Anda di halaman 1dari 17

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KRIMINOLOGI

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
NAMA : FARI SAPUTRA NDRURU (222106012)
DEPRIANUS WARUWU (222106009)
JONI HASRAT GEA (222106020)
SERISMAN INDAH ZALUKHU (222106039)
SEJAHTERAWAN GULO (222106038)

MATA KULIAH
KRIMINOLOGI

DOSEN PENGAMPU
HENDRIKUS OTNIEL NASOZARO HAREFA S.H., M.H

UNIVERSITAS NIAS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan berkat
rahmat serta karunia-nya kami kelompok 1 dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Kriminologi dengan judul “Pengertian dan Ruang Lingkup Kriminologi” ini dengan baik
meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.

Kami kelompok 1 juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang.
Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Demikian isi tugas makalah kami ini, segala kekurangan dan kelemahan baik dalam
penulisan maupun dalam penyusunan masih banyak yang tidak sesuai, mohon dimaklumi.
Terimakasih.

Gunungsitoli, 15 April 2024

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I: PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Pembahasan 2

BAB II: PEMBAHASAN 3

A. Pengertian Kriminologi 3

B. Tujuan Mempelajari Kriminologi 5

C. Ruang Lingkup Kriminologi 7

D. Objek Studi Kriminologi 9

BAB III: PENUTUP 13

A. Kesimpulan 13

B. Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kriminologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kejahatan sebagai


fenomena sosial. Istilah kriminologi pertama kali digunakan oleh seorang ahli antropologi
Perancis bernama Paul Topinard. Secara etimologis, kriminologi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu 'crime' (kejahatan) dan 'logos' (ilmu), sehingga kriminologi dapat diartikan
sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan. Kriminologi menjadi
penting untuk dipelajari karena kejahatan telah ada sejak adanya peradaban manusia dan
membawa dampak negatif bagi masyarakat.

Sejak pertengahan abad ke-19, kriminologi telah mengalami perkembangan yang


signifikan. Awalnya, kriminologi hanya mempelajari tentang pelaku kejahatan, seperti teori
atavisme dan tipe penjahat dari Cesare Lombroso serta teori hubungan kausalitas dari
Enrico Ferri. Namun, setelah tahun 1960-an, kriminologi mulai mengalihkan
pandangannya kepada proses pembentukan perundang-undangan yang berasal dari
kekuasaan (negara) sebagai penyebab munculnya kejahatan dan para penjahat baru dalam
masyarakat.

Dalam perkembangannya, kriminologi tidak hanya mempelajari tentang kejahatan


dan pelaku kejahatan, tetapi juga mempelajari reaksi masyarakat terhadap kejahatan dan
pelaku kejahatan. Reaksi masyarakat ini dapat berupa reaksi represif (tindakan untuk
menyelesaikan kasus kejahatan yang telah terjadi) dan reaksi preventif (tindakan untuk
mencegah terjadinya kejahatan). Selain itu, kriminologi juga mempelajari reaksi formal
(dari aparat penegak hukum) dan reaksi informal (dari masyarakat biasa).

Dalam makalah ini, akan dibahas lebih mendalam mengenai pengertian


kriminologi menurut berbagai ahli, tujuan mempelajari kriminologi, ruang lingkup
kriminologi, dan objek studi kriminologi yang meliputi kejahatan, pelaku kejahatan, dan
reaksi masyarakat. Pembahasan ini penting untuk memahami kriminologi secara
komprehensif, baik dari segi konsep, tujuan, cakupan, serta aspek-aspek yang dipelajari
dalam kriminologi.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dapat dibagi sebagai
berikut.

