Anda di halaman 1dari 13

HUKUM PIDANA

LANJUTAN

DR. ANDI BAHARUDDIN, SH., MH.


NIDN. 0904046101
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunianya kita masih diberikan nikmat kesehatan dan nikmat kesempatan untuk
menyelesaikan tugas makalah “sistem sanksi pidana di yunani” Tidak lupa saya ucapkan
terima kasih kepada Dosen dan teman teman yang telah memberikan dukungan serta
semangat untuk menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dengan rendah hati dan tangan terbuka
kami terima dari semua pihak yang sifatnya membangun. Dan semoga makalah ini dapat
menambah khazanah ilmu pengetahuan dan bermanfaat buat kita semua serta mampu
memberikan nilai yang memuaskan. Aamiin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bone, 9 Oktober 2023

Muhammad Fadhil

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................iii

A. LATAR BELAKANG.................................................................................................iii
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................iii
C. TUJUAN PENULISAN..............................................................................................iii

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................1

A. HUKUM YUNANI.......................................................................................................1
1. Definisi Sistem Sanksi Pidana...............................................................................3
2. Penerapan Sistem Hukum Di Yunani Pada Jaman Yunani Kuno...........................5
B. SISTEM SANKSI PIDANA DI YUNANI BAGI ANAK............................................6

BAB III PENUTUP.................................................................................................................8

A. KESIMPULAN.......................................................................................................8
B. SARAN...................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hukum pidana merupakan salah satu aspek yang fundamental dalam suatu sistem
peradilan untuk menegakkan keadilan dan memelihara ketertiban masyarakat. Salah
satu elemen penting dalam proses peradilan adalah peran saksi, yang memberikan
kesaksian atau bukti terkait dengan tindak pidana yang sedang diadili. Sistem saksi
dalam hukum pidana telah mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu dan
berbeda-beda di setiap negara, termasuk Yunani.

yunani, sebagai salah satu negara yang memiliki sejarah dan budaya yang kaya,
memiliki tradisi hukum yang telah membentuk sistem peradilan kuno yang
mempengaruhi perkembangan sistem hukum modern. dalam konteks sistem saksi
pidana di yunani, akan diulas mengenai peranan saksi dalam proses peradilan yunani
kuno, struktur hukum pidana, dan pengaruh sistem ini terhadap evolusi hukum pidana
pada masa kini.

Sistem sanksi pidana di Yunani kuno mencerminkan tatanan sosial dan nilai-nilai
masyarakat Yunani pada masa itu. Saksi memiliki peran vital dalam proses peradilan,
baik sebagai penghubung antara kejadian yang terjadi dengan keputusan pengadilan
maupun sebagai alat untuk menegakkan kebenaran. Oleh karena itu, pemahaman
mendalam tentang bagaimana Yunani kuno memandang dan menggunakan saksi dalam
hukum pidana menjadi penting untuk memahami perkembangan sistem hukum pidana
di masa kini.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa sejarah hukum di yunani?
2. Bagainama sistem pidana yunani bagi anak?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui hukum di yunani!
2. Untuk mengetahui sistem saksi pidana di yunani!

iii
BAB II
PEMBAHASAN

A. HUKUM YUNANI

Hukum Yunani kuno adalah salah satu sumber sejarah terpenting bagi tatanan
hukum modern di eropa. Plato dan Aristoteles, dua tokoh Yunani yang
membangun tatan kenegaraan yang ideal serta merupakan titik tolak dari ilmu
politik masa kini menjadikan Yunani sebagai negara yang tidak akan pernah lepas
dari bagian sejarah hukum dan politik dunia. Selain itu kota Athena yang
merupakan salah satu negara kota terbesar Yunani membentuk institusi demokrasi
pertama di Dunia.

Pada akhir abad IV SM (356-323 SM), iskandar muda, Raja Macedonia


Yunani, merebut Asia Kecil, Mesir, Babilonia, Persia dll. Kerajaan yang terbentuk
melalui penaklukan-penaklukan ini terlampau luas untuk bisa bertahan, sehingga
tak lama kemudian kerajaan itu pecah menjadi sejumlah monarchi absolutisme.
Dimana kehendak monarkh (raja) adalah “undangundang/aturan-aturan hidup”,
suatu formula yang kemudian dimabil alih oleh kaisar-kaisar Romawi maupun
raja-raja Eropa Barat.

