Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KRIMINOLOGI
“ Dasar – Dasar Teori Kriminologi ”

Mata Kuliah : Kriminologi


Dosen Pangampu : Muh. Ali Askandar.,S.H.,M.H

Oleh :
Kelompok III

Muh. Haikal 01 22 024


Nur Al’fath M.Romy 01 22 055
Aksan Jaya 01 22 088
Ismy Amaliah Bakri 01 22 001
Andi Nurul Fadillah O.S 01 22 029
Lala Susila 01 22 015
A.Paradilla Asjun 01 22 019
Nurfadillah arsani 01 22 050

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM ( STIH )


PENGAYOMAN WATAMPONE
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat dan
kesempatan yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
Makalah Kriminologi “Dasar - Dasar Teori Kriminologi” ini dengan baik. Penulis
menyadari bahwa penulisan tugas ini masih begitu banyak kekurangan yang harus
dilengkapi. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan guna tercapainya sebuah penulisan yang baik. Kiranya yang Maha Kuasa
tetap menyertai kita sekalian, dengan harapan pula agar tugas ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.

Watampone, 08 Maret 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………..……………………………………………………………......1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………….....2
C. Tujuan……………………………………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN
A. Dasar-Dasar Teori Kriminologi………...……………………………..………………3
B. Teori-Teori Dalam Kriminolog..……………………………………...………………..5
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan ………………………………………………………….…..………...………..10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………..………………….………………11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kriminologi sebagai salah satu cabang dari ilmu pengetahuan sosial (social
science), sebenarnya masih tergolong sebagai ilmu pengetahuan yang masih muda,
oleh karena kriminologi baru mulai menampakkan dirinya sebagai salah satu disiplin
ilmu pengetahuan pada abad ke XIII. Meskipun tergolong ilmu yang masih muda,
namun perkembangan kriminologi tampak begitu pesat, hal ini tidak lain karena
konsekuensi logis dari berkembangnya pula ber bagai bentuk kejahatan dalam
masyarakat.
Perkembangan kejahatan bukanlah suatu hal yang asing, oleh karena sejarah
kehidupan manusia sejak awal diciptakan telah terbukti mengenal kejahatan. Apalagi
pada saat seperti sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi justru
memberi peluang yang lebih besar bagi berkembangnya berbagai bentuk kejahatan.
Atas dasar itulah maka kriminologi dalam pengaktualisasian dirinya berupaya mencari
jalan untuk mengantisipasi segala bentuk kejahatan serta gejala-gejalanya.
Berdasarkan pengertian kriminologi tersebut diatas, maka obyek kajian
kriminologi ditekankan pada gejala kejahatan seluas-luasnya dalam artian mempelajari
kejahatan dan penjahat, usaha-usaha pencegahan penanggulangan kajahatan serta
perlakuan terhadap penjahat. Sedang subjek kriminologi adalah anggota dan kelompok
masyarakat secara keseluruhan sebagai suatu kelompok sosial yang memiliki gejala-
gejala sosial sebagai suatu sistem yang termasuk di dalarnnya gejala kejahatan yang
tidak terpisahkan. Sehingga berdasarkan pengertian kriminologi di atas juga dapat
ditarik suatu pandangan bahwa kriminologi bukanlah ilmu yang berdiri sendiri akan
tetapi berada disamping ilmu-ilmu lain, dalam arti kata interdisipliner Kriminologi
merupakan salah satu ilmu sosial yang terus-menerus mengenai perkembangan dan
peningkatan. Perkembangan dan peningkatan tersebut dikarenakan pola kehidupan
sosial masyarakat yang mengalami perubahan-perubahan. Berpindah dari satu tempat

iv
ke satu tempat lainnya serta berbeda juga perubahannya suatu waktu atau zaman
tertentu.

Dan waktu juga terus berubah, maka studi mengenai masalah kejahatan serta
penyimpangan juga akan mengalami perkembangan dan peningkatan. Penglihatan,
cara memahami serta dalam mengkaji masalah-masalah sosial yang ada berkembang
juga sesuai dengan perkembangan zaman.