1. Apa pengertian kriminologi?


2. Apa saja tujuan mempelajari kriminologi?
3. Apa saja ruang lingkup kriminologi?
4. Apa saja objek studi kriminologi?

C. Tujuan Pembahasan

Adapun yang menjadi tujuan pemahasan dari makalah ini, yaitu:

1. Mengetahui pengetian kriminologi.


2. Mengetahui tujuan memperlajari kriminologi.
3. Mengetahui ruang lingkup kriminologi.
4. Mengetahui objek studi kriminologi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kriminologi

Kriminologi dilahirkan pada pertengahan abad ke-19, sejak dikemukakannya hasil


penyelidikan Casere Lambroso (1876) tentang teori mengenai atavisme dan tipe penjahat
serta munculnya teori mengenai hubungan kausalitas bersama Enrico Ferri sebagai tokoh
aliran lingkungan dari kejahatan. Kriminologi pertengahan abad XX telah membawa
perubahan pandangan. Kriminologi menyelidiki kausa jahat dalam masyarakat kemudian
mulai mengalihkan pandangannya kepada proses pembentukan perundang-undangan yang
berasal dari kekuasaan (negara) sebagai penyebab munculnya kejahatan dan para penjahat
baru dalam masyarakat.

Istilah kriminologi untuk pertama kali digunakan oleh seorang ahli antropologi
Perancis yang bernama Paul Topinard. Secara umum, istilah kriminologi identik dengan
perilaku yang dikategorikan sebagai suatu kejahatan. Kejahatan dimaksudkan disini adalah
suatu tindakan yang dilakukan orang-orang dan atau instansi yang dilarang oleh suatu
undang-undang. Pemahaman tersebut diatas tentunya tidak bisa disalahkan dalam
memandang kriminologi yang merupakan bagian dari ilmu yang mempelajari suatu
kejahatan.

Secara etimologis, kriminologi berasal dari bahasa Yunani, crime (kejahatan) dan
logos (ilmu), dengan demikian kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang kejahatan. Beberapa ahli Hukum Pidana juga mengemukakan pengertian
kriminologi menurut pendapat masing-masing. Menurut Wood, kriminologi adalah
keseluruhan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan teori atau pengalaman yang
berkaitan dengan perbuatan jahat dan penjahat dan termasuk reaksi masyarakat terhadap
perbuatan jahat dan penjahat tersebut. Noach mengatakan bahwa kriminologi adalah ilmu
pengetahuan tentang perbuatan jahat dan perilaku tercela yang menyangkut orang-orang
yang terlibat dalam perilaku jahat dan perbuatan tercela tersebut. Walter Reckless
mengatakan bahwa kriminologi adalah pemahaman ketertiban individu dalam tingkah laku
delinkuen dan tingkah laku jahat serta pemahaman tentang bekerjanya Sistem Peradilan
Pidana.

3
Berikut ini beberapa definisi kriminologi menurut pandangan para ahli adalah
sebagai berikut.

1. Wilhelm Sauer, mengatakan kriminologi merupakan ilmu pengetahuan mengenai sifat-


sifat jahat pribadi perorangan; dan objek penyelidikannya adalah kriminalitas dalam
kehidupan perorangan.
2. W.A. Bonger, kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk
menyelidiki segala kejahatan seluas-luasnya.
3. Edwin Sutherland, “Criminology is the body of knowledge regarding deliquency and
crime as social phenomena” (kriminologi adalah kumpulan pengetahuan yang
membahas kenakalan remaja dan kejahatan sebagai gejala sosial).
4. Michael dan Adler, kriminologi adalah keseluruhan keterangan mengenai perbuatan
dan sifat-sifat dari para penjahat, lingkungan mereka, dan cara mereka secara resmi
diperlukan oleh lembaga-lembaga penertib masyarakat dan oleh para anggota
masyarakat.
5. Wood, kriminologi meliputi keseluruhan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan
teori atau pengalaman, yang bertalian dengan perbuatan jahat dan penjahat, termasuk
di dalamnya reaksi dari masyarakat terhadap perbuatan jahat dan para penjahat.
6. S. Seelig, kriminologi adalah gejala-gejala konkret, yaitu gejala-gejala badaniah dan
rohaniah mengenai kejahatan.
7. Mr. Paul Moedigdo Moelyono, kriminologi adalah sebagai ilmu yang ditunjang oleh
berbagai ilmu, yang membahas kejahatan sebagai masalah manusia.
8. Soerdjono Dirdjosisworo, kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
sebab, akibat, perbaikan, dan pencegahan kejahatan sebagai gejala manusia dengan
menghimpun berbagai sumbangan-sumbangan ilmu pengetahuan. Tegasnya,
kriminologi merupakan sarana untuk mengetahui sebab-sebab kejahatan dan
akibatnya, mempelajari cara-cara mencegah kemungkinan timbulnya kejahatan.
9. Muhammad Mustofa, kriminilogi dalam pengetian umum merupakan kumpulan ilmu
pengetahuan yang mempelajari gejala kejahatan. Dalam pengetian umum ini
kriminologi merupakan kajian dengan pendekatan multidisiplin.