Bangsa Yunani kuno (abad IV SM – III SM) miskin prestasi di bidang


perundang-undangan dan hukum, sehingga praktis hampir tidak ada peninggalan-
peninggalan berupa kitab hukum atau undang-undang. Yang bisa dicatat oleh
sejarah hukum Yunani kuno adalah naskah-naskah hukum sebagai berikut

1) Pledoi-pledoi dari Demosthenes dan Isaios (abad IV SM)


2) Undang-undang Gortyn (di luar Athena), yang diketemukan kembali
naskahnya di Pulau Kreta pada tahun 1884. Undang-undang ini berasal
dari tahun 480-460 SM, umumnya mengatur tentang hukum perdata,
seperti perkawinan, hukum warus, hak milik, adopsi anak dan lain-lain.
3) Undang-undang Dura, yang berasal dari abad IV SM, berasal dari Dura (di
daerah Eufrat)

Pada abad III SM kebudayaan Hellenisme mulai mempengaruhi orangorang


terkemuka Kerajaan Romawi. Sejak didirikan kota Roma pada abad VIII SM

1
orang Romawi membentuk peraturan hidup bersama sesuai dengan kebutuhan
Rakyat. Pada awalnyanya peraturan ini hanya menyangkut kehidupan dalam kota,
namun kemudian menjadi lebih universal dengan bertambahnya wilayah
kekuasaan romawi hingga menaklukkan Yunani pada 146 SM.

Aliran filsafat hukum Yunani yang paling mempengaruhi Romawi adalah


aliran Stoa. Dalam aliran stoa suatu ide baru tentang negara dikembangkan.
Menurut filsafat Yunani klasik negara membawa manusia ke arah kesempurnaan.
Karenanya negara berhak dan berkewajiban mendidik orang dalam segala bidang
kehidupan. Namun ide ini tidak di terima oleh Cicero, menurutnya negara
merupakan perkumpulan orang banyak yang dipersatukan melalui sutu aturan
hukum berdasarkan kepentingan bersama. Sehingga negara dalam
pelaksanaannya harus tetap berpedoman pada hukum yang ditentukan (hukum
alam) dan memiliki tujuan untuk memajukan kepentingan umum.

Pada abad V M kekaisaran Romawi Runtuh, hal ini menjadi suatu permulaan
zaman baru dalam sejarah yang diberi nama abad Pertengahan. Pada abad ini
mulai masuk Agama Kristiani dan Islam serta bangsa-bsangsa lain selain Yunani
dan Romawi yaitu bangsa Eropa dan bangsa Arab. Namun warisan Romawi dan
Yunani tidak serta merta hilang, karena Yunani dengan filsafat Aristoteles-nya
dipelajari terus oleh pemikir-pemikir Islam dan kemudian sejak abad 12 di
teruskan kepada pemikir Eropa. Sedangkan Romawi pada abad ke VI mengalami
perekmbangan dibidang hukumnya yang muncul di bagian timur kekaisaran
Romawi yakni Kekaisaran Byzantium. Pada tahun 528- 534 sarjana-sarjana
hukum byzantium telah menyusun Codex Juris Romani atas perintah kaisar
Justinianus. Yang kemudian disebut dengan Codex Justinianus atau Corpus Juris
Civilis. Kekaisaran Byzantium ini bertahan selama abad pertengahan sampai abad
ke-15, yakni sampai Byzantium (Istanbul) direbut oleh Sultan Osman (1453).

Masa kejayaan Byzantium ini juga mepengaruhi hukum di Yunani, dimana


Yunani pada masa itu terpengaruh atas hukum perdata Romawi dan
menggunakannya dalam hukum perdata negara Yunani pada masa itu. Kemudian
di tahun 1946 Yunani menggantinya dengan mengeluarkan Kitab Undang-undang
Perdata Yunani yang banyak dipengaruhi oleh hukum Jerman, dimana Kitab
Undang-undang Hukum Perdata Jerman yang berlaku 1 januari 1900 di dasarkan

2
pada Corpus Juris Civilis dan hukum kebiasaan Jerman, sehingga tidak
menggunakan Corpus Juris Civillis secara murni.