Terdapat beberapa pengertian dari para ahli barat dari kriminologi ini sendiri.
Ilmu masyarakat satu ini, merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang secara khusus
mempelajari kejahatan dari beragam aspek.P. Topinard, yaitu seorang ahli antropologi
dari Perancis yang mengatakan kata kriminologi untuk pertama kalinya.

Kriminologi berasal dari 2 kata yaitu kata “crime” yang memiliki arti kejahatan dan
kata “logos” yang memiliki arti ilmu pengetahuan. Dengan demikian maka tidak heran
jika kriminologi bisa diartikan sebagai sebuah kajian mengenai kejahatan..1

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang mendasari teori kriminologi
2. Apa teori – teori dalam kriminologi

C. Tujuan
Untuk Mengetahui :
1. apa yang mendasari teori kriminologi, dan;
2. apa saja teori – teori kriminologi.

1
Abdul Syani, 1987, Kejahatan dan Penyimpangan Suatu Perspektif Kriminilogi, Bina Aksara, Jakarta

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar – Dasar Teori Kriminologi

George B Vold menyebutkan teori adalah bagian dari suatu penjelasan yang
muncul manakala seseorang dihadapkan pada suatu gejala yang tidak dimengerti.
Upaya mencari penjelasan mengenai sebab kejahatan, sejarah peradaban manusia
mencatat adanya empat bentuk yang mendasari teori dalam kriminologi, yaitu :

1. Demonologis

Merupakan pemikiran awal yang dikembangkan atas dasar pemikiran yang


tidak rasional, di mana suatu tingkah laku kejahatan yang dilakukan oleh individu
merupakan pengaruh dari roh jahat (demon= setan). Benar atau salahnya suatu tingkah
laku ditentukan oleh definisi kepala suku atau orang yang dianggap sebagai dewa.
Pemikiran ini masih bersifat konvensional di mana tindakan pelanggaran yang dianggap
paling serius bagi Demonologis adalah mempergunakan ilmu gaib hitam atau dikenal
dengan black magic. Hukuman yang digunakan juga masih bersifat tradisional yang
ditujukan untuk mengusir roh jahat dalam diri individu tersebut, seperti membakar
individu yang memiliki ilmu hitam.

2. Klasik

Pada penjelasan mengenai pemikiran klasik, tingkah laku jahat yang dilakukan oleh
manusia merupakan cerminan dari adanya konsep "free will" atau kehendak bebas.
Dalam penjelasan mengenai pemikiran klasik dengan konsep free will ini menganggap
bahwa individu memiliki pilihan dan pemikiran untuk menentukan tindakan yang akan
mereka lakukan. Hukuman yang diterapkan pada pemikiran ini bersifat umum sesuai
dengan kejahatan yang dilakukan. Tokoh dalam pemikiran klasik ini antara lain Cesare
Beccaria dan Jeremy Bentham.

3. Neo Klasik

vi
Neo Klasik muncul sebagai bentuk kritikan terhadap klasik yang menyamakan hukuman
setiap orang tanpa mempertimbangkan usia, fisik, dan kondisi kejiwaan seseorang.

4. Determinisme

Merupakan suatu penjelasan mengenai kejahatan bahwa tingkah laku jahat merupakan
pengaruh dari adanya faktor-faktor tertentu. Terdiri dari beberapa paradigma, yaitu:

1. Positivisme
Salah satu tokoh yang terkenal dalam paradigma positivisme ini adalah Cesare
Lombroso di mana menghubungkan antara tingkah laku jahat dengan kondisi
biologis atau fisik seseorang.
2. Interaksionisme
Dalam paradigma interaksionisme, tingkah laku jahat merupakan definisi dari
hasil interaksi, di mana seseorang dianggap jahat ketika orang lain melihat
bahwa tingkah laku tersebut adalah jahat atau menyimpang. Teori yang terkenal
pada paradigma interaksionis ini adalah teori "Labeling", tokoh-tokohnya antara
lain Edwin Lemert, Becker, Kitsuse, dan Goffman.
3. Konflik
Dalam penjelasan ini, tingkah laku jahat merupakan suatu definisi yang dibuat
oleh penguasa terhadap tingkah laku di mana hal tersebut ditujukan untuk
kepentingan penguasa. Tokoh-tokohnya antara lain Bonger, Quinney, Taylor,
Vold, dan J.Young.