Dengan pengertian demikian, maka kriminologi adalah ilmu dari berbagai


pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai fenomena sosial yang meliputi:

a. Karakteristik hukum pidana;


b. Keberadaan kriminalitas;
c. Pengaruh kejahatan terhadap korbannya dan terhadap masyarakat;
4
d. Metoda penanggulangan kejahatan;
e. Atribut penjahat;
f. Karakteristik dan bekerjanya sistem peradilan pidana.

Perlu dicatat dalam rumusan ini adalah:

a) Yang dimaksud dengan studi kejahatan dalam kriminologi dewasa ini adalah
hubungan antara pelaku kejahatan dan korbannya.
b) Karakteristik hukum pidana dan bekerjanya sistem peradilan pidana, tidak terlepas
dari kriminologi dalamhubungannya dengan politik atau kebijakan kriminal dan
kebijakan sosial yaitu pembangunan nasional.
c) The body of knowledge, yaitu kriminologi dalam hubungan dengan berbagai ilmu
pengetahuan.

B. Tujuan Mempelajari Kriminologi

Kejahatan sudah dikenal sejak adanya peradaban manusia. Makin tinggi


peradaban, makin banyak aturan dan makin banyak pula pelanggaran. Sering disebut
bahwa kejahatan adalah bayangan peradaban.

Kejahatan membawa penderitaan dan kesengsaraan, mencucurkan darah dan air


mata. Pengedaran gelap narkotika telah menghancurkan harapan masa depan berjuta-juta
anak remaja. Kejahatan kerah putih telah menyebabkan kerusakan alam yang pada
gilirannya menimbulkan banjir, kekeringan yang berkepanjangan, dan akhirnya membawa
akibat hilangnya nyawa, rusaknya harta benda dan kerugian yang tak terhitung banyaknya.

Edwin Sutherland seorang kriminolog Amerika Serikat yang terkemuka


menyatakan bahwa dalam mempelajari kriminologi memerlukan bantuan berbagai disiplin
ilmu pengetahuan. Menurut Syaifuddin, kriminologi juga bersifat Interdisipliner yang
berarti suatu disipli ilmu yang tidak berdiri sendiri melainkan hasil kajian dari ilmu lainnya
terhadap kejahatan. Kriminologi sebagai disiplin yang faktual kriminologi, dimana dalam
memandangan persoalan kehidupan masyarakat ia berbicara bagaimana fakta yang terjadi.
Oleh karena itu kriminologi berguna sebagai “signal watenschap”. Artinya, kriminologi
sebagai disiplin ilmu pengetahuan yang dapat memberikan peringatan atau isyarakt
manakala suatu kebijakan atau program atau keputusan tertentu dilakukan oleh
“kekuasaan”, maka ia akan dapat memprediksi akan bahaya yang akan ditimbulkan oleh
kebijakan.