1. Definisi Sistem Sanksi Pidana


Bentuk negara yang digunakan oleh Yunani kuno adalah bentuk dari negara
kota (polis11), yang merupakan awal dari sebuah aturan-aturan yang dianggap di
dalam bentuk permanen dan berbentuk untuk publik pada akhir abad ke tujuh dan
awal abad kedelapan Sebelum masehi. Pada jaman Yunani Kuno, masyarakat
pada jaman tersebut menghormati ide-ide dari Rule of Law yang dipahami
sebagai model teladan, inspirasi dan memiliki kewenanngan priode yang
berkelanjutan , yang mana banyak dari masalah–masalah yang dihadapi oleh
masyarakat Yunani Kuno, khususnya Plato, dan Aristoteles bahwa hukum yunani
pada awalnya berumur tidaklah begitu lama yang menyebabkan subyek dan
penafsiran yang selalu berubah-ubah yang disebabkan oleh hak istimewa dari
sebuah kelas16, sehingga dengan cara ditulis, Yunani Kuno telah menyelesaikan
masalah mereka dengan cara mengamandemen hukum mereka17 , dan pengadilan
Yunani Kuno yang terikat untuk menerapkan Undang-Undang, yang bahkan
dalam menghadapi pertimbangan terhadap kompensasi yang semestinya.

Dalam perkembangan sistem negara hukum di Yunani Kuno, Athena


merupakan salah satu wilayah dari Yunani Kuno yang memberikan kontribusi
cukup besar. Pada abad kelima sebelum masehi Athena pada masa puncak
kejayaannya, memilih bentuk demokrasi yang memerintahkan secara langsung
oleh warga negaranya, yang mana di Athena masyarakat politiknya berbentuk
negara kota (polis). Setiap warga negara laki- laki diatas tiga puluh tahun, dari
kelas atau kekayaan apapun, adalah yang berhak untuk melayani para juri yang
memutuskan kasus-kasus hukum; mereka juga dilayani sebagai magistrates. Dan
pada majelis legislatif, dengan posisiposisi diisi dengan bentuk kapling. Untuk
memastikan tanggung jawabnya, magistrates yang mengetuai atas kasuskasus
harus dirubah dengan pelanggaranpelanggaran dari hukum oleh keluhan yang
berasal dari pribadi warga negara.
Sistem yang dilakukan dalam proses pengadilan di Athena adalah sistem juri,
yaitu sekelompok orang yang dipilih untuk menetapkan mana yang adil dan benar
melalui pembuktian secara faktual dalam suatu proses dan pada istruksi dari

3
pengadilan untuk menerapkan hukum ke dalam fakta-fakta. Terdapat beberapa
fakta menarik mengenai juri di Athena diantaranya;
1) Juri yang beracara dalam suatu perkara ditetapkan dalam jumlah yang cukup
besar yaitu umumnya 6001 orang anggota tiap perkara, namun kuantitas ini
masih relatif tergantung dari tingkat kerumitan kasusnya. Banyak nya juri
diyakini akan menghindari praktek manipulasi dan korupsi dari orang-orang
tertentu.
2) Juri yang bersidang harus berjumlah ganjil, tidak boleh bersidang dalam
jumlah genap. Misalnya dewan juri harus terdiri dari 5001,1003,2007 orang
566 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-48 No.3 Juli-September 2018
dan seterusnya. Angka ganjil ini untuk menghindari keadaan tie (seri).
Karena dalm hukum Athena kondisi ties ini akan menguntungkan terdakwa
dimana hal itu berarti pembebasan terdakwa dari segala tuntutan hukum.
3) Persyaratan mutlak dari juri adalah harus warga Athena (kedua orang tuanya
asli orang Athena), dan sudah berusia minimal 30 tahun.

