyak renungan yang mendalam dan filosofis yang dilakukan di berbagai

bidang ilmu, termasuk renungan dalam bidang ilmu hukum. Karena itu, banyak konsep dasar

dalam bidang hukum, seperti tentang keadilan, demokratisasi, ketatanegaraan, hukum alam,

kesebandingan hukum, serta lainnya yang dikembangkan dengan cukup matang oleh filsuf

yang masih dianut oleh banyak orang.


Sistem hukum Yunani sangat berkepentingan dengan pengaturan hukum yang ketat

untuk tindak pidana pembunuhan. Hal ini untuk menjaga agar masyarakat dapat hidup aman

dan damai, tanpa manusia yang satu mengancam atau membunuh yang lain. Menurut sistem

hukum Yunani, pembunuhan manusia tidak selamanya dapat menjadi suatu tindak pidana

pembunuhan. Hukum Yunani membagi tindakan pembunuhan ke dalam tiga kategori sebagai

berikut:
(1) Pembunuhan yang dimaafkan.
(2) Pembunuhan tanpa rencana.
(3) Pembunuhan terencana.

C. Proses Peradilan di Zaman Yunani


Pengadilan zaman Yunani dilakukan di tempat yang berbeda-beda menurut

perbedaan kasus dan juga perbedaan zaman. Misalnya di Athena, pengadilan dilangsungkan

di pasar-pasar, di Angora, di lembah Areopagus (khusus untuk kasus-kasus pembunuhan), di

lembah Pnyx, dan lain-lain. Lembah Aeropagus dipilih sebagai tempat pengadilan untuk

kasus pembunuhan khususnya periode awal Yunani. Hal itu disebabkan, lembah ini terkenal

dengan legenda pembunuhan yang dilakukan oleh Orestes. Menurut legenda, Orestes

membunuh ibunya yang melakukan perzinahan sehingga Orestes dibawa ke pengadilan.

Penuntut umum memberikan tuntutan kepada Orestes bahwa tindakannya hanyalah balas

dendam. Bahkan, dewi Athena konon menyatakan bahwa jika dia harus memberikan suara

dengan voting, suaranya adalah untuk membebaskan Orestes. Akhirnya keputusan juri

Sejarah Hukum: Sistem Hukum Peradaban Yunani 16


membebaskan Orestes. Kemudian, Orestes membangun sebuah monument memorial

keadilan dan menulis kata-kata dew Athena: “Sesungguhnya pengadilan ini tidak korup dan

merupakan penjaga harta kita yang tidak pernah tidur.”


Salah satu perwujudan dari wajah demokrasi tertuang dalam bidang hukum dan

keadilan di Yunani adalah terbentuknya proses pengadilan yang diputuskan oleh perwakilan

dari masyarakat umum. Dari sinilah sebenarnya awal mula konsep pengadilan dengan sistem

juri yang sekarang banyak dianut oleh negara-negara yang punya tradisi Anglo-Saxon.

Sebuah dokumen di atas papyrus yang ditemukan di Mesir, menjelaskan sistem juri yang

berlaku pada masa Aristoteles.


Karena Yunani memakai sistem juri, seperti juga yang dipakai dalam sistem hukum

Anglo-Saxon, maka di masa itu dibutuhkan keahlian orasi dari para advokat untuk

meyakinkan para juri tentang perkara yang sedang dibelanya. Oleh karena itu, muncullah

para advokat terkenal dengan kemahirannya yang luar biasa dalam melakukan orasi di

pengadilan. Sebagian dari orasi mereka dapat terbaca sampai sekarang. Nama-nama mereka

antara lain Demosthenes, Aeschines (banyak bertindak sebagai jaksa/penuntut), Hyperides

(murid dari Demosthenes), Lysias dan lainnya.