5
Sultherland menyatakan criminology is a body of knowledge (kriminologi adalah
kumpulan pengetahuan). Bebagai disiplin yang sangat erat kaitannya dengan kriminologi
antara lain hukum pidana, hukun acara pidana, antropologi fisik, antropologi budaya,
psikologi, biologi, ekonomi, kimia, statistik, dan banyak lagi disiplin lainnya. Untuk hal
tersebut Thorsten Sellin menyebut kriminologi sebagai a king without a country (seorang
raja tanpa daerah kekuasaan).

Tujuan secara umum mempelajari kriminologi dari berbagai aspek, sehingga


diharpkan dapat memperoleh pemahaman mengenai fenomena kejahatan dengan lebih
baik. Tujuan secara konkrit untuk:

1. Memberi petunjuk bagaimana masyarakat dapat memberantas kejahatan dengan


hasil yang baik dan lebih baik lagi jika dapat menghindari terjadinya kejahatan.
2. Mengantisipasi dan bereaksi terhadap semua kebijakan di lapangan Hukum Pidana,
sehingga dengan demikian dapat dicegah kemungkinan timbulnya akibat-akibat
yang merugikan, baik dari sisi pelaku, korban atau masyarakat secara keseluruhan.
3. Mempelajari kejahatan sehingga misi kriminologi adalah:
 Merumuskan kejahatan dan fenomena kejahatan yang terjadi dalam
masyarakat, kejahatan dan penjahatnya.
 Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kejahatan atau
dilakukannya suatu kejahatan.
4. Menjabarkan identitas kriminalitas dan kausa kriminologisnya untuk dimanfaatkan
bagi perencanaan pembangunan sosial pada era pembangunan dewasa ini dan di
masa yang akan datang.
5. Bahan masukkan pada pembuatan Undang-Undang (pembuatan/pencabutan
Undang-Undang).
6. Bahan masukan bagi aparat penegak hukum dalam proses penegakan hukum dan
pencegahan kejahatan non penal terutama polri.
7. Memberikan informasi kepada semua instasi agar melaksanakan fungsi-fungsi yang
diembannya secara konsisten untuk mencegah terjadi kehatan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan kriminologi adalah untuk


mempelajari kejahatan dari berbagai aspek sehingga pemahaman tentang fenomena
kejahatan dapat diperoleh dengan baik. Berkembangnya kriminologi dengan semakin
berkembangnya pemikirian-pemikiran kritis yang mengarah pada studi untuk mempelajari
proses pembuatan undang-undang, oleh karena itu penting bagi mahasiswa fakultas hukum

6
untuk mempelajari kriminologi agar dapat diperoleh pengetahuan yang penting tentang
fenomena kejahatan.

C. Ruang Lingkup Kriminologi

Kriminologi mempelajari kejahatan sebagai fenomena sosial sehingga sebagai


pelaku kejahatan tidak terlepas dari interaksi sosial, artinya kejahatan menarik perhatian
karena pengaruh perbuatan tersebut yang dirasakan dalam hubungan antar manusia.
Kriminologi merupakan kumpulan ilmu pengetahuan dan pengertian gejala kejahatan
dengan jalan mempelajari dan menganalisa secara ilmiah keterangan-keterangan,
keseragaman-keseragaman, pola-pola dan faktor-faktor kausal yang berhubungan dengan
kejahatan, pelaku kejahatan serta reaksi masyarakat terhadap keduanya.

Menurut W.A.Bonger, ruang lingkup kajian kriminologi dibedakan antara


kriminologi murni dan kriminologi terapan.