4. Pos
Modern Kriminologi Paradigma ini memandang bahwa kejahatan merupakan
suatu konsep yang harus didekonstruksikan. Tiga buah pendekatan dalam
paradigma ini yaitu realisme, feminisme, dan konstitutif
5. Budaya
Paradigma budaya melihat tingkah laku jahat berbeda jika dilihat dalam konteks
budaya yang berbeda pula. Jika pada satu kebudayaan tertentu memandang

vii
suatu tingkah laku jahat, maka pada kebudayaan lain belum tentu dipandang
juga sebagai kejahatan.2

B. Teori – Teori Dalam Kriminologi

Dalam perkembangan kriminologi, pembahasan mengenai sebab-musabab


kejahatan secara sistematis merupakan hal baru, meskipun sebenarnya hal tersebut
telah dibahas oleh banyak ahli kriminologi (kriminolog). Di dalam kriminologi juga
dikenal adanya beberapa teori yaitu:

1. Teori-teori yang menjelaskan kejahatan dari perspektif biologis dan psikologis.


2. Teori-teori yang menjelaskan kejahatan dari perspektif sosiologi.
3. Teori-teori yang menjelaskan dari perspektif lainnya.

Teori-teori tentang sebab-musabab kejahatan berubah menurut perkembangan


zaman, Ninik Widiyanti dan Yulius Waskita (1987 : 57), membagi sebab-sebab
kejahatan dalam fase-fase pendahuluan yang berkembang dari zaman ke zaman
sebagai berikut :

1. Zaman kuno

Pada masa, ini dikenal pendapat Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM)
yang pada dasarnya menyatakan makin tinggi penghargaan manusia atas kekayaan
makin merosot penghargaan akan kesusilaan demikian pula sebaliknya kerniskinan
(kemelaratan) dapat mendorong manusia yang menderita, kerniskinan untuk melakukan
kejahatan dan pemberontakan.

2. Zaman abad pertengahan

Thomas Von Aquino (1226-1274 M) menyatakan bahwa orang kaya yang hidup foya-
foya bila miskin mudah menjadi pencuri.

2
Mamik Sri Supatmi dan Herlina Permata Sari. 2007. Dasar-dasar Teori Sosial Kejahatan. Jakarta: PTIK PRESS.

viii
3. Permulaan zaman baru dan masa sesudah revolusi Prancis banyak
dikemukakan dan sebab-sebab sosial lainnya juga masa kini dikenal dengan
masa, pertengahan hukuman yang terlalu bengis dan masa itu, sehingga tampil
tokoh-tokoh seperti Montesquieu, Beccaria dan lain-lain.
4. Masa sesudah revolusi Prancis sampai tahun 1830 mulai dikenal sebab-sebab
kejahatan dari faktor-faktor sosial ekonomi, antropologi dan psikiatri. 3

Teori tertua tentang sebab-sebab kejahatan adalah teori Roh jahat, seperti yang
dikatakan oleh R.Soesilo (1985 : 20), mengemukakan bahwa : "Pendapat ini adalah
yang tertua yang menyatakan, bahwa orang-orang menjadi jahat karena pengaruh-
pengaruh roh jahat ............”
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teori-teori
tentang sebab-musabab kejahatan semakin berkembang pula, pola pikir masyarakat
semakin meningkat tentang hal tersebut, pengaruh perkembangan pola pikir. Adapun
teori-teori kriminologi adalah sebagai berikut :