Proses hukum yang digelar di pengadilan-pengadilan ini lebih mengutamakan


aspek ekonomisnya baik dari segi waktu, tenaga maupun biaya, dari sini bisa
menjelaskn bahwa proses hukum di Athena melihat pada asas manfaat selain juga
mengutamakan asas kepastian hukum dan keadilan. Untuk mengakomodir ketiga
asas ini maka pengadilan di Athena dijalankan oleh rakyat biasa untuk
mengungkap kebenaran, menyatakan putusan dan melaksanakan putusan. Proses
peradilan juga dilakukan hanya dalam waktu satu hari untuk tiap kasus, tidak
menunggu berlarut-larut yang kiranya bisa memperpanjang waktu proses hukum
suatu kasus.

4
2. Penerapan Sistem Hukum Di Yunani Pada Zaman Yunani Saat Ini
Sistem peradilan pidana Yunani saat ini terpengaruh oleh sistem perdilan
pidana Jerman, dimana Yunani tidak lagi menggunakan sistem Juri, namun
menggunakan sistem campuran dimana terdapat hakim yang merupakan ahli
hukum dan juga hakim yang berasal dari masyarakat awam yang disebut
dengan lay judges. Hakim ini secara bersama-sama memeriksa dan memutus
perkara. Jumlah dari hakim ahli hukum dan hakim awam tergantung dari berat
ringan suatu perkara. Jika terjadi pelanggaran hukum ringan maka hanya akan
di adili oleh satu hakim tunggal, untuk kejahatan ringan diadili oleh 1 hakim
ahli dan 2 hakim awam, kejahatan tergolong berat dengan 2 hakim ahli dan 2
hakim awam, kejahatan-kejahatn khusus dengan 3 hakim ahli dan 2 hakim
awam, dan untuk kejahatan serius terhadap hak asasi manusia maka akan
diadili oleh 5 juri ahli tanpa juri awam.
Dalam hukum pidana Yunani memang tidak disebutkan secara langsung
mengenai istilah Judicial Pardon namun dari formulasi kalimatnya
menunjukkan adanya Judicial Pardon. Dalam salah satu pasal di KUHP Yunani
disebutkan bahwa: Dalam hal-hal tertentu pengadilan dapat menahan diri
untuk menjatuhkan pidana, yaitu apabila:
1) Delik sangat ringan
Di dalam pasal ini tidak dijelaskan batasan mengenai delik ringan, tapi
berdasarkan ilmu pengetahun yang bisa dikategorikan delik ringan adalah
perbuatan yang tidak menimbulkan akibat yang cukup berarti untuk korban.
2) mempertimbangkan watak jahat dari pelaku
Untuk mengetahui watak dari pelaku bisa di lihat dari asal ususl pelaku
baik dengan menelusuri sifat pelaku secara genetikal yakni dengan melihat
bagaimana keluarga pelaku, maupun dengan melihat lingkungan tempat
tinggap pelaku.
3) penjatuhan pidana dipandang tidak bermanfaat sebagai sarana untuk
mencegah pelaku mengulangi lagi tindak pidana (special deterrence)
nampak bahwa tujuan pemidanaan di tekankan pada asas kemanfaatan,
dimana pemidaaan diberikan kepada seorang terdakwa dengan
mempertimbangan manfaat baik bagi terdakwa ataupun bagi masyaratak
secara luas. Sehingga ketika pemidanaan dipandang tidak ada manfaatnya

5
untuk mencegah pelaku melakukan tindak pidana lagi hakim bisa memberikan
pemaafannya.

B. SISTEM SANKSI PIDANA YUNANI BAGI ANAK

Di Yunani, bentuk pidana yang diancamkan terhadap anak dan remaja diatur
dalam Bab VIII, Bagian umum KUHP (Penal Code). Anak yang melanggar
hukum berumur antar 7 (tujuh) tahun sampai dengan 18 (delapan belas) tahun
dapat dipidana dengan dijatuhi “tindakan reformatif” (Pasal 122); “tindakan
perawatan” (Pasal 123); dan yang anak berusia 13 tahun atau lebih dapat
dikenakan penahanan dalam panti asuhan” (confinement in a reformation (Pasal
127)). Usia minimum anak yang dapat dipertanggungjawabkan secara pidana
paling rendah 13 tahun.