1. Ruang Lingkup Kriminologi murni, meliputi :


a. Antropologi Kriminal
Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti penjahat dari segi tingkah laku,
karakter dan ciri tubuhnya. Bidang ini juga meliputi : apakah ada hubungan
antara suku bangsa dengan kejahatan? Dan seterusnya. Apakah tingkah laku
dan budaya masyarakat yang dapat menimbulkan kejahatan dan melahirkan
pelaku-pelaku kejahatan?
b. Sosiologi Kriminal
Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan sebagai suatu gejala
masyarakat untukmengetahui dimana letak sebab-sebab kejahatan dalam
masyarakat. pertanyaanupertanyaan yang dicari jawabannya oleh bidang ilmu
ini antara lain : apakah masyarakat melahirkan kejahatan? Termasuk kepatuhan
dan ketaatanmasyarakat terhadap peraturan perundang-undangan. Apakah
norma-norma masyarakat tidak berfungsi dalam mencegah kejahatan?
c. Psikologi Kriminal
Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dari sudutkejiwaan
penjahatan. Pertanyaan-pertanyaan yang dicari jawabannya di bidang ilmu ini
antara lain : apakah kejiwaannya yang melahirkan kejahatan? Ataukah karena
lingkungan atau sikap masyarakat yang melahirkan kejahatan.
d. Psikopatologi dan Neuropatologi Kriminal
7
Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dan penjahat yang
sakit jiwa atau urat syaraf. Pernyataan-pernyataan yang dicari jawabannya oleh
bidang ilmu ini antara lain: apakah urat syaraf atau sakit jiwa yang
menimbulkan kejahatan dan kejahatan apa yang timbul akibat sakit jiwa atau
urat syaraf tersebut?
e. Penologi
Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dari penjahat-
penjahat yang telah dijatuhi hukuman. Pernyataan-pernyataan yang dicari
jawabannya oleh bidang ilmu antara lain : apakah penjahat yang dijatuhi
hukuman tersebut akan menjadi warga masyarakat yang baik atau masih
melakukan kejahatan? Atau bahkan mungkin akan meningkat kualitas
kejahatannya? Apakah pemidanaan dikaitkan dengan latar belakang dan
adanya keseimbangan antara pemidanaan dengan kejahatan yang dilakukan
2. Ruang lingkup kriminologi terapan meliputi :
a. Higiene Kriminal
Usaha yang bertujuan untuk mencegah terjadi kejahatan. Misalnya usaha-usaha
yang dilakukan oleh pemerintah untuk menerapkan undang-undang, sistem
jaminan hisup dan kesejahteraan yang dilakukan semata-mata untuk mencegah
terjadinya kejahatan.
b. Politik Kriminal
Usaha penanggulangan kejahatan dimana suatu kejahatan telah terjadi. Disini
dilihat sebab-sebab orang melakukan kejahatan. Aabila disebabkan oleh faktor
ekonomi maka usaha yang dilakukan adalah meningkatkan keterampilan atau
membuka lapangan kerja. Jadi tidak semata-mata dengan penjatuhan sanksi.
c. Kriminalistik
Ilmu tentang pelaksanaan penyidikan teknik kejahatan dan pengusutan
kejahatan. Dalam mengungkapkan kejahatan digunakan scientific criminalistik
antara lain yaitu identifikasi, laboratorium kriminal, alat mengetes golongan
darah (DNA), alat mengetes kebohongan, balistik, atau penentu keracunn
kedokteran kehakiman, forencic texiology dan scientific kriminalistik lainnya
sesuai dengan perkembangan teknologi.

Menurut Sutherland, kriminologi terdiri dari tiga bagian utama, yaitu:

1. Etiologi kriminal, yaitu usaha secara ilmiah untuk mencari sebab-sebab kejahatan;

8
2. Penologi, yaitu pengetahuan yang mempelajari tentang sejarah lahirnya hukuman,
perkembangannya serta arti dan faedahnya;
3. Sosiologi hukum (pidana), yaitu analisis ilmiah terhadap kondisi-kondisi yang
mempengaruhi perkembangan hukum pidana.

D. Objek Studi Kriminologi

Objek studi kriminologi secara garis besar 3 (tiga) hal, yaitu meliputi :1)
perbuatan yang disebut sebagai kejahatan, 2) pelaku kejahatan: dan 3) reaksi masyarakat,
baik pada kejahatan maupun pada pelaku kejahatan.