1. Teori-teori yang mencari sebab kejahatan dari ciri-ciri aspek fisik (Biologi
Kriminal)

Usaha-usaha mencari sebab-sebab kejahatan dari cirri-ciri biologis dipelopori


oleh ahli-ahli frenologi seperti Gall, Spurzeim yang mencari hubungan antara
bentuk tengkorak kepala dengan tingkah laku. Ajaran biologi kriminal
mendasarkan pada proposisi dasar :

a. Bentuk luar tengkorak kepala sesuai dengan apa yang ada di dalamnya dan
bentuk dari otak.
b. Akal terdiri dari kemampuan dan kecakapan
c. Kemampuan atau kecakapan ini berhubungan dengan bentuk otak dan
tengkorak kepala. Oleh karena otak merupakan organ dari akal sehingga
benjolan-benjolannya merupakan petunjuk dari kemampuan/kecakapan organ.
3
Moeljatno, 1985, Asas-asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta Rusli Effendy, 1983, Ruang Lingkup
Kriminologi, Alumni, Bandung

ix
Teori ini lebih tegas dituliskan oleh Ninik Widiyanti dan Yulius Waskita (1987 : 53-
54) dalam awal teorinya mengusulkan beberapa pendapat yakni sebagai berikut :

a. Penjahat sejak lahir mempunyai tipe tersendiri


b. Tipe ini bisa dikenal dengan beberapa ciri tertentu, misalnya tengkorak asimetris,
rahang bawah yang panjang, hidung pesek, rambut janggut jarang, tahan sakit.
c. Tanda-tanda lahiriah ini bukan penyebab kejahatan, mereka merupakan tanda
mengenal kepribadian yang cenderung dalam hal kriminal behaviour itu sudah
merupakan suatu pembawaan sejak lahir, dan sifat-sifat pembawaan ini dapat
terjadi dan membentuk atafisme atau generasi keturunan epilepsy.
d. Karena kepribadian ini, maka mereka tidak dapat terhindar dari melakukan
kejahatan kecuali bila lingkungan dan kesempatan memungkinkan.
e. Beberapa penganut aliran ini mengemukakan bahwa macam-macam penjahat
(pencuri, pembunuh, pelanggar seks), saling dibedakan oleh tanda
lahirnya/stigma tertentu".

2. Teori-teori kejahatan dari faktor Psikologis dan Psikiatris (Psikologi


Kriminal)

Psikologi criminal mencari sebab-sebab dari faktor psikis termasuk agak baru,
seperti halnya para positivis pada umumnya, usaha untuk mencari cirri-ciri psikis
kepada para penjahat di dasarkan anggapan bahwa penjahat merupakan orang-
orang yang mempunyai ciri-ciri psikis yang berbeda dengan orang-orang yang
bukan penjahat, dari cirri-ciri psikis tersebut terletak pada intelegensinya yang
rendah.

Psikologi criminal adalah mempelajari ciri-ciri psikis dari para pelaku kejahatan
yang sehat, artinya sehat dalam pengertian psikologis. Mengingat konsep tentang
jiwa yang sehat sulit dirumuskan, dan kalaupun ada maka perumusannya sangat
luas dan masih belum adanya perundang-undangan yang mewajibkan para hakim
untuk melakukan pemeriksaan psikologis/psikiatris sehingga masih sepenuhnya
diserahkan kepada psikolog.

x
3. Teori-teori kejahatan dari faktor Sosio-Kultural (Sosiologi Kriminal)

Obyek utama sosiologi criminal adalah mempelajari hubungan antara


masyarakat dengan anggotanya antara kelompok baik karena hubungan tempat
atau etnis dengan anggotanya antara kelompok dengan kelompok sepanjang
hubungan itu dapat menimbulkan kejahatan.