Seperti telah disebutkan, proses peradilan di Yunani diperiksa dan diputus oleh

sebuah panel (juri) yang terdiri atas sekelompok orang. Untuk kasus-kasus biasa, sebuah

panel terdiri atas 201 orang atau 501 orang. Untuk kasus-kasus khusus, sebuah panel bias

terdiri atas 1000 orang, 1500 orang, bahkan bias terdiri atas 2500 orang. Dalam kasus

Socrates misalnya, terjadi pada 400 SM, panel yang memeriksa dan memutus perkara terdiri

atas 501 orang, dimana suara mayoritas panel menghendaki agar Socrates dihukum mati,

dalam hal dilakukan dengan cara memaksanya minum racun. Karena itu, seperti yang telah

disebutkan bahwa cikal bakal sistem juri sebenarnya sudah lebih dulu ada dalam sistem

Sejarah Hukum: Sistem Hukum Peradaban Yunani 16


hukum Yunani. Bahkan, seni untuk mencari kebenaran melalui sistem eksaminasi silang

(cross examination) sudah dikenal pada masa Sorates.


Pengadilan terhadap Socrates itu sendiri sebenarnya penuh dengan dendam,

kebencian bahkan kepanikan. Pada saat itu, Yunani sedang dilanda oleh banyak

pemberontakan, ketidakpastian dan perubahan-perubahan kea rah yang tidak jelas. Aksi

terorisme terjadi dimana-mana. Di masa seperti itulah Socrates hidup dan kemudian di akhir

riwayatnya dia disidangkan. Tentang pengadilan Socrates ini tidak ada peninggalan sejarah

hukum yang ditemukan, kecuali tulisan-tulisan dari Plato yang merupakan salah satu

muridnya, antara lain yang terdapat dalam buku karangan Plato yaitu Apology.
Proses beracara yang lazim di Pengadilan Yunani setelah perombakan hukum pada

masa Solon, terbagi menjadi lima tahapan sebagai berikut:


1. Tahap panggilan sidang.
Pada tahap ini, pemanggilan untuk menghadap sidang ditujukan terhadap

tergugat untuk dating menghadap magistrate untuk memberikan jawaban atas

gugatan yang diajukan oleh penggugat. Biasanya, penggugat sendiri yang

membawa surat panggilan tersebut ke alamat tergugat. Beberapa orang saksi ikut

menyertai penggugat. Bahkan, jika tergugat merupakan orang asing dan akan

mengelak kewajibannya, penggugat dapat menangkap tergugat dan membawanya

ke depan magistrate untuk menjalani proses pengadilan.


2. Tahap kehadiran di tempat magistrat.
Tujuan dari kehadiran para pihak di depan magistrate adalah untuk

menyaring kasus-kasus, sehingga tidak ada kasus yang sembrono atau yang

dibuat-buat sampai ke pengadilan. Di depan magistrat, penggugat mengajukan

gugatan dan membayar biaya panjar perkara. Jika tergugat tidak hadir, maka akan

langsung diputus untuk menerima gugatan, kecuali di kemudian hari dapat

menunjukkan alas an ketidakhadirannya yang dapat diterima. Jika pada tahap

Sejarah Hukum: Sistem Hukum Peradaban Yunani 16


hearing di depan magistrate ini dianggap ada dasar bagi suatu gugatan, maka

gugatan diteruskan ke tahap selanjutnya yaitu tahap pemeriksaan pendahuluan.


3. Tahap pemeriksaan pendahuluan.
Terjadi Tanya jawab antara penggugat dan tergugat. Perdebatan yang

sebenarnya, fakta-fakta, serta dalil-dalil yang berkenaan dengan sengketa yang

ada, diuraikan dan terlihat dengan jelas dalam tahap ini. Penggugat mengajukan

gugatan dan dalil-dalilnya, kemudian tergugat mengajukan jawaban dengan dalil-

dalilnya. Pembuktian tertulis dan pemeriksaan saksi-saksi juga terjadi dalam tahap

ini. Jadi, tahap pemeriksaan pendahuluan merupakan tahap tahap yang cukup

esensial dalam suatu proses pemeriksaan perkara di zaman Yunani. Setelah semua

bukti diperiksa dan alat bukti tersebut disegel, magistrate dapat segera

menyelesaikan sengketa yang ada atau biasanya mengirim sengketa tersebut ke

pengadilan juri.