1. Kejahatan
Kejahatan sebagai fenomena sosial dipengaruhi oleh berbagai aspek kehidupan
dalam masyarakat seperti politik, ekonomi, sosial budaya dan hal-hal yang
berhubungan dengan upaya pertahanan dan keamanan negara. Oleh karena itu,
perspektif kriminologi bersifat dinamis dan mengalami pergeseran dalam irama
perubahan social dan nuansa pembangunan yang berkesinambungan. Menurut
Muljanto, kejahatan adalah perbuatan yang oleh aturan hukum pidana dilarang dan
diancam dengan pidana, barang siapa yang melanggar larangan tersebut dinamakan
perbuatan pidana. Sedangkan menurut R. Soesilo, kejahatan adalah suatu perbuatan
tingkah laku yang bertentangan dengan undang-undang, untuk dapat melihat apakah
perbuatan itu bertentangan atau tidak undang-undang tersebut terlebih dahulu harus
ada sebelum peristiwa tersebut tercipta.
Kejahatan adalah perbuatan yang disebut sebagai kejahatan. Pengertian
kejahatan apabila dilihat dari peraturan perundang-undangan (dalam hal ini pidana)
yaitu norma yang termuat dalam peraturan pidana, dengan demikian kejahatan adalah
perbuatan yang oleh undang-undang dinyatakan sebagai tindak pidana. Perkembangan
kriminologi setelah tahun 1960-an, khususnya studi sosiologis terhadap peraturan
perundang-undangan di bidang Hukum Pidana menyebutkan bahwa suatu perbuatan
dikatakan sebagai kejahatan (tindak pidana) tidak semata-mata dipengaruhi oleh besar
kecilnya kerugian yang ditimbulkan atau karena bersifat amoral, tetapi lebih
dipengarui oleh kepentingan-kepentingan politik. Hal ini mengakibatkan krimonologi
memperluas pengertian kejahatan. Kejahatan didefinisikan sebagai perbuatan yang
dipandang sangat merugikan masyarakat luas, bagi kerugian terhadap materi maupun
kerugian atau bahaya terhadap jiwa dan kesehatan manusia.
Sejalan dengan hal itu, Kongres ke-5 yang diselenggarakan oleh PBB tentang
Pencegahan Kejahatan dan Pembinaan Pelanggaran Hukum pada bulan September
9
1975 di Jenewa memberikan rekomendasi dengan memperlus pengertian kejahatan
terhadap tindakan penyalahgunaan kekuasaan ekonomi secara melawan hukum
(illegal abuse of economic power), seperti pelanggaran terhadap peraturan perburuhan,
penipuan konsumen, pelanggaran terhadap peraturan lingkungan, penyelewenangan
dalam bidang pemasaran dan perdagangan oleh perusahaan-perusahaan transnasional,
pelanggaran terhadap peraturan pajak dan terhadap penyalahgunaan kekuasaan secara
umum secara melawan hukum (illegal abuse of public power) seperti pelanggran
terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), penyalahgunaan wewenang oleh alat penguasa,
seperti penangkapan dan penahanan yang melanggar hukum. Pelaku kejahatan yaitu
orang yang melakukan kejahatan atau sering disebut sebagai penjahat. Studi terhadap
pelaku ini terutama dilakukan oleh kriminologi positivis dengan tujuan untuk mencari
sebab-sebab orang melakukan kejahatan. Dalam mencari sebab-sebab orang
melakukan kejahatan, positivis menyadarkan pada asumsi dasar bahwa penjahat
berbeda dengan bukan penjahat. Perbedaan tersebut disebabkan oleh berbagai aspek,
seperti aspek biologis, psikologis maupun sosio kultural. Oleh karena itu dalam
mencari sebab-sebab kejahatan pada umumnya dilakukan terhadap narapidana atau
bekas narapidana dengan cara mencarinya pada ciri-ciri biologisnya (determinis
biologis) dan aspek kultural (determinis cultural).
2. Pelaku Kejahatan
Pelaku yaitu orang yang melakukan kejahatan, atau sering disebut “penjahat”.
Studi terhadap pelaku ini terutama dilakukan oleh kriminologi positivis dengan tujuan
untuk mencari sebab-sebab orang melakukan kejahatan. Dalam mencari sebab-sebab
kejahatan, secara tradisional orang mencarinya dari aspek biologis, psikis dan sosial-
ekonomi. Biasanya studi ini dilakukan terhadap orang-orang yang dipenjara atau bekas
terpidana. Cara studi yang demikian ini mengandung beberapa kelemahan, yaitu:
a. Sebagai sampel dianggap kurang valid, sebab mereka tidak mewakili populasi
penjahat yang ada di masyarakat secara representatif.
b. Terdapat pelaku kejahatan-kejahatan tertentu yang berasal dari kelompok atau
lapisan sosial tertentu yang cukup besar jumlahnya akan tetapi hampir tidak
pernah dipenjara. Hal ini misalnya ditunjukkan oleh Sutherland dalam
penelitiannya terhadap kejahatan white-collar, dimana kurang dari 10% kasus
kejahatan white-collar yang diproses melalui peradilan pidana
c. Undang-undang pidana yang bersifat berat sebelah.
Di dalam perkembangannya, studi terhadap pelaku ini diperluas dengan studi
tentang korban kejahatan. Hal ini karena pengaruh tulisan Hans von Hentig dan B.
10
Mendelsohn. Dalam bukunya The Criminal and his Victim (1949) von Hentig
menunjukan bahwa dalam kejahatan tertentu korban mempunyai peranan yang sangat
penting daam terjadinya kejahatan.
Studi tentang korban ini kemudian berkembang cukup pesat dan muncullah
Viktimologi yaitu pengetahuan yang membahas masalah korban dengan segala
aspeknya. Pada permulaannya beberapa sarjana antara lain B. Mendelsohn
menghendaki viktimologi terlepas dari kriminologi, akan tetapi dengan
berkembangnya kriminologi setelah tahun 1960-an yaitu lahirnya “kriminologi
hubungan-hubungan” adalah kurang beralasan untuk melepaskan viktimologi dari
kriminologi.
3. Reaksi masyarakat
Reaksi Masyarakat Studi mengenai reaksi terhadap kejahatan bertujuan untuk
mempelajari pandangan serta tanggapan masyarakat terhadap perbuatan-perbuatan
atau gejala yang timbul dimasyarakat yang dipandang merugikan atau membahayakan
masyarakat luas. Sedangkan studi mengenai reaksi terhadap pelaku (penjahat)
bertujuan untuk mempelajari pandangan-pandangan dan tindakan-tindakan masyarakat
terhadap pelaku kejahatan.
Reaksi sosial terhadap kejahatan dan pelaku kejahatan (penjahat) seperti yang
telah Kita pahami bahwa kejahatan adalah suatu perbuatan yang merugikan
masyarakat sehingga terhadapnya diberikan reaksi yang negatif. Kita juga telah
pahami bahwa reaksi terhadap kejahatan dan penjahat, dipandang dari segi
pelaksanaannya. dilihat dari segi pencapaian tujuannya dapat dibagi menjadi dua
yakni; Reaksi Represif dan Reaksi Preventif. Karena berbeda tujuannya maka secara
operasionalnya pun akan berbeda, khususnya dari metode pelaksanaan dan sifat
pelaksanaannya.
Terdapat 2 (dua) reaksi masyarakat terhadap kejahatan, yaitu: reaksi refresif
dan reaksi preventif. Reaksi refresif adalah tindakan yang dilakukan oleh masyarakat
(formal) yang ditujukan untuk menyelesaikan kasus atau peristiwa kejahatan yang
telah terjadi, guna memulihkan situasi dengan pertimbangan rasa keadilan dan
kebenaran yang dijunjung tinggi. Sedangkan reaksi preventif adalah yang dimaksud
dengan reaksi atau tindak preventif adalah tindak pencegahan agar kejahatan tidak
terjadi. Artinya segala tindak-tindak pengamanan dari ancaman kejahatan adalah
prioritas dari reaksi preventif ini. Menyadari pengalaman-pengalaman waktu lalu
bahwa kejahatan adalah suatu perbuatan yang sangat merugikan masyarakat maka