Berdasarkan KUHP Yunani, tindakan-tindakan reformatif yang dapat dijatuhkan


terhadap anak adalah sebagai berikut:

1) Teguran keras atau cercaan (reprimand) bagi remaja atau anak-anak.


2) Penempatan remaja atau anak di bawah pengawasan orang tua dan walinya.
3) Penempatan remaja atau anak pada perwakilan pengawasan atau yayasan
perlindungan anak, lembaga perlindungan, atau suatu panitia khusus yang
dibentuk untuk pengawasan remaja.
4) Penempatan remaja di negara bagian atau kota praja atau lingkungan
masyarakat yang tepat, atau di lembaga pendidikan privat. Selain itu
terdapat pengaturan berkenaan dengan bentuk tindakan lain yang juga bisa
dijatuhkan sebagai berikut.

Selain itu terdapat pengaturan berkenaan dengan bentuk tindakan lain yang juga
bisa dijatuhkan sebagai berikut:

1) Tindakan perawatan dapat diperintahkan oleh pengadilan atas nasihat para


ahli medis atau ahli tingkah laku, jika anak atau remaja tersebut memerlukan
perhatian khusus, khususnya apabila yang bersangkutan menderita gangguan
kejiwaan, buta, bisu, tuli, menderita epilepsi dan sebagainya.
2) Anak yang berusia antara 7 (tujuh) tahun sampai dengan 12 (dua belas)
tahun, hanya dapat dijatuhi tindakan reformatif atau tindakan perawatan.

6
3) Anak yang berusia antara 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 17 (tujuh
belas) tahun, pengadilan boleh memerintahkan Tindakan reformatif atau
perawatan, atau apabila dipandang perlu, penahanan dalam panti asuhan.
4) Anak yang tergolong dalam kategori dewasa muda, yaitu anak yang pada saat
melakukan tindak pidana berusia antara 18 (delapan belas) sampai dengan 21
(dua puluh satu) tahun, dapat dikenakan pidana penjara (custodial) seperti
orang dewasa, tetapi mendapat pengurangan.
5) Bentuk tindakan di luar lembaga pemasyarakatan (noninstitusional) terhadap
anak, merupakan tulang punggung penyelenggaraan peradilan anak di
Yunani.

Di negara Yunani, anak yang dapat dikenakan pidana penjara (custodial)


seperti orang dewasa adalah anak yang pada saat melakukan tindak pidana
berusia antara 18 (delapan belas) sampai dengan 21 (dua puluh satu) tahun. Hal
tersebut berbeda dengan apa yang diterapkan di Indonesia, anak yang dapat
dijatuhkan pidana penjara seperti orang dewasa adalah anak yang berumur 14
(empat belas) tahun ke atas. Dengan kata lain batasan umur anak yang dapat
diterapkan pidana penjara di Indonesia jauh lebih muda dibandingkan dengan
batasan umur di negara Yunani.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
sistem sanksi pidana di Yunani mencerminkan perkembangan sosial, politik, dan
filosofis yang telah mempengaruhi negara ini selama ribuan tahun. Meskipun masih

7
ada tantangan yang harus dihadapi, Yunani terus berusaha untuk menyempurnakan
sistemnya agar lebih sesuai dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia dan
rehabilitasi, sambil tetap menghormati nilai-nilai tradisional dan sejarahnya yang
kaya.

B. SARAN
Untuk lebih memberikan pemahaman mendalam tentang perkembangan sisten
sanksi pidana di yunani zaman kuno himgga saat ini, sehingga pembaca dapat
memahami evolusi dan perubahan dalam pendekatan yunani terhadap hukuman.

DAFTAR PUSTAKA
Farikhah, Mufatikhatul. "Rekonseptualisasi Judicial Pardon Dalam Sistem Hukum
Indonesia (Studi Perbandingan Sistem Hukum Indonesia Dengan Sisitem
Hukum Barat)." Jurnal Hukum & Pembangunan 48.3 (2018): 556-588.

8
Hidayat, Sabrina, et al. "Sanksi Pidana Selain Penjara dalam Putusan Hakim Terhadap
Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Anak." Halu Oleo Legal Research 5.2
(2023): 605-619.

Anda mungkin juga menyukai