Menurut Sacipto Raharjo (2000 : 47), Teori-teori kejahatan dari aspek sosiologis
terdiri dari :

a. Teori-teori yang berorientasi pada kelas sosial, yaitu teori-teori yang mencari
sebab kejahatan dari ciri-ciri kelas sosial serta konflik diantara kelas-kelas yang
ada.
b. Teori-teori yang tidak berorientasi pada kelas sosial yaitu teori-teori yang
membahas sebab-sebab kejahatan dari aspek lain seperti lingkungan,
kependudukan, kemiskinan dan sebagainya.4

Terjadinya suatu kejahatan sangatlah berhubungan dengan kemiskinan,


pendidikan, pengangguran dan faktor-faktor sosial ekonomi lainnya utamanya pada
negara berkembang, dimana pelanggaran norma dilatarbelakangi oleh hal-hal tersebut
(Ninik Widyanti dan Yulius Weskita, 1987: 62).
Pernyataan bahwa faktor-faktor ekonomi banyak mempengaruhi terjadinya
sesuatu kejahatan didukung oleh penelitian Clinard di Uganda menyebutkan bahwa
kejahatan terhadap harta benda akan terlihat naik dengan sangat pada negara-negara
berkembang, kenaikan ini akan mengikuti pertumbuhan dan perkembangan ekonomi,
hal ini disebabkan adanya "Increasing demand for prestige articles for conficous
consumfion " (Sahetapy dan B.Mardjono Reksodiputro, 1989 : 94).
Di samping faktor ekonomi, faktor yang berperan dalam menyebabkan kejahatan
adalah faktor pendidikan yang dapat juga bermakna ketidak tahuan dari orang yang
melakukan kejahatan terhadap akibat-akibat perbuatannya, hal ini diungkapkan oleh
Goddard dengan teorinya (The mental tester theory) berpendapat bahwa kelemahan
4
R. Soesilo, 1985, Kriminologi (Pengetahuan tentang sebab-sebab Kejahatan), Politea, Bogor.

xi
otak (yang diturunkan oleh orang tua menurut hukum-hukum kebakaran dari mental)
menyebabkan orang-orang yang bersangkutan tidak mampu menilai akibat tingkah
lakunya dan tidak bisa menghargai undang-undang sebagaimana mestinya (Ninik
Widyanti dan Yulius Weskita, 1987: 54).
Faktor lain yang lebih dominan adalah faktor lingkungan, Bonger (R. Soesilo, 1985 :
28), dalam "in leiding tot the criminologie " berusaha menjelaskan betapa pentingnya
faktor lingkungan sebagai penyebab kejahatan. Sehingga dengan demikian hal tersebut
di atas, bahwa faktor ekonomi, faktor pendidikan dan faktor lingkungan merupakan
faktor-faktor yang lebih dominan khususnya kondisi kehidupan manusia dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.5

BAB III
5
Sacipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum, Citra Adhitya Bhakti, Jakarta

xii
PENUTUP

A.Kesimpulan
Kriminologi berasal dari bahasa latin, yaitu crimen dan logos. Crimen berarti
kejahatan, sementara logos berarti ilmu. Dengan demikian, secara harfiah, kriminologi
adalah ilmu pengetahuan tentang kejahatan, atau lebih tepatnya kriminologi
mempelajari segala aspek tentang kejahatan.

Adapun Dasar-dasar teori kriminologi yaitu: Demonologis, Klasik, Neo klasik,


Determinisme

Adapun Teori – Teori dalam kriminologi adalah : Demonologis, Klasik, Neo Klasik,
Deterinisme

DAFTAR PUSTAKA

xiii
Abdul Syani, 1987, Kejahatan dan Penyimpangan Suatu Perspektif Kriminilogi, Bina
Aksara, Jakarta

2
Mamik Sri Supatmi dan Herlina Permata Sari. 2007. Dasar-dasar Teori Sosial
Kejahatan. Jakarta: PTIK PRESS.

3
Moeljatno, 1985, Asas-asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta Rusli Effendy,
1983, Ruang Lingkup Kriminologi, Alumni, Bandung

4
R. Soesilo, 1985, Kriminologi (Pengetahuan tentang sebab-sebab Kejahatan), Politea,
Bogor.
5
Sacipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum, Citra Adhitya Bhakti, Jakarta

xiv

Anda mungkin juga menyukai