11
anggota masyarakat berupaya untuk mencegah agar perbuatan tersebut tidak dapat
terjadi.
Selain reaksi represif dan reaksi preventif ada juga reaksi formal dan reaksi
informal. Reaksi formal terhadap kejahatan adalah reaksi yang diberikan kepada
pelaku kejahatan atas perbuatannya, yakni melanggar hukum pidana, oleh pihak-pihak
yang diberi wewenang atau kekuatan hukum untuk melakukan reaksi tersebut. Sebagai
suatu sistem pengendali kejahatan maka secara rinci, tujuan sistem peradilan pidana,
dengan demikian adalah untuk mencegah agar masyarakat tidak menjadi korban
kejahatan, menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas
bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana, serta mengusahakan agar
mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak mengulangi kejahatannya. Sedangkan
Reaksi informal yang dilakukan bukan oleh aparat penegak hukum tetapi oleh warga
masyarakat biasa. Masyarakat biasa di samping telah mendelegasikan haknya kepada
aparat penegak hukum berhak saja bereaksi terhadap kejahatan dan penjahat sebatas
mereka tidak melanggar peraturan yang ada. Dalam kasanah kriminologi, reaksi
informal dari masyarakat itu lebih dikenal sebagai tindak kontrol sosial informal.
Studi-studi memperlakukan beberapa aspek dari kontrol sosial informal pada tingkat
komunitas ketetanggaan yang digunakan untuk membangun tipologi dari definisi
operasional dari kontrol sosial informal. Definisi operasional ditemui dalam dua
dimensi yaitu; bentuk dan tempat.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan


dari berbagai aspek seperti pelaku, korban, faktor penyebab, dampak terhadap masyarakat,
serta reaksi dan upaya penanggulangan kejahatan. Kriminologi bersifat multidisipliner
dengan melibatkan berbagai ilmu seperti hukum pidana, psikologi, sosiologi, biologi, dan
lain-lain. Objek studi kriminologi meliputi kejahatan itu sendiri, pelaku kejahatan, serta
reaksi masyarakat baik yang bersifat represif (menindak setelah kejahatan terjadi) maupun
preventif (mencegah sebelum kejahatan terjadi). Tujuan mempelajari kriminologi antara
lain memberikan petunjuk dalam memberantas kejahatan, mengantisipasi kebijakan hukum
pidana, merumuskan faktor penyebab kejahatan, serta memberi masukan dalam pembuatan
undang-undang dan penegakan hukum.

B. Saran

Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya
dengan makalah ini. Kami banyak berharap kepada para pembaca memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hadi. A. & Mukhlis. 2022. Suatu Pengantar Kriminologi. Banda Aceh: Bandar Publishing.

Mustofa, M. 2021. Kriminologi: Kajian sosiologi terhadap kriminalitas, perilaku


menyimpang, dan pelanggaran hukum. Jakarta: Prenada Media.

Nandang, S. & Dian, A. 2021. Kriminologi: Perspektif Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika

Situmeang, S. M. T. 2021. Buku Ajar Krimonologi. Depok: PT Rajawali Buana Pusaka.

Widodo. W. 2015. Kriminologi & Hukum Pidana. Semarang: Universitas PGRI Semarang
Press.

14

Anda mungkin juga menyukai