4. Tahap pemeriksaan di depan juri.


Di Athena, para juri (yang terdiri atas orang-orang biasa) yang

mendengar perkara tersebut bisa mencapai ratusan, bahkan ribuan orang. Sebelum

memberikan putusannya, juri akan mendengar pidato kedua belah pihak. Pidato

tersebut biasanya sangat memikat.


5. Tahap pengambilan keputusan.
Putusan dari pengadilan diambil oleh juri yang menghitung suara. Suara

terbanyak dinyatakan sebagai putusan. Biasanya, putusan juri tersebut berkenaan

dengan putusan tentang kasus yang bersangkutan, yaitu siapa yang menang dan

siapa yang kalah, juga putusan tentang besarnya ganti rugi.


Pelaksanaan putusan pengadilan (eksekusi), menurut sistem hukum

Yunani, diserahkan kepada para pihak yang bersangkutan dan hanya menyangkut

dengan kepemilikan, tidak boleh menyentuh personal. Jadi, menurut sistem

Sejarah Hukum: Sistem Hukum Peradaban Yunani 16


hukum Yunani, pihak yang menang tidak boleh menangkap atau menjadikan

budak terhadap pihak yang kalah. Ketentuaan ini yang membedakan dengan

hukum Romawi pada masa awal perkembangannya. Salah satu contoh kasus

perdata yang terjadi di Pengadilan Yunani melalui sistem juri dengan 204 orang

yaitu terjadi pada 100 SM, di Pulau Cos, Yunani, dikenal kasus perdata Cnidos.

D. Hukum Yunani dalam Berbagai Undang-Undang dan Kodifikasi


Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada era yang bersamaan, terdapat tiga

orang besar pembawa hukum ke dunia, yaitu Menes di Mesir, Minos di Crete (Yunani) dan

Manu di India. Ketigannya menganggap bahwa binatang sapi sebagai hewan suci dan

memakai gambar sapi sebagai lambangnya. Kitab Undang-Undang Draco (mulai berlaku

sekitar 620 SM) merupakan salah satu undang-undang yang pernah berlaku di Yunani Kuno.

Salah satu prestasinya yaitu penolakan terhadap kekuasaan yang tidak terbatas dari kaum

bangsawan, sehingga hukuman terhadap kejahatan tidak lagi hanya tergantung pada

kehendak kaum bangsawan tersebut. KUUD ini belum sampai melakukan perombakan besar,

melainkan hanya mempertahankan hukum yang sudah berlaku, juga menyediakan aturan

yang lebih fleksibel dan membentuk suatu peradilan dengan sistem 50 hakim (ephetae), yang

akan memutuskan sesuai hukum yang berlaku.


Kemudian Solon (640-560 SM), seorang ahli huku, negarawan dan pujangga di

zaman Yunani, pernah membuat hukum yang berlaku di Yunani yang tertulis dalam Undang-

Undang Solon. Dimana sangat mendkung ide demokrasi dan menentang pemerintahan

tangan besi/tirani di Yunani. Banyak melakukan perubahan-perubahan terhadap sistem

hukum yang berlaku. Bahkan sebagian perubahan tersebut bersifat radikal. Meskipun

demikian, masih menempatkan hadirnya hukum kebiasaan. Perubahan yang dilakukan dalam

Undang-Undang Solon, antara lain sebagai berikut:


1. Berpihak pada masyarakat kelas bawah;

Sejarah Hukum: Sistem Hukum Peradaban Yunani 16


2. Merombak ketentuan hukum waris dan keluarga;
3. Bersifat sacral/ketuhanan, tetapi murni hasil perenungan akal manusia;
4. Hasil konsensus dari masyarakat luas, sehingga menjadi undang-undang yang

paling dapat diterima.

E. Hukum dalam Kitab Undang-Undang Gortyn


Gortyn adalah nama dari kitab undang-undang Yunani Kuno yang paling lengkap

tercatat dalam sejarah hukum di Yunani, yang sebagian dari naskah aslinya dapat terbaca

sampai sekarang. Kitab Undang-Undang Gortyn (KUUG) atau Kitab Undang-Undang Maha

Besar (Great Code) mulai berlaku sejak 480 SM. Gortyn diambil dari nama sebuah negara

kota di Pulau Crete bagian selatan, Pulau Crete dikenal sebagai tempat persinggahan jika ada

pelayaran dari Yunani ke Mesir atau sebaliknya.


Pentingnya kedudukan Kitab Undang-Undang Gortyn karena kitab ini

menggambarkan bagaimana hukum yang berlaku sebelum era kedigdayaan hukum Romawi.

Karena itu, tidak heran jika ada yang menyebutkan sebagai Ratunya Prasasti (The Queen of

Inscription). Sebelum Kitab Undang-Undang Gortyn ini berlaku, telah terlebih dahulu hadir

seorang ahli hukum ternama dan dianggap yang pertama dalam sejarah hukum Yunani yaitu

Minos hidup diantara 1600 SM atau 2000 SM, sebagian pihak juga menyebutkan tahun 3000

SM. Dalam mitologi Yunani, Minos memperoleh hukumnya dari Zeus yang merupakan salah

satu dari tiga hakim yang akan mengadili manusia setelah hari kiamat. Sayangnya sampai

saat ini, belum ditemukan peninggalan sejarahnya. Namun, kursi mahkota tempat duduk

Minos di istana kerajaan sampai sekarang dapat dilihat di Knosos. Boleh jadi, dalam UUG

yang dibuat lebih 1000 tahun setelah zaman minos, yang terdapat dan berlaku sama di Pulau

Crete terdapat satu atau dua ketentuan yang berasal dari hukum Minos tersebut.
Di masa Romowi, Gortyn merupakan kota terpenting di Pulau Crete, sampai kota

tersebut dihancurkan oleh bajak laut dari Arab pada tahun 824. Kitab Undang-Undang

Sejarah Hukum: Sistem Hukum Peradaban Yunani 16


Gortyn merupakan cermin dari hukum Yunani kuno, khususnya hukum Yunani di luar

Athena, ditulis dalam bahasa Doris sebagai bahasa yang boustrephedon (baris pertama dibaca

dari kiri ke kanan dan baris kedua dibaca dari kanan ke kiri, demikian selanjutnya)

merupakan bahasa dari suku Yunani Kuno di Pulau Crete. Terdapat tiga kumpulan undang-

undang yang ada di Pula Crete, yaitu sebagai berikut:


1. Periode I, yaitu antara tahun 600 sampai 525 SM. Misalnya, undang-undang yang

ditulis di tangga dan dinding kuil Apollo;


2. Periode II, yaitu antara 525 sampai 400 SM. Misalnya, Undang-Undang Gortyn

yang ditulis di gedung-gedung publik;


3. Periode III, yaitu sekitar abad ke-4, yang ditulis dalam bahasa dan huruf lonia.
Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Gortyn yaitu

perihal hukum orang dan keluarga terdiri dari tiga bab, hukum perkawinan, hukum harta

kekayaan terdiri dari dua bab, hukum waris terdiri dari dua bab, hukum acara dan

pembuktian terdiri dari dua bab, hukum tentang perzinaan dan perkosaan terdiri dari dua

bab, hukum perikatan dan tentang adopsi anak.

Sejarah Hukum: Sistem Hukum Peradaban Yunani 16

Anda mungkin juga menyukai